• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA FLIPCHART SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN ILMU TAJWID BAGI SANTRI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN ASY-SYAMS KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA FLIPCHART SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN ILMU TAJWID BAGI SANTRI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN ASY-SYAMS KULON PROGO."

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA FLIPCHART SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN ILMU TAJWID BAGI SANTRI TAMAN

PENDIDIKAN AL-QUR’AN ASY-SYAMS KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Perdana Linda Budi Winarsih NIM 10105241024

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Hasbunallah wa ni’mal wakil. Cukup Allah sebagai penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung” (Q.S. Ali Imran: 173)

“Sesuatu memang terlihat tidak mungkin dilakukan pada awalnya, namun semua akan berbuah manis jika kita percaya dan menjalaninya dengan ikhlas” (Penulis)

(6)

PENGEMBANGAN MEDIA FLIPCHART SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN ILMU TAJWID BAGI SANTRI TAMAN

PENDIDIKAN AL-QUR’AN ASY-SYAMS KULON PROGO

Oleh

Perdana Linda Budi Winarsih NIM 10105241024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media flipchart yang layak untuk pembelajaran ilmu tajwid di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Asy-Syams Kulon Progo. Metode penelitian yang dipakai dalam pengembangan media flipchart untuk pembelajaran ilmu tajwid ini adalah Research and Development dimana langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada prosedur pengembangan Borg and Gall yang disederhanakan menjadi enam langkah pokok, yaitu (1) analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli dan revisi produk, (4) uji coba lapangan terbatas dan revisi produk I, (5) uji coba lapangan kelompok kecil dan revisi produk II, (6) uji coba lapangan kelompok luas dan produk akhir.

Produk yang dihasilkan divalidasi oleh 1 ahli materi dan 1 ahli media untuk menilai produk awal dan melakukan revisi sesuai saran para ahli. Selanjutnya produk diujicobakan kepada santri kelas Al-Qur’an di TPQ Asy -Syams Kulon Progo, 2 santri pada uji coba lapangan terbatas, 5 santri pada uji coba lapangan kelompok kecil, dan 15 santri pada uji coba lapangan kelompok luas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Instrumen pengumpulan data penelitian berupa panduan wawancara, panduan observasi, kamera digital, dan angket lembar penilaian.

Hasil uji ahli dan kelayakan produk oleh santri menunjukkan hasil yang sangat baik dengan rincian: (1) uji ahli materi mendapat skor rata-rata 4,50 rentang X > 4,08 sangat baik; (2) uji ahli media mendapat skor rata-rata 4,29 rentang X > 4,08 sangat baik; (3) uji lapangan terbatas memperoleh skor rata-rata 4,52 rentang X > 4,08 sangat baik; (4) uji lapangan kelompok kecil memperoleh skor rata-rata 4,53 rentang X > 4,08 sangat baik; (5) uji lapangan kelompok luas memperoleh skor rata-rata 4,51 rentang X > 4,08 sangat baik. Berdasarkan hasil penilaian dari uji kelayakan dapat disimpulkan bahwa media flipchart yang dikembangkan telah layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran ilmu tajwid di TPQ Asy-Syams Kulon Progo.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penuh khidmat penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas ijin, berkah, dan rahmat-Nya yang tiada henti dicurahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Skripsi yang ditulis berjudul “Pengembangan Media Flipchart Sebagai Alat Bantu Pembelajaran Ilmu Tajwid Bagi Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy-Syams Kulon Progo”. Media yang dikembangkan ditujukan untuk para santri kelas al-Qur’an di TPQ Asy-Syams Kulon Progo dengan materi ilmu tajwid disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah

memberikan kemudahan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Estu Miyarso, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Suparlan, M. Pd. I. selaku ahli materi yang telah membantu dalam mengevaluasi media pembelajaran dalam penelitian pengembangan ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Isniatun Munawaroh, M. Pd. selaku ahli media pembelajaran yang telah membantu dalam mengevaluasi media pembelajaran dalam penelitian pengembangan ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(8)

7. Para pengajar kelas Al-Qur’an Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy-Syams Dengok, Nanggulan, Kulon Progo yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian sehingga penelitian ini berjalan dengan baik.

8. Siswa/santri kelas Al-Qur’an Taman Pendidikan Al-Qur’an Dengok, Nanggulan, Kulon Progo yang telah membantu dalam penelitian dan uji coba produk media pembelajaran, sehingga penelitian ini berjalan dengan baik. 9. Semua dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah

memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

10.Bapak dan Ibuku tersayang atas doa, kesabaran, dukungan moril, dukungan materi dan seluruh kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti dicurahkan untuk anakmu ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

11.Saudaraku tersayang, Yusuf, Tuti, Meiga yang tidak pernah lupa memberi semangat selama penyusunan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabatku Astri, Umi, Winda, Dewi, Isti, atas doa, dukungan, serta semua bantuan kalian sehingga skripsi ini bisa segera terselesaikan dengan baik.

13.Teman-teman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Angkatan 2010 dan 2011, yang sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan di FIP UNY.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dan produk yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan bagi para pembaca atau pengguna khususnya.

(9)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Pengembangan ... 7

F. Manfaat Pengembangan ... 8

G. Spesifikasi Produk dan Rancangan yang Diharapkan ... 9

H. Pentingnya Pengembangan ... 10

I. Keterbatasan Pengembangan ... 11

J. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Materi Ilmu Tajwid 1. Pengertian Materi Ilmu Tajwid ... 13

2. Makhraj Huruf ... 15

(10)

4. Penulisan Materi Ilmu Tajwid ... 23

5. Karakteristik Santri Materi Ilmu Tajwid ... 24

B. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran ... 27

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 29

3. Peranan Media Pembelajaran ... 31

4. Jenis Media Pembelajaran ... 33

C. Tinjauan Tentang Media Flipchart 1. Definisi Flipchart ... 35

2. Karakteristik Media Flipchart ... 36

3. Manfaat Media Flipchart ... 38

D. Tinjauan Tentang Pengembangan Media Flipchart 1. Pengertian Pengembangan ... 39

2. Prosedur Pengembangan Produk ... 41

3. Kedudukan Pengembangan dalam Teknologi Pendidikan ... 42

4. Prinsip Pengembangan Media Flipchart ... 46

5. Langkah-langkah Pembuatan Media Flipchart ... 47

E. Konsep Pembelajaran Taman Pendidikan Al-Qur’an ... 51

F. Penggunaan Media Flipchart dalam Pembelajaran di TPQ ... 52

G. Kerangka Berpikir ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 56

B. Prosedur Pengembangan Produk ... 57

C. Uji Coba Produk ... 63

D. Jenis Data ... 65

E. Metode Pengumpulan Data ... 65

F. Instrumen dan Validasi Instrumen ... 69

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 75

1. Deskripsi Setting Penelitian ... 76

2. Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 77

3. Pengembangan Produk Media Flipchart ... 85

4. Validasi Instrumen ... 91

5. Hasil dan Analisis Data Validasi Produk Media ... 92

6. Hasil dan Analisis Data Uji Coba Produk Media ... 109

B. Pembahasan dan Hasil Akhir Pengembangan Produk ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENGEMBANGAN A. Kesimpulan ... 129

B. Saran Pengembangan ... 129

C. Keterbatasan Penelitian ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Rumus konversi data kuantitatif ... 73

Tabel 2. Indikator kelayakan produk …. ... 73

Tabel 3. Hasil observasi awal penelitian pengembangan ... 78

Tabel 4. Rumusan langkah-langkah pembelajaran ilmu tajwid di TPQ ... 84

Tabel 5. Hasil penilaian uji validasi ahli materi tahap I ... 94

Tabel 6. Hasil penilian uji validasi ahli materi tahap II ... 97

Tabel 7. Hasil penilaian uji validasi materi tahap III ... 99

Tabel 8. Hasil penilaian uji validasi ahli media tahap I ... 102

Tabel 9. Hasil penilaian uji validasi ahli media tahap II ... 107

Tabel 10. Hasil penilaian uji coba lapangan terbatas ... 111

Tabel 11. Hasil observasi minat dua santri pada uji coba lapangan terbatas .. 112

Tabel 12. Hasil penilaian uji coba lapangan kelompok kecil ... 115

Tabel 13. Hasil observasi minat lima santri pada uji coba lapangan kelompok kecil ... 116

Tabel 14. Hasil penilaian uji coba lapangan luas ... 118

(13)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kedudukan pengembangan dalam teknologi pendidikan ... 45

Gambar 2. Penggunaan media flipchart dalam pembelajaran di TPQ ... 53

Gambar 3. Kerangka berpikir pentingnya pengembangan media flipchart .... 55

Gambar 4. Prosedur pengembangan produk media ... 62

Gambar 5. Desain papan penyangga ... 87

Gambar 6. Desain awal flipchart ... 87

Gambar 7. Warna desain flipchart sebelum revisi ... 104

Gambar 8. Warna desain flipchart sesudah revisi ... 104

Gambar 9. Gambar pendukung pada judul media flipchart sebelum revisi ... 105

Gambar 10. Gambar pendukung pada judul media flipchart sesudah revisi .. 105

Gambar 11. Bahan kertas media flipchart sebelum revisi ... 105

Gambar 12. Bahan kertas media flipchart sesudah revisi ... 106

Gambar 13. Penataan pesan pada media flipchart sebelum revisi ... 106

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Silabus (Jadwal pembelajaran TPQ Asy-Syams) ... 134 Lampiran 2. Pedoman observasi, pedoman wawancara, hasil observasi awal,

hasil wawancara ... 136 Lampiran 3. Dokumentasi observasi awal dan wawancara ... 141 Lampiran 4. Instrumen penilaian ahli materi dan hasil penilaian, instrumen

penilaian ahli media dan hasil penilaian, lembar penilaian

produk media untuk santri dan hasil penilaian ... 143 Lampiran 5. Dokumentasi pengembangan produk, uji validasi ahli materi,

uji validasi ahli media, dan revisi produk media ... 155 Lampiran 6. Rekapitulasi hasil uji coba lapangan terbatas, uji coba lapangan

kelompok kecil, uji coba lapangan luas ... 159 Lampiran 7. Dokumentasi uji coba lapangan terbatas, uji coba lapangan

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi umat muslim membaca Al-Qur’an adalah wujud ibadah. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah manusia yang ditujukan kepada Sang Pencipta. Ibadah akan lebih sempurna ketika ilmu yang manusia miliki dapat diajarkan kepada manusia lain. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits: Dari Usman bin 'Affan ra. telah berkata: Rasulullah saw. bersabda,

"Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya" (Terjemahan H.R. Bukhari).

Sebaik-baik manusia yang mempelajari Al-Qur’an untuk dirinya sendiri masih kalah baik dengan mereka yang mengajarkannya kepada orang lain. Namun, perlu diketahui bahwa dalam membaca Al-Qur’an tidak cukup dengan membaca sedapatnya saja. Maksud membaca sedapatnya disini adalah membaca tanpa disertai ilmu tajwid.

Dalam Ulumul Qur’an, tajwid diartikan sebagai sikap menata huruf (Al-Qur’an) sesuai dengan tempat keluarnya. Ilmu tajwid ini yang menjadi penyempurna dalam membaca Al-Qur’an dimana setiap huruf dalam Al-Qur’an memiliki bunyi dan tekanan lafazh yang berbeda. Seseorang yang

(16)

Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Terjemahan H.R. Bukhari & Muslim)

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa seseorang yang mahir membaca Al-Qur’an (sesuai qaidah ilmu tajwid) kelak akan mendapat tempat terbaik di Syurga dan seseorang yang kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an tetap akan mendapat dua pahala. Namun dengan pemahaman tersebut bukan berarti seseorang dengan mudahnya mencukupkan bacaan Al-Qur’annya yang kurang lancar tanpa mengindahkan qaidah-qaidah yang berlaku dalam ilmu tajwid. Hadits tersebut justru ingin mengajak seseorang agar memahirkan bacaan serta memperbaiki bacaan Al-Qur’an yang kurang benar dengan menggunakan qaidah-qaidah ilmu tajwid.

(17)

juga dalam membaca Al-Qur’an, bukan perkara mudah membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang baik apalagi membacanya sesuai qaidah ilmu tajwid. Untuk itu sudah menjadi tugas para pelaku pendidikan keagamaan untuk memberikan pengajaran yang tepat khususnya dalam membaca Al-Qur’an.

Taman Pendidikan Al-Qur’an atau lebih dikenal sebagai TPQ merupakan salah satu sarana yang dapat memfasilitasi seseorang belajar membaca Al-Qur’an sejak usia rendah. Para pengajar TPQ meyakini bahwa mengajarkan hal baik seperti membaca Al-Qur’an, pembentukan akhlak, serta pengajaran keagamaan lain akan jauh lebih baik jika diberikan pada usia muda dibandingkan saat seseorang sudah menginjak usia dewasa. Hal tersebut seperti diibaratkan bagai mengukir di atas batu.

Dari hasil observasi di Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy-Syams, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kelas Al-Qur’an yang diikuti oleh anak-anak dengan rentang usia 6-10 tahun berjalan dengan cukup baik. Anak-anak memiliki antusiasme yang besar dan dapat menerima pelajaran dengan respon yang positif. Sehingga hal tersebut dapat menjadi peluang bagi para pengajar untuk memberikan pelajaran mengenai ilmu-ilmu agama termasuk mengajarkan ilmu tajwid Al-Qur’an dengan lebih baik.

(18)

masih belum menunjukkan kemampuan membaca yang baik sesuai qaidah-qaidah ilmu tajwid. Pembelajaran ilmu tajwid dilakukan secara bersamaan dengan qira’ati qur’an. Para santri membaca Al-Qur’an di hadapan pengajar dan pada saat yang sama pengajar menyimak bacaan santri sambil memperbaiki bacaan santri yang belum sesuai ilmu tajwid. Dalam memperbaiki bacaan, pengajar menyisipkan pengetahuan tentang ilmu tajwid yang disampaikan dalam bentuk verbal (ucapan). Namun, pengajar merasa bahwa pembelajaran dengan verbal tersebut masih kurang maksimal jika tidak didukung media pembelajaran lain yang dapat menggambarkan materi secara lebih jelas. Pengajar mengaku sering kesulitan ketika menjelaskan materi ilmu tajwid kepada santrinya, begitu pula dengan para santri yang mengaku sulit memahami materi tanpa penggambaran yang konkrit. Sampai disini, peneliti kemudian menyimpulkan bahwa baik pengajar maupun santri sama-sama membutuhkan media pembelajaran untuk memudahkan proses pembelajaran ilmu tajwid di Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy-Syams.

(19)

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, (2005: 2), penggunaan media dalam suatu proses pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran memiliki peran yang cukup penting dalam suatu kegiatan pembelajaran kaitannya dalam pencapaian hasil belajar secara lebih maksimal. Pembelajaran dengan pemahaman tingkat tinggi yang hanya mengandalkan aspek verbal dimana santri yang mengikuti pembelajaran kelas Al-Qur’an didominasi oleh anak-anak dengan rentang usia 6-10 tahun tentu kurang efektif. Anak-anak akan sulit menangkap pesan yang disampaikan pengajar apabila tidak dibarengi dengan penggambaran secara konkrit.

(20)

Bertolak dari latar belakang tersebut, peneliti kemudian tertarik untuk mengembangkan media pembelajaran flipchart untuk materi ilmu tajwid yang dirumuskan dalam judul penelitian “Pengembangan Media Flipchart Sebagai Alat Bantu Pembelajaran Ilmu Tajwid Bagi Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy- Syams Kulon Progo”. Materi ilmu tajwid memerlukan perhatian yang cukup tinggi dalam mempelajarinya. Oleh karena itu, penggunaan media flipchart diharapkan dapat lebih memperjelas materi ilmu tajwid secara lebih

konkrit dimana sebelumnya materi ilmu tajwid hanya disampaikan pengajar secara verbal. Media flipchart tersebut dipilih karena murah dan mudah didapatkan serta dapat digunakan dalam situasi apapun tanpa memerlukan media ataupun alat bantu lainnya dalam penggunaannya.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang ada sebagai berikut:

1. Pemahaman santri tentang ilmu tajwid Al-Qur’an masih kurang sehingga berdampak pada kemampuan santri dalam membaca Al-Qur’an.

2. Santri usia rendah belum mampu berpikir abstrak/tingkat tinggi, masih membutuhkan gambaran konkrit berupa visualisasi gambar, simbol, dan sebagainya.

(21)

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dijabarkan, maka peneliti membatasi masalah dalam cakupan yang lebih khusus. Peneliti coba memfokuskan pokok masalah pada pengembangan media flipchart yang layak agar nantinya dapat dimanfaatkan pengajar sebagai alat bantu pengajaran dan pemahaman ilmu tajwid Al-Qur’an kepada para santri di Taman Pendidikan Al-Qur’an As-Syams.

D. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian latar belakang masalah serta identifikasi masalah diatas, peneliti kemudian merumuskan masalah mengenai: Bagaimana mengembangkan media flipchart yang layak untuk digunakan sebagai alat bantu pembelajaran ilmu tajwid Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an Asy-Syams?

E. Tujuan Pengembangan

(22)

F. Manfaat Pengembangan

Dari tujuan yang telah diuraikan, maka peneliti berharap bahwa pengembangan media pembelajaran dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan sumbangsih serta masukan mengenai pengembangan media inovatif, salah satunya adalah media sederhana flipchart untuk pembelajaran ilmu tajwid Al-Qur’an di taman pendidikan Al-Qur’an.

2. Manfaat Praktis a. Bagi santri

1) Membantu santri dalam belajar ilmu tajwid Al-Qur’an dengan lebih mudah dan menyenangkan.

2) Santri memiliki pemahaman secara lebih konkrit mengenai meteri ajar, serta dapat menggunakan media pembelajaran sewaktu-waktu ketika membutuhkannya untuk sarana belajar.

b. Bagi pengajar

1) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di taman pendidikan Al-Qur’an untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa/santri. 2) Memudahkan pengajar menyampaikan maksud pembelajaran

(23)

c. Bagi sekolah (TPQ)

1) Menambah sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pada pemahaman membaca ilmu tajwid Al-Qur’an.

2) Menambah mitra di luar TPQ dengan menjalin hubungan kerjasama yang baik antara kedua belah pihak.

G. Spesifikasi Produk Dan Rancangan Yang Diharapkan

Spesifikasi produk serta bentuk rancangan yang akan dikembangkan dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil produk yang dikembangkan berupa media flipchart. Flipchart tersebut dibuat menyerupai kalender yang mudah untuk dibalik dan berukuran besar, yaitu 43 x 53 cm. Bahan yang digunakan adalah kertas Artpapper 150 gram dengan ketebalan sedang dan memiliki tekstur

permukaan yang halus sehingga cetakan dapat lebih jelas dan mudah dibaca sesuai prinsip keterbacaannya.

2. Media flipchart berisi materi tentang ilmu tajwid yang berupa potongan-potongan ayat Al-Qur’an disertai penjelasan tertulis yang terkait dengan hukum-hukum bacaaan ilmu tajwid Al-Qur’an. Selain itu akan ditambahkan pula gambar mengenai Makharijul Huruf (membaca huruf sesuai tempat keluarnya).

(24)

sebagai penjelas materi dalam media flipchart, seperti memberikan contoh-contoh pengucapannya, sedangkan para santri memperhatikan sambil menirukan apa yang diperintahkan pengajar.

H. Pentingnya Pengembangan

Pengembangan media flipchart untuk pembelajaran ilmu tajwid ini ditujukan untuk membantu santri belajar dan memahami ilmu tajwid. Pengembangan media flipchart ini diharapkan dapat menambah minat dan motivasi belajar santri dan memudahkan pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu tajwid.

Pentingnya pengembangan media flipchart untuk pembelajaran ilmu tajwid diuraikan sebagai berikut:

1) Menyediakan sumber belajar bagi santri utamanya dalam belajar ilmu tajwid dengan media flipchart yang mudah untuk dipahami dan dipelajari.

2) Memfasilitasi pengajar dalam menyampaikan pembelajaran ilmu tajwid yang dirasa sulit disampaikan menggunakan bahasa verbal seperti makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) dan hukum bacaan ikhfa’, idzhar, idgham, iqlab, mad, qalqalah, waqaf. Pengajar akan lebih mudah

memperlihatkan kepada santri contoh penggunaan hukum-hukum bacaan tersebut dalam ayat Al-Qur’an.

(25)

I. Keterbatasan Pengembangan

Media flipchart yang dikembangkan ini hanya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan belajar santri dalam mempelajari ilmu tajwid dasar sehingga tidak dapat digunakan untuk mempelajari ilmu tajwid dengan tingkat yang lebih tinggi dengan metari yang lebih lengkap.

J. Definisi Operasional

Untuk membatasi pembahasan agar tidak meluas serta menghindari timbulnya penafsiran yang tidak terfokus pada inti pembahasan, maka peneliti pun menyampaikan definisi operasional penelitian pengembangan sebagai berikut:

1. Pengembangan

Pengembangan adalah aktivitas merombak, merevisi suatu ide, gagasan atau produk dengan beberapa tahapan seperti: tahap analisis kebutuhan melalui kegiatan pendahuluan, tahap pengumpulan teori, tahap produksi, tahap validasi ahli, tahap uji coba dan tahap revisi media.

2. Flipchart

Flipchart adalah salah satu bentuk media grafis yang berupa

(26)

3. Ilmu tajwid

Ilmu tajwid adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap menata huruf-huruf Al-Qur’an sesuai dengan tempatnya dan membacanya sesuai qaidah dalam ilmu tajwid itu sendiri agar terhindar dari kesalahan dan kekeliruan.

4. Santri

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Materi Ilmu Tajwid 1. Pengertian Materi Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid merupakan salah satu komponen yang penting dalam membaca Al-Qur’an. Secara literal, tajwid berarti merapikan dan mengokohkan sesuatu. Sesuatu yang dirapikan dan dikokohkan disini adalah bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan melafalkan sesuai dengan makhrajdan sifatnya serta memenuhi hukum bacaannya.

Ibnu Jaziri menyatakan, “Tajwid adalah bentuk mashdar dari fi’il katajawwada-yujawwidu-tajwiidan.Bentukisim-nya adalahal-jawwadah, artinya adalah memperbaiki, berkebalikan arti dengan kata ar-rada’atu, yang berarti kerusakan. Karena itulah, menurut Ibnu Jaziri ilmu tajwid merupakan suatu proses mendatangkan bacaan yang baik pada semua lafazh, sehingga terhindar dari kerusakan” (Muhammad Ahmad Abdullah,

2009:186).

Pengertian lain tentang tajwid datang dari Syaikh Muhammad al-Qamhawi dalam Al-Burhan Fi Tajwid Al-Qur’an yang dikutip dari Muhammad Sholihuddin (2009: 9). Ia memberikan pengertian tajwid yang artinya sebagai berikut:“Mengeluarkan bunyi setiap huruf dari makhraj (tempat keluar)nya, dengan menyertakan haq dan mustahaqnya.”

(28)

menyertai huruf-huruf tertentu, seperti tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis) yang menyertai huruf ra’, atau sifat tambahan seperti ghunnah (dengung) danikhfa’(menyamarkan). (Muhammad Sholihuddin, 2009:10)

Dari beberapa pendapat yang ada, dapat dirangkum bahwa ilmu tajwid ini merupakan pedoman dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan hak-hak dalam mengatur setiap huruf yang keluar dari mulut, mengucapkannya sesuaimakhraj(tempat keluar), menghubungkan dengan huruf sesudahnya, serta menghaluskan pengucapan sehingga didapatkan bacaan yang baik agar terhindar dari kesalahan.

Muhammad Sholihuddin (2009:12-13), menyatakan bahwa kesalahan yang biasa terjadi dalam membaca Al-Qur’an ada dua macam, yaitu al-lahnul jaliy (kesalahan fatal) dan al-lahnul khafy (kesalahan ringan). Dalam al-lahnul jaliy kesalahan terdapat pada perubahan bunyi huruf dengan huruf lain, perubahan harakat, serta memanjangkan bacaan yang seharusnya dibaca pendek. Sedangkan al-lahnul khafy kesalahannya ialah ketidaktepatan menerapkan huruf ghunnah maupun ikhfa’ dan kesalahan membaca mad lazim (6 harakat) yang hanya dibaca 2 harakat.

(29)

Secara umum, ilmu tajwid terdiri dari beberapa komponen penting. Dua diantaranya dianggap sebagai komponen pokok yang memiliki keterkaitan dan saling berpengaruh, yaitu makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) dan hukum-hukum bacaan. Kedua komponen inilah yang nantinya akan menjadi materi utama dalam pengembangan produk media yang dikembangkan peneliti.

2. Makhraj Huruf

Makhraj huruf berasal dari kata al-makhaarij yang merupakan bentuk jamak dari lafazh makhrajyang diartikan sebagai tempat keluarnya suatu huruf yang berbeda antara huruf yang satu dengan huruf lainnya. Perbedaan tersebut dapat dirasakan ketika masing-masing huruf hijaiyah diucapkan secara bergantian.

Dalammakhraj hurufterdapat 16 (enam belas) macam makhraj yang secara umum dikelompokkan ke dalam lima bagian sesuai tempat keluarnya.

1. Al-Jauf(rongga mulut dan tenggorokan)

Al-Jauf ialah suara atau bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan tenggorokan. Huruf-huruf yang dimaksud adalah huruf mad (panjang), yakni hurufalif(أ ),wawu(و ), danya’(ي ).

2. Al-Halq(tenggorokan)

(30)

a. Aqsha Al-Halq (tenggorokan bawah). Bagian ini letaknya paling jauh, yaitu tenggorokan paling bawah hingga mendekati dada. Huruf yang keluar dari bagian ini ialahء dan ھ.

b. Wasthu Al-Halq(tenggorokan tengah). Dari sini keluar huruf ع dan ح .

c. Adna Al-Halq(tenggorokan atas). Tempat keluarnya huruf terdapat di tenggorokan atas/ujung hampir mendekati mulut. Hurufnya adalahغ danخ .

3. Al-Lisan(lidah)

Terdapat delapan makhraj dalam al-lisan yang menjadi tempat keluarnya huruf-hurufhijaiyahberikut.

a. Makhraj yang terletak pada bagian pangkal lidah yang sedikit terangkat dan pengucapannya hampir mendekati tenggorokan atas. Hurufnya adalahق .

b. Makhraj dengan posisi berada pada pangkal lidah, lebih rendah dari makhraj hurufق . Hurufnya adalahك .

c. Makhraj yang letaknya di tengah lidah yang sedikit menempel dengan rongga atas. Hurufnya adalah ج ,ش ,ي .

d. Letaknya pada tepi lidah kanan dan atau kiri yang ditempelkan pada gigi geraham atas. Hurufnya adalah ض .

(31)

f. Makhraj ini letaknya pada punggung ujung lidah yang menempel pada gusi dan pangkal gigi seri atas. Hurufnya adalahط ,د ,ت . g. Letaknya pada ujung lidah yang sedikit menyentuh gigi seri bawah.

Hurufnya adalahص ,ز ,س .

h. Terletak pada ujung lidah yang ditempelkan ujung gigi seri atas. Hurufnya adalahظ ,ذ ,ث .

4. Asy-Syafatain(kedua bibir)

Asy-Syafatain ialah huruf-huruf yang tempat keluarnya dari kedua belah bibir. Terdapat tiga makhraj yang keluar darinya, yakni:

a. Perut bibir bawah yang menyentuh ujung dua gigi atas. Hurufnya adalahف .

b. Bibir atas dan bibir bawah saling mengatup. Hurufnyaم danب . c. Bibir atas dan bibir bawah hampir mengatup namun masih sedikit

renggang. Hurufnya adalah Wawu(و ). 5. Al-Khaisyum(rongga hidung)

(32)

3. Hukum-Hukum Bacaan

Dalam ilmu tajwid terdapat kaidah-kaidah yang disebut hukum bacaan sebagai pedoman membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Hukum bacaan tersebut meliputi idzhar, idgham, iqlab, ikhfa’, mad, dan waqaf.

a. Izhhar/Idzhar

Menurut bahasa izhhar berarti al-bayan ( ن ﺎﯿﺒﻟا ) artinya adalah terang. Sedangkan menurut istilah, izhhar adalah mengeluarkan semua huruf sesuai dengan jalan makhrajnya tanpa disertai ghunnah pada huruf-huruf yang dibaca terang (Muhammad Ahmad Abdullah, 2009:310). Terdapat dua macam hukum bacaan izhhar, yaitu izhhar hallaq/halqi danizhhar syafawi.

1) Izhhar Hallaq/Halqi

(33)

2) Izhhar Syafawi

Apabila sesudah huruf mim sukun ( ْم ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah (yang tersisa) selain huruf ba’ ( ب ) dan mim ( م ) maka disebut izhhar syafawi. Huruf mim sukun tersebut harus dibaca jelas tanpa dengungan.

Contoh :

( ْم ) bertemu ن : ( ْم ) bertemu ت : b. Idgham

Secara bahasa idgham berarti memasukkan atau meleburnya huruf. Menurut istilah idgham berarti pengucapan huruf sukun dengan huruf yang berharakat dari dua macam jenis huruf yang dibaca seperti dua huruf yang ditasydidkan (Abdul Aziz Abdur Rauf, 2010:73).

Jika nun sukun ( ْن ) atau tanwin ( ) bertemu dengan salah satu huruf-hurufidgham, maka nun sukunatau tanwin harus di-idgham-kan pada huruf idgham tersebut, sehingga antara nun sukun atau tanwin dengan huruf idgham yang sebenarnya terdiri dari dua jenis huruf lalu dilebur menjadi satu huruf dalam pengucapannya.

1) Idgham bighunnah

Dinamakan idgham bighunnah apabila huruf-hurufnya yang terdiri dari himpunan huruf ﻮﻤﻨﯾ bertemu dengan nun sukun atau tanwin.

Bacaannya harus diucapkan dengan memasukkan huruf pertama ke huruf berikutnya seperti ditasydidkan sambil ditahan dua harakat.

(34)

Contoh :

( ْن ) bertemuي : ( ) bertemu م :

Perlu diperhatikan bahwa idgham hanya terjadi dalam dua kalimat dan tidak terjadi dalam satu kalimat. Apabila nun sukun bertemu dengan salah satu dari keempat huruf idgham yang ada dalam satu kalimat sekaligus, maka itu bukanlah bacaan idgham dan harus dibaca denganlafazhterang dan jelas.

2) Idgham Bilaghunnah

Idgham ini terjadi apabila nun sukun atau tanwin bertemu huruf hijaiyah lam ( ل ) dan ra’ ( ر ). Bacaannya diucapkan dengan memasukkan huruf pertama ke huruf berikutnya seperti ditasydidkan tanpa mendengung.

Contoh :

( ْن ) bertemuل : ( ) bertemuر : c. Iqlab

(35)

dalam dua kalimat. Dengan adanya Iqlab maka terjadi proses penyamaran hurufmim(م ).

Contoh :

( ْن ) bertemu ب : ( )bertemu ب : d. Ikhfa’

Ikhfa’ artinya menyamar atau menyembunyikan. Bacaan ikhfa’ adalah jika adanun sukun( ْن ) atautanwin( ) bertemu dengan salah satu dari lima belas huruf ikhfa’dari sisa huruf hijaiyah setelah dikurangi huruf izhhar, idgham, dan iqlab. Kelima belas huruf tersebut ialah sebagai berikut:

ظ -ض -ت -ف -ز -ط -د -س -ق -ش -ج -ك -ث -ذ -ص Contoh :

( ْن) bertemuص : ( ) bertemuج : ( ) bertemuق : ( ْن ) bertemuت :

Cara membacanya harus terang sembari menyambungnya dengan huruf di depannya dan dimulai dengan mendengung.

e. Mad

Mad secara bahasa berarti tambahan. Sedangkan menurut istilah, mad berarti memanjangkan suara pada salah satu hurufnya. Huruf yang dimaksud ialahalif

(

أ

)

, wawu

(

و

)

,danya’

(

ي

).

(36)

lain seperti hamzah, sukun, ataupun tasydid. Huruf mad ashli dibaca panjang sebanyak dua harokat. Sedangkan, mad far’i diartikan sebagai huruf mad yang bergantung kepada sebab lain seperti hamzah, sukun, ataupun tasydid. Hurufnya dibaca panjang melebihi mad ashli, yaitu antara dua sampai enam harokat.

f. Waqaf

Waqaf diartikan sebagai menghentikan bacaan sesaat pada suatu kalimat tertentu seraya menahan nafas yang diniatkan untuk meneruskan bacaan pada kalimat berikutnya. Terdapat tujuh macam tanda waqaf yang penting untuk diketahui. Enam diantaranya dikutip dari bukunya Muhammad Ahmad Abdullah (2009: 48-53). Tujuh tanda tersebut adalah sebagai berikut:

1) Waqaf laazim (م ) adalah tanda yang menunjukkan suatu keharusan menghentikan bacaan. Tanda ini digunakan pada kalimat yang baik sebelum maupun sesudah tanda ( م ) sudah tidak memiliki keterkaitan dari segilafazhdan maknanya.

2) Waqaf kaafi ( ) sebagai penanda bahwa diperbolehkan menghentikan ataupun meneruskan bacaan suatu kalimat, namun menghentikan bacaan akan lebih baik daripada melanjutkan.

(37)

4) Waqaf jaaiz ( ج ) menandakan dibolehkannya menghentikan maupun meneruskan suatu bacaan tanpa mengutamakan salah satunya.

5) Waqaf qabiih ( ﻻ ) biasa ditemukan pada kalimat yang belum sempurna artinya, sehingga dilarang untuk menghentikan bacaan pada saat menemui tanda ini.

6) Waqaf al-muraaqabah (؞ ؞) menunjukkan agar menghentikan

bacaan pada salah satu tanda dan meneruskan bacaan pada tanda yang lain. Apabila memutuskan untuk menghentikan bacaan pada tanda pertama, maka hendaknya melanjutkan bacaan pada tanda kedua dan begitu pula sebaliknya.

7) Ruku’(ع ) menjadi tanda berakhirnya surah maupun ayat tertentu. 4. Penulisan Materi Ilmu Tajwid

Materi ilmu tajwid yang dituliskan peneliti banyak menyertakan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Penulisan ayat Al-Qur’an sendiri beragam jenisnya. Terdapat ayat yang dituliskan tanpa menggunakan titik dan harakat (tanda baca) namun ada pula yang dituliskan dengan menggunakan titik dan harakat. Dalam menuliskan materi ilmu tajwid ini peneliti memilih untuk menuliskan ayat Al-Qur’an yang telah mengalami kodifikasi dimana huruf-hurufnya sudah menggunakan titik dan harakat. Titik dan harakat yang dimaksud tersebut diantaranya ialah penulisan i’rab, yaitu menuliskan titik untuk membedakan bunyi pengucapan huruf

(38)

samping huruf), dan kasrah (di bawah huruf). Penulisan i’rab ini digunakan untuk memperjelas pengucapan kata a, i, u yang diucapkan secara lisan. Penulisan titik danharakat yang lain ialah penulisanal-i’jam, yaitu penulisan titik untuk membedakan huruf-huruf yang serupa bentuknya. Contohnya hurufBa’(titik satu di bawah) dan Ta’(titik dua di atas). Penulisan huruf-huruf ayat al-Qur’an yang dipilih peneliti tersebut dimaksudkan untuk memudahkan santri membaca dan mempelajari materi ilmu tajwid.

5. Karakteristik Santri Materi Ilmu Tajwid

Piaget sebagai ahli psikologi (dikutip dalam buku Asri Budiningsih yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, 2005: 37-40), menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Ia beranggapan bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan pada umumnya. Santri yang akan mengikuti pembelajaran ilmu tajwid memiliki rentang usia rata-rata 6-10 tahun dimana semua santri telah mampu membaca Al-Qur’an dengan cukup baik dan lancar.

Karakteristik santri tersebut dapat dilihat dari pembagian tahap perkembangan berpikir yang diungkapkan Piaget sebagai berikut:

1) Sensorimotor (0-2 tahun)

(39)

Kemampuan yang dimilikinya antara lain; melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek sekitarnya, mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara, suka memperhatikan sesuatu lebih lama, mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya, dan memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

2) Preoperasional (2-7/ 8 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.

Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek.

(40)

3) Operasional konkret (7/8-11/12 tahun)

Ciri pokok perkembangan tahap ini anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis serta ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi pada benda yang bersifat konkret. Anak sudah tidak perlu coba-coba karena sudah berpikir dengan menggunakan model ”kemungkinan”. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik

perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret sehingga mampu menelaah persoalan meski masih memiliki masalah dalam berpikir abstrak.

4) Operasional Formal (12-15 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir ”kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe

hipothetico-deductive dan inductivesudah mulai dimiliki anak dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.

(41)

Menurut Asri Budiningsih dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran, (2005: 37-40) ciri pokok kedua tahap perkembangan ini

adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Mulai berpikir secara logis namun tetap harus disertai dengan gambaran konkrit untuk membantunya menelaah pengetahuan yang datang dari luar dirinya.

Dari sini dapat dilihat bahwa santri dengan usia tersebut masih memiliki perkembangan berpikir yang rendah dan belum mampu berpikir abstrak meskipun diketahui bahwa para santri telah memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam memberikan pengetahuan baru perlu pemberian stimulus dengan penggunaan contoh konkrit sehingga pemahaman yang diterima dapat utuh dan menyeluruh. Hal tersebut yang kemudian mendorong peneliti untuk mengembangkan media pembelajaran flipchart yang dapat memfasilitasi santri dalam belajar ilmu tajwid.

B. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

(42)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh AECT dalam Azhar Arsyad (2006) yang menyatakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Lebih jelas lagi Gagne (dalam Dina Indriana, 2011: 14) menambahkan bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa/santri yang dapat merangsang siswa/santri untuk belajar. Miarso juga berpendapat bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa/santri untuk belajar.

Dikatakan media pembelajaran apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Selain itu media pengajaran menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2010: 2) adalah segala sesuatu yang dapat mempertinggi proses belajar siswa/santri dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

(43)

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Sebelum menentukan media apa yang cocok digunakan dalam sebuah situasi pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru maupun pengajar agar penggunaan media yang dipilihnya dapat mempertinggi kualitas belajar peserta didik. Beberapa kriteria pemilihan media yang baik dijelaskan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:4) sebagai berikut:

1) Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran. Artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

3) Kemudahan memperoleh media. Artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umunya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya.

(44)

oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Segala macam media dari yang sederhana sampai tercanggih sekalipun jika tidak bisa menggunakannya maka media tersebut tidak akan berarti apa-apa.

5) Tersedia waktu untuk menggunakannya. Dengan begitu, media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.

6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa. Sehingga makna yang terkandung dapat dipahami siswa dengan baik.

Pendapat lain mengenai kriteria pemilihan media dalam pembelajaran juga disampaikan oleh Eriksson dan Curl dalam bukunya Fundamentals of Teaching with Audio-Visual Technology (1979) yang coba dikutip oleh Dina Indriana (2011: 36-37) meliputi:

a. Isi media pengajaran tersebut berguna dan penting bagi anak-anak. b. Kandungan media tersebut menarik minat peserta didik.

c. Formatnya sesuai dengan pengaturan aktivitas belajar.

d. Bahan yang digunakan valid, mudah didapat, dan tidak ketinggalan jaman.

e. Fakta dan konsepnya dikaji dari sisi kepadatannya.

f. Kandungan media tersebut berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan secara khusus.

(45)

h. Bahan atau materi dari media tersebut bukanlah sesuatu yang bisa menimbulkan kerugian, kontroversi, dan membahayakan.

i. Bahan atau materinya tidak menimbulkan sesuatu yang bersifat propaganda, yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan.

j. Media pengajaran itu mempunyai sisi kreatif dengan kualitas teknis yang baik, gambarannya jelas dan menarik.

k. Media pengajaran itu mempunyai rancangan yang baik, rapi, dan terstruktur.

Apapun media yang akan dipilih guru maupun pengajar hendaknya mengacu pada kriteria pemilihan media yang telah ada. Pemilihan media flipchart sendiri didasarkan pada kesederhanaannya yang murah dan mudah dalam penggunaannya melihat situasi pengaturan aktivitas belajar santri di TPQ berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Selain itu, media flipchart dapat menyajikan materi secara lebih rapi dan terstruktur salah satunya adalah materi ilmu tajwid.

3. Peranan Media Pembelajaran

Peran media mengacu pada hal-hal yang membuat penggunaan media dalam suatu proses pembelajaran patut diperhitungkan keberadaannya. Hal-hal tersebut disampaikan Dina Indriana (2011: 49-51) sebagai berikut:

(46)

2) Media pengajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, sehingga media pengajaran bukanlah komponen yang berdiri sendiri namun menjadi satu kesatuan dalam menciptakan situasi belajar yang diinginkan.

3) Media pengajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai.

4) Media pengajaran bukan hanya alat atau media hiburan bagi peserta didik. Penggunaan media harus melibatkan peserta didik sehingga mereka mampu belajar dengan lebih baik.

5) Media pengajaran berguna mempercepat proses belajar.

6) Media pengajaran juga berguna dalam meningkatkan kualitas belajar dan mengajar.

7) Media pengajaran berguna meletakkan dasar-dasar yang konkret dalam berpikir, sehingga mengurangi pola pengajaran verbal.

Selain hal-hal yang telah disebutkan, Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005) menyederhanakan kembali peran media dalam pembelajaran dengan menempatkannya sebagai:

1) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran.

2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan para siswa dalam proses belajarnya. 3) Sumber belajar bagi siswa, media tersebut berisikan bahan-bahan yang

(47)

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa peran media dalam pembelajaran sangatlah penting pengaruhnya, seperti proses belajar yang menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Seperti halnya media flipchart yang akan dikembangkan, peneliti berharap penggunaannya dapat membantu mempermudah proses pembelajaran di TPQ Asy-Syams baik bagi pengajar maupun bagi santrinya dalam mengajarkan dan memahami materi ilmu tajwid.

4. Jenis Media Pembelajaran

Jenis dan ragam media yang dapat dimanfaatkan dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels & Glasglow (1990) dalam Azhar Arsyad (2006: 33-35) dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu media sederhana dan media teknologi mutakhir yang digambarkan sebagai berikut:

1) Media Tradisional (Sederhana)

a. Visual diam yang diproyeksikan: proyeksi opaque (tidak-tembus pandang, proyeksioverhead,slides,filmstrips.

b. Visual yang tak diproyeksikan: gambar/poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bulu.

c. Audio: rekaman piringan, pita kaset,reel,cartridge. d. Penyajian multimedia: slide plus suara (tape),multi-image. e. Visual dinamis yang diproyeksikan: film, televisi, video.

(48)

g. Permainan: teka-teki, simulasi, permainan papan.

h. Realia: model,specimen(contoh), manipulative (peta, boneka). 2) Media Teknologi Mutakhir

a. Media berbasis telekomunikasi: telekonferen, kuliah jarak jauh. b. Media berbasis mikroprosesor: computer-assisted instruction,

permainan computer, system tutor intelijen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc.

Secara umum, Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005) memilah jenis media ke dalam empat kelompok, yaitu:

1) Media grafis: gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik. Media grafis sering diartikan media dua dimensi yaitu media yang memiliki ukuran panjang dan lebar.

2) Media tiga dimensi: model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja,mock up, diorama.

3) Media proyeksi:slide,film strips, film, penggunaan OHP.

4) Lingkungan: penggunaan lingkungan dalam pembelajaran baik di dalam maupun di luar ruangan juga dianggap sebagai media.

(49)

C. Tinjauan Tentang Media Flipchart 1. Definisi Flipchart

Pada dasarnya media flipchart dapat dikategorikan ke dalam media sederhana. Pitajeng (2006) mengemukakan pengertian media sederhana sebagai media yang bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya murah, pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. Mudah diperoleh dalam arti ketersediaannya mencukupi dan mudah dijangkau.

Flipchart sendiri dapat dibuat dengan ketersediaan bahan yang mudah didapatkan harganya pun relatif murah. Selain itu, flipchart dapat digunakan oleh siapa saja karena tidak membutuhkan keahlian khusus dalam pengaplikasiannya.

Dina Indriana (2011) mendefinisikan flipchart sebagai suatu lembaran kertas berbentuk album maupun kalender yang berukuran agak besar sebagaiflipbook, yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya. Lebih jelas lagi Kustandi Cecep, dkk (2011) menerangkan ukuran flipchart pada umumnya 50 x 70 cm, sedangkan ukuran flipbook 21 x 28 cm. Penyajian informasi yang dimuat dalam flipchart dapat berupa gambar, huruf, diagram dan angka.

(50)

dengan materi-materi pokok sehingga guru atau penyaji tinggal menjelaskan maksud isi materi yang sudah dituliskan.

Flipchart yang akan dikembangkan oleh peneliti akan digunakan sebagai media pembelajaran untuk pembelajaran ilmu tajwid di TPQ, maka isi materi dalam flipchart disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Sajian flipchart berupa kertas yang sudah diisi informasi dalam bentuk materi pembelajaran ilmu tajwid yang di dalamnya meliputi tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, gambar, dan beberapa simbol yang terkait dengan materi. Flipchartyang akan dikembangkan berukuran besar dengan ukura 43 x 53 cm. Hal ini bertujuan agar isi materi dapat menjangkau lebih banyak siswa/santri dengan kelompok yang berisi 15-20 orang. Penggunaan flipchart ini cukup sederhana yaitu dengan membalik lembar demi lembar kertasflipchartsesuai urutan materi yang akan disajikan.

2. Karakteristik Media Flipchart

Karakteristik yang dimiliki media flipchart pada dasarnya sama dengan karakteristik yang dimiliki media grafis yang dijelaskan sebagai berikut (Sadiman, dkk., 2005) :

a. Bersifat konkrit. Pada dasarnya media pembelajaran memiliki ciri konkrit, artinya membuat jelas sesuatu yang sebelumnya bersifat abstrak. Media flipchart membantu siswa/santri memahami materi yang semula abstrak menjadi lebih konkrit dengan bantuan visual yang ada. b. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang kajian tertentu. Adanya

(51)

dengan adanya media pembelajaran. Dengan menggunakan media flipchart pengajar dapat menjelaskan ilmu tajwid yang mungkin sulit dipahami santri dengan gambaran yang jelas.

c. Dapat digunakan pada semua tingkat usia. Media flipchart dapat digunakan pada semua tingkatan usia, anak-anak dan orang dewasa. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang fleksibel dan dapat digunakan dimana saja. Penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pembelajaran.

d. Murah dan mudah didapatkan serta digunakan. Murah dalam arti tidak membutuhkan banyak uang untuk membuat maupun mendapatkannya. Selain itu, media pembelajaran hendaknya mudah didapatkan serta mudah dalam penggunaannya. Media flipchart tidak hanya mudah didapatkan namun juga dapat dibuat sendiri dengan biaya yang murah dan mudah digunakan serta tidak memakan banyak tempat.

e. Merupakan simbol-simbol verbal. Dalam media grafis, elemen yang ditonjolkan berupa simbol-simbol dan gambar. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa/santri memahami bahasa verbal yang kemudian divisualisasikan ke dalam bentuk simbol dan gambar. Begitu pula dengan ciri media flipchart yang lebih banyak menampilkan simbol-simbol dan gambar.

(52)

yang disertai dengan gambar-gambar dan warna yang menarik, sehingga kehadiran media ini diharapkan dapat menarik minat belajar santri serta memperjelas pemahaman santri tentang ilmu tajwid.

3. Manfaat Media Flipchart

Penggunaan media flipchart dalam proses pembelajaran tentu memberikan manfaat tersendiri diantaranya sebagai berikut:

1) Pembelajaran tidak monoton dan akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar.

2) Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa dengan kombinasi warna dan gambar yang bervariasi serta penggunaan simbol tertentu yang sangat membantu dalam proses penyerapan materi.

3) Siswa dapat mengulangi materi yang belum sepenuhnya dipahami dengan belajar secara mandiri sehingga materi dapat lebih terserap seutuhnya.

4) Pengajar tidak akan merasa kesulitan lagi dalam menjelaskan materi secara verbal karena telah terbantu dengan adanya media flipchart yang menjelaskan materi secara lebih konkrit.

(53)

D. Tinjauan Tentang Pengembangan Media Flipchart 1. Pengertian Pengembangan

National Science Board dalam “Research and Development:

Essential Foundation For U.S Competitiveness in A Global Economy”

(2008:EndNotes) seperti yang dikutip oleh Nusa Putra (2012:70) mendefinisikan pengembangan sebagai aplikasi sistematis dari pengetahuan atau pemahaman, diarahkan pada produksi bahan yang bermanfaat, perangkat, dan sistem atau metode, termasuk desain, pengembangan dan peningkatan prioritas serta proses baru untuk memenuhi persyaratan tertentu.

AECT (1994) menyatakan definisi lain dari pengembangan secara signifikan bahwa pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang di dalamnya meliputi (1) teknologi cetak, (2) teknologi audio-visual, (3) teknologi berbasis komputer, (4) teknologi terpadu.

Hal ini dapat diartikan bahwa pengembangan ialah kegiatan yang berkaitan dengan suatu proses yang diawali dari penemuan gagasan dan pengetahuan yang diaplikasikan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dari suatu gambaran mentah (desain). Segala bentuk rangkaian proses pengembangan tersebut terangkum dalam satuan penelitian pengembangan.

(54)

yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Sedangkan menurut Borg & Gall (1983), penelitian pengembangan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Jelas bahwa penelitian pengembangan tidak dimaksudkan untuk menguji teori namun lebih difokuskan pada kegiatan pengembangan produk yang harus sudah divalidasi oleh ahli (expert jugdement) yang telah ditetapkan.

Produk-produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan antara lain dapat berupa materi pelatihan, media pembelajaran, kurikulum, metode pembelajaran, dan sebagainya.

Dalam usaha meningkatkan kualitas produk pembelajaran tersebut, I Wayan Santyasa (2009:3-4) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian pengembangan sebagai berikut:

1) Masalah yang akan dipecahkan adalah masalah nyata sebagai upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.

2) Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.

3) Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

(55)

2. Prosedur Pengembangan Produk

Dalam penelitian pengembangan terdapat prosedur pengembangan yang perlu diperhatikan agar produk yang dihasilkan sesuai harapan. Borg & Gall merumuskan prosedur penelitian pengembangan (R&D) ke dalam 10 tahapan berikut:

1) Research and information collection. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan data awal untuk kajian pustaka, pengamatan kelas, identifikasi permasalahan dan merangkum permasalahan.

2) Planning. Melakukan perencanaan yaitu identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, dan uji ahli atau uji coba pada skala kecil atauexpert judgement.

3) Develop preliminary form of product. Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku petunjuk, dan perangkat evaluasi.

4) Preliminary field testing. Melakukan uji coba lapangan awal.

5) Main product revision. Melakukan revisi terhadap produk utama berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji coba lapangan awal.

6) Main field testing. Melakukan uji coba lapangan untuk produk utama. 7) Operational product revision. Melakukan revisi terhadap produk

(56)

8) Operational field testing. Melakukan uji lapangan terhadap produk final.

9) Final product revision. Melakukan perbaikan terhadap produk akhir berdasarkan saran dalam uji coba lapangan akhir.

10) Disemination and implementation. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi produk dalam tujuan komersialisasi, dan memantau distribusi dan kontrol kualitas.

Dari kesepuluh tahapan pengembangan yang ada peneliti mereduksinya menjadi enam langkah pokok, yaitu (1) Melakukan analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan; (2) Mengembangkan produk awal; (3) Validasi ahli dan revisi produk; (4) Uji coba lapangan terbatas dan revisi produk I; (5) Uji coba lapangan kelompok kecil dan revisi produk II; (6) Uji coba lapangan kelompok luas dan produk akhir. Pada dasarnya keenam langkah tersebut sama dengan sepuluh langkah yang biasa digunakan dalam penelitian pengembangan milik Borg and Gall, yang membedakan bahwa peneliti tidak melakukan tahapan terakhir yaitu mendiseminasikan dan mengimplementasikan produk dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan biaya dari pihak peneliti.

3. Kedudukan Pengembangan dalam Teknologi Pendidikan

(57)

saling berpengaruh dan saling mengikat satu sama lain. Hal ini didukung pernyataan Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1994) tentang definisi Teknologi Pendidikan 1994 bahwa teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi proses dan untuk sumber belajar.

Teknologi pendidikan dibangun oleh lima kawasan yang saling berkaitan yakni kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, serta kawasan evaluasi atau penilaian. Kawasan pengembangan dianggap penting karena keberadaannya sangat dibutuhkan untuk mendukung kawasan-kawasan lain. Tanpa adanya pengembangan bagaimana mungkin sebuah desain bisa berkembang menjadi satu produk jadi yang kemudian bisa dimanfaatkan dan dikelola sebagai sumber belajar. Dengan kata lain ketiadaan kawasan pengembangan akan menjadi penghambat kinerja kawasan-kawasan lain.

(58)
(59)

segala aktivitas merancang, mengembangkan, dan menghasilkan sumber belajar yang diarahkan pada hasil yang spesifik. Resources (sumber belajar) diperluas pada inovasi dan pengembangan teknologi dalam pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

Gambar 1. Kedudukan pengembangan dalam teknologi pendidikan, AECT 2008.

Definisi teknologi pendidikan berusaha melakukan pembaruan dalam beberapa aspek demi perbaikan berbagai masalah pendidikan. Banyak poin yang sengaja ditambahkan namun tetap konsisten mempertahankan aktivitas-aktivitas pokok seperti creating, using, dan managing. Makna creating sendiri tidak berbeda dengan menciptakan sesuatu yang memberi kesan mengarah pada kegiatan pengembangan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pengembangan telah menjadi bagian penting dalam teknologi pendidikan. Dalam hal ini pengembangan media yang dilakukan peneliti memiliki peran penting yaitu sebagai salah satu upaya pemecahan masalah pembelajaran ilmu tajwid di TPQ

Study Practice

Facilitating Learning +

Improving Performances Using

Process + Resources

(60)

mengingat posisinya yang tidak dapat dipisahkan dari komponen pembelajaran lainnya.

4. Prinsip Pengembangan Media Flipchart

Prinsip pengembangan media flipchart yang digunakan disini mengacu pada prinsip desain produk Azhar Arsyad (2006:107), dimana prinsip ini juga turut berpengaruh dalam pengembangan yang meliputi: 1) Kesederhanaan. Materi dalam media flipchart dibagi dalam beberapa

bagian yang lebih sederhana. Materi dibagi ke dalam bentuk lembaran-lembaran yang disajikan secara berurutan.

2) Keterpaduan. Mengacu pada hubungan antar elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen yang terkandung dalam flipchart diantaranya berupa potongan ayat, gambar, tulisan, dan warna diatur sedemikian rupa agar tidak menyulitkan santri dalam mempelajari materi ilmu tajwid.

3) Penekanan. Biasanya diperlihatkan melalui salah satu unsur dimana unsur tersebut dapat memusatkan perhatian siswa. Penekanan dalam media flipchart akan lebih dipusatkan pada penyajian letak potongan ayat.

(61)

5) Bentuk. Bentukflipchart akan dikemas dengan menyesuaikan sasaran penggunanya yaitu anak usia 6-10 tahun sehingga akan diberikan kesan yang lebih cerah dan ceria seperti sisipan gambar tokoh anak-anak yang akan menarik perhatian santri.

6) Garis. Penggunaan garis akan memudahkan santri menghubungkan unsur-unsur yang terkandung dalam suatu urutan-urutan khusus. Selain itu akan lebih memperjelas makna materi ilmu tajwid yang ada. 7) Tekstur. Tekstur dapat memberikan kesan kasar maupun halus dan

ditujukan untuk menyatakan suatu penekanan materi ilmu tajwid. 8) Warna. Unsur warna memiliki peran penting dalam penyajian. Warna

yang digunakan dalam mediaflipchartakan disesuaikan dengan warna huruf agar dapat dibaca dengan jelas serta diseimbangkan dengan warna komponen lain dalam satu lembar sajianflipchart.

Prinsip-prinsip pengembangan tersebut digunakan peneliti sebagai acuan dalam mengembangkan media flipchart agar nantinya media yang dikembangkan dapat dimanfaatkan seutuhnya sebagai media pembelajaran yang baik dan efektif.

5. Langkah-Langkah Pembuatan Media Flipchart

(62)

Tahapan-tahapan pengembangan media flipchart yang digunakan oleh peneliti mengacu pada prosedur pengembangan Arief Sadiman dan kawan-kawan (2006). Penjabaran tiap tahapannya dituliskan sebagai berikut:

1) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa. Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi dengan melihat secara keseluruhan proses pembelajaran para santri di TPQ, bagaimana mereka membaca Al-Qur’an. Nantinya flipchart ini akan difokuskan pada santri kelas Al-Qur’anusia 6-10 tahun.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran dengan operasional dan khas. Dalam merumuskan suatu tujuan pembelajaran, Baker dalam bukunya Dina Indriana (2011), menciptakan sebuah formula disingkat dengan ABCD (Audiens, Behaviour, Conditioning, Degree). Perumusan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan sasaran penggunanya sesuai usia santri, serta ditetapkan pula hasil yang ingin dicapai nantinya selama dan setelah menggunakanflipchart.

3) Merumuskan dan mengembangkan materi ajar. Untuk melihat keshahihan dan kevalidan materi, selain mengambil dari buku-buku agama yang dianggap shahih pengembang juga meminta bantuan ahli materi yang cukupexpertdi bidangnya.

(63)

5) Menulis naskah media. Tahap ini menjelaskan perlunya sebuah alur materi pembelajaran secara lebih rinci agar memudahkan siswa/santri dalam memahami materi ajar. Naskah media dibuat seperlunya untuk menuntun pengajar/ustadz dalam menyampaikan materi ajar serta memperjelas alur pembelajaran agar nantinya pembelajaran lebih terarah.

6) Mengadakan uji coba dan revisi. Uji coba dan revisi dilakukan untuk menindaklanjuti tingkat kelayakan media flipchart yang dikembangkan. Revisi dilakukan secara bertahap, uji coba pertama akan diujikan secara terbatas atau perorangan, uji coba kedua akan diujikan untuk kelompok kecil, sedang uji coba yang terakhir akan diujikan untuk kelompok yang lebih luas (15 orang).

Setelah mengetahui prosedur utama pengembangan, selanjutnya secara lebih jelas akan dipaparkan langkah-langkah pembuatan media flipchartdimulai dari proses awal hinggafinishingsebagai berikut:

1) Menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang diharapkan dari penggunaan flipchart adalah santri mendapatkan pemahaman tentang ilmu tajwid terutama tentang makharijul huruf dan hukum bacaan secara lebih baik dibanding sebelum menggunakan mediaflipchart.

(64)

berisi materi karena pada dasarnya flipchart ini nantinya selain digunakan guru dalam menjelaskan materi.

3) Membuat ringkasan materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang ada pada lembaran media flipchart adalah materi tentang ilmu tajwid dimana akan didominasi oleh potongan-potongan ayat Al-Qur’an yang menunjukkan hukum-hukum bacaan dalam ilmu tajwid Al-Qur’an. Materi yang dibuat akan disesuaikan dengan sasaran penggunanya yaitu santri usia 6-10 tahun.

4) Merancang sketsa flipchart. Proses merancang sketsa dimulai dengan pemilihan flipchart yang sudah ada isinya. Dari flipchart tersebut kemudian dibuatkan sketsa agar tampilannya lebih terarah dan enak dipandang. Potongan ayat yang ada nantinya disusun sesuai prinsip desain dengan memperhatikan pengaturan tata letak agar mudah dibaca dan dipahami santri.

5) Proses pewarnaan flipchart. Flipchart bisa diwarnai dengan warna-warna yang menarik namun tidak berlebihan. Tujuannya adalah untuk merangsang minat belajar anak serta memfokuskan perhatian mereka pada materi yang terdapat dalamflipchart.

(65)

7) Mencetak lembaran flipchart. Setelah semua unsur dianggap telah terpenuhi maka tahap selanjutnya adalah mencetak flipchart dengan alat pencetak (printer) menjadi lembaran-lembaran kertas yang bahan dan ukurannya sesuai dengan yang ditentukan. Kertas berbahan Artpapper150 gram dan berukuran 43 x 53 cm.

8) Finishing. Tahap terakhir adalah finishing, yaitu melakukan penjilidan lembaran-lembaranflipchart menjadi satu bendel yang nantinya dapat dibalik menyerupai bentuk kalender. Selain itu juga membuat papan penyangga untuk menyangga media flipchart yang sudah jadi agar mudah digunakan pengajar/ustadz selama proses pembelajaran.

Keseluruhan tahapan pengembangan media flipchart “Asyiknya Belajar Ilmu Tajwid Al-Qur’an” dibantu dengan menggunakan program software komputer CorelDraw X6 utamanya dalam membuat desain lembaran-lembaran flipchart.

E. Konsep Pembelajaran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)

Gambar

Gambar 1. Kedudukan pengembangan dalam teknologi pendidikan, AECT 2008.
Gambar 2. Penggunaan media flipchart dalam pembelajaran di TPQ
Gambar 3. Kerangka Berpikir Pentingnya Pengembangan Media Flipchart
Gambar 4. Prosedur pengembangan produk media
+7

Referensi

Dokumen terkait

perekonomian rakyatnya bergerak sendiri Republik China (Taiwan) yang menganut tanpa re gul asi dan campur tang an sistem demokrasi dan anti komunis juga pemerintah dimanadan

Dari model tersebut penulis memilih variabel yang telah disesuaikan dan cocok dengan penelitian yang akan dilakukan pada sistem informasi pemasaran berbasis website pada

Mendemonstrasikan kompetensi, fakta ketrampilan dan pengetahuan seperti sbb.: § Pengetahuan umum industri pariwisata dan sektor operasional tour/wholeselling § Peranan

Oleh karena itu Wahbah al-Zuhaili menafsirkan ayat diatas dengan menyatakan: “setiap orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal saleh serta memegang

memiliki divisi internal auditor serta diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) the big four cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga mampu mengumumkan

Kecukupan gizi yang kurang mempengaruhi daya tahan tubuh juga menurun, maka dari itu balita akan rentan terserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasn Akut (ISPA).

Abstrak : Objektif projek ini adalah untuk menghasilkan satu prototaip perisian Pembelajaran Berbantukan Komputer (PBK) Matematik Tingkatan Empat bagi mempelajari tajuk Ungkapan

Berdasarkan data penelitian mengenai efektivitas antibiotik pada pasien ulkus kaki diabetik di SMF Ilmu Penyakit Dalam Riau, pemberian antibiotik untuk infeksi ulkus kaki