Rimawati
Faculty of Law – Gadjah Mada University
Etika Rumah Sakit,
Hospital
By Laws
dan
Medical Staffs
Materi:
Pengantar
Etika Rumah Sakit
Hospital By Laws
PENGANTAR
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI)
semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya.
Disiplin ilmu dalam Hukum Kesehatan
Hukum kedokteran/ kedokteran gigi, Hukum keperawatan
Hukum farmasi klinik Hukum apotik
Hukum kesehatan masyarakat Hukum perobatan
Hukum rumah sakit
Hukum kesehatan lingkungan, etc (Konas PERHUKI,
Definisi Rumah Sakit
Pasal 1 angka 1, UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS
Rumah Sakit adalah institusi pelayanankesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pasal 1 angka 3 UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS
menyebutkan bahwa : Pelayanan KesehatanParipurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
Hakekat RS
Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya sebagian
besar tenaga hukum kedokteran yaitu ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan atau pemeliharaan kesehatan dalam
menjalankan profesinya seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, nutrisionis, fisioterapis, ahli rekam medik dan lain-lain.
WHO
Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang
menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik,
terpeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang
Hakekat RS
Masing-masing disiplin ini umunnya telah
mempunyai etik profesi yang harus diamalkan
anggotanya.
Begitu pula rumah sakit sebagai suatu institusi
dalam pelayanan kesehatan juga telah
mempunyai etika yang di Indonesia terhimpun
dalam Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI).
Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan
kesehatan masing-masing profesi harus
berpedoman pada etika profesinya dan harus
pula memahami etika profesi disiplin lainnya
ETIK DAN HUKUM
ETIK
HUKUM
Etik berasal dari kata
Yunani ethos, yang berarti
”yang baik, yang layak”.
Etik merupakan
norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok
profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.
Hukum adalah
peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan, dalam mengatur
pergaulan hidup masyarakat.
Etik dan hukum memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengatur
Persamaan dan Perbedaan
Etik dan Hukum
Persamaan
Perbedaan
1. Sama-sama merupakan
alat untuk mengatur tertibnya hidup
bermasyarakat.
2. Sebagai objeknya adalah
tingkah laku manusia.
3. Mengandung hak dan
kewajiban
anggota-anggota masyarakat agar tidak saling merugikan.
4. Menggugah kesadaran
untuk bersikap manusiawi.
5. Sumbernya adalah hasi
pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior.
1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi . Hukum berlaku
untuk umum.
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota
profesi. Hukum disusun oleh badan pemerintah.
3. Etik tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum secara terinci dalam kitab undang-undang dan lembaran/berita negara.
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan.
Sanksi terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan.
5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kalau perlu diteruskan kepada Panitia Pembinaan Etika
Kedokteran (P3EK), yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan (DEPKES). Pelanggaran hukum diselesaikan melalui pengadilan.
6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik. Penyelesaian pelanggaran hukum
ETIKA RS
Etika rumah sakit
Etika terapan
(applied ethics)
atau etika praktis(practical ethics),
yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu praktis, sepertiperlakuan terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan hewan
untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, etanasia, kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak
mampu, dan sebagainya.
Jadi, etika rumah sakit adalah etika umum yang
Etika dari beberapa Sudut
Pandang
1. Ahli falsafah
Etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.
Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk.
Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu
yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak?
Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai
2.
Ahli Sosiologi
Etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku
orang-orang dari lingkungan budaya tertentu.
3. Praktisi profesional termasuk dokter dan
tenaga kesehatan lainnya
etika berarti kewajiban dan tanggung jawab
memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional.
Etika adalah salah satu kaidah yang menjaga
4. Eksekutif puncak rumah sakit
• Etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus
terhadap :
• Pasien dan klien • Organisasi dan staff
• Direktur dan profesi medis dan kesehatan
• Pemerintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung
terhadap masyarakat.
• Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku
juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.
5. Asosiasi profesi
Etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk
Etika Institusional RS
Etika Rumah Sakit
Suatu etika praktis yang dikembangkan untuk
Rumah Sakit sebagai suatu institusi lahir pada
waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran
etika biomedis.
Etika institusional rumah sakit adalah
pengembangan dari etika biomedika (bioetika).
Karena masalah-masalah atau dilema etika yang
baru sama sekali sebagai dampak atau akibat
dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan
teknologi biomedis, justru terjadi di rumah sakit.
Sebagai contoh, dapat disebut kegiatan
Masalah Etik Rumah Sakit
Yang Perlu Diatur
1. Rekam medis
2. Keperawatan
3. Pelayanan
laboratorium
4. Pelayanan pasien
dewasa
5. Pelayanan
kesehatan anak
6. Pelayanan klinik
medik
7. Pelayanan intensif, anestesi dan
euthanasia
8. Pelayanan radiologi 9. Pelayanan kamar
operasi
10. Pelayanan
rehabilitasi medik 11. Pelayanan gawat
darurat
12. Pelayanan
Isu-isu Etika Administratif
1. Kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit Fungsi manajemen mencakup antara lain kegiatan
menentukan obyektif, menentukan arah dan memberi pedoman pada organisasi.
Kegiatan-kegiatan kepemimpinan dan manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam
pelaksanaannya seorang pemimpin yang manajer puncak sangat mudah disadari atau tidak melanggar asas-asas etika beneficence, nonmaleficence,
menghormati manusia dan berlaku adil.
Apalagi jika Direktur Rumah Sakit berprilaku diskrimatif dan menerapkan standar ganda. Ia
2.
Privasi
Privasi menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien,
seperti rahasia pribadi, kelainan atau penyakit yang
diderita, keadaan keuangan, dan terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang menjadi
haknya.
Kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan
melindungi privasi dan kerahasiaan pasiennya.
Harus di akui, hal itu tidak selalu mudah. Misalnya
kerahasiaan rekam medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit modern data dan informasi yang terdapat di dalamnya terbuka bagi begitu banyak petugas yang
karena kewajibannya memang berhak punya akses terhadap dokumen tersebut.
Dapat juga terjadi dilema etika administratif, jika terjadi
3. Persetujuan tindakan medis
(Informed
consent)
Masalah etika administratif dapat terjadi, jika
informed consent
tidak dilaksanakansebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang
kompeten kepada dokter untuk melakukan
tindakan medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti
Dilema etika administratif berikutnya di
rumah sakit - faktor situasi keuangan
Apakah kemampuan pasien membayar uangmuka adalah faktor yang mutlak bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan
kepadanya. karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman rumah sakit
mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan dengan demikian
mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak, lebih besar manfaatnya, dan lebih efektif biaya.
Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter
tertentu sangat tinggi tarif jasanya. Jika ditegur ia pasti akan marah, dan mungkin akan hengkang kerumah sakit lain. padahal ia patient getter yang merupakan ‘telur
emas’bagi rumah sakit.
Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang
tepat waktu melunasi piutang periodiknya, padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus lanjutan.
Untuk rumah sakit milik pemodal,
bagaimana sikap manajemen jika ada konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan keingginan pemegang saham yang melihat sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.
Bagaimana jika ada konflik kepentingan
antara pemilik, manajemen dan para klinis yang akar masalahnya adalah soal
keuangan dan pendapatan. Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu yang dapat diduga melakukan moral hazard
dengan berkolusi dengan PBF.
Bagaimana sikap rumah sakit terhadap
Isu-isu Biomedis
Persepsi dan perilaku profesional dan
instutisional terhadap:
Hidup dan kesehatan manusia dari sejak
sebelum kelahiran
Pada saat-saat sejak lahir
Selama pertumbuhan:
jika terjadi penyakit atau cidera
Menjadi tua
Sampai saat-saat menjelang akhir hidup
Kematian
Definisi Etika Biomedis
Etika biomedis
isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak
revolusi biomedis sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi para dokter dalam menjalankan propesinya.
Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh International
association of bioethics sebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh penulis).
Etika medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun,
dan lebih banyak menyangkut hubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Kemungkinan adanya masalah etika medis
Isu-isu Bioetika
Kegiatan rekayasa genetik,teknologi
reproduksi,eksperimen medis, donasi dan
transpalasi organ, penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan
kloning repraduktif.
Sesuai dengan definisi di atas tentang bioetika oleh
International Association of Bioethics
K
egiatan-kegiatan di atas dalam pelayanankesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya
menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik, pemerintahan,
Identifikasi Dan Pemecahan
Masalah Etika Biomedis
Kepedulian internal rumah sakit saja-misalnya
Komite Etika Rumah Sakit dan para dokter saja
seperti halnya pada penanganan masalah etika
medis
‘tradisional’-
Kepedulian dan bidang kajian banyak ahli multi-
dan inter-displiner tentang masalah-masalah
yang timbul karena perkembangan bidang
biomedis pada skala mikro dan makro,dan
tentang dampaknya atas masyarakat luas dan
sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada
pusat-pusat kajian bioetika yang sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.
yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya
oleh pimpinan rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian nasional dan internasional,
deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty International, atau’fatwa’ Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI)
tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah
yang sudah dikonsensuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau supra nasional yang terhormat itu.
Jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang
Isu-isu Etika Medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah
etika medis tradisional dalam pelayanan
medis dirumah sakit kita lebih banyak
dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya
malpraktek, terutama oleh dokter. Padahal,
etika disini terutama diartikan kewajiban
dan tanggung jawab institusional rumah
sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu
dapat berdasar pada ketentuan hukum
Hukum Rumah Sakit
Hukum kesehatan eksistensinya masih sangat relatif baru, dalam perkembangannya di Indonesia
Fred Ameln dan Almarhum Prof. Oetama dalam bentuk ilmu hukum kedokteran.
Perkembangan kehidupan yang pesat di bidang kesehatan dalam bentuk Sistem Kesehatan Nasional
mengakibatkan di perlukannya pengaturan yang lebih luas, dari
hukum kedokteran ke hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan (hukum kesehatan).
Dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum, baik bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun bagi
penerima jasa pelayanan kesehatan, untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberikan dasar bagi pembangunan di bidang kesehatan diperlukan adanya perangkat hukum
kesehatan yang dinamis.
Definisi Hukum RS
Hukum Rumah Sakit
Semua
ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan
pemeliharaan atau pelayanan kesehatan
dan penerapannya serta hak dan kewajiban
segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun
dari pihak penyelenggara pelayanaan
Hubungan Hukum
Pasien - RS
a).
Perjanjian perawatan
dimana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan pasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan dan di mana tenaga perawatan melakukan tindakan perawatan.
b). Perjanjian pelayanan medis
di mana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan pasien bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan berupaya secara maksimal untuk
menyembuhkan pasien melalui tindakan medis
Hubungan Hukum
RS – Tenaga
Medis/Kesehatan
Rumah sakit dalam
menjamin perlindungan hukum bagi
dokter/tenaga
kesehatan agar tidak
menimbulkan kesalahan medik dalam menangani pasien, sekaligus pasien mendapatkan
perlindungan hukum dari suatu
tanggungjawab rumah sakit dan dokter/tenaga kesehatan.
Tanggung Jawab RS terhadap Tenaga
Medis/Tenaga Kesehatan
RS bertanggung jawab
secara perdata terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan bunyi pasal 1367 (3)
KUHPerdata.
Selain itu rumah sakit juga
bertanggungjawab atas wanprestasi dan perbuatan melawan hukum (Pasal
1243, 1370, 1371, dan 1365 KUHPerdata)
Peran dan Fungsi RS
Peran dan fungsi Rumah Sakit sebagai tempat
untuk melakukan pelayanan kesehatan
(YANKES) yang profesional akan erat
kaitannya dengan 3 (tiga) unsur, yaitu :
1) Unsur mutu yang dijamin kualitasnya;
2) Unsur keuntungan atau manfaat yang
tercermin dalam mutu pelayanan; dan
3) Hukum yang mengatur perumahsakitan
secara umum dan kedokteran dan atau medik
khususnya
Dalam hal ini dokter dan tenaga kesehatan lainnya
perlu memahami adanya landasan hukum dalam transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien
(kontrak-terapeutik), mengetahui dan memahami hak dan kewajiban pasien serta hak dan kewajiban dokter dan adanya wajib simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan dan pekerjaan (M.Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999: 29).
Didalam memberikan pelayanan kepada pasien dan
Panitia Etika Rumah Sakit
(PERS)
Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI)
Disusun oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI).
Isi ERSI :
Kewajiban umum rumah sakit
Kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat Kewajiban rumah sakit terhadap pasien
Kewajiban rumah sakit terhadap staf dan lain-lain.
Pada saat ini beberapa rumah sakit telah mulai
merasakan perlunya sebuah badan yang menangani pelanggaran etik yang terjadi di rumah sakit.
Di rumah sakit besar di Indonesia telah ada badan
yang dibentuk di bawah nama Panitia Etika Rumah Sakit (PERS) yang di luar negeri disebut Hospital Ethical Commitee dimana anggotanya terdiri:
Staf medis, perawatan, administratif dan pihak lain yang
Fungsi, Manfaat dan Tugas
Panitia Etika Rumah Sakit
(PERS)
Fungsi PERS:
Memberikan nasihat atau
konsultasi melalui diskusi atau berperan dalam menilai penyelesaian melalui
kebijaksanaan, pendidikan pada lingkungannya dan
memberikan anjuran-anjuran pada pelayan kasus-kasus sulit.
Tugas PERS
membantu para dokter,
perawat dan anggota tim kesehatan di rumah sakit dalam menghadapi masalah-masalah pelanggaran etik maupun pemantapan
pengalaman kode etik masing-masing profesi.
Manfaat PERS :
1. Sebagai sumber
informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etik di rumah sakit.
2. Mengidentifikasi masalah pelanggaran etik di
rumah sakit dan
memberikan pendapat untuk penyelesaian. 3. Memberikan nasihat
kepada direksi rumah sakit untuk meneruskan atau tidak, perkara
Masalah Etika dan Hukum
di Rumah Sakit
Masalah etika dan hukum di rumah sakit yang paling
marak saat ini adalah malpraktek.
Malpraktek (medis) sebenarnya adalah istilah
hukum yang berarti kesalahan dalam menjalankan
profesi.
Berkhouwer dan Borstman (dikutip oleh Veronica
Komalawati)
Seorang dokter melakukan kesalahan profesi, apabila ia
tidak memeriksa, tidak membuat penilaian, tidak
melakukan tindakan atau tidak menghindari tindakan (tertentu)
Dokter-dokter yang baik pada umumnya pada situasi
yang sama akan melakukan pemeriksaan, membuat penilaian, melakukan tindakan atau menghindari
Hakekat definisi Malpraktik
(Medis)
Pertama, definisi ini bersifat relatif
Baik buruknya seorang dokter menjalankanprofesinya dibandingkan dengan rata-rata dokter lain. Tentu ini ada kelemahan-kelemahannya, dapat saja seorang dokter yang inovatif di tuduh
melakukan malpraktek karena ia melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan kebanyakan dokter lain, padahal yang ia lakukan adalah baik dan
bermanfaat bagi pasien.
Soal standar profesi tidak disinggung dalam definisi
Kedua, walaupun tidak secara eksplisit
dinyatakan, dalam definisi ini dengan
kesalahan profesional ditonjolkan tentang
kelalaian; dokter tentu tidak melakukan
pemeriksaan. tidak membuat penilaian,
tidak melakukan tindakan, dan tidak
menghindari tindakan tertentu.
Malpraktek adalah sama dengan
Etika Medis Di Rumah
Sakit.
1. Etika dalam hal ini diartikan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.
2. Etika rumah sakit adalah etika institusi, jadi kewajiban dan tanggng jawab itu adalah institusional, bukan individual. 3. Namun, eksekutif puncak rumah sakit- sebagai yang oleh
pemilik melalui Governing Body (Badan Pengampu, Majelis Wali Amanah, Dewan Pembina, atau nama jenis yang lain)
diberi kekuasaan mengelola dan tanggung jawab rumah sakit, dengan sendirinya juga adalah penanggung jawab moral dan etika institusional.
4. Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban dan tanggung jawab pada etika medis
adalah hidup dan kesehatan manusia dan kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. itu berarti pasien staf serta karyawan rumah sakit,dan masyarakat.
Asas-asas Etika RS
6. Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika praktis adalah:
o Rumah sakit berbuat kebaikan (benifecence) dan tidak
menimbulkan mudharat atau cidera (nonmalifecence) pada pasien, staf dan karyawan, masyarakat umum,serta lingkungan hidup. Dua asas etika klasik ini sudah ada dalam lafal Sumpah Hipprokrates sejak lebih 23 abad yang lalu. Dua asas ini adalah juga ajaran semua agama. Ajaran islam hampir selalu menyebut dua asas itu dalam satu kalimat (Amar ma ‘arupnahi mungkar).dalam ajaran agama hindu, nonmaleficence adalah Ahimsa.
o Asas menghormati manusia (respect for persons) berarti
menghormati pasien,staf dan karyawan,serta masyarakat dalam hal hidup dan kesehatan mereka. itu berarti menghormati otonomi (hak untuk mengambil keputusan tentang diri sendiri),hak-hak
asasi sebagai warga negara, hak atas informasi,hak atas
privasi,hak atas kerahasiaan,seta harkat dan mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.
Identifikasi Masalah Etika
Di Rumah Sakit
Kurt Darr
Seorang eksekutif rumah sakit tidak perlu sampai mengikuti kursus
tentang filosofi atau etika untuk dapat mengidentifikasikan masalah etika, walaupun kursus-kursus demikian akan banyak menolong.
Harus ada: Kepekaan, kebiasaan melakukan refleksi (an inquiring
mind), dan etika pribadi (personal ethics)yang cukup baik. tiga pertanyaan berikut ini dianjurkan diajukan pada diri sendiri untuk mengidentifikasikan kemungkinan adanya etika pada kasus
tertentu.
1)Apakah pasien, staf dan karyawan, atau masyarakat umum dalam
kasus tertentu itu diperlakukan seperti saya ingin diperlakukan dalam kasus seperti itu? ini dinamakan The Golden Rule.
2)Apakah pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum cukup
dilindungi terhadap kemungkinan cidera dalam keberadaan dan pelayanan di rumah sakit?
3)Apakah penjelasan tentang informed consent kepada pasien
Jika salah satu atau lebih dari tiga pertanyaan itu
terjawab dengan
“tidak”,
ada indikasi masalah etika pada kasus yang dihadapi.Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya adalah:
Adakah pasal-pasal dalam Kode Etik Rumah Sakit
yang dilanggar?
Adakah asas-asas etika umum yang dilanggar?
Jika masih perlu untuk lebih memastikan: Teori etika
mana yang dapat dipakai untuk pembenaran keputusan atau tindakan rumah sakit yang
menimbulkan masalah etika administratif atau etika biomedis.
Sama halnya dengan proses pemecahan masalah
Pemecahan Masalah
Etika Di Rumah
Sakit
Identifikasi Masalah etika administratif, masalah bioetika, masalah medis tradisional, atau gabungan berbagai
masalah etika itu dirumah sakit,
Mencari solusi untuk masalah-masalah:
2 (dua) model pemecahan masalah
Model terprogram (rasional)
Model rasional terprogram mungkin dapat diterapkan pada pemecahan banyak masalah manajemen umum, tetapi
rasio saja tidak selalu berhasil diterapkan pada pemecahan masalah etika. Masalah etika administratif tertentu di
rumah sakit yang menyangkut proses atau prosedur
mungkin dapat lebih mudah dipecahkan secara rasional. Model tak terprogram
Masalah etika biomedis yang menyangkut substansi atau prinsip sering kali sangat sensitif, karena itu rasio saja tidak selalu efektif. Diperlukan kebijaksanaan yang umumnya
Step By Step
Pemecahan Masalah Etika
Rumah Saki
1. Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar masalah.Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain.
2. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya. 3. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
4. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu. 5. Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah
dilaksanakan.
6. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang
Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
Saran
1. Hukum rumah sakit adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanaan kesehatan yaitu
rumah sakit dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman medik serta sumber-sumber hukum lainnya.
2. Rumah sakit sebagai suatu institusi dalam pelayanan
kesehatan telah mempunyai etika yang di Indonesia terhimpun
dalam Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI).
Dalam menjalankan
pelayanan kesehatan, masing-masing profesi harus berpedoman pada etika profesinya dan
harus pula memahami etika profesi disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul (rumah sakit) agar tidak saling
Hospital By Laws
Peristilahan
Hospital By laws
‘Hospital’ dan ‘By laws’.
Kata ‘Hospital’ = rumah sakit
Kata ‘Bylaw’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para
ahli:
The Oxford Illustrated Dictionary : Bylaw is regulation made by local
authority or corporation.
Bylaws means a set of laws or rules formally adopted internally by a faculty,
organization, or specified group of persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or organization (Guwandi, 2004).
Jadi, Bylaws dapat diartikan:
Peraturan dan ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau perkumpulan untuk mengatur para anggota-anggotanya.
Keberadaan Hospital Bylaw memegang peranan penting
sebagai tata tertib dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit.
HBL adalah ‘rules of the game’ dari dan dalam manajemen
Ciri dan Sifat HBL
1) Tailor-made
Isi, substansi, dan rumusan rinci Hospital Bylaw tidaklah mesti sama. Hal
ini disebabkan oleh karena tiap rumah sakit memiliki latar belakang, maksud, tujuan, kepemilikan, situasi, dan kondisi yang berbeda.
2. Hospital Bylaw dapat berfungsi sebagai ‘perpanjangan tangan hukum’.
Fungsi hukum adalah membuat peraturan-peraturan yang bersifat umum
dan yang berlaku secara umum dalam berbagai hal. Sedangkan kasus-kasus hukum kedokteran dan rumah sakit bersifat kasuistis. Dengan demikian, maka peraturan perundang-undangannya masih harus
ditafsirkan lagi dengan peraturan yang lebih rinci, yaitu Hospital Bylaw.
Sebagaimana diketahui, hampir tidak ada kasus kedokteran yang persis
sama, karena sangat tergantung kepada situasi dan kondisi pasien, seperti kegawatannya, tingkat penyakitnya, umur, daya tahan tubuh, komplikasi penyakitnya, lama pengobatan yang sudah dilakukan, dan sebagainya.
3. Hospital Bylaw mengatur bidang yang berkaitan dengan seluruh
manajemen rumah sakit meliputi administrasi, medik, perawatan, pasien, dokter, karyawan, dan lain-lain.
4. Rumusan Hospital Bylaw harus tegas, jelas, dan terperinci
Hospital Bylaw tidak membuka peluang untuk ditafsirkan lagi secara
individual.
Hakekat HBL
Hospital Bylaw merupakan materi muatan pengaturan dapat
meliputi antara lain: tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed consent, rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran, komite medik, panitia etik
kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan.
Bentuk HBL dapat merupakan kumpulan dari Peraturan
Rumah Sakit, Standar Operating Procedure (SOP), Surat
Keputusan, Surat Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU).
Peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan
Kepentingan HBL
Pertama, untuk kepentingan peningkatan mutu
pelayanan.
Dalam hal ini Hospital Bylaw dapat menjadi instrumen
akreditasi rumah sakit. Rumah sakit perlu membuat standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat rumah sakit
maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya
pelayanan medis, pelayananan keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan gawat darurat, dan sebagainya. Standar-standar ini terdiri dari elemen
struktur, proses, dan hasil. Adapun elemen struktur meliputi fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusianya, sistem keuangan, peralatan medis dan non-medis, AD/ART,
Kedua, dilihat dari segi hukum Hospital Bylaw dapat
menjadi tolak ukur mengenai ada tidaknya suatu
kelalaian atau kesalahan di dalam suatu kasus hukum kedokteran.
Di dalam Hukum Rumah Sakit pembuktian yang lebih rinci
harus terdapat dalam Hospital Bylaw.
Ketiga, dilihat dari segi manajemen risiko, maka HBL
dapat menjadi alat (tool) untuk mencegah timbulnya atau mencegah terulangnya suatu risiko yang
merugikan.
Pasien akan semakin terlindungi sesuai prinsip patient
safety.
Hospital Bylaw juga akan memperjelas fungsi dan
Fungsi dan Kegunaan HBL
Fungsi
Kegunaan
1. Mengatur kewenangan dan
tanggung jawab pemilik, dreksi, manajer, profesional serta tenaga kerja lainnya.
2. Mengatur hak dan kewajiban semua
pihak yang terinteraksi dengan RS.
3. Mengatur hubungan interaksi
semua pihak.
4. Mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan kewajiban RS terhadap pemerintah serta lembaga penegakan hukum.
5. Mengatur tata-laksana
melaksanakan ke kewenangan, kewajiban dan hak.
1.Sebagai pedoman intern rumah sakit. 2.Sebagai pedoman bagi pihak ekstern
yang berinteraksi dengan RS (termasuk pasien).
3.Sebagai sarana untuk menjamin
efektifitas, efesiensi dan mutu bagi pelaksanaan tugas dan kewajiban rumah sakit.
4.Sebagai syarat bagi kepentingan
akreditasi.
5.Sebagai sarana perlindungan hukum
bagi semua pihak.
6.Sebagai acuan bagi penyelesaian
Hakekat HBL
1. Merupakan regulasi yang hanya berlaku di
rumah sakit yang bersangkutan.
2. Merupakan norma yang lebih dari sekedar legal
restatment.
3. Merupakan prasyarat bagi rumah sakit agar
dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan rumah sakit.
4. Pedoman rumah sakit dapat melaksanakan
tugas dan kewajibannya dengan baik.
5. Klausula baku (perjanjian baku) yang akan
Hospital By Laws
Kepmenkes No.772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Medical staffs By
Laws
Pengantar
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
631/MENKES/SK/IV/2005 ttg Medical staff by laws
Kedua: Setiap rumah sakit wajib menyusun Peraturan
Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu profesi medis dan mutu
pelayanan medis.
Staf medis adalah merupakan tenaga yang mandiri,
karena setiap dokter memiliki kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis pada pasien.
Dalam memutuskan tindakan medis maupun
pemberian terapi kepada pasien harus dilakukan atas kebebasan dan kemandirian profesi dan tidak boleh atas pengaruh atau tekanan pihak lain.
Kebebasan profesi bukan diartikan kebebasan yang
Definisi Medical Staffs By
Laws
a. Medical staff bylaws adalah suatu peraturan organisasi staf medis dan komite medis di rumah sakit yang
ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau Governing Body;
b. Medical staff bylaws bukan merupakan kumpulan peraturan teknis administrasi medis ataupun teknis medis di rumah sakit. Oleh karena itu standard
operating prosedure, standar pelayanan medis bukan
merupakan medical staff bylaws tetapi lebih merupakan kebijakan teknis operasional pelayanan medis;
Definisi Medical Staffs By
Laws
d.
Medical staff bylaws tidak mengatur
manajemen keuangan dan
peralatan medis
e.
Medical staff bylaws , Rules and Regulations
adalah kerangka
(framework) untuk pengaturan
diri sendiri (
self-governance) oleh staf
medik
yang dapat diterima secara umum. Kerangka itu
menetapkan tugas, kewajiban, kewenangan,
tanggung jawab, kelompok staf medis dan
komite medis.
f. Yang dimaksud dengan staf medis dalam
Tujuan Medical Staffs By
Laws
Umum
Khusus
Sebagai pedoman
bagi rumah sakit
dalam
meningkatkan
mutu pelayanan
medis di rumah
sakit.
Tercapainya kerjasama yang baik antara staf medis
dengan pemilik rumah sakit atau yang mewakili dan
antara staff medis dengan Direktur/ Pimpinan rumah sakit.
Tercapainya sinergisme antara manajemen dan profesi medis untuk kepentingan pasien.
Fungsi Medical Staff By
Laws
Menggambarkan pengorganisasian staf medis di
rumah sakit.
Memuat prosedur persyaratan dan penerimaan
tenaga medis di rumah sakit
Mengatur mekanisme
peer review, reapoinment,
kewenangan yang
diberikan
(clinical privileges)
dan pendisiplinan.
Memuat prosedur pengajuan permohonan
sebagai staff medis
Sebagai acuan pemberian pelayanan
MATERI DAN SUBSTANSI PERATURAN
INTERNAL STAF MEDIS (
MEDICAL
STAF BYLAWS)
Medical staff bylaws adalah “tailor made”
dan medical staff bylaws adalah
merupakan peraturan yang mengatur staf
medis.
Mengacu kedua hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa walaupun
medical staff
bylaws bersifat “tailor made”, namun tetap
diperlukan acuan hal-hal apa saja yang
Mengingat staf medis adalah profesi mandiri
maka dalam menyusun
medical staff bylaws
perlu pula memperhatikan ciri-ciri profesi.
Medical staff bylaws
, adalah
tailor made
maka materi
dan substansi tidak mungkin
disamakan antara satu rumah sakit dengan
rumah sakit lainnya.
Namun paling tidak harus ada subtansi
minimal yang harus dicantumkan dalam
Substansi Minimal Medical
Staffs By Laws
1.
Substansi inti
(core content)
Core content adalah nilai-nilai fundamental
yang
dianut secara universal dalam
menjalankan profesi medis, seperti asas-asas
etika medis, asas-asas profesionalisme
(kompetensi, efikasi, aman bagi pasien),
pelayanan yang bermutu (
quality, efficiency,
equity), akuntabilitas, etc
2.
Substansi
khusus local
(local specifics)
Local spesifict adalah hal-hal yang khusus
Substansi
Medical Staffs Laws
Umum :
? Uraian tentang staf medis, kelompok staf
medis dan komite medis yang ada di rumah
sakit.
? Uraian tentang garis-garis besar tugas dan
tanggung jawab staf medis.
? Pernyataan tentang kewajiban bagi semua staf
medis untuk mentaati dan menjalankan
ketentuan-ketentuan etika profesi medis, etika
rumah sakit,
hospital staff bylaws rumah sakit
dan peraturan-peraturan pelaksana yang
Kerangka Tugas dan
kewajiban
Tugas dan kewajiban Komite Medis secara umum adalah :
? Menyusun, mengevaluasi dan jika perlu mengusulkan perubahan pada
medical staff
bylaws.
? Menetapkan standar pelayanan medis yang dibuat oleh kelompok staf medis.
? Menentukan Kebijakan umum dalam
melaksanakan pelayanan medis secara profesional. ? Mengusulkan rencana pengembangan sumber
Persyaratan Dan Tata
Cara
? Seleksi dan penapisan terhadap dokter/dokter gigi yang akan bekerja di rumah sakit
? Penetapan kewenangan klinis (clinical priviledges) bagi masing-masing dokter/dokter gigi yang bekerja di rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit. Tenaga dokter/dokter gigi yang diterima bekerja di rumah sakit, harus sesuai dengan sertifikasi, registrasi, perizinan, kompetensi, pengalaman, keterampilan, kesehatan, dan perilaku etikanya.
? Pemantauan dan pengamatan, bahwa dokter yang diberikan kewenangan klinis (clinical priviledges) seperti yang ditetapkan memang benar-benar melakuakn tindakan medik dalam batas-batas izin yang diberikan
kepadanya.
? Sanksi terhadap dokter yang di putuskan melanggar disiplin. Atau
berperilaku tidak baik, yang memberikan pelayanan medis dan atau tindakan medis yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan, yang tidak sesuai
Aturan Staf Medis
Aturan staf medis merupakan
lampiran
medical staff
bylawsnya. Yang diatur
didalam
aturan staff medis adalah
kewajiban staf medis yang
terkait dengan pemberian
Isi Aturan Staff Medis
? Kewajiban staf medis untuk mematuhi ketentuan pelaksanaan praktik kedokteran.
? Kewajiban Staf Medis untuk mematuhi Standar Profesi.
? Kewajiban Staf Medis untuk mematuhi Standar Pelayanan dan Standar Prosedur Operasional.
? Kewajiban Staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang rekam medis.
? Kewajiban Staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang informed consent.
? Ketentuan untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang rahasia kedokteran.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN INTERNAL STAF
MEDIS (MEDICAL STAFF BYLAWS)
a. Medical staff bylaws adalah “tailor made”
Oleh karena itu, pada waktu menyusun medical staff bylaws
di rumah sakit jangan atau hindari untuk mem-fotocopy
medical staff bylaws dari rumah sakit lain. Medical staff bylaws dari rumah sakit lain hanya sebagai acuan atau
wacana saja tidak boleh di fotocopy oleh karena medical staff bylaws dari rumah sakit satu dengan lainnya tidak sama.
b. Laksanakan legal audit.
Langkah penting sebelum menyusun medical staff bylaws
adalah melakukan legal audit sehingga dapat diketahui
semua peraturan dan perundangan sebagai dasar pemberian pelayanan medis di rumah sakit.
Legal audit ini bukan hanya sekedar melakukan inventarisasi
c.
Bylaws untuk dilaksanakan bukan
merupakan filosofis
Medical staf bylaws disusun bukan hanya
sekedar dokumen, tetapi harus
dilaksanakan
karena merupakan konstitusi staf medis.
Dalam menyelesaikan permasalahan staf
Terima Kasih