• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan kasus Asuhan Keperawatan Klien Dengan Typhus Abdominalis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan kasus Asuhan Keperawatan Klien Dengan Typhus Abdominalis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

TYPHUS ABDOMINALIS

DI RUANG TROPIK LK RSUD DR. SOETOMO

SURABAYA

PERIODE TANGGAL 10 JUNI 2002 S/D 14 JUNI 2002

DI SUSUN

OLEH :

SUBHAN

NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPETAWATAN KLIEN DENGAN TYPHUS ABDOMINALIS

Pengertian :

Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman SalmonellaTyphosa, Salmonella Paratyphi A, B da C. yang menyerang usus halus khususnya daerah illeum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui Fecal Oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat.

Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh kuman : a. Salmonella Typhosa

b. Salmonella Paratyphi A, B dan C

Kuman Salmonella termasuk golongan bakteri berbentuk batang, gram negatif mempunyai flagel yang memungkinkan kuman ini dapat bergerak, tidak berspora serta mempunyai tiga antigen ,yaitu :

a. Antigen O (HgO) : antigen pada bagian Soma b. Antigen H (AgH) : antigen pada bagian flagel c. antigen Vi (AgVi) : antigen pada bagian kapsul.

Gejala Klinik

Gejala klinik thyphus abdominalis pada pasien dewasa biasanya lebih Berat dibandingkan anak. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi melalui makanan sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi diketemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing-pusing dan tidak bersemangat.

Kemudian menyusul gejala klinik yang biasa ditemukan yaitu 1) demam, 2) Gangguan pada saluran pencernaan, 3) Gangguan Kesadaran.

(3)

berangsur-angsur turun dan normal kembali pada minggu ke empat.

2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang dosertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar diserta nyeri pada perabaan. Defekasi biasanya konstipasi, mungkin normal dan kadang-kadang diare.

3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa mendalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah. Disamping gejala diatas kadang-kadang ditemukan pada punggung atau anggota yaitu roseola berupa bintik-bintik kemerahan karena embolus basil dalam kapiler kulit terutama diketemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan bradikardia dan mungkin didapatkan epistaksis.

Patofisiologi

(4)

gangguan digesti dan absorbsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman, pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syock dan penurunan kesadaran.

Diagnosis

Untuk membuat diagnosa pasti perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium 1. Pemeriksaan darah tepi untuk mendapatkan gambaran mengenai :

a. leukopenia

b. limfositosis relatif c. eosinopilia

d. Trombositopenia

2. Pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui RES hiperaktif ditandai dengan adanya sel makrofag, sel hemopoetik, granulopoetik,eritropoetik dan trombopoetik berkurang

3. Biakan empedu

Untuk mengetahui Salmonella typhosa dalam darah penderita terutama pada minggu pertama. Selanjutnya diketemukan dalam faeces / urine dan mungkin tetap positif dalam waktu lama.

4. Pemeriksaan widal

Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella typhosa. Pemeriksaan dinyatakan positif bila terjadi reaksi aglutinasi

Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukan kenaikan yang progresif. Titer O dipakai untuk menentukan diagnosis karena mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita. Sedangkan titer H tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah penderita lama sembuh.

Penatalaksanaan Medik 1. Isolasi penderita

2. Perawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. 3. Istirahat selama demam sampai 6 hari bebas panas. 4. Diet.

(5)

6. Bila terjadi komplikasi diberikan terapi yang sesuai. Misalnya Intravena fluid drip (IVFD).

Komplikasi

Komplikasi yang terjadi yaiut a) pada usus dan b) diluar usus.

a. Pada Usus yaitu (1) perdarahan usus, (2) Perforasi usus (3) Peritonitis. b. Diluar usus yaitu (1) Meningitis (2) Bronchopneumonia (3) dll.

ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian Keperawatan Data Subyektif:

a. Pola hidup.sehari-hari

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik. Sumber air minum yang tidak sehat dan kondisi lingkungan rumah tempat tinggal yang tidak sehat, serta kebersihan perseorangan yang kurang baik.

b. Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama dan kapan terjadi.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah di dalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama.

d. Keluhan yang dirasakan pasien, kaji dengan lengkap dengan PQRST antara lain:

- Peningkatan suhu tubuh yang berfluktuasi - Tubuh lemah

- Kurang nafsu makan - Perut kembung - Konstipasi/diare - Nyeri abdomen

Data Objektif

a. Peningkatan suhu tubuh

(6)

b. Relatif Bradikardi

Peningkatan satu derajat selcius suhu tubuh akan disertai penambahan denyut nadi ,namun pada sebagian penderita dapat dijumpai justru sebaliknya yaitu bradikardi.

c. Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatitis.

Tanda ini jelas muai nampak pada minggu ke dua berhubungan dengan infeksi sistemik dan endotoxin kuman.

d. Hepatomegali dan splenomegali

Pembesaran hepar dan lien mengindikasikan infeksi RES yang mulai terjadi pada minggu ke II.

e. Tanda Murphy Positif

Menandakan infeksi kandung empedu.

f. Peristaltik

Dijumpai penurunan peristaltik atau bahkan hilang.

g. Distensi abdomen dan nyeri h. Konstipasi atau diare

Konstipasi terjadi pada minggu I dan selanjutnya dapat terjadi diare.

i. Hematemesis dan melena

Dapat terjadi perdarahan ulkus illeum yang akan menyebabkan hematemesis, dan melena, distensi abdomen, hipoperistaltik / aperistaltik.

j. Tanda-tanda gangguan sirkulasi akibat perdarahanyaitu:

- Perubahan tanda-tanda vital,khususnya nadi dan tekanan darah - Kulit pucat, akral dingin.

- Penurunan kesadaran

k. Tanda-tanda Peritonitis

- Suhu tubuh sangat tinggi - Distensi abdomen dan tegang - Kesadaran menurun

(7)

l. Pemeriksaan Darah

Kadar Hb., Ht. Leukosit dan Diff.

Khas penurunan leukosit oleh karena endotoxin kuman menekan RES dalam memproduksi leukosit.

Pemeriksaan Penunjang Gaal cultur dan Widal

Mengukur kadar/titer antigen soma dan flagel ( titer O dan H ). Yang lebih akurat adalah kadar titer O. Peningkatan kadar titer ini menggambarkan virulensi kuman. Gaal adalah biakan cairan empedu, hasil yang diharapkan adalah biakan caiarn empedu,hasil yang diharapkan adalah berupa gaal positip/negatif.

Diagnosa Keperawatan Yang mungkin Dijumpai pada pasien dengan typhus Abdominalis yaitu:

1. Nutrisi / cairan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh,b/d anoreksia, gangguan digesti dan absorbsi nutrien.

2. Gangguan rasa nyaman b/d peningkatan suhu tubuh akibat proses infeksi kuman Salmonella.

3. Resiko terjadi komplikasi ( perdarahan, ferforasi dan peritonitis ) b/d perlukaan ulkus intestinal.

4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik dan penurunan kesadaran

Perencanaan Keperawatan

`

DIAGNOSA TUJUAN /

KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Nutrisi / kebutuhan nutrisi yang optimal Albumni dalam batas normal.

Berikan diet tinggi kalori tinggi protein

Upayakan peningkatan nafsu makan: secara teratur, 2x / hari dan kumur-kumur sebelum dan sesudah makan

•Kolaborasi pemberian

Membantu mengganti kalori yang hilang serta mempercepat pemulihan.

Membantu meningkatkan

intake.dalam upaya pemenuhan nutrisi

(8)

nutrisi parenteral, bila

•Monitor pemeriksaan Hb. Dan Albumin.

,berfungsi sebagai pengganti fungsi pencernaan

Evaluasi peningkatan nutrisi.

Indikator kecukupan nutrisi.

Peningkatan suhu tubuh dapat terkontrol.

Upayakan penurunan suhu tubuh dengan berbagai cara;

Pertahankan ventilasi udara yang cukup di ruangan.

Beri komprers hangat

pada daerah

kuduk,axilla atau lipatan paha

Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat

Bila suhu tubuh sangat tinggi,dimana kompres hangat tidak berhasil, gunakan lah kompres hangat seluruh tubuh. Tempatkan pasien pada ruangan yang sejuk Tingkatkan hidrasi per oral bila kesadaran baik dan tidak ada k i.

Kolaborasi pemberian obat-obatan; golongan analgetik bila dengan intervensi perawatan suhu tubuh tidak turun.

Proses konveksi

Proses konduksi

Proses evaporasi

Peningkatan suhu tubuh satu derajat celcius membutuhkan tambahan hidrasi 5-10 cc / kg BB / hari Menurunkan suhu tubuh.

Komplikasi tidak terjadi

Kriteria ; Fungsi hemodinamik baik

Perdarahan tidak terjadi

Tanda-tanda ferforasi tidak terjadi.

Diskusikan pentingnya istirahat total di tempat tidur sampai 3 hari bebas panas

Ukur intake cairan baik per oral maupun parenteral.

Monitor secara ketat tanda-tanda komplikasi seperti; hematemesis, melena, distensi dan defens muskuler abdomen, penurunan kesadaran, hipotensi, takhikardia, bradi kardi, dan peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi.

Hindarkan intake

Mencegah terjadinya ferforasi

Evaluasi

keseimbangan cairan

Mengantisipasi

komplikasi yang lebih hebat

(9)

makanan yang keras, merangsang serta bergas.

Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi dokter.misalnya kloramfenikol dan penanganan typhus Abdominalis

(sensitivitas tinggi terhadap Salmonella). Penanganan cepat, mengurangi

aktivitas sehari-hari terpenuhi

aktivitas sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan.

Makan / minum, eliminasi

terpenuhi.

Bantu semua aktivitas klien di tempat tidur{ Mandikan pasien s/d kebutuhan ganti pakaian setiap hari dan sewaktu-waktu jika kotor, buang air besar dan kecil aktivitas,bila terjadi peningkatan suhu, batasi aktivitas.

Beri penghalang disisi tempat tidur, bila kesadaran menurun.

Mencegah terjadinya komplikasi, sampai tiga hari bebas panas.

Pendidikan Kesehatan :

Pengetahuan tentang hidup sehat perlu disampaikan pada pasien dan keluarga untuk mencegah infeksi ulang karena kuman yang sama, pendidikan ini mencakup :

Penyediaan makanan sehat

Pengolahan makanan sesuai dengan cara sehat. Menggunakan air bersih yang sehat.

Mencegah binatang /serangga mencemati makanan.

(10)

Kebersihan perseorngan yang baik;

Mencuci tangan sebelum makan, dan selalul menggunakan sendok. Kuku selalu pendek dan bersih

Mencuci tangan dengan sabun pada waktu cebok sehabis bab.

Kebersihan lingkungan tetap terjaga.

Cegah perkembangbiakan vektor.( tumpukan sampah, lantai kotor,WC. Terbuka dan kotor )

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M. E., et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

M.Sjaifoellah N, et al, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.

(12)

ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. S. : Nyeri Kepala

O : Suhu 39°C, Nadi 88 x/menit

Proses infeksi kuman salmonella typosa

Masuk saluran pencernaan bersama makanan dan

minuman

Usus halus

Masuk aliran darah

Bakterimia

Hipertermia

Hipertermia

2 S. : mual-mual O : Berkeringat

Intake cairan kurang Resiko tinggi kekurangan cairan

tubuh 3. S : Gelisah

O : kebutuhan pasien dilayani di tempat tidur

Tirah baring Gangguan pemenuhan ADL

RENCANA TINDAKAN PERAWATAN

Tgl.No. Diagnosa Keperawatan dan hasil yang diharapkan.

Rencana

Tindakan Rasional

Hipertermia b/d proses infeksi kuman salmonella Harapan :

•Suhu tubuh normal (36-37°c), pasien mengatakan tidak panas lagi

•Beri kompres dingin

•Observasi Suhu, Nadi, Pernafasan dan Tensi

• Laksanakan program medik (antibiotika, antipiretika,ambil darah kultur)

• Proses konduksi • Mengetahui

perkembangan

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan tubuh b/d intake cairan kurang.

Harapan :

•Kekurangan tidak terjadi •Mual-mual redah

•Minum mau

•Beri minum pasien sedikit-sedikit

•Berikan cairan infus RL;D10 (2:2) 28 tts/menit. •Catat intake dan

output.

Menjaga

keseimbangan cairan dalam tubuh

3. Gangguan ADL b/d tirah baring

Harapan :

• Kebutuhan ADL terpenuhi • Pasien berpartisipasi u/

• Jelaskan manfaat tirah baring terhadap penyakit pasien.

• Berikan bantuan

(13)

makan minum mandi eliminasi dalam tirah baring.

untuk pemenuhan makan minum eliminasi dalam tirah baring.

(14)

TINDAKAN KEPERAWATAN

TINDAKAN KEPERAWATAN

•Membantu memberikan makan, minum

•Mengukur suhu aksila 38°c, nadi 100 x/menit, Tensi 110/70 mmHg,RR 20x/m •Membantu membantu melakukan eliminasi urine dengan urinal

•Mengganti cairan infus RL28 tts/m •Mengukur suhu aksila 38°c Nadi100 x/m

Tensi 120/70 mmHg RR 20 x/m •Kolaborasi dengan dr. u/ terapi obat.

•melakukan ronde dengan mahasiswa jaga sore u/ perawatan selanjutnya. •Memberikan makan minum

•Mengganti infus D 10 tts 28 tts/m

•Mengukur suhu 39,5°c Nadi 92x/m Tensi 120/90 RR 20x/m

•Menanyakan pasien keadaan sebelumnya, pasien mengeluh sakit kepala,panas dan dapat obat antipiretik.

•Menanyakan obat pagi sudah dimunum atau belum

•Menginformasikan ke pasien pentingnya memperhatikan tirah baring supaya tidak memperberat keadaan (suhu stabil)

•Pasien tidur

•Mengukur suhu 39,3°,Nadi 92 x/m, Tensi 120/80mmHg, RR 20 x/m •Membantu memberi makan minum

•Mengadakan ronde untuk perawatan pasien selanjutnya.

•Mengkaji dengan menanyakan keadaan dan pasien cemas karena dilakukan pemeriksaan darah u/HIV cito.

•Menjelaskan pada pasien baru diperiksa hasilnya belum tahu. •Menanyakan mengenai perkawinan

•Mengukur suhu 36,6°c, Nadi 88x/m, tensi 120/80 mmHg, RR 16x/m. •Memberi makan minum

(15)

EVALUASI

DIAGNOSA EVALUASI

•Hipertermi b/d proses infeksi kuman salmonella typosa

O :Suhu tubuh jam 09.00 36,8°c Suhu tubuh Jam 12.00 36,9° Suhu tubuh jam 16.00 36,6° S :Pasien tidak merasa panas lagi •Resiko Tinggi terhadap

kekurangan cairan tubuh b/dIntake cairan yang kurang

O :infus sudah di af. S : Mual-mual berhenti

Gangguan ADL b/d tirah

baring O : •Pasien ke kamar mandi sendiri•Pasien sudah bisa ngobrol dengan perawat sambil duduk di kursi sebelah perawat.

Referensi

Dokumen terkait

3) Membuat karya tulis ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan - dengan gagasan sendiri dibidang pelayanan keperawatan yang dipublikasikan a) Dalam bentuk buku yang

Akan tetapi ketika urutan genom DNA diisolasi dari genom, telah ditemukan gen seluler normal dengan struktur yang berbeda dari onkogen virus yang homolog.. Gen-seg seluler yang

Di sisi lain, mereka juga menggunakan produk perawatan wajah agar tetap terlihat segar dan demi menambah rasa percaya diri sehingga jelas bahwa lelaki masa kini

Penelitian ini bertujuan menge- tahui efek antiartritis ekstrak etanol 80% kulit buah delima merah ( Punica granatum L.) yang diberikan secara oral terhadap udem pada telapak

Hasil penelitian yang dilakukan di PT Bintang Toedjoe menunjukkan bahwa (1) aktivitas CSR yang dijalankan oleh divisi C3M PT Bintang Toedjoe tidak hanya mencari

Dari data hasil penelitian yang telah dianalisis, kemampuan memahami peribahasa pada jenis ungkapan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Spektrum NMR senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dapat Spektrum NMR senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dapat memberikan sedikit perbedaan bila

[r]