BAB II
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN
HASIL BELAJAR IPA PENGARUH GAYA TERHADAP BENDA
A.Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Pengertian CTL
”CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan kaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka”. Nasar (2006:109)
Selain itu Johnson (2008:65) menyatakan bahwa ”Pendekatan CTL
merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari”.
2. Tujuan Pembelajaran CTL
a. Pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainnya.
b. Pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghapal tetapi perlu adanya pemahaman.
c. Pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa
d. Pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
e. Pembelajran CTL ini bertujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
3. Landasan Filosofi CTL
Landasan filosofi CTL adalah konstrukstivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkosntruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Pengatahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jonh Dewey pada awal abad ke- 20 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.
4. Komponen Pembelajaran CTL
Komponen-komponen pembelajaran CTL antara lain : b. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur konginitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi “ bukan menerima pengetahuan.
Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada proses pencarian penemuan melalui proses berfikir secara sistimatis. Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis. d. Bertanya
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan e. Masyarakat Belajar
Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. f. Pemodelan.
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
g. Refleksi
Refleksi adalah proses pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilalui untuk untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.
h. Penilaian nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan menkonsturksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Menciptakan masyarakat belajar
e. Menghadirkan model sabagai contoh belajar f. Melakukan refleksi diakhiri pertemuan
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual : a. Pengalaman nyata
b. Kerja sama, saling menunjang c. Gembira, belajar dengan bergairah d. Pembelajaran terintegrasi
e. Menggunakan berbagai sumber f. Siswa aktif dan kritis
g. Menyenangkan, tidak membosankan h. Sharing dengan teman
i. Guru kreatif
2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL
a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa shingga siswa aktif dam PBM. b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang meraka pelajari
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan f.Membantu sisswa bekerja dengan efektif dalam kelompok
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kelemahan dari pendekatan pembelajaran CTL yaitu:
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapannya siswa tadi tidak sama.
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM c. Dalam proses pembelajaran dengam model CTL akan Nampak jelas
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menuggu temanyang teringgal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kamampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f.Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan keterampilan dan kemampuan soft skill dari pada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
B. Pembelajaran IPA di SD
1. Hakikat IPA
Menurut Carin & Sound (1998) yang dikutip dalam Reni dkk (2004:6) menyatkan bahwa „Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu system yang diperolah dari observasi dan percobaan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa IPA tidak hanya merupakan cara kerja, cara berfikir dan cara, memecahkan masalah. Dengan kata lain, IPA dapat dipandang sebagai proses, produk, dan sikap‟.
Menunjuk pengertian IPA menurut Carin Sound (1989) maka dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA meliputi empat unsure utama yaitu : Sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap menunjukan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses menunjukkan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, percang ekperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Produk menunjuk pada berupa fakta, prinsip, teori dan hubungan. Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
3. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah.
Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat
dan gas.
c. Eenergi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
Salah satu pokok bahasan yang terdapat dalam kurikulum IPA di SD yaitu materi Gaya dan Pengaruh Gaya Terhadap Benda yang diberikan dikelas IV semester II.
C.Hasil Belajar
Menurut Mudjiono dan Dimyati, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari segi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disistensikan bahwa hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan prilaku kerja yang lebih baik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan / hasil belajar dibagi menjadi 2 bagian besar, yatu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Factor Internal
1. Faktor Biologis (Jasmaniah). Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua kondisi kesehatan fisik.
2. Faktor Psikologis. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal seperti intelegis atau kecerdasan, kamauan, dan bakat
2. Faktor Eksternal
2. Faktor Lingukungan Sekolah. Hal ini yang mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru, dengan siswa, relasi guru dengan siswa relasi siswa dengan mata pelajaran, waktu sekolah tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara kondusif dan konsisten.
3. Factor Lingkungan Masyarakat. Lingkungan masyarakat yang menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah : lembaga-lembaga pendidikan non formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
D.Konsep Gaya
1. Pengertian gaya
Gambar 2.1 pengaruh gaya
Gaya ada yang kuat ada pula yang lemah, makin besar gaya yang dilakukan,makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N) gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda.
2. Gaya Mempengaruhi gerak dan Bentuk Benda
Gaya mengakibatkan adanya perubahan pada benda. Pengaruh gaya terhadap gerak benda adalah sebagai berikut :
a. Gaya menggerakan benda diam
Benda diam akan bergerak jika diberi gaya.contohnya bola akan melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh batu akan bergerak jika kita lempar.
Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang kayuh, sepeda motor yang sedang bergerak, kelereng yang mengelinding, dan sebagainya. Benda-benda bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi gaya. Sepeda yang bergerak berhenti jika direm. Sepeda motor yang sedang bergerak akan berhenti jika direm. Kelereng yang menggelinding akan berhenti jika kita tahan dengan tangan atau kaki.
Mengerem sepeda dan sepeda motor termasuk bentuk gaya. Begitu pula dengan menahan kelereng dengan tangan termasuk bentuk gaya. Dengan demikian gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.
b. Gaya Megubah Kecepatan Gerak Benda.
gaya. Oleh karena itu gaya dapat memengaruhi kecepatan gerak benda.
c. Gaya Mengubah Arah Gerak Benda
Sepeda dapat kita belokan ke arah yang kita butuhkan. Jika ingin mengubah arah sepeda, kita cukup membelokan setangnya. Hasilnya arah sepeda akan berubah.
Begitu juga dengan orang yang bermain bola. Bola tidak hanya bergerak kesatu arah. Bola dapat bergerak kesegala arah. Namun arah bola tidak dapat berubah dengan sendirinya. Arah gerak bola harus diubah oleh pemain bola. Caranya dengan menyundul atau menendang bola.
Membelokan sepeda dan bola termasuk bentuk gaya. Dengan demikian, gaya dapat mengubah arah gerak benda. 3. Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda
Para pengrajin gerabah membuat gerabah dari tanah liat, ia melumatkan tanah liat kemudian membentuknya menjadi sebuah gerabah, ketikan perajin itu melumatkan tanah liat ia memberikan gaya pada tanah liat. Jadi, gaya dapat mengubah tanah liat menjadi guci. Benda yang keras sekalipun dapat berubah bentuk jika diberikan gaya
Jika suatu benda dimasukan ke dalam air, ada tiga kemungkinan posisi benda tersebut di dalam air. Benda tersebut dapat terapung, tenggelam atau melayang.
a. Terapung, jika sebagian benda di atas permukaan air dan sebagaian lagi di bawah permukaan air.
b. Tenggelam, jika seluruh bagian benda berada di dalam air dan menyentuh dasar wadah.
c. Melayang, jika seluruh bagian benda berada di dalam air. Namun, tidak ada bagian benda yang menyentuh dasar wadah.
E. Penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran IPA pokok Bahasan
Gaya
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA menurut kurikulum (2004) berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari
menentukan “apa yang akan dipelajari” ke bagaimana menyediakan
melalui serangkaian kegiatan mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif denagn teman, lingkingan dan nara sumber lain.
Dalam pembelajaran IPA dengan penerapan Contextual Teaching
and Learning (CTL) pemilihan strategi pembelajaran lebih
memberdayakan siswa Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat diterapkan di kelas yang jumlah siswanya banyak. Dalam penerapannya tidak perlu mengubah kurikulum. Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diterapkan tujuh komponen melalui
tahap-tahap berikut ini:
1.Tahap Invitasi, pada tahap ini siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas.
2. Tahap Eksplorasi, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan data, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru.