Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena masalah yang dibawa oleh oleh peneliti sudah jelas. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014, hlm 53). Setiap peneltian selalu berangkat dari masalah, atau dari potensi. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, dan ditunjukkan dengan data yang valid.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek penelitian tunggal (Single Subject Research). Metode eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu untuk mengetahui apakah metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan pengucapan kosakata Bahasa Indonesia pada anak tuna rungu.
Design penelitian menggunakan design A-B-A. Design A-B-A merupakan penelitian yang pengolahan datanya dipergunakan untuk penyelidikan perubahan perilaku, dalam hal ini adalah efektivitas penerapaan Metode multisensori untuk meningkatkan kemampuan pengucapan kosakata Bahasa Indonesia pada anak tunarungu.
B. Subjek dan Tempat Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak dengan hambatan pendengaran.
Nama : RM Jenis Kelamin : laki-laki Umur : 11 tahun
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RM mengalami ketunurungan sejak lahir dan belum pernah mendapatkan layanan serta pendidikan yang khusus sehingga kemampuan berbahasanya sangat kurang bahkan tidak jelas.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah peserta didik RM yang terletak di kampung Jamantri II Desa Sabajaya Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang.
C. Variabel Penelitian
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981) dalam Sugiyono (2014, hlm.63). Sedangkan menurut Sunanto dkk. (2006, hlm.12) secara konseptual, variabel merupakan suatu konsep yang memiliki keragaman nilai. Sementara konsep merupakan gambaran abstrak tentang suatu fenomena atau benda. Misalnya jika kita menyebut istilah, badan, kendaraan, rumah, pendidikan dan lain-lain. Badan, kendaraan, rumah, dan pendidikan tersebut merupakan sebuah konsep karena istilah-istilah tersebut menggambarkan sesuatu namun belum mengandung keragaman nilai atau ukuran tertentu. Sebaliknya istilah seperti, tinggi badan, berat badan, jenis kendaraan, tingkat pendidikan di dalamnya telah terkandung keragaman ukuran atau nilai tertentu oleh karena itu dapat disebut variabel.
1. Definisi Konsep Variabel
a. Metode Multisensori
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode multisensori yang dikembangkan oleh Grace Fernald merupakan sebuah metode membaca remedial – kinestetik yang dirancang untuk mengajari individu dengan kesulitan membaca yang ekstrim. Namun semua orang dengan inteligensi normal pun diterima dalam program ini dan dalam beberapa kasus mereka belajar membaca selama beberapa bulan hingga 2 tahun Myers dalam Sessiani (2007, hlm. 42). Fernald membagi programnya dalam 4 tingkatan dalam jangka waktu yang panjang, dengan evaluasi yang terus – menerus dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak sampai suatu tingkat yang setaraf dengan tingkat intelektual dan tingkat pendidikan yang diinginkan. Adapun gambaran singkat pelaksanaan program remedial multisensoris adalah sebagai berikut. (Sessiani, 2007, hlm. 42)
b. Kosakata
Kosakata dasar (basic vocabulary) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain Tarigan (2011, hlm.3). Menurut Tarigan (2011, hlm. 3) kosakata dasar terdiri atas:
a) Istilah kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu mertua.
b) Nama-nama bagian tubuh;misalnya: kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah, napas.
c) Kata ganti (diri, penunjuk);misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana.
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e) Kata kerja pokok;misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, menangkap, lari.
f) Kata keadaan pokok;misalnya: suka, duka senang susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat lambat, besar, kecil, banyak, sedikit terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, mati.
g) Benda-benda universal;misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan. (Tarigan, 1983, hlm.9-10).
Mempelajari sebuah kata baru dengan sendirinya membawa efek ekplosif, mengakibatkan pengaruh luas dalam kehidupan. Mari kita ambil contoh dari kehidupan sehari-hari, yaitu kata kebersihan. Mula-mula mempelajari kata itu kita mencari serta memahami apa maknanya. Kemudian kita praktikkan dalam kehidupan pribadi kita. Selanjutnya kita pun apalagi seorang guru ingin menjelaskan makna kata itu kepada orang lain atau anak didik kita serta mengharapkan agar mereka pun mempraktikkan “kebersihan” itu dalam kehidupan sehari-hari. Apabila hal itu dilakukan, praktis kehidupan mereka turut berubah pula.
Mempelajari kata-kata baru merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan pemerolehan perhatian dan kepentingan ganda. Kata-kata baru dalam perbendaharaan responsi seseorang cenderung bertambah dan meningkat, intrusif atau menggangu, propulsif atau mendorong; dan hal ini mendorong sang pemilik untuk mencari serta mendapatkan penerapan-penerapan atau aplikasi-aplikasi baru. Apabila kata-kata itu berubah, maka kita pun berubah pula Tarigan (Dale[et al];1971, hlm.9).
2. Definisi Operasional
a. Variabel Bebas
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan istilah intervensi atau perlakuan, penggunaan metode multisensori merupakan intervensi dalam penelitian ini. Metode multisensory pada penelitian ini mencakup tiga aspek indera/sensori yaitu, visual, kinestetik, dan taktil. Metode multisensori suatu cara yang teratur yang digunakan untuk membantu anak mencapai peningkatan pemungsian semua indra/sensori (seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, kinestetik dan pengecapan) dari anak secara stimultan.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas Sunanto dkk. (2006, hlm.12). Variabel dalam penelitian dengan subyek tunggal dikenal dengan nama perilaku sasaran atau target behavior. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat yaitu kemampuan pengucapan kosakata Bahasa Indonesia. Kriteria kemampuan dalam penelitian ini dapat diukur dari kemampuan kejelasan anak dalam mengucapkan kata meja dan baju.
Adapun satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan persentase, yaitu dengan menggunakan setiap langkah kemampuan dan dibagi dengan keseluruhan jumlah langkah peristiwa kemudian dikalikan 100%.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2014, hlm.148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukurfenomena alam ataupun sosialyang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Sedangkan menurut Arikunto (2002, hlm.136) Instrumen penelitian adalah “alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.”
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto 2002, hlm.136).
a. alat ukur
Alat Ukur yang dipakai sebagai tes atau latihan dalam penelitian ini yaitu dengan mengukur Efektivitas Penerapan Metode multisensori untuk Meningkatkan Kemampuan Pengucapan Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Tunarungu . Kemudian setelah data terkumpul akan dihitung dengan menggunakan rumus persentase.
b. persyaratan validitas
Sebuah penelitian diharapkan memiliki hasil yang valid, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka sebuah instrumen yang digunakan pun harus valid. “Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiyono, 2013, hlm.173).
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian validitas isi. Dimana pengujian validitas ini dengan membandingkan program yang ada dan konsultasi dari para ahli (experts judgement).
Berikut adalah penilaian ahli yang menilai kelayakan instrumen yang dibuat oleh peneliti:
No Nama Jabatan
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 K Guru SLBN Trituna Subang
3 M.R Guru SLBN 1 Subang
Tabel 3.1
Daftar para ahli untuk expert judgement Instrumen
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14 C C C 3
Berdasarkan hasil perhitungan aspek yang dinilai pada penelitian ini mengahasilkan persentase 100% hal ini menandakan bahwa instrumen dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian terlampir.
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti adalah :
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi awal b. Mengurus surat izin penelitian
c. Melakukan diskusi dengan pihak keluarga mengenai waktu pelaksanaan penelitian
d. Menyusun instrumen yang akan digunakan untuk penelitian e. Membuat media yang akan digunakan untuk penelitian f. Uji coba instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan di rumah peserta didik yang bertempat dikampung Jamantri desa Sabajaya kecamatan Titajaya kabupaten Karawang, dengan sampel yang terdiri dari satu orang anak tunarungu. Adapun prosedur penelitiannya sebagai berikut :
a. Menyusun instrumen kemampuan pengucapan anak tunarungu b. Melakukan baseline-1 (A).
c. Memberi latihan/intervensi kemampuan pengucapan kosakata Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode multisensori pada anak tunarungu (B).
d. Melakukan baseline-2 (A).
3. Tahap Akhir
Melaksanakan analisis data penelitian dan membuat kesimpulan dari hasil penelitian, untuk kemudian memberikan rekomendasi
F. Teknik Pengumpulan Data
Yunia Sri Hartanti, 2015
PENERAPAN METODE MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUCAPAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan dasar utama pengukuran dalam penelitian dengan kasus tunggal di bidang modifikasi perilaku. Penelitian ini menggunakan pola desain ABA yaitu, baseline-1 (A), intervensi (B), dan baseline-2 (A).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum penarikan kesimpulan. Dalam penelitian eksperimen, analisis data pada umumnya menggunakan teknik statistik inferensial sedangkan pada penelitian eksperimen dengan subyek tunggal menggunakan statistik deskriptif yang sederhana. Analisis data pada penelitian subyek tunggal terfokus pada data individu dari pada data kelompok. Meskipun demikian data kelompok kadang-kadang juga digunakan. (Sunanto dkk, 2006, hlm.65).