BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Kota Salatiga 1. Kondisi Geografis
Kota Salatiga terletak antara 007.17’ dan 007.17’.23” lintang selatan, dan antara 110.27’.56,81” dan 110.32’.4,64” bujur timur. Dilihat
dari topografi wilayahnya, kota Salatiga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
daerah bergelombang (65%), daerah miring (25%), dan daerah datar
(10%). Secara adminsitratif kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan dan
22 kelurahan dan dikelilingi wilayah kabupaten Semarang.
PETA KOTA SALATIGA
Sumber: BPS Kota Salatiga (2008)
Sebelah Utara:
a. Desa pabelan dan desa pejanten kecamatan pabelan, Kabupaten
Semarang.
b. Desa kesongo dan desa watu agung kecamatan tuntang, Kabupaten
Semarang.
Sebelah Timur:
a. Desa ujung-ujung, desa sukohaijodan desa glawan kecamatan pabelan
Kabupaten Semarang.
b. Desa bener, desa tegal waton dan desa nyamat kecamatan tengaran,
Kabupaten Semarang.
Sebelah Selatan:
a. Desa sumogawe, desa samirono dan desa jetak kecamatan getasan,
Kabupaten Semarang.
b. Desa patemon dan desa karang duren kecamatan tengaran, kabupaten
Semarang.
Sebelah Barat:
a. Desa candirejo, desa jombor, desa sraten dan desa gedongan
kecamatan tuntang, kabupaten semarang.
b. Desa polobogo kecamatan getasan, kabupaten semarang.
2. Kondisi Demografis
Pada tahun 2008 jumlah penduduk kota Salatiga sebanyak 167.003
jiwa, terdiri dari 82.541 jiwa laki-laki dan 84.492 jiwa perempuan.
kilometer persegi. Dilihat dari kelompok umur, sebagian besar penduduk
kota Salatiga adalah kelompok penduduk produktif (usia 15 tahun s.d 60
tahun), yaitu sebanyak 117.186 orang (70,16%), dan lainnya penduduk
non produktif (usia 0-14 tahun dan usia 60 tahun keatas) sebanyak 49.847
orang (29,84%). Jumlah penduduk kota Salatiga tahun 2004-2008 secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Jumlah Penduduk Kota Salatiga Tahun 2004-2008
No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-4 3.277 3.279 6.556
2 5-9 6.444 6.132 12.576
3 10-14 6.634 6.295 12.929
4 15-19 5.585 6.287 11.872
5 20-24 6.954 7..095 14.049
6 25-29 9.133 9.291 18.424
7 30-39 15.357 15.158 30.515
8 40-49 11.995 13.007 25.002
9 50-59 8.727 8.597 17.324
10 60 s.d keatas 8.435 9.351 17.786
82.541 84.492 167.003
Sumber : BPS Kota Salatiga (2008)
Kota Salatiga sudah sejak lama terkenal dengan produk makanan
enting-enting gepuknya. Dengan kemajuan teknologi pengolahan makanan
dan meningkatnya pangsa pasar makanan olahan, Kota Salatiga berkembang
menjadi kota yang menghasilkan berbagai makanan olahan seperti grubi,
ampyang (gula kacang), abon, dendeng sapi dan lidah sapi, kripik paru,
criping, kerupuk, keripik tempe, peyek kacang, kripik bayem dan singkong
presto dll.1
Berdasarkan data demografis kota Salatiga, kelompok penduduk usia
produktif (usial5 s.d 60 tahun) beijumlah 117.186 orang (70,16%), hal ini
menjadi peluang bagi usaha industri rumah tangga pangan baik untuk
pemasaran maupun tenaga kerja, sehingga dapat mengembangkan potensi
lokal menjadi keunggulan lokal pengembangan UMKM. Sehingga akan
mempercepat pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat
kota Salatiga.
Pengembangan UMKM adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah
kota, dunia usaha dan masyarakat untuk memberdayakan UMKM melalui
pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan UMKM. Prinsip
pemberdayaan UMKM adalah menumbuhkan kemandirian, kebersamaan dan
kewirausahaan UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri. Tujuannya
untuk meningkatkan peran UMKM dalam menciptakan lapangan kerja,
kemiskinan. Agar iklim usaha dapat tumbuh dengan baik maka pemerintah
kota memfasilitasi aspek- aspek sarana dan prasarana, perijinan usaha dan
informasi usaha. Aspek sarana dan prasarana ditujukan untuk mengadakan
prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan
UMKM. Sedangkan aspek informasi usaha ditujukan untuk mengadakan dan
menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas,
dan desain teknologi serta mutu. Adapun aspek perijinan usaha ditujukan
untuk menyederhanakan tata cara dan jenis perijinan usaha.2 Dalam
pelaksanaannya ketiga aspek baik aspek sarana prasarana, aspek informasi
usaha, dan aspek perijinan usaha dilayani oleh Seksi sarana prasarana
perdagangan dan Seksi usaha perdagangan Dinas Perindagkop dan UMKM
kota Salatiga.3
IRTP adalah salah satu bentuk UMKM yang ada di kota Salatiga,
dimana IRTP merupakan perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha
ditempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan, manual hingga semi
otomatis. Dalam mengembangkan IRTP ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain:
1. Kualitas Produk
IRTP harus membuat formulasi produk yang dapat diterima konsumen.
Untuk itu diperlukan pemilihan dan penanganan bahan baku dan bahan
kemasan yang tepat. Setelah itu, melakukan proses produksi yang menjadi
2Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah, Pasal 9, 10, dan 12. 3
tahap penting dalam proses pengolahan produk. Pada akhimya IRTP
melakukan penanganan terhadap penyimpanan produk yang sudah jadi.
2. Sanitasi
IRTP yang baik harus mampu menghilangkan image kotor,bau,tidak
beraturan, dan sanitasi yang sangat jelek. Penerapan dari sanitasi itu
sendiri secara teknis tidak sulit akan tetapi diperlukan pula kesadaran
setiap individu dalam menerapkan hal tersebut.
3. Modal Usaha
Peluang pendanaan IRTP dapat berasal dari beberapa lembaga berikut ini:
a) Dinas perindustrian dan perdagangan setempat melalui bank-bank
pemerintah dan swasta.
b) Bank Perkreditan Rakyat.
c) Lembaga Swadaya Masyarakat.
d) Asuransi Teknologi dari Menteri Riset dan Teknologi.
C. Análisis
Dari hasil penelitian penulis ditemukan bahwa di kota Salatiga
industri rumah tangga pangan berkembang dengan baik. Seperti tabel berikut
ini:
DATA INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) KOTA SALATIGA
No
Nama/ Kab/ Kota
Nama Industri
Alamat Lengkap Jenis Pangan
Salatiga Hidayatullah Salatiga
2 Budi Prabowo Jl. Raya Blotongan
No. 123 Salatiga
6. Enting - enting gepuk
4 Koko Cahyono Jl. Langenrejo 36 1. Dendeng sapi
2. Abon sapi
5 Herry Suyanto Jl. Jend. Sudirman
3. Kripik Paru
Jl. Balairejo 50 1. Kecap Plastik
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga industri rumah
tangga pangan berjumlah 431 dengan klasisifikasi:
Jenis makanan 305 (70,7%)
Jenis minuman 26 (29,3%)
Namun demikian produk pangan yang dihasilkan oleh industri rumah
tangga yang akan di edarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat haruslah aman,
bermutu dan bergizi. Dalam rangka pengawasan keamanan mutu dan gizi
pangan setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negri atau yang
dimasukan kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan
eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran
kecuali pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga. Pangan
olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga wajib memiliki Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.4
1. Pengaturan peredaran pangan produk industri rumah tangga di kota Salatiga
Setiap orang yang memiliki usaha dalam bentuk industri rumah
tangga pangan wajib memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan atau yang
dikenal dengan SIUP yaitu Surat Ijin Untuk Bisa Melakukan Usaha
Perdagangan.
Tujuan SIUP dikeluarkan oleh Pemerintah kota Salatiga, dalam hal
ini adalah Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UMKM,5 sebagai
4Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,
Mutu Dan Gizi pangan,Pasal 43 ayat (2).
5Peraturan Walikota Salatiga Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Keija
alat pengesahan dari pemerintah yang selanjutnya digunakan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh SPP- IRT. Adapun prosedur untuk
memperoleh SIUP adalah dengan cara mengambil formulir pendaftaran,
mengisi formulir SIUP bermeterai Rp.6.000,- (enam ribu rupiah), dan
ditandatangani oleh pemilik usaha. Kemudian formulir yang sudah di isi di
foto copy rangkap dua dan dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan. Adapun tahapan untuk memperoleh SIUP:
a. Mengurus Surat Keterangan Domisili Usaha di Kantor Kecamatan
dengan membawa surat pengantar dai RT, RW dan Lurah.
b. Setelah memperoleh SKDU dari camat selanjutnya mengurus SIUP di
Dinas Perindakop dan UMKM dengan persyaratan:
1) Foto copy SKDU dari Camat
2) Foto Copy KTP penanggung j awab usaha
3) Meterai Rp. 6.000,-
4) Membayar biaya regristrasi
5) Standar waktu penyelesaian SIUP adalah lima hari kerja
Demikianlah alur permohonan SIUP, bagan alur permohonan
seperti pada lampiran.
Setelah memperoleh SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) maka
produksi pangan industri rumah tangga yang akan diedarkan ke
masyarakat harus mempunyai Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga (SPP-IRT). Sebab Industri Rumah Tangga Pangan memiliki
Tentang Pangan yang berbunyi: badan usaha yang memproduksi pangan
olahan untuk diedarkan dan atau orang perseorangan dalam badan usaha
yang diberi tanggung jawab terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung
jawab atas keamanan pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan
orang lain yang mengkonsumsi pangan tersebut. Oleh karena itu untuk
menjamin kesehatan produksi pangan IRTP dan untuk meningkatkan
kualitas IRTP maka diperlukan SPP-IRT.
Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan
dan atau orang perseorangan dalam badan usaha tersebut bertanggung
jawab atas keamanan pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan
orang lain yang menkonsumsi pangan tersebut.6 Dan setiap pangan olahan
yang di produksi oleh Industri Rumah Tangga Pangan wajib memiliki
SPP-IRT.7
Pengajuan permohonan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah
Kota Salatiga dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Salatiga sesuai dengan
Tupoksi yang tercantum dalam Peraturan Walikota Salatiga No.48 Tahun
2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kota Salatiga, Pasal 55 yang berbunyi : “Seksi Farmamin dan Perbekalan
Kesehatanmempunyai tugas pokok pengawasan dan registrasi
makanan/minuman produksi rumah tangga serta menyelenggarakan
sertifikasi produk makanan dan minuman dan melakukan pembinaan,
6Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan
, Pasal 41 ayat (1).
7Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,
pengawasan dan pengendalian sarana produksi dan distribusi
makanan/minuman.”8
Cara mengajukan permohonan SPP-IRT dengan mengisi formulir
yang di sediakan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon (IRTP)
adalah sebagai berikut:
1) Pemilik/penanggung jawab:
a) Memiliki SIUP dari Disperindagkop dan UMKM.
b) Memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dari Dinas
Kesehatan.
c) Apabila pemilik/penanggung jawab tidak memiliki Sertifikat
Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) akan menujuk salah seorang
karyawan untuk mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan.
2) Sarana produksi:
a) Sudah diperiksa oleh Dinas Kesehatan.
b) Laporan hasil pemeriksaan sarana produksi minimal cukup.
3) Pangan yang diproduksi tidak boleh berupa:
a. Susu dan hasil olahannya.
b. Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses
dan atau penyimpanan beku.
c. Pangan kaleng berasam rendah (PH>4.5).
d. Pangan bayi.
e. Minuman beralkohol Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
f. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI.
g. Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM.
4) Jika IRTP akan melakukan perubahan dan penambahan jenis pangan
harus melalui tahapan:
a) Perubahan pemilik SPP-IRT dan penanggung jawab perusahaan
harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
b) Penambahan SPP-IRT dilakukan oleh Dinas Kesehatan bedasarkan
permohonan penambahan jenis produk panganyang dihasilkan oleh
IRT yang telah mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan dan hasil
pemeriksaan sarana produksi minimal cukup.
5) Dinas Kesehatan Berhak melakukan pencabutan atau pembatalan
terhadap SPP-IRT jika:
a) Pemilik atau penanggung jawab perusahaan melakukan
pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di bidang pangan.
b) Nama pemilik perusahaan tidak sesuai dengan nama yang tertera
pada SPP- IRT.
c) Produk pangan terbukti merugikan atau membahayakan kesehatan.
6) Penomoran sertifikat penyuluhan keamanan pangan adalah sebagai
berikut:
Nomor sertifikat penyuluhan keamanan pangan terdiri dari 3 (tiga)
kolom dan 9 (sembilan) angka. Contoh:
123 / 4567 / 89
1) Angka ke- 1,2,3 pada kolom I, menunjukkan nomor urut tenaga
yang sudah memperoleh sertifikat di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
2) Angka ke-4,5,6,7 pada kolom II, menujukkan propinsi dan
Kabupaten/Kota penyelenggara penyuluhan keamanan pangan.
3) Angka ke-8,9 pada kolom III, menujukkan tahun penerbitan
sertifikat.
7) Penomoran P-IRT terdiri dari 12 (dua belas) digit. Contoh: P-IRT No.20634710202
Keterangan:
1) Angka ke-1 menujukkan kode jenis kemasan
2) Angka ke-2,3 menujukkan nomor urut jenis produk
3) Angka ke-4,5,6,7 menujukkan kode propinsi dan kabupaten/kota
4) Angka ke-8,9 menujukkan nomor urut produk P-IRT yang telah
memperoleh SPP-IRT
5) Angka ke-10,11,12 menujukkan nomor urut P-IRT di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan Nomor Pangan Industri
Rumah Tangga (P-IRT) dicantumkan pada label produk pangan
IRT.
Demikianlah alur permohonan sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga, bagan alur permohonan seperti pada lampiran.
Pemberian jaminan mutu dan keamanan pangan kepada konsumen
sudah merupakan kewajiban para pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan usahannya. Regristrasi terhadap suatu produk pangan hasil olahan
industri rumah tangga merupakan jaminan mutu dan keamanan pangan
terhadap kelayakan suatu produk pangan agar dapat dikonsumsi oleh
konsumen. Regristrasi untuk produk pangan hasil olahan industri rumah
tangga dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga agar produk
pangan tersebut secara sah dapat beredar di pasaran.
Pelaku usaha juga harus mendasarkan kegiatan produksinya pada
cara produksi pangan yang baik yang telah ditetapkan oleh BPOM.
Pelaku usaha juga harus memperhatikan tentang perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha yang diatur dalam Undang-Undang tentang
Perlindungan Konsumen Pasal 8.
Dalam menjalankan usahanya para pelaku usaha sudah memahami
hal-hal tersebut diatas. Akan tetapi situasi dan keadaan perekonomian di
Indonesia saat ini sedang dalam tekanan krisis keungan sebagai akibat
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.
Hal tersebut sangat membebani bagi pelaku usaha industri rumah
tangga pangan dalam menjalankan usahanya, sehingga dalam rangka
mempertahankan agar usahanya tetap dapat berjalan dan dapat
memperoleh keuntungan maka ada kecenderungan teijadinya pelanggaran
Utrecht mengatakan hukum merupakan kumpulan peraturan
(berupa perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam
masyarakat dan harus ditaati oleh anggota masyarakat tersebut. Oleh
karena itu, maka pelanggaran terhadap petunjuk hidup di dalam hukum
tersebut dapat menimbulkan adanya tindakan dari pemerintah.
Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam menjalankan tugasnya
sebagai pembina dan pengawas terhadap pelaku usaha industri rumah
tangga pangan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku
yaitu : Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehtan,
Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Undang-Undang-Undang-Undang No.8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan konsumen, Peraturan Pemerintah No.28
Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, dan Peraturan
Walikota No.48 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kota Salatiga. Berdasarkan peraturan diatas, maka
Dinas Kesehatan Kota Salatiga berperan sebagai instansi yang berwenang
dan bertanggung jawab mengatur dan mengawasi proses produksi,
pengolahan, pendistribusian makanan dan minuman. Dengan adanya
kewenangan tersebut diatas, diharapkan terwujud penyelenggaraan
keamanan pangan di setiap rantai pangan secara terpadu. Keamanan
pangan ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Dengan demikian
bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Hal
tersebut dilaksanakan dalam bentuk pemberian SPP-IRT seperti yang telah
penulis uraikan pada halaman 42-46. Untuk ini diperlukan dukungan
kesadaran masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan serta
mengawasi pelaksanaan dan penegakkan hukum.
Dalam meningkatkan kesadaran hukum bagi pelaku usaha industri
rumah tangga pangan, Dinas Kesehatan Kota Salatiga terus berupaya agar
pelaku usaha industri rumah tangga pangan, meskipun mendapat tekanan
krisis keuangan yang sedang teijadi, tetap menjalankan usahanya berdasar
pada peraturan perundangan yang berlaku. Sehingga dengan demikian
fungsi hukum sebagai pemelihara ketertiban, sarana pembangunan, sarana
penegakan keadilan dan sebagai sarana pendidikan masyarakat tetap dapat
terselenggara dengan baik.9
Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam
menyelenggarakan fungsi hukum adalah:10
a) Menegakkan Hukum sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan.
Berdasarkan penelitian Dinas Kesehatan Kota Salatiga mempunyai
fungsi sebagai pembina dan pengawas produk industri rumah tangga
pangan. Pembinaan dilakukan dengan cara mengunjungi secara
langsung ketempat pelaku usaha agar dapat melihat proses
produksinya. Pembinaan dan pengawasan sebagai pemelihara
9
http://statushukum.com/fungsi-hukum.html, diunduh pada tanggal 29 agustus 2013.
10
ketertiban dan keamanan dilakukan secara bertangung jawab dan terus
menerus.
b) Menegakkan hukum sebagai sarana pembangunan.
Salah satu tujuan dari hukum perlindungan konsumen adalah
meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan dan keselamatan konsumen. Maka tujuan pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Salatiga adalah
untuk membangun kehidupan yang lebih baik, sehat, sejahtera bagi
pelaku usaha maupun konsumen.
c) Menegakkan hukum sebagai sarana terciptanya keadilan.
Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota
Salatiga bertujuan agar terciptanya keadilan antara hak dan kewajiban
bagi pelaku usaha dan konsumen. Hal ini dimaksudkan agar supaya
tidak hanya membebani pelaku usaha dengan tanggung jawab tetapi
juga melindungi hak- haknya dalam melakukan usaha.
d) Menegakkan hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.
Hal ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga guna
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri. Dan juga untuk menumbuhkan kesadaran
pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan hukum sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan
Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam perannya sebagai pembina
dan pengawas bagi pelaku usaha industri rumah tangga pangan dalam
rangka memberikan perlindungan kepada konsumen mempunyai tugas
sebagai berikut:
a. Memberikan informasi kepada pelaku usaha tentang bahan-bahan yang
berbahaya untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan zat
pewarna.
b. Memberikan informasi tentang fiingsi pencantuman tanggai
kadaluarsa, berat bersih, label halal, komposisi bahan baku dan jenis
produksi dalam label.
c. Memberikan informasi tentang proses produksi yang memenuhi
persyaratan sanitasi dan lingkungan yang baik.
Saat ini Dinas Kesehtan Kota Salatiga sudah dapat melaksanakan
peran sebagai pengawas, baik di proses produksi sampai dengan proses
pendistribusian makanan/minuman tersebut. Dengan cara :
a. Kunjungan/audit bagi pengusaha Industri Rumah Tangga
Makanan/Minuman yang mengajukan ijin untuk memperoleh
SPP-IRT. Apabila berdasarkan hasil penilaian, industri tersebut
belum mampu memenuhi syarat kesehatan, maka sertifikat
produksi pangan tidak akan diterbitkan. Pengusaha diberi
kesempatan untuk memperbaiki terlebih dahulu. Apabila sudah
apabila berdasarkan kunjungan kedua ini sudah memenuhi
syarat, maka sertifikat baru akan dikeluarkan.
b. Setelah sertifikat produksi pangan dikeluarkan, maka Dinas
Kesehatan Kota Salatiga bekerjasama dengan puskesmas tetap
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana
produksi maupun produk yang dihasilkan melalui kegiatan
sampling makanan/minuman hasil produksi Industri Rumah
Tangga.
c. Pemantauan pangan yang beredar di pasaran.
Dari hasil penelitian penulis Dinas Kesehatan Kota Salatiga telah
berperan dengan baik dalam membina dan mengawasi Industri Rumah
Tangga Pangan. Dari data yang ada yaitu sejumlah 431 Industri Rumah
Tangga Pangan telah mempunyai SPP-IRT.
Di Kota Salatiga belum semua pengusaha makanan/minuman
memiliki SPP-IRT. Untuk menggalakan SPP-IRT petugas HS (Hygiene
dan Sanitasi) di puskesmas selalu melakukan monitoring di wilayah kerja
masing-masing dan mendorong pengusaha makanan/minuman untuk