• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

'.

RUMUSAN

RAPATKERJAKEMENTERIANKEHUTANANTAHUN

2010

1. Rapat Kelja KementerianKehutananTahun

2010

ini merupakan tindak lanjut dari beberapa momen nasional penting terkait dengan proses perencanaan pembangunan nasional pada periode Kabinet Indonesia Bersatu II antara lain: Indonesia Summit, Sidang Kabinet di Cipanas, Retreat Kabinet Indonesia Bersatu II di Tampak Siring Bali, serta pertemuan-bertemuan baku lainnya sesuai dengan Mekanisme Perencanaan Pembangunan Nasional (Rakorbangpus, Musrenbangnas, dll). Berbagai seri pertemuan ini telah menghasilkan dokumen nasional, antara lain

:

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Dokumen-dokumen Rencana

(Action Plan)

seperti Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi (RAN PE)

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun

2010

Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010

Inpres Nomor 3 tahun

2010

Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan dan Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014.

2. Rapat Kerja

ini dihadiri sebanyak 1.115 orang, terdiri dari Jajaran Eselon I, II, dan III lingkup Kementerian Kehutanan, Kepala Dinas ProvinsijKabupaten/Kota yang membidangi urusan kehutanan, para Kepala UPT Kementerian Kehutanan, Direksi Perum Perhutani, dan Direksi PT. Inhutani I-V. Rapat Kelja berlangsung selama 1 hari tanggal 19 Mei 2010 bertempat di Auditorium Manggala Wanabhakti mulai pukul 8.30 sampai dengan 17.30.

3. Selain arahan Menteri Kehutanan, paparan Eselon I dan diskusi, materi penting lainnya yang disampaikan dalam rapat kelja yaitu :

Reformasi Birokrasi oleh Kementerian PANdan Reformasi Birokrasi

penanganan Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan oleh Kementerian Dalam Negeri, dan

Upaya Membangun Good Governance melalui pencegahan korupsi dalam pembangunan kehutanan oleh KPK.

4. Setiap aspek pembangunan kehutanan tidak akan bisa lepas dari aspek kawasan, sehingga kemantapan kawasan hutan menjadi syarat keberhasilan pembangunan kehutanan. Pemantapan kawasan hutan ditempuh melalui review tata ruang, pembangunan KPHdan penataan batas kawasan hutan.

5. Target pembangunan kehutanan tahun 2010-2014 adalah

:

·

Merealisasikantanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam Daerah Aliran Sungai seluas 1,6 juta Ha;
(2)

"

·

Areal tanaman pada hutan tanaman bertambah seluas 2,65 jutaHa;

· Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Alam dan atau Restorasi Ekosistem pada areal bekas tebangan seluas 2,5 juta Ha;

·

Penurunanjumlah hot spot kebakaranhutan sebesar20

% setiap tahun,

serta penurunan konflik, perambahan kawasan hutan,

illegal logging

dan

wildlife traficking

sampai dengan batas daya dukung sumberdaya hutan;

·

Rencana pengelolaan DASterpadu sebanyak 108 DASprioritas;

·

Pengembangan Geothermal dengan merevisi PP No. 68 tahun 1998, tentang PengelolaanKawasan Suaka AlamjKawasan PelestarianAlam;

·

Fasilitasi review RencanaTata Ruang Wilayah 26 provinsi;

·

Pembentukan kelembagaan Kesatuan

.

Pengelolaan Hutan (KPH) di 60

lokasi;

.

·

Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km; serta

·

Laporan keuangan Kementerian kehutanan dengan opini

Wajar Tanpa

Pengecualian

mulai tahun 2012.

6. Sesuai dengan kondisi saat ini dan trend ke depan maka, kebijakan

pembangunanbidang bina usahakehutanandiarahkanpada pengembangan

geographic economy

melalui 3D yaitu Densiti berupa aglomerasi kegiatan

investasi di hulu dan hilir untuk menjawab persoalan Distanceyaitu jarak

keekonomian dan Division antar daerah yaitu pergeseran dari

mass

production

ke arah

tailored made production.

Investasi baru di hulu diarahkan pada IUPHHK-HAjHPHdan Restorasi Ekosistem (RE) di areal HP dengan kondisi

virgin forest

dan LOA nya masih dalam keadaan baik; ditargetkan izin baru seluas 2,5 juta ha untuk 2010-2014. Sedangkan investasi baru untuk IUPHHK-HTljHTR diarahkan pada LOA yang rusak (tidak cukup anakan jenis asli) dan semak belukar, (ditargetkan izin baru seluas 3 juta ha untuk 2010-2014). Namun demikian, dalam implementasinya, pemberian izin HPH dan HTI dilakukan dengan sangat selektif, melihat bonafiditas dan komitmen perusahaan dalam melaksanakan

SFMjPH PL.

7. Kebijakan pengembangan investasi di hilir yaitu: untuk kayu pertukangan didorong ke outsourcing bahan baku dari Hutan Tanaman (HTI, HTR, HR, HKm, kebun, dll). Dengan demikian proses produksinya akan bergeser dari

mass productions

ke

tailored made

productions dan diversifikasi produk. Pengembangan industri pulp sampai dengan tahun

2020

diproyeksikan ada penambahan 4 (empat) unit di Provinsi Kalbar, Kalteng, Papua Barat dan Papua untuk meningkatkan kapasitas produksi pulp dari 6 juta ton menjadi 10 juta ton per tahun. Pengembangat:lsumber energi biomassa dilakukan
(3)

8. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut maka sangat diperlukan dukungan

dari instansi kehutanan daerah, terutama dalam hal monitoring, pelaporan

dan verifikasinya

(MRV).

Dalam kaitan dengan hal ini, telah diterbitkan

Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.3jVI-Setj2010

tentang

Pedoman

Pengukuran,

Pelaporan

dan

Verifikasi

Kegiatan

Pemanfaatan Hutan Lestari pada Areal Kerja IUPHHKsebagai pedoman di

lapangan.

Untuk itu diharapkan Dinas. Kehutanan Provinsi dapat berperan

membantu mensosialisasikan pedoman tersebut.

9. Peran dan tanggung jawab

masing-masing instansi di lingkup jajaran

kehutanan baik pusat maupun daerah adalah :

.

Untuk jajaran pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Kehutanan,

diminta perhatiannya beberapa hal :

1)

Aturan-aturan dan mekanisme kerja yang berpotensi menghambat

pelaksanaan

pembangunan

kehutanan

agar direvisi disesuaikan

dengan keadaan dan permasalahan yang ada, dibuat sederhana,

dan mudah dimonitor;

.

2)

Koordinasi lintas satuan kerja Eselon I, lintas Kementerian maupun

dengan

Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenjKota agar

ditingkatkan;

3)

Agar satu "bahasa" dalam menyikapi isu-isu yang berkembang, baik

tingkat nasional maupun internasional, terutama

isu isu yang

potensial merugikan kepentingan nasional, khususnya pembangunan

kehutanan.

I

.

Untuk jajaran pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian Kehutanan,

diminta perhatiannya :

1)

Pejabat Eselon II sebagai penanggung jawab kegiatan, apabila

dijumpai permasalahan di lapangan yang potensial menghambat di

tingkat operasional, jangan segan untuk turun ke lapangan guna

menyelesaikan permasalahan tersebut;

2)

Jika dijumpai permasalahan yang krusial, agar segera dilaporkan

kepada atasan untuk segera dicarikan penyelesaiannya;

3)

Pencapaian target pembangunan lima tahun ke depan agar secara

terus

menerus

dikawal

untuk

memastikan

kelancaran

pelaksanaannya, baik kegiatan di satuan kerjanya maupun di Unit

Pelaksana Teknis (UPT).

.

Untuk jajaran Kepala Dinas yang menangani kehutanan di Provinsi,

beberapa hal yang dimintakanperhatiannya :

(4)

2)

Secara proaktif agar berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal

Teknisyang terkait yang ada di KementerianKehutanan;

3)

Membantu memperlancar pencapaian target-target yang telah

disepakati sebagai kinerja keberhasilan pembangunan kehutanan,

termasuk diantaranya dalam pemberian rekomendasiperijinan.

·

Untuk jajaran

Kepala Dinas yang

menangani

kehutanan

di

KabupatenjKota,diminta perhatiannya terhadap beberapa hal sebagai

berikut :

1)

Dana bagi hasil dari DR agar segera dipergunakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Untuk hal ini agar secara lebih intensif

berkoordinasidengan

SKPD

yang menanganikeuangandi

masing-masing kabupatenjkota.

2)

Terhadap Dana Alokasi Khusus bidang kehutanan yang ada di

KabupatenjKotaagar dapat dimaksimalkanpemanfaatannya sesuai

dengan ketentuan yang berlakudan dipertanggungjawabkan secara

teknis dan administrasi,termasuk pelaporannya.

·

Untuk jajaran Kepala UPT Kementerian Kehutanan, diminta perhatiannya

sebagai berikut:

1)

Agar melaksanakan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya dengan

baik, hemat, efisien, transparan dan bertanggung jawab.

2)

Agar lebih fokus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dan

secara selektif dalam menghadiri rapat-rapat, terutama di pusat di di

luar daerah;

3)

Agar

memonitor dan

mengawasi secara

langsung

dalam

pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

10. Catatan-catatan hasil diskusi dalam Raker, antara lain:

a. Proses pelayanan perijinan terkait dengan pinjam pakai kawasan hutan

yang persyaratannya lengkap akan diproses sesegera mungkin sesuai

dengan peraturan yang ada.

b. Usulan Pembentukan UPT BPKHJambi akan ditindaklanjuti dalam waktu

100

hari.

c. Diperlukan pengkajian besarnya insentif penanaman yang dilakukan oleh

rakyat sebesar Rp.

5000/-

per pohon

d. Dirumuskan pengkajian penggabungan Perum Perhutani dan Inhutani I-V

e. Pembiayaanhutan kota akan dibantu Rp.

5.000.000/-per ha

f. Dinas

kehutanan kabupatenjkota yang kinerjanya memiliki kepedulian

terhadap kehutanan tinggi (terutama RHL)perlu diberikan anggaran yang

lebih besar.

g. Terhadap kampung-kampung yang sudah ada sebelum adanya TGHK,

padu serasi, RTRWPakan diselesaikan dengan pendekatan kasus per

kasus.

(5)

i. SOM penyuluh agar ditingkatkan baik kualitas dan kuantitas serta dilengkapi sarpras yang memadai.

j. Forum kepala dinas kehutanan provinsi agar diaktifkan perannya, dan forum kepala dinas kabupatenjkota agar segera dibentuk.

k. Pembentukan KPHagar dipercepat

I. Kawasan konservasi dapat dimanfaatkan secara lestari sesuai ketentuan yang berlaku

m. Percepatan reformasi birokrasi di pusat dan di daerah

n. Perlu dikaji untuk menyiapkan Semenanjung Kampar menjadi taman nasional.

o. Kadishut provinsifkabupatenjkota agar meningkatkan motivasi kesadaran masyarakat dalam menanam.

p. Perlu dikaji segera keberadaan tanaman sawit di Bukit Suligi.

q. OBH DR yang sudah disalurkan kepada KabupatenjKota segera dimanfaatkan untuk RHL

r. OBH-PSOHyang sudah berada di Kabupaten Kota agar dimanfaatkan untuk pembangunan kehutanan

s. Penggunaan OAKuntuk kegiatan pengamanan hutan agar ditingkatkan t. Alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan perlu ditingkatkan

dengan memanfaatkan alokasi yang telah ada

u. Oalam melaksanakan masing-masing instansi kinerja agar berpedoman kepada prinsip-prinsip : hemat, efisien, tidak mewah, transparan dan bertanggung jawab

v. Monitoring, evaluasi, inspeksi, pengawasan, pemeriksaan, dan pembinaan di setiap lini agar ditingkatkan termasuk tertib pelaporan

Jakarta, Mei 2010

Tim Perumus :

(J

~~.,

'/...

Ketua

Sekretaris Ditjen PHKA

Anggota :

1. Sekretaris Itjen

2. Sekretaris Ditjen Planologi

3. Sekretaris Ditjen BPK

4. SekretarisDitjenRLPS

Referensi

Dokumen terkait

Pengiriman delegasi Koalisi Masyarakat Sipil ini dalam rangka mendapatkan dukungan masyarakat internasional untuk mendesak pemerintah Indonesia segera meratifikasi Statuta Roma

New York, 5 July 2011 —The Coalition for the International Criminal Court today called on the Republic of Indonesia to deliver on its commitment to end impunity by

Tutor menjelaskan tujuan pertemuan tutorialmelalui inisiasi, peserta diharapkan sudah membaca dan berusaha memahami materi dalam modul.. Tutor menjelaskan target kompetensi dan

Sehubungan dengan hasil evaluasi Paket Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Peralatan Studio Visual Kegiatan Peningkatan Kualitas Informasi Pembangunan (City Commander Centre)

Debong Tengah pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara elektronik

Terakhir, pernyataan yang menunjukkan keengganan untuk segera meratifikasi muncul dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang menyatakan bahwa ratifikasi Statuta Roma 1998

[r]

- Menjelaskan Pengujian Mendetail Saldo Kas (Test of Details of Balances) Pokok Bahasan : Audit Siklus Pendanaan, dan Audit Atas Saldo Akun Kas. Sub Pokok bahasan :