KRIMINALISASI
KRIMINALISASI
DALAM PELAYANAN
DALAM PELAYANAN
KESEHATAN :
KESEHATAN :
PERSPEKTIF
PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA
HUKUM PIDANA
Program Studi Magister Hukum
Kesehatan
PELAYANAN KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN
(1)
(1)
KESEHATAN :
keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
UPAYA (PELAYANAN) KESEHATAN :
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
PELAYANAN KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN
(
(
2
2
)
)
LINGKUP PELAYANAN KESEHATAN : Pelayanan Kesehatan Promotif.
Pelayanan Kesehatan Preventif. Pelayanan Kesehatan Kuratif.
Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif.
PELAKU PELAYANAN (UPAYA) KESEHATAN :
Tenaga Kesehatan.
TENAGA KESEHATAN :
setiap orang yang mengabdikan diri dalam
PELAYANAN KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN
(
(
3
3
)
)
LINGKUP TENAGA KESEHATAN :
Tenaga Kesehatan dan Asisten Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan meliputi TENAGA MEDIS,
tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
INGAT :
Putusan MK No. 82/PUU-XIII/2015 tanggal 14
HUKUM PIDANA (1)
HUKUM PIDANA (1)
HUKUM PIDANA :
bagian dari aturan hukum yang berlaku di
suatu negara.
RUANG LINGKUP HUKUM PIDANA :
Hukum Pidana Materiil = Hukum Pidana
Substantif = HUKUM PIDANA.
Hukum Pidana Formil = HUKUM ACARA
PIDANA.
HUKUM PIDANA (
HUKUM PIDANA (
2
2
)
)
HUKUM PIDANA (MATERIIL) :
mengatur tiga persoalan (trias hukum
pidana) : tindak pidana, sanksi pidana dan pertanggungjawaban pidana.
HUKUM ACARA PIDANA :
mengatur proses penyelesaian perkara
tindak pidana (sistem peradilan pidana) yang meliputi tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan.
HUKUM PENITENSIER :
mengatur tata cara pelaksanaan (eksekusi)
ISTILAH DAN PENGERTIAN
MALPRAKTIK (1)
Malpraktik = Malpraktek = Malapraktik = Malapraktek.
Malpraktik bukan merupakan istilah
yuridis, tetapi istilah sosiologis. Malpraktik = Mal dan Praktik. Mal (bahasa Yunani) : buruk.
Praktik (KBBI) : menjalankan pekerjaan (misal dokter, pengacara).
Malpraktik : menjalankan pekerjaan
secara buruk.
Malapraktik (KBBI) : praktik kedokteran
ISTILAH DAN
ISTILAH DAN
PENGERTIAN
PENGERTIAN
MALPRAKTIK (2)
MALPRAKTIK (2)
J. Guwandi :
Malpraktik merupakan istilah yang memiliki
konotasi buruk, bersifat stigmatis,
menyalahkan.
Malpraktik adalah praktik buruk dari
seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti umum (seperti profesi medis, ahli hukum, akuntan).
PENGERTIAN
PENGERTIAN
MALPRAKTIK MEDIK (
MALPRAKTIK MEDIK (
1
1
)
)
Ari Yunanto & Helmi :
Malpraktik medik adalah kesalahan baik
disengaja maupun tidak disengaja (kelalaian) dalam menjalankan profesi medik yang tidak sesuai dengan Standar Profesi Medik dan
Standar Prosedur Operasional dan berakibat buruk/fatal dan atau mengakibatkan kerugian
lainnya pada pasien, yang mengharuskan dokter
bertanggung jawab secara administrasi, perdata, dan atau pidana.
Catatan :
Pengertian Standar Profesi dan Standar
PENGERTIAN
PENGERTIAN
MALPRAKTIK MEDIK (2)
MALPRAKTIK MEDIK (2)
Adami Chazawi :
Malpraktik medik terjadi jika dokter atau
orang yang ada di bawah perintahnya dengan
sengaja atau karena kelalaian melakukan
perbuatan (aktif atau pasif) dalam praktik medik terhadap pasiennya dalam segala tingkatan yang melanggar standar profesi, standar prosedur, atau prinsip-prinsip kedokteran, atau dengan melanggar hukum tanpa wewenang, dengan menimbulkan
PENGERTIAN
PENGERTIAN
MALPRAKTIK MEDIK (3)
MALPRAKTIK MEDIK (3)
MALPRAKTIK MEDIK DAN KELALAIAN MEDIK :
Malpraktik Medik (Medical Malpractice):
perbuatannya bisa dilakukan dengan sengaja (kesengajaan) maupun tidak dengan sengaja (kelalaian).
Kelalaian Medik (Medical Negligence) : perbuatannya dilakukan tidak dengan sengaja (kelalaian).
KESIMPULAN :
Malpraktik dalam pelayanan kesehatan bisa
MALPRAKTIK MEDIK :
MALPRAKTIK MEDIK :
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (1)
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (1)
Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM
ADMINISTRASI, HUKUM PERDATA, HUKUM PIDANA.
Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM
ADMINISTRASI :“pelanggaran disiplin”.
Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM
PERDATA : “timbulnya kerugian”.
Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM
PIDANA : “tindak pidana”. CATATAN :
Bandingkan dengan Pasal 66 UU No. 29
MALPRAKTIK MEDIK :
MALPRAKTIK MEDIK :
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (2)
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (2)
Malpraktik medik dalam perspektif hukum
pidana : “tindak pidana”.
Tindak pidana : “perbuatan” yang dilarang
dan diancam dengan “sanksi pidana” di dalam peraturan perundang-undangan .
Sanksi pidana : pidana pokok dan pidana
tambahan.
Pidana pokok : pidana mati, penjara,
kurungan, denda, tutupan.
Pidana tambahan : pencabutan hak-hak
MALPRAKTIK MEDIK :
MALPRAKTIK MEDIK :
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (3)
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (3)
Malpraktik medik dalam perspektif hukum
pidana berkaitan dengan “tindak pidana” dalam “peraturan perundang-undangan”.
Peraturan perundang-undangan yang
mengatur dan merumuskan “tindak pidana” serta bisa dikaitkan dengan malpraktik medik :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
2. UU No. 29 Tahun 2004 (6-10-2004/2005). 3. UU No. 36 Tahun 2009 (13-10-2009).
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (1)
DALAM KUHP (1)
Pasal 267 KUHP :
Pemalsuan Surat
Keterangan Dokter
Seorang dokter yang dengan sengaja
memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat (pidana penjara maksimal 4 tahun).
Keterangan diberikan dengan maksud untuk
memasukkan seseorang ke dalam RS atau untuk menahannya di RS (pidana penjara maksimal 8 tahun 6 bulan).
Orang yang dengan sengaja menggunakan
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (
DALAM KUHP (
2
2
)
)
Pasal 322 KUHP :
Rahasia Kedokteran
Barangsiapa dengan sengaja membuka
rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu (pidana penjara maksimal 9 bulan atau denda maksimal Rp. 600,00).
Perbuatan di atas hanya dapat dituntut atas
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (
DALAM KUHP (
3
3
)
)
Pasal 344 KUHP :
Euthanasia
Barangsiapa merampas nyawa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati (pidana penjara maksimal 12 tahun).
Catatan :
Euthanasia : eu (baik) dan thanatos (mati) :
kematian yang baik.
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (
DALAM KUHP (
4
4
)
)
Pasal 346-349 KUHP :
Aborsi
Pasal 346 KUHP :
seorang perempuan yangsengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu (pidana penjara maksimal 6 tahun).
Pasal 347 KUHP :
barangsiapa denganMALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (
DALAM KUHP (
5
5
)
)
Pasal 346-349 KUHP :
Aborsi
Pasal 348 KUHP :
barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya (pidana penjara maksimal 5 tahun 6 bulan); jika mengakibatkan meninggalnya perempuan tersebut (pidana penjara maksimal 7 tahun).MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (
DALAM KUHP (
6
6
)
)
Pasal
359
KUHP
:
Kelalaian
Menyebabkan Kematian
Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan orang lain mati (pidana penjara maksimal 5 tahun atau kurungan maksimal 1 tahun).
CATATAN : pasal
a quo
yang seringMALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (
DALAM KUHP (
7
7
)
)
Pasal 360 KUHP : Kelalaian Menyebabkan
Luka
CATATAN : pasal di atas Barangsiapa karena
kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat (pidana penjara maksimal 5 tahun atau kurungan maksimal 1 tahun).
Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan
orang lain luka-luka sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan (pidana penjara maksimal 9 bulan atau kurungan maksimal 6 bulan atau denda maksimal Rp. 4.500,00).
CATATAN : pasal a quo yang sering digunakan
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KUHP (
DALAM KUHP (
8
8
)
)
Pasal 361 KUHP :
Pemberatan Sanksi
Pidana
Perbuatan dalam Pasal 359, 360 yang
dilakukan ketika menjalankan pekerjaan
(pidana ditambah 1/3 dan dapat dicabut
hak menjalankan pekerjaan, merampas
barang
yang
digunakan
untuk
melakukan perbuatan, hakim dapat
memerintahkan
pengumuman
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 29/2004 (1)
DALAM UU NO. 29/2004 (1)
Pasal 75 :
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan
sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki STR (pidana penjara maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 100 juta).
Setiap dokter atau dokter gigi WNA yang
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 29/2004 (2)
DALAM UU NO. 29/2004 (2)
Pasal 76 :
setiap dokter atau dokter gigi yangdengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki SIP (pidana penjara maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 100 juta).
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 29/2004 (3)
DALAM UU NO. 29/2004 (3)
Pasal 78 :
setiap orang yang dengan sengajamenggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki STR dan/atau izin praktik (pidana penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal Rp. 150 juta).
MAPRAKTIK MEDIK
MAPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 29/2004 (4)
DALAM UU NO. 29/2004 (4)
Pasal 80 :
Setiap orang yang dengan sengaja
mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 (pidana penjara maksimal 10 tahun atau denda maksimal Rp. 300 juta).
Pelaku perbuatan korporasi dipidana denda
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/2009 (1)
DALAM UU NO. 36/2009 (1)
Pasal 190 :
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat (pidana penjara maksimal 2 tahun “dan” denda maksimal Rp. 200 juta).
Perbuatan mengakibatkan
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/2009 (2)
DALAM UU NO. 36/2009 (2)
Pasal 191 :
setiap orang yang tanpa izinmelakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian (pidana penjara maksimal 1 tahun “dan” denda maksimal Rp. 100 juta).
Pasal 192 :
setiap orang yang denganMALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/2009 (3)
DALAM UU NO. 36/2009 (3)
Pasal 193 :
setiap orang yang dengansengaja melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk tujuan mengubah identitas seseorang (pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).
Pasal 194 :
setiap orang yang dengansengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan Pasal 75 ayat 2 (pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).
Pasal 195 :
setiap orang yang denganMALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/2009 (4)
DALAM UU NO. 36/2009 (4)
Pasal 196 : setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan dan mutu
(pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).
Pasal 197 : setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar (pidana penjara maksimal 15 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1,5 miliar).
Pasal 198 : setiap orang yang tidak memiliki
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/20
DALAM UU NO. 36/20
14
14
(1)
(1)
Pasal-pasal dalam UU No. 36/2014 yang
memuat tindak pidana yaitu : Pasal 83-86.
Pasal 83 : Setiap orang yang bukan Tenaga
Kesehatan melakukan praktik seolah-olah sebagai Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
CATATAN :
Bandingkan Pasal 88 UU No. 36/2014
dengan Pasal 77 UU No. 29/2004.
Apakah Pasal 83 UU No. 36/2014 bisa
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/20
DALAM UU NO. 36/20
14
14
(
(
2
2
)
)
Pasal 84 ayat (1) : Setiap Tenaga Kesehatan
yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
Pasal 84 ayat (2) : Jika kelalaian berat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
CATATAN : pasal di atas bisa menjadi
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/20
DALAM UU NO. 36/20
14
14
(
(
3
3
)
)
Pasal 85 ayat (1) : Setiap Tenaga Kesehatan
yang dengan sengaja menjalankan praktik tanpa memiliki STR dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.
Pasal 84 ayat (2) : Setiap Tenaga Kesehatan
warga negara asing yang dengan sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR Sementara dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.
CATATAN : pasal di atas bisa menjadi
MALPRAKTIK MEDIK
MALPRAKTIK MEDIK
DALAM UU NO. 36/20
DALAM UU NO. 36/20
14
14
(
(
4
4
)
)
Pasal 86 ayat (1) : Setiap Tenaga Kesehatan
yang menjalankan praktik tanpa memiliki izin (SIP) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.
Pasal 86 ayat (2) : Setiap Tenaga Kesehatan
warga negara asing yang dengan sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.
CATATAN : pasal di atas bisa menjadi
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
MALPRAKTIK MEDIK (1)
MALPRAKTIK MEDIK (1)
Proses
penegakan
hukum
pidana
malpraktik dalam pelayanan kesehatan
menggunakan UU No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Mekanisme :
1. Penyelidikan
2. Penyidikan.
3. Penuntutan.
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
MALPRAKTIK MEDIK (2)
MALPRAKTIK MEDIK (2)
Penyelidikan : tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan.
Penyidikan : tindakan penyidik untuk
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
MALPRAKTIK MEDIK (3)
MALPRAKTIK MEDIK (3)
Ketentuan Khusus UU No. 36 Tahun 2009
:
Penyidikan tindak pidana di bidang
kesehatan tidak hanya menjadi kewenangan “Kepolisian”, melainkan merupakan kewenangan “Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)” di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Penyidikan yang dilakukan oleh PPNS
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
MALPRAKTIK MEDIK (4)
MALPRAKTIK MEDIK (4)
Penuntutan : tindakan penuntut umum
untuk melimpahkan perkara pidana ke
pengadilan agar diperiksa dan diputus
oleh hakim di sidang pengadilan.
Pemeriksaan
Sidang
Pengadilan
:
tindakan
hakim
untuk
menerima,
memeriksa,
dan
memutus
perkara
pidana di sidang pengadilan.
Pelaksanaan Putusan : tindakan jaksa
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
MALPRAKTIK MEDIK (5)
MALPRAKTIK MEDIK (5)
Pasal tindak pidana yang biasanya digunakan
oleh aparat penegak hukum untuk menjerat malpraktik dalam pelayanan kesehatan (kelalaian medik), yaitu Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP.
Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP adalah
“delik culpa”, dengan adanya elemen “karena kealpaannya” dan “delik materiil” yang menghendaki akibat berupa matinya orang lain atau menyebabkan orang lain luka-luka berat.
CATATAN : seharusnya Pasal 359 dan 360
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
MALPRAKTIK MEDIK (6)
MALPRAKTIK MEDIK (6)
Persoalan fundamental dalam delik culpa
adalah masalah pembuktian atau penentuan “kealpaan” dan “hubungan kausal kealpaan dengan akibat” yang dilarang undang-undang.
Penentuan ada tidaknya kealpaan
dilakukan secara “normatif”.
Penentuan hubungan kausalitas kealpaan
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
MALPRAKTIK MEDIK (7)
MALPRAKTIK MEDIK (7)
Pembuktian malpraktik dalam pelayanan
kesehatan (kelalaian medik) sesungguhnya tidak mudah bagi hakim yang tidak menguasai profesi di bidang pelayanan kesehatan.
Namun demikian, pelaku malpraktik dalam
pelayanan kesehatan (kelalaian medik) tetap bisa dibuktikan kesalahan/kealpaannya.
Pembuktian malpraktik dalam pelayanan
REFERENSI (1)
REFERENSI (1)
Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
(M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir).
Hukum Medik (
J. Guwandi).
Malpraktik Kedokteran : Tinjauan Norma
dan Doktrin Hukum
(Adami Chazawi).
Sumpah Hippocrates : Aspek Hukum
Malpraktik Dokter
(Munir Fuady).
Hukum Pidana Malpraktik Medik
(Ari
Yunanto dan Helmi).
REFERENSI (2)
REFERENSI (2)
Batas Pertanggungjawaban Hukum
Malpraktik Dokter (Hendroyono Soewono).
Hukum Malpraktik Kedokteran (Rinanto
Suryadhimirtha).
Asas-asas Hukum Pidana (Moeljatno).
Asas-Asas Hukum Pidana (Bambang
Poernomo).
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. UU No. 29 Tahun 2004.