• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spermatogenesis Mencit (Mus musculus, L.) Pasca Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa, L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Spermatogenesis Mencit (Mus musculus, L.) Pasca Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa, L.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Spermatogenesis Mencit (Mus musculus, L.) Pasca Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa, L.) 919

Spermatogenesis Mencit (

Mus musculus,

L

.

) Pasca Pemberian Ekstrak

Brotowali (

Tinospora crispa,

L.)

Wa Ode Harlis1*) Andi Septiana2) Arjuni3)

(1 , 3)

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari

(2)

Program Studi Bioteknologi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari

Corresponding Email1* : waodeharlis@gmail.com

Diterima : 12 Maret 2019 – Disetujui : 01 September 2019

© 2019 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari

ABSTRAK

Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa yang tergolong dalam kelompok antifertilitas diantaranya golongan glikosida, alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Kelompok senyawa tersebut dapat memberikan efek sitotoksik pada reproduksi jantan dengan mengganggu metabolisme sel germinal dan sel spermatogenik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui spermatogenesis mencit pasca diberikan ekstrak brotowali. Sebanyak 20 ekor mencit jantan berat 30-40 gr, berumur 2-3 bulan dibagi 5 kelompok perlakuan yaitu; K1 kontrol positif (aquades), K2 kontrol negatif (Na

CMC 0,5% ), K3 (0,05 g/g bb), K4 (0,06 g/g bb), dan K5 (0,07 g/g bb) ekstrak brotowali.

Ekstrak diberikan secara oral setiap hari selama 34 hari. Pada hari ke-35 mencit dikorbankan dengan kloroform selanjutnya pengambilan organ testis untuk dibuat preparat mikroanatomi. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji BNT (α=0,05%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tumbuhan brotowali secara signifikan mengganggu proses spermatogenesis mencit dengan menurunkan jumlah sel spermatogonium, spermatosit primer, sel spermatid dan kepadatan spermatozoa. Penurunan jumlah sel-sel spermatogenik dalam penelitian ini terbanyak pada perlakuan K5 untuk semua kelompok,

dengan jumlah spermatogonium (28,5), dengan jumlah spermatosit primer (33,3), dengan jumlah spermatid (69,4) dan kepadatan spermatozoa (1,19).

Kata kunci : Ekstrak, Tinospora crispa, L., Spermatogenesis, Mencit

ABSTRACT

Brotowali (Tinospora crispa, L.) is a plant that contains compounds belonging to the antifertility group including glycosides, alkaloids, flavonoids, saponins and tannins. This group of compounds can provide cytotoxic effects on male reproduction by disrupting germinal cell metabolism and spermatogenic cellsThe aim of this study was to know the effect of extracts Tinospora crispa, L. on spermatogenesis of mice (Mus musculus, L.). The male mice were used 20 with weight 30-40 g, aged 2-3 months, and were treated in 5 groups i.e. K1 : positive control (aquadest), K2 : negative control (Na CMC 0.5%), K3 (0.05

g/g bb), K4 : (0.06 g/g bb), and K5 (0.07 g/g bb) extracts of brotowali. The extracts were given

orally during 34 day. At the 35th the weight of mice werw counted and then sacrificed with chloroform, and the testis were collected to make microanatomy. The data were analyzed with ANOVA (Analysis of Varience) and t-Test (α = 0,05%). The results showed that the

treatments with brotowali extracts obstructed spermatogenesis process and reduced the amount of spermatogonium cells, primary spermatocyt, spermatide cells and density of spermatozoa with increasing dosage of brotowali extracts. The decreasing of spermatogenic cells were observed in dosage of K5 with spermatogonium cells (28,5), the amount primary

spermatocyte (33,3), the amount of spermatide (69,4) and the density of spermatozoa (1,19).

Key word: Extracts, Tinospora crispa, L., Spermatogenesis, Mice

Harlis, W.O., et. al., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 6 (1), Hal : 919-926, Mei, 2019

(2)

PENDAHULUAN

Tumbuhan Brotowali (Tinospora

crispa, L.) diketahui mengandung

senyawa yang tergolong dalam

kelompok antifertilitas diantaranya

golongan glikosida, alkaloid, flavonoid,

saponin dan tanin (Widiana dan

Sumarmin, 2015). Kelompok senyawa-senyawa tersebut dapat memberikan efek sitotoksik pada reproduksi jantan dengan mengganggu metabolisme sel

germinal dan sel spermatogenik

(Purwoistri, 2010).

Tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder berupa

alkaloid dapat mempengaruhi

spermatogenesis, senyawa tersebut

dapat menekan sekresi hormon

reproduksi yang diperlukan untuk

spermatogenesis. Alkaloid juga dapat mengganggu permeabilitas membran

sel Leydig sebagai penghasil

testosteron. Senyawa flavonoid mampu menghambat enzim aromatase dan mampu mempengaruhi kerja hormon gonadotropin sehingga mengganggu spermatogenesis (Winarno, 1987 dalam

Supriati, dkk., 2011). Senyawa saponin

bersifat sitotoksik yang dapat

menyebabkan penurunan jumlah sel spermatogenik (Nurliani, dkk., 2005).

Tanin dapat menyebabkan

penggumpalan sperma dan menurunkan motilitas daya hidup sperma, sehingga sperma tidak dapat mencapai sel telur

dan pembuahan dapat tercegah

(Susetyarini, 2003).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya yaitu Widiana dan Sumarmin (2015), melaporkan bahwa

brotowali (Tinospora crispa, L.)

berpotensi sebagai bahan kontrasepsi alami pada hewan betina dengan komponen utamanya senyawa alkaloid yang memiliki sifat antiproliferatif

terhadap sel-sel reproduktif.

Antiproliferatif dapat mempengaruhi

karakter morfologi dari ovarium sebagai tempat keberadaan sel-sel reproduktif.

Penelitian Sari dkk., (2012)

menggunakan ekstrak tumbuhan

brotowali pada reproduksi mencit betina mengunakan dosis 0.05 g/g bb, 0.06 g/g bb dan 0.07 g/g bb mencit, diketahui bahwa ekstrak brotowali secara nyata

dapat mengakitbatkan gangguan

terhadap jumlah corpus luteum, jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati, dan embrio resorpsi. Hal ini sejalan dengan

penelitian Syari (2012) yang

menyatakan bahwa pemberian ekstrak brotowali berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah folikel de graff,

corpus luteum dan folikel atresia.

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan

penelitian ini meliputi Mencit (Mus

musculus L,) Jahe putih (Zingiber

officinale Var. Amarum), klorofom, NaCl

0,9%, aquades, pakan mencit, tisu, kertas label, air pam dan serbuk gergaji. Alat-alat yangdigunakanpada penelitian ini meliputi baskom, timbangan ohaus, timbangan analitik, gelas ukur, spatula, pipet tetes, spoit oral, mikroskop cahaya, alat bedah, cawan petri, kaca objek, kaca penutup, rotari, kamera dan epaporator.

Prosedur Penelitian 1. Persiapan Hewan Uji

Mencit (Mus musculus L.)

diaklimasi selama satu minggu. Selama aklimasi dan perlakuan, mencit diberi pakan dan minum secara ad libitum

serta dipuasakan 1 hari sebelum

mendapat perlakuan agar kondisi

fisiologis sama. Selanjutnya mencit ditimbang dan diberi label sesuai

(3)

dalam penelitian ini adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan rata-rata 30-40 gr.

2. Pembuatan Ekstrak

Tumbuhan brotowali

dikeringkan setelah kering diblender lalu ditimbang 100 g direndam dalam

etanol 70%sebanyak 500 ml,

didiamkan selama 48 jam,

selanjutnya disaring dan diuapkan dengan rotari evaporator hingga tidak ada etanol yang menetes lagi dan

diperoleh ekstrak pekat, dalam

bentuk padat (Ma’mun dkk., 2006). 3. Perlakuan

Dosis tumbuhan brotowali

yang digunakan yaitu 0.05 g/bb mencit, 0.06 g/bb mencit dan 0.07

g/bb mencit Pemberian ekstrak

dengan menggunakan jarum gavage

secara oral setiap paginya pukul 08.00 dengan dosis volume 0,5 ml/bb mencit. Sedangkan kontrol hanya diberi CMC 0,5% dan aquades selama 34 hari.. Pada hari ke 35,

mencit dibius dengan kloroform

hingga mati kemudian dibedah dan diambil organ testisnya untuk dibuat

preparat mikroanatomi (Sutiani,

2008).

4. Pembuatan Preparat Histologi Preparat histologi organ testis dibuat dengan metode parafin

5. Pengamatan

Pengamatan jumlah sel

spermatogenik dilakukan dalam

tubulus seminiferus yang disayat

melintang dan diambil secara acak. Parameter yang diamati meliputi jumlah sel-sel spermatogenik yang normal yaitu sel spermatogonium,

spermatosit primer, spermatid.

Kemudian diamati dibawah

mikroskop dengan perbesaran 400

kali Kusumaningrum (2008) dalam

Purwoistri (2010). 6. Analisis Data

Penelitian menggunakan

metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dianalisis dengan Analysis of

Variance (ANOVA, α = 0,05). Apabila

terdapat pengaruh, maka akan

dilanjutkan dengan uji Duncan

dengan tingkat kepercayaan 95% . 7. Penyajian Data

Data yang dikumpulkan bersifat kuantintatif.Data kuantitatif meliputi persentase fetus hidup, persentase fetus mati, berat badan induk dan berat badan fetus disajikan dalam bentuk tabel dan histogram.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jumlah Sel Spermatogonium

Berdasarkan hasil analisis

statistik dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf kepercayaan 95% tentang

pengaruh ekstrak tumbuhan

brotowali terhadap jumlah sel

spermatogonium di dalam

penampang tubulus seminiferus

menunjukkan ada perbedaan nyata yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (P˂0,05), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram 1 berikut:

Gambar 1. Histogram perbandingan

sel spermatogonium antara perlakuan pemberian ekstrak tumbuhan brotowali.

0 10 20 30 40 50 60 Kontrol Plasebo 0,05 0,06 0,07 Sperm at ogonium 56,6 55,3 40,3 32,7 28,5

Dosis Per lakuan

a

b

(4)

Penurunan jumlah sel spermatogonium pada penampang

tubulus seminiferus pada testis

mencit dikarenakan adanya senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan brotowali zat aktif tersebut yaitu golongan glikosida, alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan brotowali yang diduga bersifat antifertilitas, yang berefek

sitotoksi antiandrogen dan

estrogenik (Widiana dan Sumarmin, 2015). Senyawa tersebut dapat

menurunkan konsentrasi hormon

FSH, LH dan testosteron sehingga mampu menurunkan jumlah sel spermatogonium, karena senyawa antifertilitas pada prinsipnya bekerja dengan 2 cara yaitu melalui efek sitotoksik atau sitostatik dan melalui

efek hormonal dengan cara

menghambat laju metabolisme sel

spermatogenik dengan cara

mengangu keseimbangan sistem hormon. Hal ini sejalan dengan penelitian Satriyasa, (2005) dalam

Hasanah (2009), menyatakan

bahwa penurunan jumlah sel

spermatogonium disebabkan karena terhambatnya hormon FSH, LH dan testosteron.

2. Jumlah Sel Spermatosit Primer Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf kepercayaan 95% tentang

pengaruh ekstrak tumbuhan

brotowali terhadap jumlah sel

spermatosit primer di dalam

penampang tubulus seminiferus

menunjukkan ada perbedaan nyata yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

(P˂0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh nyata dari pemberian dosis ekstrak tumbuhan brotowali terhadap penurunan jumlah sel

spermatosit primer, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat histogram 2 berikut:

Gambar 2. Histogram perbandingan

sel spermatosit primer antara perlakuan pemberian ekstrak tumbuhan brotowali.

Spermatosit primer merupakan sel yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari sel spermatogenik yang lainnya (Hayati, 2010 dalam

Rahmawati, 2015). Hasil penelitian diketahui bahwa, seperti halnya pada jumlah sel spermatogonium, penurunan jumlah sel spermatosit primer disebabkan oleh senyawa aktif yang terkandung di dalam

tumbuhan brotowali sehingga

menurunkan konsentrasi hormon

testosteron dan FSH. Hal ini sejalan dengan penelitian Bartlett (1989)

dalam Sukmaningsih (2009)

menyatakan bahwa perkembangan sel spermatogenik dipengaruhi oleh hormon testosteron dan FSH.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Kontrol Plasebo 0,05 0,06 0,07 Spermatosit Primer 71,2 69 63,6 53,2 33,3 Dosis Perlakuan

a

a

b

c

d

(5)

Hormon FSH menstimulasi

terjadinya spermatogenesis dan

testosteron dalam konsentrasi

intratestikuler yang tinggi akan menjaga proses ini, berdasarkan histogram 6 dapat dilihat bahwa

terjadi penurunan jumlah sel

spermatosit primer setelah diberi

ekstrak tumbuhan brotowali

dibandingkan dengan kelompok

kontrol dan jumlah sel spermatosit primer semakin berkurang dengan

bertambahnya dosis ekstrak

tumbuhan brotowali yang diberikan.

Hal ini disebabkan karena

menurunnya konsentrasi hormon

testosteron dan FSH. Berdasarkan penelitian (Soehadi, 1979) dalam

Harlis, (2008) menyatakan bahwa,

penurunan kadar testosteron

menyebabkan penurunan jumlah sel spermatosit karena telah terjadi

penghambatan pembentukan sel

spermatosit dalam tubulus

seminiferus testis pada meiosis.

Testosteron berperan dalam

pembentukan profase meiosis I tahap diakinesis dan mencegah degenerasi spermatosit.

Selain pengaruh konsentrasi hormon yang menurun, spermatosit primer juga dapat dipengaruhi oleh pengaruh luar seperti golongan glikosida alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin yang dapat bersifat racun,

sehingga mudah mengalami

mengalami kerusakan. Hal ini

sejalan dengan penelitian Everitt dan

Johnson (1990) dalam

Sukmaningsih (2009) menyatakan bahwa spermatosit sangat sensitif

terhadap pengaruh luar dan

cenderung mengalami kerusakan setelah profase meiosis pertama khususnya pada tahap terjadinya pindah silang antara kromosom yang

homolog, pada tahap ini, inti serta sitoplasma tumbuh menjadi sel terbesar di antara lapisan sel

spermatogenik. Bila spermatosit

mengalami kerusakan maka akan

mengalami degenerasi dan

difagositosis oleh sel sertoli

sehingga jumlah spermatosit

menjadi berkurang. 3. Jumlah Sel Spermatid

Berdasarkan hasil analisis

statistik dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf kepercayaan 95% tentang

pengaruh ekstrak tumbuhan

brotowali terhadap jumlah sel

spermatid di dalam penampang

tubulus seminiferus menunjukkan

ada perbedaan nyata yang signifikan

antara kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan (P˂0,05), untuk lebih jelasnya dapat dilihat histogram 3 berikut:

Gambar 3. Histogram perbandingan

sel spermatid antara

perlakuan pemberian ekstrak tumbuhan brotowali. 0 20 40 60 80 100 120 140 Kontrol Plasebo 0,05 0,06 0,07 Spermatid 137 134 122 95,1 69,4 Dosis Perlakuan

a

a

b

c

(6)

Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok perlakuan terjadi penurunan jumlah sel spermatid

dalam tiap penampang tubulus

seminiferous mencit, hal ini

kemungkinan disebabkan karena menurunnya jumlah sel spermatosit yang mengalami meiosis kedua menjadi spermatid. Jika penurunan

terus terjadi maka akan

mengakibatkan penghambatan pada tahapan-tahapan berikutnya. Hal ini sejalan denagn penelitian Everitt, (1990) dalam Apriliani dkk., (2013) yang menyatakan, penurunan jumlah spermatosit menyebabkan jumlah spermatid juga menurun, karena spermatosit yang mengalami meiosis kedua menjadi spermatid menurun.

Gambaran histologi testis

jumlah sel-sel spermatogenik

kelompok kontrol menunjukan

gambaran yang normal dengan susunan sel rapat. Perkembangan sel-sel spermatogenik mulai dari

membran basalis ke arah lumen yaitu spermatogonium, spermatosit dan spermatid. Lumen tampak terisi penuh oleh spermatozoa baik yang masih menempel pada sel sertoli

maupun yang telah mengalami

spermiogenesis, sedangkan

kelompok yang diberikan ekstrak

tumbuhan brotowali menunjukan

bahwa terjadi penurunan jumlah

sel-sel spermatogenik tampak sel

spermatogonium jelas berderet di membran basalis, namun dengan susunan antar sel yang tampak renggang, dengan ketebalan yang lebih kecil dibandingkan kelompok

kontrol. Lumen tubulus tampak

membesar, dengan tidak terdapat spermatozoa di dalamnya. Hal ini menunjukkan telah terjadi gangguan pada spermatogenesis. Berdasarkan penjelasan di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4:

Gambar 4. Irisan melintang testis mencit setelah pemberian ekstrak tumbuhan brotowali.

K1 K2 K4 K5 K3 c e d b a f a b c d e f f b e a d c f b c e a d a b c d e f Keterangan : Pewarnaan : Hematoxylin-Eosin-Y Pemberian : 400x a) Membran basalis b) Lumen c) Spermatogonium d) Spermatosit primer e) Spermatid f) Sel sertoli 37

(7)

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak tumbuhan brotowali secara signifikan mengganggu proses spermatogenesis mencit dengan menurunkan jumlah sel spermatogonium, sel spematosit primer,

sel spermatid dan kepadatan

spermatozoa seiring dengan

meningkatnya dosis yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA

Apriliani. M., Nurcahyani, N., dan

Busman, H., 2013, Efek

Pemaparan Kebisingan Terhadap Jumlah Sel-Sel Spermatogenik

dan Diameter Tubulus

Seminiferus Mencit (Mus

musculus, L.), Lembaga

Penelitian Universitas Lampung. Lampung.

Harlis W.O., 2008. Kadar testosteron, Spermatogenesis, dan Morfologi Spermatozoa Epididimis Tikus

(Ratus novervegicus, L.) Setelah

Diperlakukan Estrak Meniran

(Phyllanthus niruri, L.). Tesis.

Sekolah Pascasarjana, UGM. Yogyakarta.

Hasanah, W.I., 2009, Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica)

terhadap Spermatogenesis

Mencit (Mus Musculus, L.),

Skripsi, Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim,

Malang.

Kapsul, 2007, Kadar Testosteron Tikus Putih (Rattus norvegicu, L) Setelah Mengkonsumsi Buah Ma’mun, S., Suhirman, F., Manoi, B.S.,

Sembiring, Tritianingsih, M.,

Sukmasari, A., Gani, Tjitjah F., dan Kustiwa, 2006, Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak

Purwoceng, Laporan

Pelaksanaan Penelitian

Tumbuhan Obat dan Aromatik.

Purwoistri, R.F., 2010, Pengaruh

Ekstrak Biji Pepaya (Carica

papaya, L.) terhadap

Spermatogenesis dan Tebal

Epitel Tubulus Seminiferus Testis

Mencit (Mus musculus, L.)

Jantan, Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang. Rahmawati, I., 2015, Perbedaan Jumlah

Sel-Sel Spermatosit Primer dan Spermatid Setelah Pemberian Nikotin Antara 2 Minggu dan 3

Minggu pada Mencit (Mus

musculus, L.), Jurnal Indonesia,

5(2) : 1-9

Sari, F.M., Widiana, R., dan Sumarmin,

R., 2012, Pengaruh Ekstrak

Brotowali (Tinospora crispa, L.)

terhadap Penampilan Reproduksi

Mencit (Mus musculus, L. Swiss

Webster) Betina, Universitas

Negeri Padang, Padang.

Sukmaningsih, 2009, Penurunan Jumlah

Spermatosit Pakiten dan

Spermatid Tubulus Seminiferus

Testis pada Mencit (Mus

musculus, L.) yang Dipaparkan

Asap Rokok, Jurnal Biologi, XIII (2) : 31 - 35

Susetyarini, E., 2003, Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas terhadap Kadar Testoteron Tikus Putih

(Ratus norwegicus) Jantan, Tesis

Tidak Diterbitkan, Malang:

Jurusan F. MIPA-Biologi

Universitas Muhammadiyah

Malang.

Sutiani Y., 2008, Pengaruh Pemberian

Sari Buah Paria (Momordica

(8)

Implantasi Awal, Skripsi,

Universitas Halu Oleo, Kendari. Syari, N.T., 2012, Pengaruh Pemberian

Ekstrak Brotowali (Tinospora

crispa, L.) terhadap

Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus,

L.), Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Widiana, R., dan Sumarmin, R., 2015,

Pengaruh Ekstrak Brotowali

(Tinospora crispa, L.) terhadap

Siklus Reproduksi dan Karakter

Morfologi Ovarium Mencit (Mus

Musculus, L. Swiss Webster),

Universitas Negeri Padang,

Padang.

Widianingsih, W., Widyarini, Y.,

Agustina, A., dan Sofia, V.v.,

2009, Efek Antipiretik dari

Fraksinasi Ekstrak Etanol Batang

Brotowali (Tinospora crispa, L.)

pada Tikus Putih Jantan Galur

Wistar, Jurnal Farmasi, 8 (1) :

Gambar

Gambar  1.  Histogram  perbandingan
Gambar 2. Histogram perbandingan
Gambar  3.  Histogram  perbandingan
Gambar 4. Irisan melintang testis mencit setelah pemberian ekstrak tumbuhan brotowali

Referensi

Dokumen terkait

Stasiun luar angkasa Death Star dilindungi sangat ketat. and carries a firepower greater than half the fleet. dan membawa persenjataan yang jauh lebih besar dari

a) Sistem mengadaptasi pemikiran pakar dalam mendiagnosa penyakit leukimia yang dituangkan dalam suatu kaidah diagnosa. b) Sistem menganalisa masukan pengguna dengan

Secara kuantitas desa desa dikabupaten bondowoso hampir sebagain besar sudah memiliki dokumen perencanaan pembangunan (RPJMDesa dan RKPDesa) namun secara kualitas

Selama berada di Pendawa Kencana Multyfarm, mahasiswa mendapatkan satu kali pendidikan dan pelatihan, yaitu mengenai budidaya ikan dalam terpal dan tiga kali

(1) Jaminan Pemerintah dapat diberikan oleh menteri yang. menyelenggarakan urusan pemerintah di

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar pada peserta didik mata pelajaran matematika materi mengidentifikasi sifat bangun ruang

Holds a single character, such as A. Like any computer, Arduino stores it as a number, even though you see text.. NOTE: There are two major sets of characters available on computer

Banjar Nomor 70 Tahun 2011 tentang Tugas Belajar dan Tugas Belajar Khusus bagi Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten Banjar dan Peraturan Bupati Banjar