• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 312006021 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 312006021 BAB III"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Kota Salatiga 1. Kondisi Geografis

Kota Salatiga terletak antara 007.17’ dan 007.17’.23” lintang selatan, dan antara 110.27’.56,81” dan 110.32’.4,64” bujur timur. Dilihat

dari topografi wilayahnya, kota Salatiga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu

daerah bergelombang (65%), daerah miring (25%), dan daerah datar

(10%). Secara adminsitratif kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan dan

22 kelurahan dan dikelilingi wilayah kabupaten Semarang.

PETA KOTA SALATIGA

Sumber: BPS Kota Salatiga (2008)

(2)

Sebelah Utara:

a. Desa pabelan dan desa pejanten kecamatan pabelan, Kabupaten

Semarang.

b. Desa kesongo dan desa watu agung kecamatan tuntang, Kabupaten

Semarang.

Sebelah Timur:

a. Desa ujung-ujung, desa sukohaijodan desa glawan kecamatan pabelan

Kabupaten Semarang.

b. Desa bener, desa tegal waton dan desa nyamat kecamatan tengaran,

Kabupaten Semarang.

Sebelah Selatan:

a. Desa sumogawe, desa samirono dan desa jetak kecamatan getasan,

Kabupaten Semarang.

b. Desa patemon dan desa karang duren kecamatan tengaran, kabupaten

Semarang.

Sebelah Barat:

a. Desa candirejo, desa jombor, desa sraten dan desa gedongan

kecamatan tuntang, kabupaten semarang.

b. Desa polobogo kecamatan getasan, kabupaten semarang.

2. Kondisi Demografis

Pada tahun 2008 jumlah penduduk kota Salatiga sebanyak 167.003

jiwa, terdiri dari 82.541 jiwa laki-laki dan 84.492 jiwa perempuan.

(3)

kilometer persegi. Dilihat dari kelompok umur, sebagian besar penduduk

kota Salatiga adalah kelompok penduduk produktif (usia 15 tahun s.d 60

tahun), yaitu sebanyak 117.186 orang (70,16%), dan lainnya penduduk

non produktif (usia 0-14 tahun dan usia 60 tahun keatas) sebanyak 49.847

orang (29,84%). Jumlah penduduk kota Salatiga tahun 2004-2008 secara

rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Jumlah Penduduk Kota Salatiga Tahun 2004-2008

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0-4 3.277 3.279 6.556

2 5-9 6.444 6.132 12.576

3 10-14 6.634 6.295 12.929

4 15-19 5.585 6.287 11.872

5 20-24 6.954 7..095 14.049

6 25-29 9.133 9.291 18.424

7 30-39 15.357 15.158 30.515

8 40-49 11.995 13.007 25.002

9 50-59 8.727 8.597 17.324

10 60 s.d keatas 8.435 9.351 17.786

82.541 84.492 167.003

Sumber : BPS Kota Salatiga (2008)

(4)

Kota Salatiga sudah sejak lama terkenal dengan produk makanan

enting-enting gepuknya. Dengan kemajuan teknologi pengolahan makanan

dan meningkatnya pangsa pasar makanan olahan, Kota Salatiga berkembang

menjadi kota yang menghasilkan berbagai makanan olahan seperti grubi,

ampyang (gula kacang), abon, dendeng sapi dan lidah sapi, kripik paru,

criping, kerupuk, keripik tempe, peyek kacang, kripik bayem dan singkong

presto dll.1

Berdasarkan data demografis kota Salatiga, kelompok penduduk usia

produktif (usial5 s.d 60 tahun) beijumlah 117.186 orang (70,16%), hal ini

menjadi peluang bagi usaha industri rumah tangga pangan baik untuk

pemasaran maupun tenaga kerja, sehingga dapat mengembangkan potensi

lokal menjadi keunggulan lokal pengembangan UMKM. Sehingga akan

mempercepat pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat

kota Salatiga.

Pengembangan UMKM adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah

kota, dunia usaha dan masyarakat untuk memberdayakan UMKM melalui

pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan UMKM. Prinsip

pemberdayaan UMKM adalah menumbuhkan kemandirian, kebersamaan dan

kewirausahaan UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri. Tujuannya

untuk meningkatkan peran UMKM dalam menciptakan lapangan kerja,

(5)

kemiskinan. Agar iklim usaha dapat tumbuh dengan baik maka pemerintah

kota memfasilitasi aspek- aspek sarana dan prasarana, perijinan usaha dan

informasi usaha. Aspek sarana dan prasarana ditujukan untuk mengadakan

prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan

UMKM. Sedangkan aspek informasi usaha ditujukan untuk mengadakan dan

menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas,

dan desain teknologi serta mutu. Adapun aspek perijinan usaha ditujukan

untuk menyederhanakan tata cara dan jenis perijinan usaha.2 Dalam

pelaksanaannya ketiga aspek baik aspek sarana prasarana, aspek informasi

usaha, dan aspek perijinan usaha dilayani oleh Seksi sarana prasarana

perdagangan dan Seksi usaha perdagangan Dinas Perindagkop dan UMKM

kota Salatiga.3

IRTP adalah salah satu bentuk UMKM yang ada di kota Salatiga,

dimana IRTP merupakan perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha

ditempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan, manual hingga semi

otomatis. Dalam mengembangkan IRTP ada beberapa hal yang harus

diperhatikan antara lain:

1. Kualitas Produk

IRTP harus membuat formulasi produk yang dapat diterima konsumen.

Untuk itu diperlukan pemilihan dan penanganan bahan baku dan bahan

kemasan yang tepat. Setelah itu, melakukan proses produksi yang menjadi

2Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,

Dan Menengah, Pasal 9, 10, dan 12. 3

(6)

tahap penting dalam proses pengolahan produk. Pada akhimya IRTP

melakukan penanganan terhadap penyimpanan produk yang sudah jadi.

2. Sanitasi

IRTP yang baik harus mampu menghilangkan image kotor,bau,tidak

beraturan, dan sanitasi yang sangat jelek. Penerapan dari sanitasi itu

sendiri secara teknis tidak sulit akan tetapi diperlukan pula kesadaran

setiap individu dalam menerapkan hal tersebut.

3. Modal Usaha

Peluang pendanaan IRTP dapat berasal dari beberapa lembaga berikut ini:

a) Dinas perindustrian dan perdagangan setempat melalui bank-bank

pemerintah dan swasta.

b) Bank Perkreditan Rakyat.

c) Lembaga Swadaya Masyarakat.

d) Asuransi Teknologi dari Menteri Riset dan Teknologi.

C. Análisis

Dari hasil penelitian penulis ditemukan bahwa di kota Salatiga

industri rumah tangga pangan berkembang dengan baik. Seperti tabel berikut

ini:

DATA INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) KOTA SALATIGA

No

Nama/ Kab/ Kota

Nama Industri

Alamat Lengkap Jenis Pangan

(7)

Salatiga Hidayatullah Salatiga

2 Budi Prabowo Jl. Raya Blotongan

No. 123 Salatiga

6. Enting - enting gepuk

4 Koko Cahyono Jl. Langenrejo 36 1. Dendeng sapi

2. Abon sapi

5 Herry Suyanto Jl. Jend. Sudirman

(8)

3. Kripik Paru

Jl. Balairejo 50 1. Kecap Plastik

(9)
(10)
(11)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga industri rumah

tangga pangan berjumlah 431 dengan klasisifikasi:

Jenis makanan 305 (70,7%)

Jenis minuman 26 (29,3%)

Namun demikian produk pangan yang dihasilkan oleh industri rumah

tangga yang akan di edarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat haruslah aman,

bermutu dan bergizi. Dalam rangka pengawasan keamanan mutu dan gizi

pangan setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negri atau yang

dimasukan kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan

eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran

kecuali pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga. Pangan

olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga wajib memiliki Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.4

1. Pengaturan peredaran pangan produk industri rumah tangga di kota Salatiga

Setiap orang yang memiliki usaha dalam bentuk industri rumah

tangga pangan wajib memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan atau yang

dikenal dengan SIUP yaitu Surat Ijin Untuk Bisa Melakukan Usaha

Perdagangan.

Tujuan SIUP dikeluarkan oleh Pemerintah kota Salatiga, dalam hal

ini adalah Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UMKM,5 sebagai

4Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,

Mutu Dan Gizi pangan,Pasal 43 ayat (2).

5Peraturan Walikota Salatiga Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Keija

(12)

alat pengesahan dari pemerintah yang selanjutnya digunakan sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh SPP- IRT. Adapun prosedur untuk

memperoleh SIUP adalah dengan cara mengambil formulir pendaftaran,

mengisi formulir SIUP bermeterai Rp.6.000,- (enam ribu rupiah), dan

ditandatangani oleh pemilik usaha. Kemudian formulir yang sudah di isi di

foto copy rangkap dua dan dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan. Adapun tahapan untuk memperoleh SIUP:

a. Mengurus Surat Keterangan Domisili Usaha di Kantor Kecamatan

dengan membawa surat pengantar dai RT, RW dan Lurah.

b. Setelah memperoleh SKDU dari camat selanjutnya mengurus SIUP di

Dinas Perindakop dan UMKM dengan persyaratan:

1) Foto copy SKDU dari Camat

2) Foto Copy KTP penanggung j awab usaha

3) Meterai Rp. 6.000,-

4) Membayar biaya regristrasi

5) Standar waktu penyelesaian SIUP adalah lima hari kerja

Demikianlah alur permohonan SIUP, bagan alur permohonan

seperti pada lampiran.

Setelah memperoleh SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) maka

produksi pangan industri rumah tangga yang akan diedarkan ke

masyarakat harus mempunyai Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (SPP-IRT). Sebab Industri Rumah Tangga Pangan memiliki

(13)

Tentang Pangan yang berbunyi: badan usaha yang memproduksi pangan

olahan untuk diedarkan dan atau orang perseorangan dalam badan usaha

yang diberi tanggung jawab terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung

jawab atas keamanan pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan

orang lain yang mengkonsumsi pangan tersebut. Oleh karena itu untuk

menjamin kesehatan produksi pangan IRTP dan untuk meningkatkan

kualitas IRTP maka diperlukan SPP-IRT.

Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan

dan atau orang perseorangan dalam badan usaha tersebut bertanggung

jawab atas keamanan pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan

orang lain yang menkonsumsi pangan tersebut.6 Dan setiap pangan olahan

yang di produksi oleh Industri Rumah Tangga Pangan wajib memiliki

SPP-IRT.7

Pengajuan permohonan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah

Kota Salatiga dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Salatiga sesuai dengan

Tupoksi yang tercantum dalam Peraturan Walikota Salatiga No.48 Tahun

2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kota Salatiga, Pasal 55 yang berbunyi : “Seksi Farmamin dan Perbekalan

Kesehatanmempunyai tugas pokok pengawasan dan registrasi

makanan/minuman produksi rumah tangga serta menyelenggarakan

sertifikasi produk makanan dan minuman dan melakukan pembinaan,

6Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan

, Pasal 41 ayat (1).

7Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,

(14)

pengawasan dan pengendalian sarana produksi dan distribusi

makanan/minuman.”8

Cara mengajukan permohonan SPP-IRT dengan mengisi formulir

yang di sediakan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon (IRTP)

adalah sebagai berikut:

1) Pemilik/penanggung jawab:

a) Memiliki SIUP dari Disperindagkop dan UMKM.

b) Memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dari Dinas

Kesehatan.

c) Apabila pemilik/penanggung jawab tidak memiliki Sertifikat

Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) akan menujuk salah seorang

karyawan untuk mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan.

2) Sarana produksi:

a) Sudah diperiksa oleh Dinas Kesehatan.

b) Laporan hasil pemeriksaan sarana produksi minimal cukup.

3) Pangan yang diproduksi tidak boleh berupa:

a. Susu dan hasil olahannya.

b. Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses

dan atau penyimpanan beku.

c. Pangan kaleng berasam rendah (PH>4.5).

d. Pangan bayi.

e. Minuman beralkohol Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

(15)

f. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI.

g. Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM.

4) Jika IRTP akan melakukan perubahan dan penambahan jenis pangan

harus melalui tahapan:

a) Perubahan pemilik SPP-IRT dan penanggung jawab perusahaan

harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

b) Penambahan SPP-IRT dilakukan oleh Dinas Kesehatan bedasarkan

permohonan penambahan jenis produk panganyang dihasilkan oleh

IRT yang telah mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan dan hasil

pemeriksaan sarana produksi minimal cukup.

5) Dinas Kesehatan Berhak melakukan pencabutan atau pembatalan

terhadap SPP-IRT jika:

a) Pemilik atau penanggung jawab perusahaan melakukan

pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di bidang pangan.

b) Nama pemilik perusahaan tidak sesuai dengan nama yang tertera

pada SPP- IRT.

c) Produk pangan terbukti merugikan atau membahayakan kesehatan.

6) Penomoran sertifikat penyuluhan keamanan pangan adalah sebagai

berikut:

Nomor sertifikat penyuluhan keamanan pangan terdiri dari 3 (tiga)

kolom dan 9 (sembilan) angka. Contoh:

123 / 4567 / 89

(16)

1) Angka ke- 1,2,3 pada kolom I, menunjukkan nomor urut tenaga

yang sudah memperoleh sertifikat di Kabupaten/Kota yang

bersangkutan.

2) Angka ke-4,5,6,7 pada kolom II, menujukkan propinsi dan

Kabupaten/Kota penyelenggara penyuluhan keamanan pangan.

3) Angka ke-8,9 pada kolom III, menujukkan tahun penerbitan

sertifikat.

7) Penomoran P-IRT terdiri dari 12 (dua belas) digit. Contoh: P-IRT No.20634710202

Keterangan:

1) Angka ke-1 menujukkan kode jenis kemasan

2) Angka ke-2,3 menujukkan nomor urut jenis produk

3) Angka ke-4,5,6,7 menujukkan kode propinsi dan kabupaten/kota

4) Angka ke-8,9 menujukkan nomor urut produk P-IRT yang telah

memperoleh SPP-IRT

5) Angka ke-10,11,12 menujukkan nomor urut P-IRT di

Kabupaten/Kota yang bersangkutan Nomor Pangan Industri

Rumah Tangga (P-IRT) dicantumkan pada label produk pangan

IRT.

Demikianlah alur permohonan sertifikat produksi pangan industri

rumah tangga, bagan alur permohonan seperti pada lampiran.

(17)

Pemberian jaminan mutu dan keamanan pangan kepada konsumen

sudah merupakan kewajiban para pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan usahannya. Regristrasi terhadap suatu produk pangan hasil olahan

industri rumah tangga merupakan jaminan mutu dan keamanan pangan

terhadap kelayakan suatu produk pangan agar dapat dikonsumsi oleh

konsumen. Regristrasi untuk produk pangan hasil olahan industri rumah

tangga dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga agar produk

pangan tersebut secara sah dapat beredar di pasaran.

Pelaku usaha juga harus mendasarkan kegiatan produksinya pada

cara produksi pangan yang baik yang telah ditetapkan oleh BPOM.

Pelaku usaha juga harus memperhatikan tentang perbuatan yang

dilarang bagi pelaku usaha yang diatur dalam Undang-Undang tentang

Perlindungan Konsumen Pasal 8.

Dalam menjalankan usahanya para pelaku usaha sudah memahami

hal-hal tersebut diatas. Akan tetapi situasi dan keadaan perekonomian di

Indonesia saat ini sedang dalam tekanan krisis keungan sebagai akibat

merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Hal tersebut sangat membebani bagi pelaku usaha industri rumah

tangga pangan dalam menjalankan usahanya, sehingga dalam rangka

mempertahankan agar usahanya tetap dapat berjalan dan dapat

memperoleh keuntungan maka ada kecenderungan teijadinya pelanggaran

(18)

Utrecht mengatakan hukum merupakan kumpulan peraturan

(berupa perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam

masyarakat dan harus ditaati oleh anggota masyarakat tersebut. Oleh

karena itu, maka pelanggaran terhadap petunjuk hidup di dalam hukum

tersebut dapat menimbulkan adanya tindakan dari pemerintah.

Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam menjalankan tugasnya

sebagai pembina dan pengawas terhadap pelaku usaha industri rumah

tangga pangan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku

yaitu : Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehtan,

Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Undang-Undang-Undang-Undang No.8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan konsumen, Peraturan Pemerintah No.28

Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, dan Peraturan

Walikota No.48 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis Dinas Kota Salatiga. Berdasarkan peraturan diatas, maka

Dinas Kesehatan Kota Salatiga berperan sebagai instansi yang berwenang

dan bertanggung jawab mengatur dan mengawasi proses produksi,

pengolahan, pendistribusian makanan dan minuman. Dengan adanya

kewenangan tersebut diatas, diharapkan terwujud penyelenggaraan

keamanan pangan di setiap rantai pangan secara terpadu. Keamanan

pangan ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya

cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Dengan demikian

(19)

bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Hal

tersebut dilaksanakan dalam bentuk pemberian SPP-IRT seperti yang telah

penulis uraikan pada halaman 42-46. Untuk ini diperlukan dukungan

kesadaran masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan serta

mengawasi pelaksanaan dan penegakkan hukum.

Dalam meningkatkan kesadaran hukum bagi pelaku usaha industri

rumah tangga pangan, Dinas Kesehatan Kota Salatiga terus berupaya agar

pelaku usaha industri rumah tangga pangan, meskipun mendapat tekanan

krisis keuangan yang sedang teijadi, tetap menjalankan usahanya berdasar

pada peraturan perundangan yang berlaku. Sehingga dengan demikian

fungsi hukum sebagai pemelihara ketertiban, sarana pembangunan, sarana

penegakan keadilan dan sebagai sarana pendidikan masyarakat tetap dapat

terselenggara dengan baik.9

Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam

menyelenggarakan fungsi hukum adalah:10

a) Menegakkan Hukum sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan.

Berdasarkan penelitian Dinas Kesehatan Kota Salatiga mempunyai

fungsi sebagai pembina dan pengawas produk industri rumah tangga

pangan. Pembinaan dilakukan dengan cara mengunjungi secara

langsung ketempat pelaku usaha agar dapat melihat proses

produksinya. Pembinaan dan pengawasan sebagai pemelihara

9

http://statushukum.com/fungsi-hukum.html, diunduh pada tanggal 29 agustus 2013.

10

(20)

ketertiban dan keamanan dilakukan secara bertangung jawab dan terus

menerus.

b) Menegakkan hukum sebagai sarana pembangunan.

Salah satu tujuan dari hukum perlindungan konsumen adalah

meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan,

keamanan dan keselamatan konsumen. Maka tujuan pembinaan dan

pengawasan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Salatiga adalah

untuk membangun kehidupan yang lebih baik, sehat, sejahtera bagi

pelaku usaha maupun konsumen.

c) Menegakkan hukum sebagai sarana terciptanya keadilan.

Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota

Salatiga bertujuan agar terciptanya keadilan antara hak dan kewajiban

bagi pelaku usaha dan konsumen. Hal ini dimaksudkan agar supaya

tidak hanya membebani pelaku usaha dengan tanggung jawab tetapi

juga melindungi hak- haknya dalam melakukan usaha.

d) Menegakkan hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.

Hal ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga guna

meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri. Dan juga untuk menumbuhkan kesadaran

pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan hukum sehingga

tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan

(21)

Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam perannya sebagai pembina

dan pengawas bagi pelaku usaha industri rumah tangga pangan dalam

rangka memberikan perlindungan kepada konsumen mempunyai tugas

sebagai berikut:

a. Memberikan informasi kepada pelaku usaha tentang bahan-bahan yang

berbahaya untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan zat

pewarna.

b. Memberikan informasi tentang fiingsi pencantuman tanggai

kadaluarsa, berat bersih, label halal, komposisi bahan baku dan jenis

produksi dalam label.

c. Memberikan informasi tentang proses produksi yang memenuhi

persyaratan sanitasi dan lingkungan yang baik.

Saat ini Dinas Kesehtan Kota Salatiga sudah dapat melaksanakan

peran sebagai pengawas, baik di proses produksi sampai dengan proses

pendistribusian makanan/minuman tersebut. Dengan cara :

a. Kunjungan/audit bagi pengusaha Industri Rumah Tangga

Makanan/Minuman yang mengajukan ijin untuk memperoleh

SPP-IRT. Apabila berdasarkan hasil penilaian, industri tersebut

belum mampu memenuhi syarat kesehatan, maka sertifikat

produksi pangan tidak akan diterbitkan. Pengusaha diberi

kesempatan untuk memperbaiki terlebih dahulu. Apabila sudah

(22)

apabila berdasarkan kunjungan kedua ini sudah memenuhi

syarat, maka sertifikat baru akan dikeluarkan.

b. Setelah sertifikat produksi pangan dikeluarkan, maka Dinas

Kesehatan Kota Salatiga bekerjasama dengan puskesmas tetap

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana

produksi maupun produk yang dihasilkan melalui kegiatan

sampling makanan/minuman hasil produksi Industri Rumah

Tangga.

c. Pemantauan pangan yang beredar di pasaran.

Dari hasil penelitian penulis Dinas Kesehatan Kota Salatiga telah

berperan dengan baik dalam membina dan mengawasi Industri Rumah

Tangga Pangan. Dari data yang ada yaitu sejumlah 431 Industri Rumah

Tangga Pangan telah mempunyai SPP-IRT.

Di Kota Salatiga belum semua pengusaha makanan/minuman

memiliki SPP-IRT. Untuk menggalakan SPP-IRT petugas HS (Hygiene

dan Sanitasi) di puskesmas selalu melakukan monitoring di wilayah kerja

masing-masing dan mendorong pengusaha makanan/minuman untuk

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Harga Diri dan Konformitas Terhadap Kelompok dengan Perilaku Minum Minuman Beralkohol pada Remaja.. Liputan Bincang “Tatalaksana Risiko Kesehatan Terkait Lingkungan

Ada pengaruh yang signifikan minum-minuman keras terhadap perilaku agresif siswa.. SMK

Penanggulangan Perilaku Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Remaja Desa Krajan Kelurahan Salatiga Melalui Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behavioral.. (Tidak

konformitas negatif terhadap penggunaan minuman beralkohol pada siswa. jurusan Permesinan SMK Muhammadiyah

Tirta Sibayakindo pada produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Line 5 gallon (Aqua Galon) terdiri dari bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan.. Ketiga jenis bahan

Paket Amdk mesin kemasan Galon dan Gelas merupakan mesin/alat yang digunakan perusahaan untuk memproduksi Amdk jenis kemasan botol dan gelas.. Paket AMDK Kemasan Galon,

perilaku konsumsi minuman beralkohol siswa kelas XI SMK Negeri 2. Salatiga menunjukkan adanya hubungan negatif

Persaingan pada industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia yang sangat tinggi disebabkan pasar produk AMDK sangat potensial dan mempunyai pertumbuhan yang