SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Amelia Kusuma Putri
( B77210114)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
i
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
OLEH :
AMELIA KUSUMA PUTRI B77210114
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ix
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran Ekspresi Emosi Pendamping Skizofrenia. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu seorang Perempuan berinisial RH berusia 19 tahun dan seorang perempuan berinisial M berusia 54 tahun, subjek pertama berinisial RH seorang siswa kelas 3 SMA dan seorang subjek lagi yang berinisial M seorang ibu rumah tangga yang berperan sebagai pendamping penderita skizofrenia dikarenakan salah satu anggota keluarganya menderita skizofrenia. lokasi penelitian kedua subjek dilakukan di daerah Sidoarjo dan Surabaya. Metode yang digunkan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif Studi Kasus dan cara penggalian data menggunakan wawancara mendalam, exspressive writing dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian, Subjek pertama yang berinisial RH menjadi pendamping penderita skizofrenia sejak kelas 5 SD, banyak hal yang terjadi dalam kehidupan dan emosi subjek berinisial RH, dari luka bathin, menyimpan cerita karena takut di bilang anak durhaka, malu, mengalami kekerasan yang dilakukan oleh penderita, cemoohan yang berasal dari saudara kandung, hingga perasaan tidak berdaya. Kedua subjek kurang lebih mengalami hal yang sama hanya saja subjek berinisial M tidak mengalami kekerasan dalam menjadi pendamping skizofrenia. Berdasarkan hasil analisis menjelaskan, pada ekspresi emosi, kedua subjek mempunyai beban pendamping yang sama, memiliki perasaan beban yang sama pula dalam merawat penderita skizofrenia, perbedaannya subjek RH yang memiliki umur 19 tahun masih memiliki cita-cita yang belum tercapai sedangkan subjek M berumur 54 tahun, dengan umur 54 tahun harusnya subjek sudah mulai beradaptasi dengan masa lansianya, dan di dapatkan dalam penelitian ini, kedua subjek memiliki keunikan masing-masing dalam merawat penderita skizofrenia, subjek RH memiliki keunikan yaitu : mampu mengambil peran ibu dalam keluarganya di saat usianya masih 12 tahun dan tetap mampu mengerjakan tugasnya sebagai seorang pelajar, selain itu subjek RH mampu menerima keadaan ibunya yang sedang sakit skizofrenia dan memilih untuk mendampingi dari pada bermain dengan teman-temannya, walau saat itu usia subjek RH pada masa bermain. Begitu juga untuk pendampin subjek M juga memiliki keunikkan yaitu : subjek M memiliki lebih rasa sabar dari pada orang-orang usianya, yang biasanya ingin lebih di mengerti, selain itu subjek juga memiliki keunikan mampu menerima dan pasrah dari pada mengeluh keadaan anaknya pada usianya yang sudah menua.
x
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan……….. iii
Pernyataan Keaslian Karya………... iv
Halaman Persembahan ... v
D. Tujuan Penelitian ………....14
E. Manfaat Penelitian ………..15
F. Sistematika Pembahasan ……...………..16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendampingan / Caregiver………..……….……... 18
B. Skizofrenia...……… 20
C. Emosi...………... 26
D. Pendamping / Caregiver Skizofrenia..……….……….. 35
E. Ekspresi Emosi Pendamping Skizofrenia... 36
F. Prespektif Teori ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………. 41
B. Kehadiran Penelitian ……….. 42
C. Lokasi Penelitian ……….... 43
D. Sumber Data ………. 44
E. Prosedur Pengumpulan Data ………...47
F. Analisis Data ………...50
G. Pengecekan Keabsahan Temuan ………...52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Setting Penelitian ………... 57
B. Hasil Penelitian ……….. 64
xi
A. Kesimpulan ……….... 94 B. Saran ……….. 95
DAFTAR PUSTAKA ... . 97
1 A. Latar Belakang Masalah
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa berat yang
berlangsung kronis dan berdampak bagi penderita, keluarga dan
masyarakat. Pravelensi skizofrenia di dunia yaitu tujuh dari 10.000
populasi dewasa, dengan angka kejadian terbesar pada tahun kelompok
umur 23-25 tahun (Wuryaningsih,dkk, 2013:178-185). Pravelensi
skizofrenia di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar republik
Indonesia (dalam Riskesdes RI,2007:18) menunujukkan terjadinya
gangguan jiwa berat sebesar 4,6 per mil. Prevelensi gangguan jiwa berat
propinsi jawa tengah sebesar 3,3 permil (Balitabang) Depkes RI, 2008).
Pravalensi ini akan cenderung meningkat karena sifat penyakit skizofrenia
yang menahun, Prevalensi adalah seberapa sering suatu penyakit atau
kondisi terjadi pada sekelompok orang. Prevalensi dihitung dengan
membagi jumlah orang yang memiliki penyakit atau kondisi dengan
jumlah total orang dalam kelompok (Hardjodisastro,2006 :177)
Perjalanan penyakit skizofrenia berlangsung kronis dan sangat
menghancurkan penderitanya karena mempengaruhi setiap aspek
kehidupan dan membebani keluarga serta masyarakat sepanjang hidup
penderita. Penderita biasanya mempunyai hendaya nyata pada taraf
kemampuan fungsional sehari-hari, sehingga memerlukan bantuan dan
khususnya pada anggota keluarga maupun kerabat lain yang peduli
terhadapnya.
Dalam hal ini juga sangat mempengaruhi keluarga yang
merawatnya, dalam KPSI (Komunitas peduli skizofrenia) terdapat banyak
kalangan didalamnya, baik dari pasien yang masih rawat jalan atau baru
keluar dari rumah sakit, selain itu juga ada mantan pasien yang sudah
mampu berkarir, didalamnya juga terdapat keluarga yang merawat
penderita selama rawat jalan, terlihat banyak emosi yang terpendam
didalamnya, ketika komunitas melakukan sesi curhat dengan psikiater
ataupun psikolog, sehingga tanpa disadari, merawat seorang penderita
skizofrenia memiliki beban psikis tersendiri, baik dari tingkah laku dari
penderita maupun ekonomi (biaya pengobatan penderita) yang memiliki
efek stress yang di alami oleh pendamping penderita, seperti yang
dijelaskan oleh Ochoa, dkk (2008 :612) bahwa Perawatan penderita yang
dilakukan diluar rumah sakit (deinstitusional) akan berpengaruh banyak
terhadap kerabat dan anggota keluarga sebagai pemberi layanan utama
perawatan dan kebutuhan sosial penderita. Peningkatan peran ini akan
menimbulkan konsekuensi yang akhirnya akan menimbulkan beban bagi
keluarga, beban perawatan berhubungan dengan penangan kualitas hidup,
berpengaruh pada kesehatan dan peran aktivitas caregiver (Ochoa S,dkk,
2008:612). Beban perawatan (Burden Of Care) didefinisikan sebagai
berbagai masalah, dampak, kesulitan atau efek yang dialami orang tua,
yang menderita gangguan jiwa, baik beban fisik maupun psikososial
(Maldonado JG,dkk, 2005:899-904).
Selain penelitian dari Ochoa S, dkk (2008) Didukung juga oleh
penelitian sebelumnya, bahwasannya gambaran beban caregiver penderita
skizofrenia di poliklinik rawat jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang
oleh (Fitrikasari, dkk. 2012:118-122) dalam Penelitian ini membahas dari
faktor usia dan sosial yang lebih menjadikan faktor beban bagi keluarga
atau caregiver penderita skizofrenia, dari hasil penelitian di dapatkan usia
dan sosial menjadikan masalah tersendiri bagi keluarga atau caregiver
penderita skizofrenia, pada caregiver usia sekolah akan menjadi masalah
sendiri karena harus membagi dengan waktu sekolahnya, bagi yang lansia
atau berusia lanjut mengalami kesulitan apabila penderita sedang
mengamuk ketika gangguannya kambuh. Selain itu dalam penelitian
pendukung bahwa merawat seseorang dengan sikzofrenia memiliki beban
tersendiri, di dukung oleh penelitian dari (Darwin, P, dkk,2013:46-50)
dengan judul Beban Perawatan dan Ekspresi Emosi pada Pramurawat
Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa, dalam penelitian ini, peneliti
membahas tentang beban dan ekspresi emosi perawat di rumah sakit jiwa
yang setiap hari bertemu dengan pasien sebagai caregiver bukan dari
anggota keluarga. Penelitian ini membahas benar jika ada beban psikis
dalam merawat penderita skizofrenia, dan dalam penelitian ini
menunjukkan hal yang signifikan, terdapat hubungan bermakna antara
(p<0,001), dalam penelitian ini beban perawatan muncul lebih karena
kurang tepatnya menentukan intervensi yang tepat seperti edukasi tentang
skizofrenia baik dalam melakukan perawatan ataupun dalam mengurangi
beban perawatan.
Mendampingi orang dengan gangguan jiwa bukanlah situasi yang
mudah, seringkali menimbulkan frustasi, karena komunikasi dengan
penderita tidak berlangsung dengan baik. Belum lagi stigma terhadap
gangguan jiwa tersebut seringkali menjadi kendala besar. Pendamping
skizofrenia sering kali mengalami berbagai emosi seperti rasa takut, rasa
bersalah, rasa marah, frustasi, rasa malu, dan perasaan tidak berdaya.
Stigma terhadap penderita juga kerap membuat keluarga menyembunyikan
anggota keluarga yang menderita atau bahkan mengasingkan mereka.
Dalam hal ini untuk keluarga memang sangat tidak mudah, dan
memiliki beban tersendiri dalam mendampingi keluarga yang mengalami
gangguan skizofrenia dan tidak mudah juga untuk dirinya sendiri
menerima kenyataaan bahwa anggota keluarganya mengalami sakit
skizofrenia, untuk itu peneiliti ingin mengetahui bagaimmana ekspresi
emosi pendamping penderita skizofrenia dengan wawancara, observasi
dan expressive writing, dalam hal ini diharapkan pendamping
mengeluarkan segala bentuk emosi yang terpendam didalam dirinya
subjek sehingga mampu terlihat bagaimana ekspresi emosi pendamping
skizofrenia dan selain itu di harapkan mampu mengurangi beban (stress)
menggunakan expressive writing untuk menurunkan kecemasan, salah satu
penelitiannya adalah dari (wahyuning, 2012:1-19), yang berjudul pengaruh
expressive writing pada kecemasan menyelesaikan skripsi. Di dapatkan
dalam peneitian ini, peneliti melakukan pengujian exspressive writing
kepada mahasiswa yang mengalami kecemasan mengerjakan skripsi yang
di alami mahasiswa psikoogi universitas surabaya. Subjek penelitian
adalah mahasiswa angkatan 2006-2008 yang mengalami kecemasan
katagori tinggi dan sangat tinggi berdasarkan STAI (State Trait Anxiety
Invetory). Subjek penelitian ini sebanyak 8 subjek dari angkatan 2006,
2007, 2008 yang mengalami kecemasan kategori tinggi dan sangat tinggi,
penelitian ini bersifat eksperimental dengan desain pre-test post-test two
group design. Pengambilan data dilakukan dengan metode angket
menggunakan STAI (State Trait Anxiety Inventory). Hasil uji statistik
ANAKOVA pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
menunjukan p (0,843) > dari α (0,05), yangg artinya tidak ada perbedaan
mean kelompok kontrol (52,262) dan kelompok eksperimen (50,738) yang
signifikan. Hasil ini menunjukan bahwa exspressive writing tidak efektif
untuk menurunkan kecemasan menyelesaikan skripsi. Hal ini terjadi
karena exspressive writing bukan untuk problem solving melainkan
emotional coping sedangkan kasus skripsi merupakan masalah yang
memerlukan problem solving.
Selain itu penelitian yang mendukung adalah penelitian dari
Terhadap Kualitas Ekspresi Tulis dalam penelitian ini, Kemampuan verbal
adalah hal penting untuk mendukung kualitas tulisan. Itu kompetensi lisan
terdiri; (a) kompetensi kosakata, (b) secara lisan penalaran. Reasearch ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas ekspresi tertulis oleh
mempertimbangkan mempengaruhi kompetensi lisan variabel. Subjek
penelitian ini adalah murid di kelas lima di Kodya Yogyakarta, Sekolah
Dasar. Hasil analisis korelasi dan analisis kualitatif menunjukkan bahwa
ada hubungan positif dan signifikan antara kualitas verbal kompetensi dan
kualitas tulisan.
Penelitian ini mengambil subjek yang sedang rawat jalan di RSJ
Menur Surabaya, dikarenakan seorang pendamping yang merawat pasien
skizofrenia sendiri atau berada di dalam rumah tanpa memiliki bantuan
dari tim medis, akan merasakan emosi yang lebih tinggi daripada
pendamping yang memiliki anggota keluarga skizofrenia yang sedang di
rawat dirumah sakit. karena seperti yang dijelaskan dalam Ochoa, dkk
(2008 :612) bahwa Perawatan penderita yang dilakukan diluar rumah sakit
(deinstitusional) akan berpengaruh banyak terhadap kerabat dan anggota
keluarga sebagai pemberi layanan utama perawatan dan kebutuhan sosial
penderita. Peningkatan peran ini akan menimbulkan konsekuensi yang
akhirnya akan menimbulkan beban bagi keluarga, beban perawatan
berhubungan dengan penangan kualitas hidup, berpengaruh pada
kesehatan dan peran aktivitas caregiver (Ochoa S,dkk, 2008:612),
hal tersebut akan mendukung variabel penelitian yang di angkat dalam
penelitian ini, pada dasarnya exspresive writing adalah sebuah media yang
membantu subjek untuk mengungkapkan emosi alam bawah sadarnya
yang terpendam yang tak mampu keluar dengan cara menuliskannya,
selain dari wawancara mendalam dan observasi, penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa emosi yang terpendam menjadikan seseorang agresi
ataupun depresi dan stress sehingga peneliti berharap ingin mengurangi
dan membantu subjek yang mengungkapkan emosi terpendam yang tanpa
disadari menjadikan hal negatif dalam diri subjek yang sehat. Penilitian ini
memiliki kriteria subjek yang dicari antara lain memiliki gambaran umum
sebagai berikut :
1. Subjek telah berusia 15 tahun
2. Subjek mampu membaca dan menulis
3. Memiliki kesenangan dalam hal menulis.
4. Anggota keluarga yang menderita menjalani rawat jalan dan
menjadi pendamping skizofrenia.
Kriteria ini ditunjukkan karena mencari subjek dengan kriteria
diatas terbilang sulit dicari, mengingat bahwasannya tidak semua orang
menyukai menulis dan kebanyakan pasien dari sikzofrenia adalah dari
kalangan menengah ke bawah sehingga banyak bagi keluarga yang
merawat telah berumur dan tidak mampu membaca dan menulis, sekalipun
jika ada seseorang yang mampu membaca dan menulis, subjek yang telah
selebihnya, penelitian ini akan lebih terlihat efeknya jika subjek yang
diberikan exspressive writing ini adalah subjek yang memiliki kesenangan
dalam menulis, sehingga mudah untuk subjek untuk meluapkan emosinya
dalam tulisan agar terihat eksipresi emosinya.
Dari berbagai hal yang telah dijelaskan diatas, tampak bahwa
penderita gangguan jiwa sangat tergantung kepada keluarga agar dapat
hidup dengan baik dan untuk sembuh dari gangguan yang diderita. Meski
demikian tampak bahwa terdapat berbagai hambatan dan tantangan untuk
melakukan hal itu, dan situasi tersebut dapat terjadi dalam waktu yang
sangat lama, bukan hanya dalam hitungan hari atau minggu, namun bulan
atau bahkan bertahun-tahun. Untuk itu peneliti tertarik melakukan desain
penelitian ekspresi emosi dengan menggunakan wawancara mendalam,
observasi dan media exspressive writing selain untuk mengetahui ekspresi
emosi pada pendamping penelitian ini secara tidak langsung membantu
meluapkan emosi tertimbun pendamping yang merawat selama merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan skizofrenia.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, fokus
dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran ekspresi emosi
C. Keaslian Penelitian
Sudah beberapa kali penelitian dilakukan untuk membuktikan
benar adanya beban dalam merawat pasien skizofrenia, dan
penelitian-penelitian tersebut sebagai berikut, gambaran beban caregiver penderita
skizofrenia di poliklinik rawat jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang.
Oleh (Fitrikasari, dkk. 2012:118-122). Penelitian ini membahas dari faktor
usia dan sosial yang lebih menjadikan faktor beban bagi keluarga atau
caregiver penderita skizofrenia, dari hasil penelitian di dapatkan usia dan
sosial menjadikan masalah tersendiri bagi keluarga atau caregiver
penderita skizofrenia, pada caregiver usia sekolah akan menjadi masalah
sendiri karena harus membagi dengan waktu sekolahnya, bagi yang lansia
atau berusia lanjut mengalami kesulitan apabila penderita sedang
mengamuk ketika gangguannya kambuh.
Selain penelitian diatas penelitian dari (Darwin, P,
dkk,2013:46-50) dengan judul Beban Perawatan dan Ekspresi Emosi pada Pramurawat
Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa, dalam penelitian ini, peneliti
membahas tentang beban dan ekspresi emosi perawat di rumah sakit jiwa
yang setiap hari bertemu dengan pasien sebagai caregiver bukan dari
anggota keluarga. Penelitian ini membahas benar jika ada beban psikis
dalam merawat penderita skizofrenia, dan dalam penelitian ini
menunjukkan hal yang signifikan, terdapat hubungan bermakna antara
beban perawatan dengan ekspresi emosi pramurawat pasien skizofrenia
kurang tepatnya menentukan intervensi yang tepat seperti edukasi tentang
skizofrenia baik dalam melakukan perawatan ataupun dalam mengurangi
beban perawatan.
Selanjutnya adalah penelitian Studi Fenomenologi : Pengalaman
Keluarga Mencegah Kekambuhan Perilaku Kekerasan Pasien Pasca
Hospitalisasi RSJ Oleh (Wuryaningsih, dkk, 2013; 178-185) , penelitian
ini membahas tentang perilaku kekerasan yang di timbulkan pada
caregiver dari penderita, dalam penelitian ini banyak dari caregiver
mengeluh karena adanya kekerasan dalam merawat penderita dan hal
tersebut menjadikan beban psikis tersendiri bagi para caregiver.
Selanjutnya adalah penelitian (Makmuroch,2014:14-34) Kefektifan
Pelatihan Ketrampilan Regulasi Emosi Terhadap Penurunan Tingkat
Ekspresi Emosi Pada Caregiver Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit
Daerah Surakarta, dalam penelitian ini didapatkannya beban caregiver
dalam merawat penderita skizofrenia sehingga diperlukan terapi regulasi
emosi, dan hasil akhirnya adalah terdapat perbedaan yang menyakinkan
atas terapi regulasi emosi yang menunjukkan pula adanya beban caregiver
skizofrenia.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian (Nainggolan & Hidayat,
2013:21-42 ) dengan judul profil kepribadian dan psychological well-being
caregiver skizofrenia. dalam penelitian ini di dapatkan Keluarga sebagai
primary caregiver berperan penting dalam membantu memenuhi
Tantangan berat yang dirasakan caregiver skizofrenia selain menghadapi
perilaku penderita yang cenderung tidak realistik, adalah pengenaan
stigma dan isolasi dari lingkungan sosial. Salah satu faktor penting
yang menentukan kemampuan adaptif seseorang adalah kepribadian.
Ciri kepribadian caregiver skizofrenia selain dapat menentukan
pemaknaan atau evaluasi mereka terhadap stressor, juga menentukan
pilihan coping yang akan mempengaruhi kualitas kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) caregiver tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui
profil kepribadian dan gambaran psychological well being caregiver
skizofrenia.
Tentang penelitian Exspressive writing adalah penelitian
(wahyuning,2012:1-19), yang berjudul pengaruh expressive writing pada
kecemasan menyelesaikan skripsi. Di dapatkan dalam peneitian ini,
peneliti melakukan pengujian exspressive writing kepada mahasiswa yang
mengalami kecemasan mengerjakan skripsi yang di alami mahasiswa
psikoogi universitas surabaya. Subjek penelitian adalah mahasiswa
angkatan 2006-2008 yang mengalami kecemasan katagori tinggi dan
sangat tinggi berdasarkan STAI (State Trait Anxiety Invetory). Subjek
penelitian ini sebanyak 8 subjek dari angkatan 2006, 2007, 2008 yang
mengalami kecemasan kategori tinggi dan sangat tinggi, penelitian ini
bersifat eksperimental dengan desain pre-test post-test two group design.
(State Trait Anxiety Inventory). Hasil uji statistik ANAKOVA pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukan p (0,843) > dari
α (0,05), yangg artinya tidak ada perbedaan mean kelompok kontrol
(52,262) dan kelompok eksperimen (50,738) yang signifikan. Hasil ini
menunjukan bahwa exspressive writing tidak efektif untuk menurunkan
kecemasan menyelesaikan skripsi. Hal ini terjadi karena exspressive
writing bukan untuk problem solving melainkan emotional coping
sedangkan kasus skripsi merupakan masalah yang memerlukan problem
solving.
Selanjutnya dalam penelitian (Amitya Kumara, 2001:35-40)
dengan judul Dampak Kemampuan Verbal Terhadap Kualitas Ekspresi
Tulis dalam penelitian ini, Kemampuan verbal adalah hal penting untuk
mendukung kualitas tulisan. Itu kompetensi lisan terdiri; (a) kompetensi
kosakata, (b) secara lisan penalaran. Reasearch ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas ekspresi tertulis oleh mempertimbangkan
mempengaruhi kompetensi lisan variabel. Subjek penelitian ini adalah
murid di kelas lima di Kodya Yogyakarta, Sekolah Dasar. Hasil analisis
korelasi dan analisis kualitatif menunjukkan bahwa ada hubungan positif
dan signifikan antara kualitas verbal kompetensi dan kualitas tulisan.
Penelitian berikutnya adalah pengaruh menulis pengalaman
emosoional dalam terapi ekspresif terhadap emosi marah pada remaja
oleh (Harry,2012:105-122) dalam penelitian ini menngunakan desain
antara 16-21 tahun, dan memiliki nilai skor State-Trait Anger Expression
Inventory (STAXI) tinggi, dalam hasil penelitian di dapatkan dari hasil uji
Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan penurunan emosi marah pada
remaja setelah di lakukannya terapi ekspresif yaitu pada saat pre-test ke
post-test dengan nilai Z=1,893 dan taraf signifikan 0,029 (p<0,05) selain
itu, hasil penurunan dari hasil pretest ke followup dengan nilai Z =
-2,524 dengan taraf signifikan 0,006 (p<0,01). Begitu pula dengan hasil
post-test ke follow-up, ada penurunan hasil sebesar Z = -1,682 dengan
taraf signifikansi 0,046 (p<0,05). Dengan kata lain dalam penelitian ini di
dapatkan penurunan dengan terapi ekspresif.
Penelitian yang lain yang mendukung penelitian ini adalah (Reyza,
2012:1-7) dengan judul Pengaruh Expressive Writing terhadap Penurunan
Depresi pada Remaja SMK di Surabaya, Penelitian ini bertujuan untuk
menguji adakah pengaruh signifikan expressive writing terhadap
penurunan depresi pada remaja SMK di Surabaya. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen pretest-posttest control group design.
Alat pengumpul data yang digunakan berupa skala BDI-II. Penelitian ini
dilakukan pada remaja perempuan kelas X di SMK Kawung 1 Surabaya
yang berusia 15-17 tahun dan sedang mengalami depresi berat. Jumlah
subjek penelitian sebanyak 8 orang yang dibagi secara merata ke dalam
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis data dilakukan
dengan teknik statistik non-parametrik, yaitu Mann-Whitney U-Test
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh nilai Z = -0,436
dengan nilai p = 0,332 untuk uji 1-arah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh signifikan expressive writing terhadap penurunan depresi
pada remaja SMK di Surabaya.
Keunikan dalam penelitian ini, penelitian sebelumnya telah
membuktikan bahwasannya memang ada beban pagi pendamping
skizofrenia, maka penelitian saat ini mecoba menampakkan bagaimana
ekspresi emosi atau beban psikis yang dialami oleh pendamping
skizofrenia.
Dengan penellitian yang sudah dijelaskan di atas maka penelitian
tentang ekspresi emosi dengan media wawancara mendalam, observasi
dan media exspresive writing pada pendamping yang merawat anggota
keluarga skizofrenia belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga
penelitian ini penting untuk dilakukan karena dapat mengetahui bagaimana
ekspresi emosi terhadap pendamping yang merawat anggota keluarga
dengan skizofrenia.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat secara
teoritis maupun praktis :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat Caregiver
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran ekspresi
emosi yang muncul pada pendamping skizofrenia, antara lain :
1. Pendamping yang lain (tidak menjadi partisipan)
merasakan mampu menjalaninya kehidupan seperti
pendamping yang membagikan pengalamannya
dalam penelitian ini.
2. selain itu pendamping yang lain tidak merasakan
sendirian banyak orang yang mengalami hal yang
sama. Menjadi pendamping skizofrenia untuk
keluarganya. Sehingga diharapkan ketika seorang
pendamping membaca tentang penelitian ini,
pendamping tersebut tidak merasa sendiri lagi.
3. Diharapkan dari penelitian ini, pendamping yang
ini yaitu berbagi dengan orang yang memiliki
pengalaman serupa atau dengan orang lain yang
mau mendengarkan atau menulis pengalaman akan
mengurangi bebannya sebagai pendamping.
b. Manfaat Untuk Penderita Skizofrenia.
Diharapkan dari penelitian ini penderita skizofrenia dapat
memahami bagaimana beban psikologis yang dihadapi oleh
pendamping, sehingga penderita memiliki keinginan lebih besar
untuk sembuh, semakin rajin untuk minum obat ataupun terapi.
c. Manfaat Untuk Psikolog Klinis.
Diharapkan dari penelitian ini psikolog klinis lebih mampu
memahami psikologis sebagai pendamping pasien skizofrenia dari
ekspresi emosi yang kemungkinan muncul dan solusi yang lebih
tepat dan fokus untuk membantu mencari jalan keluar.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibuat untuk
memudahkan peneliti dalam mengklasifikasikan hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian, sehingga peneliti membuat sistematika pembahasan
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini membahas pendahuluan yang
berisi tentang penjelasan mengenai latar belakang masalah, fokus
penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
BAB II Kajian Pustaka. Pada bab ini mengemukakan kajian
pustaka yang membahas tentang teori-teori makna hidup yang didalamnya
membahas tentang: definisi pendamping / caregiver serta pengertian yang
mendukung, definisi skizofrenia dan pemahaman yang mendukung.
Kemudian membahas tentang ekspresi emosi dan media ekspresive
writing proses dan penjelasan yang mendukung dan menjelaskan kerangka
teoritik.
BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini menjelaskan tentang
metode penelitian, yang didalamnya mengurai tentang pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan
temuan.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini
memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh selama
proses penelitian, yang meliputi setting penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan.
BAB V Penutup. Pada bab ini berisi penutup yang meliputi
kesimpulan atas jawaban permasalahan dalam fokus penelitian, serta
saran-saran berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada tujuan,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendamping / Caregiver
Pengertian caregiver adalah seorang Individu yang secara umum merawat dan mendukung individu lain (pasien) dalam kehidupannya merupakan caregiver (Awad dan Voruganti, 2008 : 87). Caregiver
mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat pasien (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal (Kung, 2003: 3).
atau lebih yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan emosi, terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki ( Murray & Zentner, 1997 da, 1998 dalam Allender & Spradley, 2001 :85).
Macam –macam caregiver antara lain :
1. Caregiver diabetes 2. Caregiver stroke 3. Caregiver Lansia 4. Caregiver alzheimer 5. Caregiver Skizorenia.
B. Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Davison (dkk, 2004 : 165-167) menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan sebuah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan gangguan-gangguan utama dalam sistem kognitif, afektif dan perilaku. Fungsi kognitif yang terganggu tersebut salah satunya muncul dalam bentuk pemikiran yang tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek atau respon emosi yang datar atau tidak sesuai dan berbagai gangguan aktivitas motorik lain yang aneh. (Davidson,dkk, 2004: 165-167) Kraeplin merupakan salah satu tokoh yang pertama kali mengklasifikasikan gangguan jiwa ini sebagai gangguan dengan gejala halusinasi dan waham yang bertahan lama. (Kaplan, dkk, 2010: 158) Kraeplin (Davison dkk, 2004 :164) menyebut istilah untuk gangguan ini dengan Dementia Praecox (Dementia = sebuah gangguan kemunduran fungsi kognitif dan Precox = dini, muncul pada onset awal). Pada fase penemuan ini Kraeplin sudah dapat membedakan diagnosa terhadap pasien dengan gangguan manik depresif dan pasien dengan skizofrenia. (Davidson,dkk, 2004: 164)
tak dapat dihindari. Oleh karena itu Bleuler mengusulkan sebuah istilah baru untuk mengganti istilah dementia praecox yang sudah tidak relavan yaitu Schizophrenia yang berasal dari bahasa yunani Schizein (membelah) dan Phren (akal pikiran). ( Davidson,dkk, 2004: 164)
2. Penyebab Skizofrenia
Penyebab pasti gangguan skizofrenia masih belum diketahui pasti. Berbagai hipotesis terkait penyebab gangguan ini telah bermunculan mulai dari faktor biologis, genetik, psikologis dan lingkungan. Munculnya berbagai hipotesis terkait penyebab gangguan ini karena gangguan ini masih belum dapat diketahui penyebabnya secara pasti.
1) Faktor Genetika
Pada banyak penelitian, telah diketahui bahwa faktor genetika memberikan sumbangan terhadap kerentanan individu untuk terkena gejala skizofrenia (Maramis, 2009 : 89 )
2) Faktor Neurologis
3) Faktor Perkembangan syaraf
Penelitian menggunakan studi pencitraan otak menunjukan sebuah temuan bahwa terdapat pembesaran ventrikel yang dialami oleh hampir 80 persen dari pasien skizofrenia (Pinel, 2009; Plotnik, 2011).Hal ini menunjukan terjadinya pengurangan berat otak, sebesar enam persen dari berat otak rata rata (Maramis, 2009:120).
4) Faktor Psikososial
Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang terjadi lebih awal sehingga menyebabkan munculnya perkembangan yang neurosis (Kaplan dkk, 2010 : 149).
Terjadinya pelemahan ego, pengesampingan superego dan munculnya Id yang menguasai semua (Maramis, 2009: 93). Sedangkan Sullivan, menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh kesulitan interpersonal awal yang berhubungan dengan pengasuhan masa kecil yang salah dan terlalu mencemaskan (Kaplan, 2010:153). Teori Diatesis Stress menyatakan bahwa beberapa orang yang memiliki predisposisi genetik yang berinteraksi dengan stressor kehidupan menghasilkan kemunculan dan perkembangan dari skizofrenia (Plotnik, 2011: 138).
tua atau orang yang dicintai dan permasalahan karir atau personal dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia.
a) Gejala Skizofrenia
Tidak terdapat sebuah gejala yang benar benar penting yang harus ada untuk menegakan diagnosis untuk gangguan skizofrenia. Hal ini terjadi karena perbedaan secara individual pada gejala yang ada pada masing masing pasien yang mengalami gangguan skizofrenia. Namun secara keseluruhan gejala-gejala yang terdapat pada pasien skizofrenia dapat dibedakan menjadi dua jenis gejala, yaitu gejala positif dan gejala negatif.
halusinasi suara, halusinasi dengar dan halusinasi penglihatan (Kaplan, 2010 :149).
2. Gejala Negatif Gejala negatif adalah gejala yang secara khas muncul pada pasien skizofrenia kronis (Purin, 2011). Gejala ini mencangkup berbagai defisit perilaku seperti Apati, alogia, anhedonia, afek datar dan asosialitas (Davison dkk, 2011:169).
Anhedonia adalah hilangnya minat dan penarikan diri dari semua aktivitas rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi. Apati adalah irama emosi yang tumpul yang disertai dengan pelepasan ikatan (detachment) dan ketidak acuhan (Kaplan dkk, 2010:152). Alogia adalah gangguan pikiran negatif yang dapat terwujud dalam berbagai bentuk antara lain kemiskinan isi percakapan, pengulangan kata-kata dan membingungkan (Davison dkk, 2011:170).
b) Klasifikasi Skizofrenia
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) ke 10, yang diterbitkan oleh WHO mengklasifikasikan Skizofrenia dan beberapa gangguan waham sebagai berikut (Purin, Laking dan Treasaden, 2011:74-75)
1. F20 Skizofrenia
3. F20.1 Skizofrenia Hebefrenik 4. F20.2 Skizofrenia Katatonik
5. F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (Undiffrentiated) 6. F20.4 Depresi Pasca Skizofrenik
7. F20.5 Skizofrenia Residual 8. F20.6 Skizofrenia Simpel 9. F20.8 Skizofrenia Lain-lain
10.F20.9 Skizofrenia Tak Tergolongkan (unspecified) 11.F22 Gangguan Waham Menetap
12.F22.0 Gangguan Waham
13.F22.8 Gangguan Waham Menetap Lain
14.F22.9 Gangguan Waham Menetap, Tak Tergolongkan 15.F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
16.F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala - gejala skizofrenia
17.F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala - gejala skizofrenia
18.F23.2 Gangguan Psikotik menyerupai Skizofrenia Akut 19.F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan
Predominan waham
22.F24 Gangguan Waham Terinduksi 23.F25 Gangguan Skizoafektif
24.F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik 25.F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi 26.F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran 27.F25.8 Gangguan Skizoafektif Lain
28.F25.9 Gangguan Skizoafektif Tak Tergolongkan 29.F28 Gangguan Psikotik Nonorganik Lain 30.F29 Gangguan Nonorganik Tak Tergolongkan
C. Emosi
Emosi adalah suatu konsep majemuk sehingga tidak ada satu pun definisi yang diterima secara universal, studi tentang emosi tidak hanya dilakukan oleh ilmu psikologi, tetapi juga oleh sosiolog, neurologi, etika dan filsafat. (Sarlito, 2010:124)
a. Teori – teori Emosi
Nama Pakar Emosi Dasar Dasar Pengambilan Kesimpulan
Arnold Marah, enggan, berani, kecewa, hasrat, putus asa, takut, benci, berharap, cinta, sedih
Hubungan dengan kecenderungan – Kecenderungan
Ekman, Friesen &
Ellsworth Marah, jijik, takut, gembira, sedih, kejutan Ekspresi wajah universal Fridja Hasrat, bahagia, minat, kejutan, kaget, duka. Bentuk kesepian bertindak. Gray Gusar, Teror, Cemas, Gembira Bakat
Izzard Marah, jijik, tidak suka, stress. Takut, rasa bersalah,
minat, gembira, malu, kejutan. Bakat
James Takut, duka, cinta, gusar Keterlibatan Tubuh McDougall Marah, jijik, gembira, takut, tidak berdaya, perasaan
lembut, kagum. Hubungan dengan naluri
Mowrer Sakit, Senang Keadaan emosi yang tidak dipelajari Oatley & johnson laird Marah, jijik, cemas, bahagia, sedih Tidak memerlukan tujuan tertentu Panksepp Berharap, takut, gusar, panik Bakat
Plutchik Pasrah, marah, antisipasi, jijik, gembira, takut, sedih,
kejutan Hubungan dengan proses adaptasi biologis Tomkins marah, insert, jijik, tidak suka, stress, takut, gembira.
Malu, kejutan Besarnya rangsangan syaraf
Watson Takut, cinta, gusar Bakat
b. Perubahan-perubahan dalam tubuh berkaitan dengan emosi.
1. Reaksi elektris pada kulit : Meningkat bila terpesona. 2. Peredaran darah : Berambah cepat bila marah 3. Denyut jantung : Bertambah cepat bilaterkejut. 4. Pernafasan : Bernafas panjang jika kecewa. 5. Pupil Mata : Membasar bila sakit atau marah.
6. Liur :Mengering jika takut atau Tegang. 7. Buluroma : Berdiri jika takut.
8. Pencernaan : Mencret – mencret kalau tegang 9. Otot : Ketegangan & ketakutan otot
(tremor).
10.Komposisi darah : Komposisi darah akan ikut berubah karena kelenjar lebih aktif.
dalam sarlito (2010:131)
c. Ekspresi Emosi
Ekspresi emosi adalah persepsi dalam bentuk verbal dan non verbal, merupakan aspek penting menentukan efektivitas dalam komunikasi hubungan interpersonal. Terdiri dari beberapa sikap yaitu keluhan, permusuhan dan kritik yang berlebihan, dalam jurnal (Macmuroh, 2014:18)
Salah satu cara untuk menampakkan ekspresi emosi salah satunya adalah dengan exspressive writing, expressive writing
traumatis mengenai emosi yang tersembunyi untuk mendapatkan wawasan dan cara penyelesaian dari trauma. ( Pennebaker, 2002:98)
Expressive writing merupakan teknik konseling naratif. Konseling naratif ini digagas oleh White dan Epston pada tahun 1990 dengan sebuah gagasan yang dikenal dengan pengeksternalisasian masalah, memisahkan individu dari masalah, dan menjadikan masalah sebagai masalah yang berada diluar diri individu. Konseling naratif selaras dengan terapi morita yang mencari harmoni dengan alam semesta, membiarkan individu merespons sesuatu sesuai dengan stimulus yang diterimanya dan mengumpulkan waktu juga energi untuk mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi. ( Pennebaker, 2002:92)
Expressive writing belum begitu dikenal kalangan medis dan masyarakat awam di Indonesia, padahal terapi ini banyak manfaatnya dan tidak memiliki efek samping berbagai riset tentang manfaat expressive writing telah dibuktikan oleh para ilmuwan di Amerika Serikat dan Inggris. Bila di Amerika Serikat riset ini dilakukan di University of Texas, maka di Inggris the Arts Council of England siap mendanai proyek Expressive writing yang dilakukan oleh Gillie Bolton di King's College, London (2000 : 82). Smyth JM, dkk (1999) menyebutkan manfaat Expressive writing, antara lain: membantu meringankan gejala penyakit asma dan rheumatoid arthritis (radang sendi akibat rematik). Pernyataan ini didukung oleh Baikie KA dan Wilhelm K (2005), yang meneliti manfaat jangka panjang dari menulis dengan metode expressive writing. Menurut penelitian itu, terapi ini antara lain bisa meningkatkan dan memerbaiki suasana hati (mood), fungsi sistem imun (kekebalan tubuh), memperbaiki fungsi paru-paru (terkhusus penderita asma), kesehatan fisik dan nyeri (terutama pada penderita kanker), fungsi hati, menurunkan tekanan darah, mengurangi ketegangan yang berkaitan dengan harus kembali ke dokter, mengurangi gejala-gejala depresi, mengurangi dampak negatif setelah trauma. Dalam (Alex, 2003:311-312)
dengan T-lymphocytes. Pennebaker meyakini, menuliskan peristiwa – peristiwa yang penuh tekanan akan membantu Anda memahaminya. Dengan begitu, akan mengurangi dampak penyebab stres terhadap kesehatan fisik Anda. Dengan menulis, Anda mengasah otak kiri yang berkaitan dengan analisis dan rasional. Saat Anda melatih otak kiri, otak kanan Anda akan bebas untuk mencipta, mengintuisi, dan merasakan. Singkatnya, menulis bias menyingkirkan hambatan mental Anda dan memungkinkan Anda menggunakan semua daya otak untuk memahami diri Anda, orang lain, serta dunias sekitar Anda dengan lebih baik.
Teknik menulis ekspresi dianggap mampu mereduksi stres karena saat individu berhasil mengeluarkan emosi-emosi negatifnya (perasaan sedih, kecewa, berduka) ke dalam tulisan, individu tersebut dapat mulai merubah sikap, meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori, memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar dari psikosomatis. Hal ini senada seperti yang diungkapkan Menulis tak dapat dipisahkan dengan kata-kata, dan ini ternyata terbukti secara ilmiah memiliki kekuatan, serta merupakan strategi membantu diri sendiri untuk melakukan penyesuaian dengan stres
berpikir mengenai pengalaman itu. Menulis ekspresif menyediakan peluang bagi individu untuk memantulkan perasaannya secara emosional dalam bentuk peningkatan penggunaan kata-kata penyampaian emosi selama interaksi sosial, peningkatan penyampaian emosi tersebut akan meningkatkan perbaikan dalam stabilitas hubungan.”
Pannebaker (1997;162) mengungkapkan terapi dengan teknik Expressive writing ini terbukti bermanfaat secara signifikan empat bulan kemudian. Pannebaker menemukan bukti bahwa sel-sel T-limfosit para mahasiswa menjadi lebih aktif enam pekan setelah mereka menulis peristiwa-peristiwa yang menekan. Salah suatu indikasinya adalah adanya stimulasi sistem kekebalan. Orang yang menulis tentang peristiwa - peristiwa yang berarti atau traumatis dapat meningkatkan kesehatan, fungsi organ, kekebalan tubuh, aktivitas hormonal, memerbaiki penyakit, dan meredakan stres mereka. Adapun mereka yang hobinya menulis tentang topik-topik emosional tak hanya memperbaiki kesehatan namun juga mengubah interaksi diantara orang-orang saat berbicara tentang situasi.
a. Proses Expressive writing
a. Manfaat-Manfaat Menulis Berikut Ini :
1. Menjernihkan pikiran dan perasaan.
Luangkan beberapa menit waktu Anda dan mulailah menuliskan pikiran-pikiran dan emosi Anda. Tidak perlu diedit. Anda akan semakin memahami dunia internal Anda dan merasa lebih baik.
2. Mengenali diri Anda lebih baik.
Dengan menulis secara teratur, Anda akan lebih memah ami apa yang membuat Anda gembira dan percaya diri. Anda juga akan semakin memahami situasi dan orang-orang yang bisa meracuni Anda. Informasi ini akan sangat penting bagi kesehatan emosional Anda.
3. Mengurangi stres.
Menulis mengenai kemarahan, kesedihan, serta emosi menyakitkan lainnya bisa membantu meredakan intensitas perasaan negatif itu sendiri. Dengan begitu, Anda akan merasa lebih tenang dan tetap menjalani hidup dengan lebih baik.
4. Memecahkan masalah dengan lebih efektif.
kemampuan - kemampuan lainnya dan memungkinkan hadirnya solusi baru yang bisa memecahkan masalah.
5. Mengatasi kesalah pahaman dengan orang lain.
Ketidaksepahaman yang tidak bisa dipecahkan dengan kata-kata ucapan bisa diselesaikan melalui tulisan. Dengan menulis, Anda akan lebih bisa memahami poin masing - masing. Dengan begitu, Anda bisa menemukan resolusi yang lebih tepat.
D. Pendamping / Caregiver Pasien Skizofrenia
Caregiver pasien skizofrenia yang terbanyak adalah orang tua (68,6%), orang bukan keluarga pasien yang berprofesi sebagai caregiver
(17,4%), pasangan (7,4%), anak (4,1%), dan saudara kandung (2,5%) (Sarafino, 2006 : 56). Pemahaman yang kurang tentang skizofrenia akan meningkatkan beban yang ditanggung oleh caregiver.
Selanjutnya, beban yang berat tersebut akan menimbulkan sikap dan emosi yang keliru, yang berdampak negatif pada pasien. Jadi, beban berat yang ditanggung oleh caregiver akan membuatnya menjadi emosional dan gemar mengritik, bahkan bermusuhan (jauh dari sifat hangat yang dibutuhkan pasien), sehingga memicu kekambuhan (Schene
anggota keluarga yang pada akhirnya meningkatkan ekspresi emosi keluarga pasien (Phillips et al., 2002; Sri Idaiani dan Hartono, 2005; Lewis
et al., 2009 : 490).
E. Ekspresi Emosi Pendamping Skizofrenia.
Ekspresi emosi adalah persepsi dalam bentuk verbal dan non verbal, merupakan aspek penting menentukan efektivitas dalam komunikasi hubungan interpersonal. Terdiri dari beberapa sikap yaitu keluhan, permusuhan dan kritik yang berlebihan dan pendamping skizofrenia mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat pasien (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal, sehingga antara ekspresi emosi dan pendamping memiliki hubungan sejenis yang saling mendukung.
Pendamping skizofrenia pasti akan memiliki beban atau emosi terpendam karena tugas seorang pendamping skizofrenia adalah sebagai
konsekuensi yang akhirnya akan menimbulkan beban bagi keluarga, beban perawatan berhubungan dengan penangan kualitas hidup, berpengaruh pada kesehatan dan peran aktivitas caregiver (Ochoa S,dkk, 2008:612). Serta penelitian dari (Darwin, P, dkk,2013:46-50) dengan judul Beban Perawatan dan Ekspresi Emosi pada Pramurawat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa, dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang beban dan ekspresi emosi perawat di rumah sakit jiwa yang setiap hari bertemu dengan pasien sebagai caregiver bukan dari anggota keluarga. Penelitian ini membahas benar jika ada beban psikis dalam merawat penderita skizofrenia, dan dalam penelitian ini menunjukkan hal yang signifikan, terdapat hubungan bermakna antara beban perawatan dengan ekspresi emosi pramurawat pasien skizofrenia (p<0,001), dalam penelitian ini beban perawatan muncul lebih karena kurang tepatnya menentukan intervensi yang tepat seperti edukasi tentang skizofrenia baik dalam melakukan perawatan ataupun dalam mengurangi beban perawatan.
Dari penelitian sebelumnya terlihat adanya ekspresi emosi dan beban bagi pendamping penderita skizofrenia, sehingga pendamping skizofrenia pasti memiliki beban yang menjadi ekspresi emosi seperti yang disebutkan dalam penelitian sebelumnya.
F. Prespektif Teori
Bukan hal yang mudah jika ada keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita skizofrenia, pasti akan ada salah satu anggota keluarganya menjadi pendamping penderita skizofrenia tersebut, baik ibu,anak, kakak,ayah, nenek ataupun adik, akan ada salah satu dari anggota keluarga yang lain akan menjadi pendamping penderita skizofrenia, dalam hal ini perawatan pada penderita skizofrenia atau menjadi seorang pendamping penderita skizofrenia bukanlah hal yang mudah, karena penderita skizofrenia memang belum mampu mandiri dikarenakan disfungsi dalam dirinya dan ketidak mandirian penderita menjadikan beban tersendiri untuk keluarga, terutama anggota keluarga yang mendampingi penderita skizofrenia, banyak yang terjadi dalam pendampingan penderita, baik kekerasan, perlawanan, marah-marah bahkan ancaman yang menjadikan semakin stress dan tidak menerima kenyataan yang sebenarnya.
derajat dan khususnya dalam pengendalian latihan, individu terhadap ungkapan emosi mereka. Misalnya, perlakuan sebagai “anak kecil” atau secara “tidak adil” membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal – hal lain. selain itu di jelaskan pula, Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja termasuk higtened emotionality atau meningkatkan emosi yaitu kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya. ekspresi meningkatnya emosi ini dapat berupa sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak ada nafsu makan, tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan diri membaca buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih dijumpai beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas, jengkel, frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan perasaan bahagia. (Hurlock, 1999:177), selain itu perkembangan emosi setengah baya dapat dilihat dari Tavris & Carol (2007:75) bahwa Laki – laki : Karir (waktunya habis dalam pekerjaan/pensiun) akan mengalami frustasi atau beban kerja sehingga berpengaruh kepada emosinya. seorang perempuan yang memasuki usia paruh baya : cenderung lebih stabil, namun lebih sering cepat mengalami masa menopause. (Tavris & Carol, 2007:75)
41
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. (Moleong, 2002:03) mendefinisikan metode kualitatif sebagai berikut :Prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu. Menurut (Bogdan&Taylor,1993: 30), pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dasar peneliti menggunakan penelitian kualitatif adalah ingin mengetahui secara mendalam ekspresi emosi yang tampak dalam diri pendamping penderita skizofrenia, emosi yang tampak dalam proses
exspressive writing,, baik yang terlihat (observasi), cerita perasaan setelah menulis dan ketika tanya jawab (wawancara) ataupun dalam tulisan (uraian rician exspressive writing,).
menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Arikunto, 2007:7)
Asumsi peneliti dengan menggunakan exspressive writing, partisipan mampu untuk mengeksplor emosi terpendam di alam bawah sadar dari asal mula melihat salah satu keluarganya terkena skizofrenia hingga terjadinya beban yang menjadikan strees bagi para pendamping keluarga atau orang yang merawat anggota keluarga.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument utama dalam pengambilan data. Peneliti bertindak sebagai observer (pengamat) serta interviewer (pewawancara) terhadap informan di lapangan yang dilakukan secara terperinci untuk mendapatkan data yang komprehensif atas studi kasus yang diteliti. Peneliti juga menggunakan instrumen lain seperti tape recorder, buku catatan dan kamera, karena hal ini penting dalam proses dokumentasi. Namun instrumen - instrument ini hanya menjadi pendukung selama proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
wawancara, antara lain ponsel sebagai alat perekam, daftar pertanyaan wawancara, serta alat tulis seperti buku dan pulpen untuk kelancaran obervasi.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Subjek 1 bertempat dirumah Partisipan sendiri yang terletak didaerah Pepelegi, Sidoarjo. Rumah tersebut merupakan tempat tinggal subjek sehari-hari bersama ayah, ibu dan kedua saudaranya.
D. Sumber Data
Pendekatan yang dilakukan dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus. Ciri khas dari data kualitatif adalah menjelaskan kasus-kasus tertentu yang terkait dengan penelitian. Sumber data yang menjadi fokus peneliti, yaitu sesuai dengan kriteria penelitian, maka selain subjek utama dalam peneliti, peneliti juga menggali data dari beberapa orang terdekat dengan subjek seperti Sahabat subjek, kakak perempuan subjek, dan orang tua subjek sebagai sumber data.
Subjek penelitian ditentukan secara purposif (berdasarkan kriteria tertentu). Kriteria subjek dalam penelitian ini ditemukan berdasarkan teori dan disesuaikan dengan fokus penelitian. Kriteria utama subjek penelitian adalah sebagai berikut:
b. Anggota keluarga dengan skizofrenia menjalani rawat jalan di RSJ Menur Surabaya dan subjek menjadi pendamping skizofrenia.
c. Memiliki kesenangan dalam menulis, dibuktikan dengan kedua subjek menandatangani pernyataan kesenangan menulis.
d. Dapat membaca dan menulis.
Kriteria ini ditunjukkan karena mencari subjek dengan kriteria diatas terbilang sulit dicari, mengingat bahwasannya tidak semua orang menyukai menulis dan kebanyakan pasien dari sikzofrenia adalah dari kalangan menengah ke bawah sehingga banyak bagi keluarga yang merawat telah berumur dan tidak mampu membaca dan menulis, sekalipun jika ada seseorang yang mampu membaca dan menulis, subjek yang telah berumur memilih untuk berbicara dari pada harus menulis di kertas, selebihnya, penelitian ini akan lebih terlihat ekspresi emosinya jika subjek yang diberikan exspressive writing ini adalah subjek yang memiliki kesenangan dalam menulis, sehingga mudah untuk subjek untuk meluapkan emosinya dalam tulisan.
writing seperti yang peneliti jelaskan dan kedua subjek bersedia
menggunakan media exspressive writing untuk bercerita, selain wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dalam penelitian ini juga tidak hanya subjek yang diwawancarai untuk menggali data tentang ekspresi emosi, tetapi peneliti juga memwawancarai significant other dari kedua subjek, yang mana signifikan other subjek RH atau subjek pertama dalam penelitian ini berinisial K dan signifikan other subjek M atau subjek kedua berinisial N.
Subjek pertama dalam penelitian ini berinisial RH subjek adalah seorang anak SMA yang berusia 19 tahun, dalam hal ini subjek menjadi pendamping anggota keluarga yang menderita skizofrenia, dan sudah 7 tahun RH menjadi pengasuh anggota keluarga yang tidak lain adalah ibukandungnya sendiri, selain harus merawat ibunya yang sedang sakit, RH harus bersekolah dan akan menghadapi UNAS pada tahun ini, tak jarang pula RH mendapatkan kekerasan fisik dari ibunya yang sedang sakit di karenakan ibunya yang tidak mampu mengendalikan diri karena halusinasi lihatnya, semakin membuat RH mengalami beban stress yang luar biasa, dalam penelitian ini akan tampak bagaiamana ekspresi emosi subjek RH dan keunikan dari subjek RH .
RH berinisial K, signifikan other adalah tempat berlari subjek saat subjek merasa bosan dan putus asa dengan keadaan ibunya, sehingga subjek RH menyarankan K menjadi signifikan other dalam penelitian ini.
Subjek kedua dalam penelitian ini berinisial M subjek adalah seorang ibu berusia 45 tahun, dalam hal ini subjek menjadi pengasuh anggota keluarga yang menderita skizofrenia, dan sudah 15 tahun subjek M telah merawat anggota keluarganyam yang tidak lain adalah anak kandungnya, bingung, malu dan harus mengeluarkan biaya pengobatan yang banyak menjadikan beban stress tesendiri bagi subjek M, sehingga dalam penelitian ini akan terlihat bagaimana ekspresi emosi subjek M dan keunikan dari subjek M.
signifikan other subjek M adalah adik kandung dari penderita
skizofrenia, yang mana juga anak kandung dari subjek M, signifikan
other sejak kecil tinggal serumah dengan subjek M dan tinggal
serumah dengan penderita, sehingga signifikan other mengetahui perkembangan subjek M dan apa saja yang telah di lakukan subjek M, sehingga subjek M menyarankan N menjadi signifikan other.
E. Prosedur Pengumpulan Data.
a. Wawancara.
Wawancara bertujuan untuk mengetahui tentang makna subjektif yang dipahami individu yang berhubungan dengan topik yang akan diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister dkk., 1994 dalam Poerwandari, 2005 : 22).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Pertanyaan untuk subjek penelitian yang akan diajukan dalam penelitian ini meliputi latar belakang keluarga subjek, tentang gangguan yang diderita subjek, dan aspek-aspek beban dan perasaan subjek yang dirasakan selama ini. Latar belakang keluarga subjek perlu ditanyakan guna untuk mengetahui
background orangtua dan saudara-saudara subjek. Pertanyaan tentang gangguan subjek meliputi, pengetahuan, pandangan subjek terhadap gangguan yang diderita keluarganya, dukungan yang diterima subjek dan keinginan subjek untk sembuh dari gangguan yang dideritanya. Aspek-aspek beban stress yang dialami subjek selama merawat penderita sendiri, mencangkup perasaan dan ekspresi emosi subjek selama ini serta harapan-harapan subjek.
mengamati subjek , sikap subjek saat wawancara, kontak mata, ekspresi wajah, cara bicara, gesture tubuh subjek kepada peneliti saat peneliti mengajukan pertanyaan kepada subjek.
Menurut Naution (1992: 9), peneliti adalah key instrument
atau alat utama dalam penelitian (Prastowo, 2012). Selain peneliti sendiri yang menjadi instrument penelitian, peneliti juga menggunakan instrument lain seperti tape recorder, buku catatan dan kamera dan sebagainya, hal ini penting dalam proses dokumentasi. Namun instrument-instrumen ini hanya menjadi pendukung selama proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
b. Observasi
Observasi selalu diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2005 : 23). Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister dkk. 1994 dalam Poerwandari, 2005 : 24). Observasi dalam penelitian ini menggunakan modul observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa dokumen-dokumen yang dapat diakses oleh peneliti dari subjek yang dapat menambah informasi data bagi penelitian. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimenfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moelong, 2009:30).
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah :
1. Surat Kontrol anak Subjek M yang menderita skizofrenia. 2. Rekam medis ibu subjek RH yang menderita skizofrenia 3. Tulisan tangan Exspressive Writing subjek M & subjek RH. 4. Informed Consert
5. Lembar Pernyataan Subjek Menyukai Kegiatan Menulis dibuktikan Adanya Diary.
F. Analisis Data
a. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara terus-menerus dari awal hingga akhir penelitian; dengan induktif; dan mencari pola, model, tema, serta teori (Prastowo, 2012). Menurut Seiddel (1998 dalam Moleong, 2009) proses analisis data kualitatif yaitu: a) mencatat hasil catatan lapangan, dengan memberikan kode; b) mengumpulkan dan mengklasifikasikan, dan membuat koding; c) mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dengan lebih selektif.
Langkah-langkah awal koding dapat dilakukan melalui (Poerwandari, 2005 : 27 ), yaitu:
1. Peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkannya membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu di atas transkrip tersebut.
2. Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan tersebut. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nomor secara urut dari satu baris ke baris lain atau dengan cara memberikan nomor baru untuk paragraf baru.
tiap berkas.
4. Setelah melakukan koding selanjutnya peneliti melakukan analisis tematik terhadap data yang diperoleh. Analisis tematik adalah proses yang memungkinkan penerjemah gejala atau informasi kualitatif menjadi data kualitatif sesuai dengan kebutuhan peneliti (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005). Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan ‘pola’ yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Setelah tema ditemukan (seeing), maka tahap selanjutnya mengklasifikasikan atau meng-encode pola tersebut (seeing as) dengan cara memberikan label, definisi atau deskripsi (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005 : 28). Dengan menggunakan analisis tematik ini maka hasil penelitian berupa deskripsi dari pola-pola yang sudah didapatkan dari hasil mengkoding data-data yang diperoleh dari hasil wawancara.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
1. Uji Validitas
a. Ketekunan Pengamatan
b. Triangulasi
Patton (Poerwandari, 2005) menyatakan bahwa triangulasi dapat dibedakan dalam:
1) Triangulasi data, digunakan variasi sumber data yang berbeda
2) Triangulasi peneliti, digunakan beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda
3) Triangulasi teori, dilakukan beberapa perspektif yang berbeda untuk mengintrepetasi data yang sama
4) Triangulasi metodologis, dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti satu hal yang sama.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari significant others sebagai penguat dan penambah informasi yang telah didapatkan melalui nara sumber. Significant others yang dipilih dalam penelitian ini adalah suami subjek, orang tua subjek dan kakak perempuan subjek yang tinggalnya bersampingan dengan rumah subjek, sehingga informasi yang didapatkan dipercaya sepenuhnya.
mengetahui kehidupan subjek sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan koherensi tentang data yang didapat dilapangan dengan data yang berasal dari
significant others. Triangulasi data ini dapat terlihat pada hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan analisis verbatim dan koding secara bergantian antara subjek penelitian dengan significant others dari subjek penelitian.
Significant other dari subjek I yang berinisial RH adalah sahabat subjek yang berinisial K subjek sudah dekat dengan K sejak pertama kali ibunya sakit, sehingga subjek menyarankan pada peneliti untuk menjadikan significant other. Kemudian Significant otherdari subjek II yang berinisial M adalah anak ke-2 subjek yang berinisial N selalu mengikuti perkembangan karena subjek adalah adik penderita dan mengetahui dari awal kejadian hingga saat ini.
c. Uraian Rincian
mengacu pada fokus penelitian. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri tentunya bukan dari bagian uraian rinci melainkan penafsirannya yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam pertanggung jawaban berdasarkan kejadian – kejadian nyata.
2. Uji Reliabilitas
57 A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, dimulai sejak awal bulan Desember 2014 dan berakhir pada awal bulan Januari 2014. Adapun waktu penelitian ini dihitung sejak proses pencarian subjek penelitian hingga disusunnya laporan hasil penelitian ini secara bertahap. Waktu penelitian ini adalah waktu efektif. Setiap tahapan yang terjadi tidak berjalan secara mutlak, namun bisa diselingi dengan tahap selanjutnya demi efektivitas waktu tanpa mengurangi esensi dari penelitian itu sendiri.
dan subjek bersedia untuk di wawancari ternyata subjek susah untuk dihubungi dan akhirnya peneliti ganti subjek lagi tidak lama peneliti menemukan subjek peganti dan subjek bersedia untuk diwawancarai.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap yang pertama adalah penentuan karakteristik dan status subjek penelitian. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana ekspresi emosi pendamping skizofrenia. Dalam hal penentuan karakteristik dan status subyek, pada awalnya peneliti menemukan karakteristik yang berbeda sebelum dan sesudah terjalin kedekatan subjek dengan peneliti. Namun setelah dikaji lebih mendalam melalui teori serta serta pendekatan diri peneliti terhadap semua subjek, akhirnya disusunlah kriteria untuk subjek penelitian berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam Bab III.
Tahap kedua adalah penelusuran informasi tentang subjek penelitian. Hal yang pertama kali dilakukan peneliti pada Subjek pertama mendekati subjek berkenalan dengan subjek dan kemudian peneliti mengutarakan maksudnya untuk jadi subjek penelitian. Setelah ada persetujuan maka diadakan kesepakatan waktu untuk mengadakan wawancara. Apabila dalam wawancara pertama ternyata masih ada beberapa hal yang diperlukan penjelasan maka diadakan wawanca.
1. Subjek pertama.
pertama pada tanggal 19 Desember 2014, Peneliti mengenalkan diri peneliti dan menjelaskan tujuan bertemu dengan RH, yaitu mengharapkan kesediaan subjek menjadi subjek penelitian. Peneliti memberikan gambaran singkat mengenai maksud dari penelitian yang dilakukan dan proses wawancara yang akan dilaksanakan dengan subjek nantinya.
Subjek RH Mendengarkan penjelasan dari peneliti dan dia menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian. Selanjutnya, peneliti memberikan Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden untuk diisi dan ditandatangani oleh subjek pertama dan surat tersebut nantinya menjadi pengganti Surat Bukti Penelitian. Setelah subjek pertama mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden, maka peneliti menanyakan waktu wawancara dengan subjek.subjek menjawab bahwa wawancara dapat dilakukan kapan saja dan penelitipun mengatur waktu wawancaranya karena peneliti masih belum membuat guidance wawancaranya.
melakukan wawancara kedua. Berdasarkan kesepakatan dengan subjek, maka wawancara kedua dilaksanakan pada 27 Desember 2014 di rumah subjek. Selanjutnya ketika masih ada data yang kurang atau pernyataan dirasa kurang, maka peneliti menghubungi subjek lewat BBM (BlackBerry Messenger) untuk menemui kembali ketiga kalinya pada tanggal 30 Desember 2014. Peneliti pada saat sudah selesai melakukan wawancara yang pertama meminta ijin dan rekomendasi dari subjek tentang seseorang yang dapat menjadi informan mengenai subjek. Subjek tidak keberatan dan memberikan nama K, yang merupakan sahabat subjek. Kadalah sahabat subjek yang selama ini menjadi tempat curhat subjek. Peneliti memiliki janji bertemu dengan significant other tanggal 31 desember 2014.
2. Subjek kedua
Subjek kedua berinisial M. Subjek merupakan seorang ibu rumah tangga, dan subjek bertempat tinggal di surabaya selatan. Peneliti mengajak berkenalan dengan subjek dan meminta persetujuan untuk menjadi subjek penelitian pada tanggal 5 Januari 2015, subjekpun bersedia dan menyatakan bersedia membantu peneliti dengan menjadi subjek penelitian. Selanjutnya peneliti menanyakan kapan bisa melakukan wawancara dan peneliti membuat janji pada 8 januari 2015. Pada pertemuan pertama ini tanggal 5 januari 2015, peneliti berkenalan dengan subjek, lalu dilanjutkan dengan menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian. Peneliti memberikan gambaran singkat mengenai maksud dari penelitian yang dilakukan dan proses Exspresive
mendengarkan penjelasan dari peneliti maka subjek menyatakan bersedia menjadi subjek. Selanjutnya, peneliti memberikan surat pernyataan bersedia menjadi responden untuk diisi dan ditandatangani oleh subjek, dan surat tersebut nantinya menjadi pengganti surat bukti penelitian.
Kemudian subjek mengisi dan menandatangani surat pernyataan dan dia bersedia menjadi responden. ketika tanggal 8 januari 2015 peneliti datang kembali untuk melakukan wawancara dan Exspresive writing, peneliti menggunakan kalimat pertanyaan pembuka untuk mencairkan suasana, selanjutnya peneliti mengeluarkan peralatan yang digunakan dalam wawancara (pedoman wawancara, alat perekam, dan alat tulis untuk menulis
Exspresive writing) dan exspresive writing segera dimulai. Usai melaksanakan
Exspresive writing peneliti segera melakukan pengumpulan data lagi dengan menggunakan wawancara, untuk melengkapi hasil penelitian, maka peneliti segera menghubungi subjek dan membuat janji untuk melakukan wawancara kedua.