• Tidak ada hasil yang ditemukan

t ind 0909625 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t ind 0909625 chapter1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian

Analisis terhadap teks sastra yang bertujuan untuk memahami karya sastra

(termasuk puisi) yang dianalisis, sekarang semakin berkembang dengan berbagai

macam pendekatannya. Secara umum, pendekatan tersebut meliputi pendekatan

intrinsik dan pendekatan ekstrinsik.

Setiap pengkajian tersebut bertujuan agar karya sastra itu dapat dipahami lebih

baik sehingga dapat dinikmati (dulce) lebih intens serta dapat ditarik manfaatnya

(utile) dalam memahami hidup ini (Sudjiman, 1993: 1; Mas, 1988: 9). Dengan kata

lain, semua pendekatan baik intrinsik maupun ekstrinsik , dilakukan sebagai usaha

merebut makna yang terkandung di dalam karya sastra tersebut serta menikmati

keindahannya.

Pada kajian intrinsik karya sastra, bahasa sebagai medium sastra tidak dapat

diabaikan. Karya sastra disusun dengan bahasa (Widdowson, 1978: 203). Apapun

rumusan dan pengertian orang tentang sastra, bahasa tetap merupakan medium sastra

yang tidak dapat diabaikan (Subroto, 1976: 13). Medium bagi penciptaan seni sastra

adalah bahasa. Bahasa bagi seni sastra dapat disamakan dengan garis dan bidang bagi

seni lukis, gerak dan irama pada seni tari, nada dan irama pada seni musik dan

sebagainya. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra memiliki status

(2)

Cummings dan Simmons menyatakan bahwa bahasa merupakan aktivitas bermakna.

Bahasa sebagai inti dari semiotika kemanusiaan dan sebagai model bagi semua

bentuk perilaku bermakna lainnya. Dengan demikian, untuk memahami hakikat

bahasa, kita harus memiliki kepekaan terhadap pola-pola makna dalam semua jenjang

bahasa seperti simbol-simbol grafik, leksikogramatikal, serta organisasi semantik

yang terdapat dalam setiap bentuk teks.

Karya sastra bersifat teks-contained sehingga interpretasi sebuah karya sastra

ditemukan dalam karya itu sendiri (Widdowson, 1978: 203; Teeuw, 1983: 22).

Widdowson selanjutnya menyatakan sebagai berikut:

With literary text, generally speaking we can concentrate on the text itself

without worrying about distracting social appendages. Literary messages

manage to convery meaning because they organize their deviations from the

code into patterns which are discernible in the texts them selves (1978:

204-205).”

Dengan demikian, sebuah karya sastra dapat dilihat dari teks sastra itu sendiri

tanpa melibatkan aspek “di luar” teks tersebut.

Karena medium yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa, pengamatan

terhadap bahasa ini pasti mengungkapkan hal-hal yang membantu kita menafsirkan

makna suatu karya atau bagian-bagiannya, untuk selanjutnya memahami dan

menikmatinya (Sudjiman, 1993: vii). Menurut Sudjiman, pengkajian tersebut disebut

(3)

studi sastra. Dengan stilistika dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan

makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra.

Pada dasarnya kajian stilistika melihat bagaimana unsur-unsur bahasa

digunakan untuk melahirkan pesan-pesan dalam karya sastra. Atau dengan kata lain,

stilistika berhubungan dengan pola-pola bahasa dan bagaimana bahasa digunakan

dalam teks sastra yang dikaji.

Dengan menganalisis bahasa yang dipolakan secara khas, kita menunjukkan

kekompleksitasan dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab

tentang bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan termasuk

kekuatan kreativitas karya sastra (Cummings dan Simmons, 1986: vii).

Stilistika merupakan kritik terhadap studi karya sastra yang secara tradisional

sebagai cabang estetika. Pandangan estetika tersebut berhubungan dengan efek-efek

total yang timbul ketika berhadapan dengan karya sastra dan efek tersebut dianggap

sebagai keseluruhan artistik. Jadi, kritik sastra tradisional tersebut menggunakan teori

estetika dengan mendalilkan nilai-nilai keuniversalan artistik. Keuniversalan artistik

dapat menimbulkan kesadaran intuitif. Kajian yang mengandalkan kesan dan

“kesadaran intuitif” dianggap kurang tepat karena tidak menggunakan bukti-bukti

yang menguatkannya dan lebih bersifat subjektif. Bukti-bukti tersebut hendaknya

berkaitan dengan pola-pola bahasa dalam teks sastra. Dengan demikian, stilistika

memberikan kontribusinya dengan berusaha mengurangi subjektivitas dan

menampilkan interpretasi berdasarkan pemunculan unsur-unsur bahasa yang terdapat

(4)

Sudjiman (1993: 1) menyatakan bahwa pada dasarnya karya sastra merupakan

peristiwa bahasa. Dengan menggunakan tanda atau lambang, pencerita

menyampaikan apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan bahasa yang khas, yaitu

ragam bahasa sastra. Keris Mas (1988: 4) mengungkapkan pula bahwa

pengucapan-pengucapan sastra sering berbeda dari pengucapan-pengucapan bahasa yang lurus dan teratur

mengikuti struktur tata bahasa.

Dengan adanya sifat bahasa karya sastra yang menyimpang dari norma bahasa

yang umum atau konvensional maka kajian yang menggunakan pendekatan stilistik

dapat membantu memaknai karya sastra, lebih-lebih karya sastra puisi.

Widdowson (1975: vii-viii) memandang bahwa stilistika dapat diaplikasikan

kedalam pengajaran baik di sekolah maupun di universitas.

Terhadap pengajaran sastra kita dewasa ini, terutama pengajaran sastra di

sekolah, banyak keluhan yang muncul dikalangan masyarakat. Hal ini menandai

bahwa baik dalam fungsi edukasional maupun dalam fungsi kulturalnya, pengajaran

sastra belum memenuhi harapan masyarakat (Sayuti, 1994: 2).

Kurangnya perhatian terhadap pengajaran sastra oleh para guru sering pula

dilontarkan dalam berbagai pertemuan dan tulisan. Salah satu penyebab

“ketidakseriusan” para guru terhadap pengajaran sastra dikarenakan pengajaran sastra

tersebut terlalu “sarat dengan beban” yang menitikberatkan pada pesan moral dan

estetika tanpa memperdulikan bahwa pada hakikatnya sastra adalah bahasa itu

(5)

Begitu pula terhadap sistem pengajaran bahasa yang sering menyediakan

kalimat-kalimat terpisah untuk menggambarkan unsur-unsur bahasa tertentu dapat

mencegah para siswa membuat analisis berdasarkan konteks (Hill, 1986: 10). Siswa

sulit mengingat kata-kata dan struktur yang terpisah-pisah tersebut. Mereka

memerlukan konteks yang bermakna dan dengan konteks tersebut mereka dapat

menghubungkan apa yang telah dipelajarinya (unsur-unsur bahasa). Dalam pada itu,

teks-teks sastra yang menarik dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Oleh sebab itu, perlu dikembangkan satu strategi yang melibatkan aspek intuisi

yang menjadi bagian pengajaran sastra dengan menggunakan pola-pola bahasa yang

terdapat dalam karya sastra. Adanya “titik singgung” antara pengajaran bahasa

dengan pengajaran sastra. Seperti diungkapkan oleh Widdowson (1984: 84) …. To

serve an essentially pedagogic purpose: to develop in learners an awareness of how

literature funtioncs as discourse and so to give them some access to the means of

interpretation.

Hal senada diungkapkan oleh Maley (Carter dkk, 1989: 1) yang menyatakn

bahwa karya sastra dapat digunakan sebagai bahan atau materi dalam pengajaran

menunjukkan kenyataan bahwa karya sastra pada hakikatnya adalah “bahasa dalam

penggunaannya” (language in use).

Karya sastra tidak hanya menyediakan teks yang “asli” untuk pengajaran

dikelas namun juga memberikan “kesenangan” dengan mengikutsertakan emosi siswa

(Hill, 1986: 9). Dengan demikian, karya sastra (termasuk puisi) dapat digunakan

(6)

Secara umum, analisis terhadap karya sastra dengan menggunakan pendekatan

stilistik masih belum banyak dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan oleh

keengganan adanya “campur tangan” terhadap bidang masing-masing. Seperti

dikemukakan oleh Becker (1978: 3) “Ahli gramatikal jarang sekali melihat keluar

batasan kalimat, dan ahli sastra jarang sekali melihat ke dalam kalimat untuk

mengetahui bahwa di sana ada struktur-struktur dan sistem-sistem yang

mencerminkan arsitektur keseluruhan karya sastra.” Lebih lanjut Becker

mengungkapkan bahwa stilistika adalah suatu tempat pertemuan antara makroanalisis

dan mikroanalisis.

Secara umum, kajian terhadap puisi dengan menggunakan pendekatan stilistika

di Indonesia sudah banyak dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Nurhayati, dengan

judul Kajian Stilistika Terhadap Puisi-Puisi Rendra (Studi tentang Aspek-aspek

Linguistik dan Kesusastraan pada sepuluh puisi Rendra). Ada pula penelitian

terhadap karya sastra jenis prosa dengan menggunakan kajian stilistika yang

dilakukan oleh Rosyid dengan judul Gaya Bahasa Pramudya Ananta Toer Dalam

Novel Rumah Kaca: Sebuah Kajian Stilistika. Dari beberapa penelitian terdahulu

tersebut peneliti ingin melakukan penelitian terhadap puisi-puisi Indonesia dari sisi

stilistika dan nilai-nilai budaya.

Kajian stilistika dan nilai-nilai budaya merupakan satu hal penting dalam

pembelajaran sastra. Dikatakan penting karena adanya kajian stilistika dari sebuah

karya sastra diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi

(7)

pengetahuan siswa tentang nilai yang terkandung dalam puisi di antaranya

nilai-nilai budaya.

Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan

sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan dan pikiran kritis siswa

terhadap karya sastra. Masalah penting yang sering dihadapi seorang guru dalam

kegiatan pembelajaran apresiasi sastra adalah pemilihan bahan ajar yang tepat dalam

rangka membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Depdiknas,

bahan ajar atau materi pembelajaran (intrucsional materials) merupakan salah satu

komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu

siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan

ajar atau materi pembelajaran berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai

yang harus dipelajari siswa (Depdiknas, 2006: 193). Pendapat yang sama

dikemukakan Haryati (2007: 9), bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis

besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa

dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci

jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),

keterampilan sikap atau nilai. Masalah pemilihan bahan pembelajaran merupakan

masalah penting yang dihadapi guru ketika memilih atau menentukan materi.

Pada dasarnya memilih bahan pembelajaran, penentuan jenis dan kandungan

materi sepenuhnya terletak ditangan guru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

sebagai dasar pegangan untuk memilih objek bahan pembelajaran yang berkaitan

(8)

pembelajaran atau materi pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa pada

suatu tahapan pengajaran tertentu. Kemampuan siswa berkembang sesuai dengan

tahapan perkembangan jiwanya. Oleh karena itu, karya sastra yang disajikan

hendaknya diklasifikasikan berdasarkan derajat kesukarannya disamping

kriteria-kriteria lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan,

pelajaran yang disampaikan tidak akan diserap secara maksimal.

Agar dapat memilih bahan pembelajaran sastra yang tepat, beberapa aspek

perlu dipertimbangkan. Menurut Rahmanto (1993: 27) ada tiga aspek yang tidak

boleh dilupakan dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu aspek bahasa, aspek

psikologis, dan aspek latar belakang budaya. Sedangkan menurut Depdiknas (2006:

195) ada beberapa prinsip dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran,

prinsip tersebut antara lain prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip

kecukupan (edukasi).

Berdasarkan uraian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kajian stilistika dan

nilai-nilai budaya yang terkandung dalam puisi masih layak dan dapat dipertahankan

sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi sastra di sekolah.

1.2Fokus Penelitian

Sesuai dengan pernyataan Spradley (Sugiyono, 2010: 34) bahwa “A fokused

refer to a single cultural domain or afew related domains” maksudnya bahwa fokus

merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial

(9)

yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan IPTEK. Setelah membaca dan

menganalisis puisi yang dijadikan bahan kajian, maka penelitian ini di fokuskan pada:

1) Karakteristik stilistika dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam puisi

Indonesia .

2) Aplikasi model rancangan pembelajaran sastra dari kajian stilistika dan nilai-nilai

budaya dalam puisi Indonesia.

1.3Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan pemahaman analisis sastra, pengajaran sastra pada dasarnya adalah

suatu proses untuk membawa peserta didik memahami karya sastra secara lebih baik.

Selama ini jenis analisis yang dipahami siswa berdasarkan pengamatan sementara,

masih sebatas pengenalan teori dan kurang memahami esensi dari pencarian suatu

makna karya. Selain itu terdapat hasil analisis karya pengarang terkenal Indonesia

yang menyebabkan baik pengajar maupun siswa merasa cukup memahami karya

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, fokus penelitian ini adalah pengajaran sastra

berupa kegiatan menganalisis karya sastra berupa puisi.

Latar belakang yang diuraikan di bagian depan masih tergolong luas dalam

jangkauan dan kedalaman penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan penelitian ini

akan lebih oprasional jika disusun identifikasi masalah penelitian:

Pertama, puisi yang dikaji terbatas pada sepuluh puisi Indonesia karya tujuh

penyair. Analisis dilakukan untuk mengetahui stilistika dan nilai budaya yang

(10)

Kedua, kajian puisi tersebut akan digunakan untuk menunjang pembelajaran

sastra khusunya di MTs Misykat Al-Anwar Kwaron Diwek Jombang.

1.4Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan yang akan dijadikan

bahan penelitian pada kajian stilistika yang meliputi diksi, citraan, kata-kata konkret,

dan bahasa figuratif serta nilai-nilai budaya dalam sepuluh puisi Indonesia karya

tujuh penyair, adapun puisi tersebut adalah:

1. “Sebab Dikau” (1930) karya Amir Hamzah

2. “Citaku Jauh di Pulau” (1945) karya Chairil Anwar

3. “Sajak Putih” (1945) karya Chairil Anwar

4. “Lapangan Pagi” (1945) karya Sitor Situmorang

5. “Doa di Medan Laga” (1966) karya Subagio Sastrowardoyo

6. “Kata” (1966) karya Subagio Sastrowardoyo

7. “Gerilya” (1966) karya W.S. Rendra

8. “Doa Orang Lapar” (1966) karya W.S Rendra

9. “Kwartin Tentang Sebuah Poci” (1966) karya Goenawan Mohammad

10. “Hujan di Bulan Juni” (1966) karya Sapardi Djoko Damono

Hasil kajian stilistika dan nilai-nilai budaya tersebut kemudian akan dijadikan

(11)

1.5Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan batasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, kemudian dapat

disusun beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah stilistika dalam puisi Indonesia?

2) Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam puisi Indonesia?

3) Apakah dapat disusun bahan pembelajaran dari hasil kajian stilistika dan nilai-nilai

budaya dalam puisi Indonesia?

1.6Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang stilistika dan nilai-nilai budaya dalam puisi Indonesia. Berdasarkan uraian di

atas secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal

sebagai berikut.

1) Stilistika dalam puisi Indonesia.

2) Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam puisi Indonesia.

3) Rancangan bahan pembelajaran yang dapat diberikan dari hasil kajian stilistika

dan nilai-nilai budaya dalam puisi Indonesia.

1.7Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun

(12)

1) Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan dalam pembelajaran

apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang

terdapat dalam puisi Indonesia.

2) Penelitian ini memberikan wawasan tentang contoh rencana pembelajaran

apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang

terdapat dalam puisi Indonesia.

3) Penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas

pendidikan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika

dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia.

Sedangkan manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut ini.

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana

pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai

budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia.

2) Hasil penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan

kualitas hasil pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan

nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tingkat keefektifan rencana

pembelajaran dan analisis dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam

(13)

1.8Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya diterima oleh penyidik (Arikunto, 2002:5). Dalam penelitian ini

anggapan dasar peneliti adalah seperti berikut.

1) Peneliti beranggapan bahwa dalam puisi Indonesia merupakan karya sastra dan

mengandung stilistika (gaya bahasa).

2) Peneliti beranggapan bahwa dalam puisi Indonesia sarat dengan nilai-nilai

budaya.

3) Puisi Indonesia merupakan salah satu aset budaya, aset khazanah intelektual yang

perlu diapresiasi.

4) Menurut Triyono Adi, penelitian sastra bermanfaat untuk memahami aspek

kemanusiaan dan kebudayaan yang tertuang ke dalam karya sastra.

5) Model pembelajaran sastra harus terus ditingkatkan agar tercapai pembelajaran

yang lengkap dan menarik yang mampu mengembangkan semangat apresiasi

siswa terhadap sastra.

1.9Definisi Operasional

Agar lebih memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini, maka

berikut dikemukakan definisi operasionalnya.

1) Kajian stilistika

Yang dimaksud dengan kajian stilistika adalah sebuah proses analisis karya

sastra (puisi) dengan melihat bagaimana unsur-unsur bahasa sebagai medium karya

(14)

perlakuannya terhadap bahasa tersebut dalam rangka menuangkan gagasannya

(subjek matter). Oleh karena itu, semua daya yang berhubungan analisis bahasa

dikerahkan untuk mengungkapkannya. Dengan demikian, proses analisis yang

digunakan meliputi diksi, citraan, kata-kata konkret, dan bahasa figuratif dengan tidak

melupakan struktur batin yang diperoleh ketika membaca puisi tersebut. Semua upaya

yang dilakukan demi kepentingan apresiasi terhadap puisi yang dikaji.

2) Puisi

Definisi puisi menurut Altenberd (Pradopo, 2009: 5) adalah pendramaan

pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama

(bermetrum) (as the interpretif dramatization of experience in metrical language).

Puisi adalah karya sastra berupa ungkapan ekspresi perasaan dari pengalaman

penyair yang bersifat imajiner, menggunakan bahasa yang ditata, sehingga

menimbulkan bunyi, irama, dan menyiratkan amanat bagi pembacanya.

3) Model kajian stilistika

Yang dimaksud dengan model kajian stilistika adalah contoh atau acuan yang

terpilih untuk proses analisis karya sastra (terutama puisi) dengan menggunakan

prosedur-prosedur yang melibatkan kajian linguistik dan bahasa dari sudut pandang

kesastraan yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa dan

sastra.

4) Nilai Budaya

Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu

(15)

kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat

dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan

Referensi

Dokumen terkait

Students’ critical thinking in writing An english exposition text (a case study in a private university in ciamis).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Masalah dalam penulisan ilmiah ini adalah penyimpangan atau selisih terhadap biaya bahan baku standar dengan sesungguhnya dengan menggunakan metode dua selisih untuk produksi roti

adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara, yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkana. BUMN bergerak di sektor-sektor yang menguasai

Selain karena letak geografis yang sangat strategis, para pedagang besar jaman dahulu memilih singgah di Indonesia dikarenakan kearifan lokal masyarakatnya yang

Without making this cell reference absolute using the dollar signs, when we apply the conditional formatting rule to other cells in the worksheet, this cell reference will be

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah status perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas dan tipe industri.. Data yang digunakan dalam

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini