• Tidak ada hasil yang ditemukan

2017 Hukum Sesi 3 Rima Pertanggungjawaban Hukum Profesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2017 Hukum Sesi 3 Rima Pertanggungjawaban Hukum Profesi"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Pertanggungjawa

ban Hukum

(2)

I.

Hubungan Hukum Tenaga Medis

dan pasien

II.

Aspek Hukum Profesi Kesehatan

Hukum Administrasi

Hukum Perdata

(3)
(4)

Memiliki persyaratan / kualifikasi dan

mempertahankannya:

Memiliki Sertifikat Kompetensi, Surat

Tanda Registrasi, Surat Iziin Praktik /

Kerja, dll

Mematuhi Kode Etik Profesi

Mematuhi Standar Profesi

Mematuhi Standar Pelayanan dan

SPO

Oleh karena itu ia bertanggungjawab atas
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Putusan PN Menado

MKEK Menado Putusan MA

Berdasarkan Kesaksian dan alat bukti yang ada maka tidak terdapat

kelalaian yang dilakukan oleh dr. A cs

MKEK Pusat Sulawesi Utara menyatakan tidak ada

kesalahan prosedur dan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh para

terdakwa dalam

melakukan operasi kepada korban ;

1. MA menetapkan dr. Ayu CS bersalah, dengan alasan tidak memiliki ijin praktik 2. MA menetapkan dr. Ayu CS

bersalah, dengan alasan dr. Ayu dkk memalsukan tanda tangan dari pihak keluarga terhadap surat ijin.

3. MA menuduh telah terjadi pembiaran pasien selama 15 jam

Putusan Bebas penyebab kematian korban adalah masuknya udara dalam jantung tidak dapat diprediksi sebelumnya

sehingga dikategorikan bukan kelalaian.

(10)
(11)

UNDANG-UNDANG

 UU No. 44 Tahun 2009

tentang Rumah sakit

 UU No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan

 UU No. 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran

PERATURAN PEMERINTAH

 Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

(12)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

 Permenkes No.

290/Menkes/Per/III/2008

tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

 Permenkes No.

269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis

 Permenkes No. 512 tahun 2007

ttg Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran

 Permenkes No. 1691 Tahun

2011 ttg Keselamatan Pasien Rumah Sakit

 Permenkes No. 17 Tahun 2013

tentang ijin dan

penyelenggaraan praktik perawat

 PMK No. 2052 Tahun 2011

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

 Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor

(13)

PERATURAN LAINNYA

 KUHP

(14)
(15)

Black’s Law Dictionary merinci persyaratan untuk suatu medical malpractice ke dalam 4 hal, yaitu:

the existence of a physician’s duty to the

plaintiff, usually based upon the existence of the physician - patient relationship;

the applicable standard of care and its violation;a compensable injury;

a causal connection between the violation of the

(16)

Malpractice dirumuskan sebagai:

the failure of a physician or surgeon in the treatment

of patient to passes and employ that reasonable degree of learning, skill and experience which

ordinarily is possessed by others of his profession; or

his failure to exercise reasonable and ordinary care

and diligence in the exertion of his skill and the application of his knowledge; or

his failure to exert his best judgement as to the

treatment of the case entrusted to him; or

his failure to bestow such reasonable and ordinary

care, skill and diligene as physician and surgeons in the same neighbourhood in the same general of

practice ordinarily have and exercise in like cases

(17)
(18)
(19)

TIADA SANKSI PIDANA TANPA KESALAHAN

Kesalahan

Sengaja/Dolus Lalai /culpa

Ex: Abortus Provokatus Criminalis

Culpa lata : Serius, Culpa levis :Biasa

Culpa Levissima :Ringan

Parameter: SOP&SPM

Derajat Kesalahan

Pembuktian

Penghapus pidana

(20)

SOP&SPM

wajib simpan rahasia kedokteran

Standar Profesi - POGI

Standar Pelayanan Medik

Panduan Bayi Risiko Tinggi

Penegakan diagnosis

Bukti ilmiah

(evidence

) yang digunakan

Prognosis

Informasi/komunikasi efektif,

informed

(21)
(22)

Alasan pembenar (rechtvaardigingsgrond)

adalah alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan.

perintah jabatan’ (ambtelijk bevel) diatur dalam pasal 51 KUHP Ayat (1).

Alasan pemaaf (schulduitsluitingsgrond)

adalah alasan yang menghapuskan kesalahan pelaku tindak pidana; berkaitan dengan

culpabilitas.

(23)

Syarat:

i.

ada hubungan antara pemberi perintah

dengan pelaksana perintah berdasarkan

hukum publik;

ii.

kewenangan pemberi perintah harus

sesuai dengan jabatannya berdasarkan

hukum publik tersebut; dan

iii.

perintah yang diberikan itu termasuk

dalam lingkungan kewenangan

(24)

KRITERIA PIDANA YE

S NO

Pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran (pasal 322)

Euthanasia (pasal 344)

Melakukan pengguguran atau abortus provocatus (pasal 346-349)

Penganiayaan (pasal 351) LUKA BERAT (PASAL 90).

Kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau luka-luka berat pada diri orang lain (pasal 359 hingga 361).

(25)

Kriteria Pidana Yes No

penipuan terhadap penderita atau pasien (pasal 378);

pembuatan surat keterangan palsu (pasal 263 dan 267 KUHP);

kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong (pasal 349 KUHP);

tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam bahaya maut (pasal 267 KUHP);

pelanggaran kesopanan (pasal 290 ay.1, pasal 294 ay.1, pasal 285 dan 286 KUHP);

(26)

Pembelaan Yes No

Buktikan salah satu unsur kelalaian tidak ada : near miss CARI PEMBENAR:

RISIKO MEDIK DAPAT DITERIMA

RISIKO MEDIK : UNFORESEEABILITY Adverse events (+) ttp pasca the only way PERJALANAN PENYAKIT / KOMPLIKASI

CARI PEMAAF: TEKANAN SITUASI-KONDISI DARURAT/LIFE SAVING

LIMITED RESOURCES, WAKTU

(27)

Dokumen Konsensus Mis : SpOG Yes No

Konsensus mutakhir: infertilitas

Panduan ANC/partogram

Panduan Bayi Risiko Tinggi

Dokumen Rekam Medis dan Rujukan dari PPK 1

Konsensus Perinatal antara SpOG-SpA

Fatwa IDI

Pedoman-Pedoman Profesi POGI

(28)

Pedoman Analisis : Dini Yes No

Identifikasi insight/potensi keluhan utama pengaduan Insight penyelidikan PDSp/Komdik RS

Kategori motivasi aduan/gugatan pasien

kelalaian nyata (gross negligence) : tertinggalnya benda asing (doktrin res ipsa loquituur)

(29)

Pedoman Analisis – Cek hubungan dokter - pasien : Yes No

Status & Hubungan Hukum: Pasien pribadi/kontrol/rujukan, dokter pengganti, doktrin captain of the ship (penanggungjawab utama tim dokter), jadwal jaga/dinas (dokter, perawat), kewajiban dokter/RS, dll

(30)

Analisis Kasus Yes No

Diagnosis / Indikasi medik : tepatkah (tujuannya) ? adakah penyimpangan atau perluasan ? (peran peer review atau

second opinion, adakah kesengajaan : ingat teori fraud/white collar crime ditunjang oleh pertanggungjawaban pidana).

(31)

Analisis Kasus : Diagnosis Yes No

Upaya penegakan diagnosis keseluruhan, sistematis ?

Ketelitian/kehati-hatian dalam penegakan diagnosis : bukti ilmiah (evidence) yang digunakan

kelaziman (best practice) : substandar ? overstandar ? (peran ahli selingkung),

(32)

ANALISIS KASUS : PROGNOSIS YES NO

Foreseeability yang lazim (adverse events) = can it causality 

“disease-rate”

Avoidability = will it causality  persiapan antisipatif risiko tsb pd

kasus

Sistem rujukan ke mana ?

Kontrak dgn pusat rujukan

Kondisi khusus pasien : Alergi, imuno-kompromais, dll

(33)

Analisis Kasus : Therapi Yes No

Mekanisme kontrol akurasi (alat, SOP, penunjang lain ) Rawat bersama : captain of the ship?

Kompetensi & inkapasitas pelaksana,

Product liability:daluwarsa, insert warning

Deteksi dini penyulit durante tindakan? = superseding cause

Tepatkah (kategori, cara) simpul penyulit

(34)

Analisis Kasus : Komunikasi Informasi Yes No

Rujukan sebagai komunikasi tertulis tentang kondisi pasien

Setelah yg umum : msh perlu informed consent khusus (form kasus spesifik)?,

Adakah mispersepsi/mitos ? Contextual features (anak mahal dll) + quality of life

Keluasan info : Reasonable person or DR’s standard ?

perubahan status medik (situasi) : kegawatan/kedaruratan

Biaya + syarat peserta asuransi

(35)

Analisis kasus :

Hambatan/gangguan proses medik (diagnosis, prognosis, terapi)

Yes No

Pasien non-otonom : anak/uzur,

Pasien tak mampu;

Adakah iatrogenik atau risiko

adakaH andil kesalahan pasien/keluarganya ?

Miskomunikasi/tdk puas ec rusak harapan

Dilema etik / konflik etikolegal persisten

Evaluasi check point pengelolaan

(36)

KATEGORI UMUM KASUS Yes No

“Putih”/ “abu2” / “hitam”

Penyingkiran mslh litigious legal procedures  BPA, asuransi profesi Pengedepanan pembelaan terbatas

Rencana pendisiplinan

Koordinasi dgn Dewan Kehormatan PDSp, MKEK/MDTK, dll Saksi ahli “selingkung” utk norma

(37)

Kategori Yes No

Baru pertama kali / Residivis

Pelanggaran hukum (terbukti)

Pelanggaran KDB (terbukti)

Kemungkinan tercemarnya korsa

Turunnya kredibilitas bangsa

Implikasi preseden

Iritasi kemanusiaan

(38)
(39)
(40)

Pasal 23 ayat (3), 42 UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 36 , Pasal 80 Ayat (1) dan (2) UU No. 29 Tahun 2004

Prosedur Perijinan Nakes diatur dalam Pasal 7 PMK No. 512 Tahun 2007 jo PMK No. 2052

Tahun 2011

Pada Kasus : Nakes

 Dr. Obsgyn, Dr.

Anestesi, DPJP, Perawat Anestesi

Pada Kasus : RS Kandow 

Perijinan RS, SOP RS

Pasal 46 UU No. 44 Tahun 2009

(41)

Pelaksanaan Inform Consent?

Pasal 8, 56 Permenkes No. 290 Tahun

2008

Pelaksanaan Rekam Medik?

Pelaksanaan SOP RS?

(42)

Pasal 8 Permenkes No. 290 Tahun 2008:

Setiap orang berhak memperoleh informasi

tentang data kesehatan dirinya termasuk

tindakan dan pengobatan yang telah maupun

yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

Pasal 56 ayat (1)

(43)

Pasal 45

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.

(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;

b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;

c. alternatif tindakan lain dan risikonya;

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

(44)
(45)

Pasal 23 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2009

: Dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan, tenaga kesehatan wajib

memiliki izin dari pemerintah.

Pasal 36 UU No. 29 Tahun 2004 :

Setiap dokter dan dokter gigi yang

melakukan

praktik

kedokteran

di

(46)

Pasal 7 PMK No. 512 Tahun 2007 jo PMK No. 2052 Tahun 2011 :

Dekan FK/Dekan FKG berdasarkan surat persetujuan KKI yang diberikan pada awal pendidikan PPDS/PPDGS, harus memberitahukan peserta PPDS dan PPDGS yang sedang mengikuti pendidikan yang meliputi nama perorangan, jadual, dan tahap pendidikan, kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana rumah sakit tempat pendidikan spesialis berada.

Dokter atau dokter gigi yang sedang

(47)
(48)
(49)

Lingkup dan tingkat kewenangan

penyelenggaraan praktik kedokteran bagi

masing-masing dokter atau dokter gigi

sesuai dengan sertifikat kompetensi,

dan/atau surat keterangan kompetensi

dari Ketua Kolegium atau KPS atas nama

Ketua Kolegium bagi peserta Program

(50)

1.Atributif

Kewenangan yang berasal dari adanya

penyerahan atau pemberian suatu

kewenangan yang baru oleh suatu

ketentuan peraturan

perundang-undangan .Tidak terjadi distribusi

kewenangan.

Pada kewenangan atributif pelaksanaan

dilakukan oleh pejabat yang menerima

kewenangan yang baru tersebut

Pertanggungjawaban tindakan adalah di

(51)

2.Delegasi

Merupakan kewenangan yang bersumber dari

pelimpahan wewenang dari suatu subyek

hukum atau organ pemerintah kepada subyek

hukum atau organ pemerintah yang lain

berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Kewenangan sudah ada terlebih dahulu .Tidak

ada kewenangan yang baru.

Kewenangan sudah dimiliki pejabat

administrasi negara yang

lama.Pada

(52)

1.Atributif

Kewenangan yang berasal dari adanaya

penyerahan atau pemberian suatu

kewenangan yang baru oleh suatu

ketentuan peraturan

perundang-undangan .Tidak terjadi distribusi

kewenangan.

Pada kewenangan kewenangan atributif

pelaksanaan dilakukan oleh pejabat yang

menerima kewenangan yang baru itu

yang bertanggung jawab adalah di

(53)

2.Delegasi

Merupakan kewenangan yang bersumber

dari pelimpahan wewenang dari suatu

organ pemerintah kepada organ

pemerintah yang lain berdasarkan

undang-undang yang berlaku.

Kewenangan sudah ada terlebih dahulu

.Tidak ada kewenangan yang

baru.Kewenangan sudah dimiliki pejabat

administrasi negara yang lama.Pada

kewenangan delegasi yang mempunyai

tanggung jawab adalah pejabat yang

(54)

3.Mandat/amanah/penugasan

Kewenangan yang bersumber dari

proses pelimpahan dari pejabat yang

lebih tinggi kepada pejabat yang lebih

rendah.

Pada mandat secara yuridis tanggung

jawab tetap berada pada pejabat yang

memberi mandat.

Pada setiap saat si pemberi mandat

dapat menggunakan sendiri

(55)

Kepmenkes No. 779 Tahun 2008 Standar Pelayanan Anestesiologi dan

Reanimasi di RS Instruksi

(56)

Pasal 15 PMK No. 512 Tahun 2007 jo PMK No. 2052 Tahun 2011 :

Dokter dan dokter gigi dapat memberikan

pelimpahan suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan tertentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

Pelimpahan wewenang kepada perawat, bidan atau

(57)

tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam

kemampuan dan keterampilan yang telah

dimiliki oleh penerima pelimpahan;

pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap

di bawah pengawasan pemberi pelimpahan;

pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab

atas tindakan yang dilimpahkan sepanjang

pelaksanaan

tindakan

sesuai

dengan

pelimpahan yang diberikan;

tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk

mengambil keputusan klinis sebagai dasar

pelaksanaan tindakan; dan

tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat

(58)

Pelayanan anestesiologi dan reanimasi

dilakukan

oleh

dokter

spesialis

anestesiologi. Pelayanan anestesiologi

dan reanimasi yang dilakukan oleh

perawat

anestesia

merupakan

pelimpahan

wewenang

dari

dokter

spesialis anestesiologi atau dokter yang

melakukan

tindakan

(59)

Pelimpahan wewenang tersebut dapat terjadi dalam keadaan sebagai berikut :

Jika dokter spesialis anestesiologi tidak ada di kamar

operasi tetapi masih didalam rumah sakit, dapat

dimintakan izin lisan dan kemudian harus dicatat

dalam rekam medis dan diparaf;

Jika tidak ada dokter spesialis anestesiologi

tetapi ada dokter umum yang ditugaskan dalam pelayanan anestesiologi maka dokter tersebut menggantikan peran dokter spesialis anestesiologi;

Jika tidak ada dokter spesialis anestesiologi maupun

dokter umum, perawat dapat mengerjakan sesuai

(60)

Tindakan anestesia harus dikerjakan dalam

kerja sama tim.

Seorang dokter spesialis anestesiologi

harus didampingi perawat terlatih.

Jika anestesia dilakukan oleh perawat

anestesia juga harus didampingi perawat

terlatih lainnya.

(61)

 Pelayanan anestesia adalah tindakan medis yang

harus dilakukan oleh tenaga medis.

 Namun, saat ini jumlah dokter spesialis anestesiologi

masih sangat terbatas padahal pelayanan anestesia sangat dibutuhkan di rumah sakit.

 Memperhatikan kondisi tersebut, untuk dapat

terselenggaranya kebutuhan pelayanan anestesia di rumah sakit yang tidak ada dokter spesialis anestesiologi, diperlukan pemberian kewenangan tanggung jawab medis anestesiologi kepada dokter PPDS atau dokter lain.

 Prosedur pemberian kewenangan diatur dalam

(62)

 Pasal 42 UU No. 36 Tahun 2009 : Pimpinan sarana pelayanan

kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

 Pasal 80 UU No. 29 Tahun 2004 :

1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau

dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.

 Pasal 46 UU No. 44 Tahun 2009 : Rumah Sakit bertanggung

(63)
(64)

SYARAT SUBYEKTIF

1.

Sepakat mereka

yang

mengikatkan

dirinya

2.

Kecakapan untuk

membuat suatu

perikatan

SYARAT OBYEKTIF

3.

Suatu hal tertentu

4.

Suatu sebab yang

(65)

Pada perkara perdata berlaku asas “

Actori

in cumbit probatio sese ipsa

Artinya siapa yang mendalilkan suatu hak

maka dialah yang harus membuktikan

Penentukan perkara adalah oleh para

pihak yang bersengketa sehingga apabila

para pihak (pasien) tidak mengajukan

perkara perdata tersebut maka tidak akan

diproses perkara tersebut oleh

(66)

Perjanjian antara dokter dan pasien untuk

tujuan penyembuhan

Gugatan dalam perjanjian terapeutik dapat

terjadi karena :

 wanprestasi

 Perbuatan melawan hukum.

Pada kasus Dr. “A” dkk gugatan karena

wanprestasi tidak dapat dilakukan

karena dr “A” cs telah melakukan prestasinya

berupa pertolongan persalinan dimana bayi

lahir dalam kondisi selamat.

Namun tindakan yang dilakukan dr Ayu cs

(67)

 Ditinjau dari syarat sah perjanjian pasal 1320

KUHPerdata maka didalam kasus dr Ayu cs tidak memenuhi unsur syarat sah perjanjian yaitu

syarat subjektif (harus dipenuhi oleh subjek perjanjian) yaitu :

Sepakat mereka yang mengikatkan diri

 Dalam kasus tersebut terjadi cacat kehendak karena adanya penyalahgunaan keadaan. Pasien dalam

kondisi kesakitan dimintakan consent.  Kecakapan untuk membuat perjanjian

Pihak yang mengikatkan diri harus mampu

menyadari akibat perbuatannya. Dalam consent

(68)

 Dengan tidak dipenuhinya syarat subjektif ini maka perjanjian

tersebut dapat dibatalkan. Pasal-pasal dalam KUHPerdata yang dapat diterapkan pada kasus dr Ayu cs adalah:

Pasal 1365 KUHPerdata (melakukan perbuatan melawan hukum) ditujukan kepada dr Ayu.

Dalam Pasal 1365 KUHPerdata disebutkan bahwa “tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,mengganti kerugian tersebut”.

Pasal 1367 KUHPerdata (captain on the ship/melalaikan pekerjaan sebagai penanggungjawab). Dalam Pasal 1367 KUHPerdata

disebutkan bahwa “seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya”. Dalam kasus ini gugatan Pasal tersebut ditujukan pada :

(69)

1.

PASIEN

2.

TENAGA KESEHATAN DI RS

3.

RS

4.

FK PENYELENGGARA PPDS?

(70)

PENGAWASA N DARI DINKES KAB/KOTA

 PERIJINAN

(71)

Sidang kasus diselesaikan di Majelis

Kode Etik Profesi Kedokteran

Apabila dibawa ke ranah hukum

positif (Pengadilan) jika terbukti

unsur-unsur kelalaian maka

dibedakan antara alat bukti kesaksian

dan alat bukti keterangan ahli karena

kedua hal ini memiliki kedudukan

(72)

Keterangan ahli (expert) diberikan

oleh ahli yang benar-benar

memahami dan memiliki

kemampuan dan pengetahuan

(berkompeten) di bidang terkait,

pelayanan medis /medis spesialis,

dan hukum kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan validitas terlihat bahwa semua item pertanyaan pada ketiga jenis data (tingkat kepuasan responden, tingkat kepuasan responden situs lazada, dan

+ MATA PISAU ALUMUNIUM Berdasarkan komponen maknanya, leksem pisau merupakan alat senjata tajam yang biasanya digunakan untuk mengiris, mempunyai hulu yang bisa terbuat

Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul ’Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 terhadap Serum Vitamin B12 dan Hemoglobin Anak Prasekolah’ pada jurnal Info Kesehatan

Sepanjang hampir sepuluh tahun perjalanan, dalam bidang peningkatan kapasitas, kerjasama dengan lembaga-lembaga ini, pemerintah daerah telah menghasilkan sejumlah

Database di atas adalah database administrasi pengambilan matakuliah mahasiswa sama seperti database pada tugas praktikum 4.1.1 hanya saja ada penambahan table kode dosen dan

dengan pemerintah daerah dengan membentuk Satuan Tugas Pengawasan Kemitraan. Dalam mengoptimalkan peran kantor wilayah, KPPU meminta perlu adanya dukungan DPR untuk melakukan

Increasing the value of critical cohesive traction increases the extent of plastic zone at the crack tip which causes the fatigue crack growth to retard.. Plastic materials

Rasulullah menegaskan dalam hadist tersebut, bahwa ikut campur dalam masalah pribadi orang lain tanpa suatu kepentingan yang mengharuskan berarti suatu perbuatan