• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik di Kelompok A Raudhatul Athfal Imam Syafi’i Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik di Kelompok A Raudhatul Athfal Imam Syafi’i Surabaya"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK

DI KELOMPOK A RAUDHATUL ATHFAL IMAM SYAFI’I SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

Alfi Jauharotus Sholihah NIM. D08215001

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Sholihah, Alfi Jauharotus. (2019). Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik di Kelompok A Raudlatul Athfal Imam Syafi’i Surabaya. Pembimbing: Irfan Tamwifi, M.Ag dan Dr. Imam Syafi’i, S.Ag, M.Pd., M.Pd.I

Kata Kunci : Mengurutkan bentuk geometri, Kegiatan meronce

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kegiatan meronce manik-manik dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bentuk geometri, yang dimana kegiatan mengurutkan bentuk geometri sebelumnya tidak menggunakan media atau hanya dengan mengerjakan lembar kerja siswa yang dinilai kurang efisien. Kegiatan mengurutkan bentuk geometri dengan meronce manik-manik dapat memberikan kesan menarik terhadap anak-anak karena mereka tidak merasa bosan dengan kegiatan tersebut dan mereka merasa senang. Peneliti menggunakan kegiatan meronce manik-manik untuk meningkatkan kemampuan mengurutkan bertujuan supaya anak menjadi lebih faham dan anak tidak bosan saat pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kurt Lewin. Penelitian ini terdiri dari pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III. Pada siklus I, siklus II dan siklus III terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, penilaian non tes serta dokumentasi berupa foto. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis deskripsi kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) kemampuan mengurutkan bentuk geometri melalui kegiatan meronce manik-manik di RA Imam Syafi’i Surabaya mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada hasil observasi aktivitas guru pada siklus I sebesar 67,64 (cukup), siklus II sebesar 86,76 (baik) dan pada siklus III meningkat menjadi sebesar 91,17 (sangat baik). Sedangkan hasil observasi aktivitas anak pada siklus I sebesar 64,70 (cukup), siklus II sebesar 85,29 (baik) dan pada siklus III meningkat menjadi 89,70 (sangat baik). Ini semua dikarenakan peneliti dan guru bisa memperhatikan setiap kemampuan yang terdapat pada diri setiap siswa, sehingga semua siswa mendapatkan pengajaran yang sama dengan berbagai bentuk teknik penugasan. 2) Adanya peningkatan kemampuan mengurutkan setelah diterapkannya kegiatan meronce manik-manik terlihat dari hasil ketuntasan belajar siswa dalam kemampuan mengurutkan berkembang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata menunjukkan hasil siklus I sebesar 50,47 (Mulai Berkembang), pada tahap siklus II sebesar 71,54 (Berkembang Sesuai Harapan) dan pada siklus III sebesar 85,26 (Berkembang Sesuai Harapan) dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMA MOTTO ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tindakan yang Dipilih ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Lingkup Penelitian ... 10

F. Signifikan Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Mengurutkan Bentuk Geometri ... 12

(8)

2. Fungsi Mengurutkan ... 14 3. Tujuan Mengurutkan ... 15 4. Prinsip Mengurutkan ... 15 5. Kelebihan Mengurutkan ... 16 6. Kekurangan Mengurutkan ... 17 7. Pengertian Geometri ... 17 8. Jenis-Jenis Geometri ... 18 B. Meronce ... 22

1. Pengertian Meronce Manik-Manik ... 22

2. Tujuan Meronce pada Anak ... 24

3. Jenis – Jenis Meronce ... 26

4. Manfaat Meronce untuk Anak ... 26

5. Tahapan Meronce ... 27

6. Prinsip Meronce... 28

7. Langkah-Langkah Kegiatan Meronce Manik-Manik ... 29

8. Indikator Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 35

C. Variabel yang Diselidiki ... 35

D. Rencana Tindakan ... 35

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 47

G. Indikator Kinerja... 51

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran RA Imam Syafi’i Surabaya ... 54

B. Hasil Penelitian ... 55

1. Pra Siklus ... 55

(9)

3. Tahap Siklus II ... 72

4. Tahap Siklus III ... 84

C. Pembahasan ... 95

1. Proses Pembelajaran dengan Kegiatan Meronce Manik-Manik ... 95

2. Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik ... 96

3. Perbandingan Hasil Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP ... 101 A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 102 DAFTAR PUSTAKA ... 104 RIWAYAT HIDUP ... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 107

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri ... 45

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Mengurutkan ... 45

Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Nilai Rata-Rata Kelas ... 48

Tabel 3.4 Persentase Ketuntasan Belajar ... 49

Tabel 3.5 Kategori Penilaian Hasil Observasi Pendidik dan Anak ... 50

Tabel 4.1 Data Guru RA Imam Syafi’i Surabaya ... 54

Tabel 4.2 Hasil Observasi Pra Siklus ... 57

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 66

Tabel 4.4 Hasil Observasi Anak Siklus I ... 67

Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Mengurutkan pada Siklus I ... 69

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 78

Tabel 4.7 Hasil Observasi Anak Siklus II ... 79

Tabel 4.8 Nilai Hasil Belajar Kemampuan Mengurutkan Siklus II ... 81

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III ... 89

Tabel 4.10 Hasil Observasi Anak Siklus III... 91

Tabel 4.11 Nilai Hasil Belajar Kemampuan Mengurutkan Siklus III ... 92

Tabel 4.12 Hasil Penelitian Aktivitas Guru dan Anak ... 100

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Macam-Macam Bentuk Geometri ... 20 Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin ... 34

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Anak ... 98 Diagram 4.2 Perbandingan Peningkatan Hasil Kemampuan Mengurutkan ... 99

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3 : Surat Tugas

Lampiran 4 : Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 : Lembar Validasi RPPH dan Media Lampiran 6 : RPPH Siklus I

Lampiran 7 : RPPH Siklus II Lampiran 8 : RPPH Siklus III

Lampiran 9 : Transkip Wawancara Sebelum dan Sesudah PTK Lampiran 10: Dokumentasi

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar bentuk geometri sejak usia dini memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan kognitif. Dalam belajar bentuk geometri untuk anak masih sederhana, dimulai dari mengidentifikasi bentuk, membedakan bentuk dan menyelidiki bangunan, misalnya lingkaran, segiempat dan segitiga. Melalui belajar mengurutkan bentuk geometri anak akan memahami tentang bangun dan struktur geometri serta menganalisis karakteristik dan hubungan dalam geometri. Kemampuan mengurutkan geometri pada anak usia dini dapat mengembangkan imajinasi anak, seperti bentuk segitiga disamakan dengan gambar gunung, bentuk kubus disamakan dengan kotak kardus dan masih banyak yang dapat disamakan.

Belajar mengurutkan bentuk geometri juga dapat mengenal bentuk-bentuk geometri, dapat membandingkan benda menurut ukuran dan dapat membuat bentuk dari kepingan geometri yang dapat disusun menjadi sebuah bentuk. Selain itu juga kemampuan mengurutkan bentuk geometri sangat penting dikembangkan sejak dini untuk mendapatkan kesiapan dalam mengikuti pembelajaran ditingkat yang lebih tinggi, terutama dalam penguasaan konsep matematika.1

1

(15)

2

Matematika pada anak usia dini merupakan ilmu untuk membantu memahami berbagai bilangan, bentuk, ruang, dan ukuran, sehingga anak memiliki ide dan pengetahuan yang sistematis. Matematika dalam Pendidikan Anak Usia Dini memuat 2 bidang, yaitu bilangan dan geometri. Kedua bidang tersebut penting sebagai persiapan sekolah dan penting dalam kehidupan sehari-hari.2

Dalam Al-Qur’an memberikan sebuah motivasi untuk mempelajari matematika dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana dalam Surah Yunus (10) ayat 5 berbunyi:

َ وُه

َ

يِ

لَّٱ

ذ

َ

َ ل ع ج

َ سۡم ذشلٱ

َ

َ وَٗءٓا ي ِض

َ ر م لۡلٱ

َ

َُه رذد ك وَاٗروُن

ۥَ

َْاوُم لۡع ِلَِ لِزا ن م

َ د د ع

َ يِنِّسلٱ

ََ و

َ با سِ

لۡٱ

ۡ

َ

َ ق ل خَا م

َُ ذللّٱ

َ

َِبَ

لَِّإَ مِلَٰ ذ

ذ

َ ِّق

لۡٱ

ۡ

َ

َ ُل ِّص فُي

َِتَٰ يلۡأٓٱ

َ

َ نوُم لۡع يَٖمۡو لِل

٥

َ

―Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.‖

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa Allah SWT memberikan dorongan untuk mempelajari ilmu perhitungan yaitu matematika. Oleh karena itu sejak dini dilatih untuk belajar matematika, sangat merugi jika kecemerlangan otak yang diberi oleh Allah SWT tidak diasah untuk mampu

2 Ifada Novikasari, ―Matematika dalam Program Pendidikan Anak Usia Dini‖, Jurnal Pendidikan

(16)

3

berhitung. Sungguh beruntung bagi seseorang yang suka ilmu hitung-menghitung.

Pembelajaran matematika sangat penting dipelajari oleh anak usia dini, karena matematika dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak dan sebagai persiapan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya. Apabila konten matematika yang diterapkan nampak menakutkan, maka pembelajarannya dapat didesain secara menarik dan menyenangkan. Dalam pengaplikasiannya perlu memperhatikan perkembangan kognitif anak.

Menurut Jean Piaget, anak-anak yang berusia 4 – 6 tahun dalam perkembangan kognitifnya pada tahap pra-operasional, pada umumnya dikenalkan matematika tentang konservasi, bilangan, mengurutkan, klasifikasi, jarak, pola, waktu dan pengukuran.3

Selain itu juga menurut pendapat Piaget, perkembangan kognitif anak usia dini yang berusia 4-5 tahun, cara berfikirnya berbeda dengan orang dewasa. Anak memiliki batasan kemampuan kognitif yaitu egosentris, sentrasi, fokus pada situasi dan bukan transformasi dan memiliki penalaran animisme. Dalam pemahaman mengurutkan (seriasi), anak sudah mampu mengurutkan sampai 5 baik berdasarkan bentuk, warna, paling tebal atau tipis serta urutan yang lain. Seriasi merupakan pengurutan objek-objek berdasarkan semakin besar atau semakin kecilnya. Mengurutkan merupakan suatu komponen matematika yang harus dikenalkan pada anak sejak kecil. Dalam mengenalkan ini tidak terlepas

3 Mirawati, ―Matematika Kreatif: Pembelajaran Matematika Bagi Anak Usia Dini Melalui

Kegiatan Yang Menyenangkan Dan Bermakna‖, Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 3, Nomor 3a, Tahun 2017, 3.

(17)

4

dari pengenalan konsep-konsep matematika yang lain, seperti mengenal bilangan, pola, geometri, klasifikasi dan lainnya.4

Berdasarkan hasil dari pengamatan di kelompok A RA Imam Syafi’i Surabaya mengenai kemampuan mengurutkan pola (bulan, bintang, matahari) belum sesuai harapan. Dari 17 anak jumlah nilai ketuntasan dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut 5 anak (29,42%) mampu mengurutkan pola dengan benar tanpa bantuan, dan 12 anak (70,58%) masih belum dapat mengurutkan bentuk dengan benar. Hal ini disebabkan, saat penyampaian materi pembelajaran mengurutkan pola (bulan, bintang dan matahari) belum melibatkan anak secara langsung sehingga anak kurang antusias dan pasif dalam pembelajaran. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru belum memaksimalkan penggunaan media yang menarik dalam pembelajaran mengurutkan pola. Guru hanya menggunakan lembar kerja dan alat tulis sehingga pengajaran tentang mengurutkan pola menjadi kurang bervariasi dan menarik minat anak. Penggunaan media yang kurang menarik ini dapat mempengaruhi motivasi dan minat belajar anak, sehingga hasil belajar anak belum sesuai harapan dan perlu untuk ditingkatkan. Selain itu, masalah lain yang ada di kelompok A adalah nilai mengenal bentuk geometri anak masih kurang, dari 17 anak ada 13 anak yang belum bisa mengenal bentuk geometri. Dan anak-anak belum bisa membedakan bentuk geometri, misalnya bentuk segitiga yang ditunjuk guru, tetapi anak-anak menjawab bentuk persegi ketika ditanya guru.

4

(18)

5

Untuk mengatasi masalah yang ada di kelompok A peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran dengan kegiatan meronce manik-manik untuk meningkatkan kemampuan mengurutkan pola. Peneliti memilih dengan manik-manik bentuk geometri karena anak akan lebih tertarik, sehingga anak menjadi senang dan antusias. Selain itu hasil dari roncean bisa dibuat kalung untuk anak.

Meronce merupakan kegiatan berkarya seni rupa yang dilakukan dengan cara merangkai manik-manik dengan benang. Kegiatan meronce untuk melatih koordinasi tangan dan mata anak, dengan tujuan untuk mempersiapkan anak menuju pendidikan tahap selanjutnya. Kelebihan kegiatan meronce adalah anak akan lebih kreatif dalam menggunakan tali dan mengenal warna, anak lebih sabar dan kreatif dalam menyelesaikan kegiatan meronce dan anak lebih kreatif mengenal macam-macam bentuk.5 Meronce disebut juga dengan suatu bentuk permainan edukatif yang sederhana, tetapi sangat merangsang kognitif anak dalam belajar dan bermain. Ketika meronce manik-manik, anak mampu melatih daya pikir, memahami dan melihat bagaimana benang dapat masuk ke lubang manik-manik. Kegiatan tersebut dapat mengasah kesabaran anak mencari pemecahan masalah dan dapat melatih koordinasi mata dan tangan anak.6

5 Dorce Banne Pabunga dan Mega Adjumeilati, ―Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui

Meronce Manik-Manik Pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kec. Moramo Kab. Konawe Selatan‖, Jurnal Smart PAUD, Vol 1, no 1, 2018, 49.

6 Luh Putu Widiastini, dkk, ―Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Media Bahan Alam

untuk Meningkatkan Kreativitas Meronce Anak Kelompok B di TK Nurul Mubin‖. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 1. Nomor 1. Tahun 2013.

(19)

6

Pola berpikir anak usia dini masih membutuhkan media konkrit sebagai sarana belajar. Anak belum mampu menangkap materi yang disampaikan secara abstrak, sehingga perlu objek nyata untuk membantu kegiatan belajar. Pembelajaran yang menyenangkan dapat memicu anak memusatkan perhatiannya secara penuh, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan sesuai harapan. Dengan demikian, penerapan kegiatan meronce dengan manik-manik dapat dijadikan untuk meningkatkan mengurutkan bentuk geometri.

Penelitian dengan menggunakan keterampilan meronce telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Olivia Octa Sari berjudul “Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce di TK B Tunas Bangsa Bukittinggi”. Berdasarkan penelitian pendekatan kuantitatif yang berbentuk Pre-Eksperimental yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh rata-rata hasil test pretest adalah 15,4 dan hasil posttest menunjukkan rata-rata nilai 21,8. Dengan demikian kegiatan meronce mengalami pengingkatan terhadap keterampilan motorik halus anak di TK B Tunas Bangsa Bukittinggi.7 Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sama-sama menggunakan keterampilan meronce. Adapun perbedaannya terletak pada masalah yang diangkat, penelitian sebelumnya masalah yang diangkat lebih difokuskan pada peningkatan keterampilan motorik halus, sedangkan penelitian sekarang lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan mengurutkan bentuk geometri.

7 Olivia Octa Sari, ―Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce

(20)

7

Penelitian sama yang dilakukan oleh Susri Sudaryani berjudul “Penerapan Teknik Meronce Untuk Mengembangkan Kreativitas Anak di Kelompok B1 Raudhatul Athfal Babul Jannah Kota Bengkulu”. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti, pada siklus I anak yang kreatif 60%, pada siklus II perkembangan kreativitas anak meningkat mencapai 80%, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan meronce dapat mengembangkan kreativitas anak di kelompok B1 Raudhatul Athfal Babul Jannah Kota Bengkulu.8

Relevansi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada kegiatan meronce, metode penelitian yang digunakan juga ada persamaan yaitu menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun perbedaannya terletak pada masalah yang diangkat, peneliti sebelumnya lebih fokus pada pengembangan kreativitas anak sedangkan masalah yang diangkat oleh peneliti sekarang lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan mengurutkan bentuk geometri.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Anik Tri Rahayu yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Bahan Alam Pada Anak Kelompok B TK PKK Selondo”. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti, pada siklus I hasilnya menyatakan bahwa 27% dari 26 anak memenuhi kriteria ketuntasan, sedangkan pada siklus II hasilnya meningkat menjadi 58%, dan pada siklus III sebanyak 88%, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran

8 Susri Sudaryani, ―Penerapan Teknik Meronce untuk Mengembangkan Kreativitas Anak di

Kelompok B1 Raudhatul Athfal Babul Jannah Kota Bengkulu‖, (Skripsi --Universitas Bengkulu, Bengkulu, 2014).

(21)

8

melalui kegiatan meronce bahan alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK PKK Selodono.9 Adapun perbedaannya terletak pada masalah yang diangkat, peneliti sebelumnya lebih fokus pada peningkatan kemampuan motorik halus sedangkan masalah yang diangkat oleh peneliti lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan mengurutkan pola. Perbedaan juga terletak pada media yang dironce, media yang digunakan penelitian sebelumnya dengan menggunakan bahan alam, sedangkan media yang digunakan peneliti adalah menggunakan manik-manik.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian untuk meningkatkan kemampuan anak yang berjudul ―Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik di Kelompok A pada Raudhatul Athfal Imam Syafi’i Surabaya‖.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran dengan kegiatan meronce manik-manik dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bentuk geometri pada kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya?

9 Anik Tri Rahayu, ―Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Bahan

Alam pada Anak Kelompok B TK PKK Selondo‖, Skripsi --Universitas Nusantara PGRI Kediri, Kediri, 2016).

(22)

9

2. Bagaimana peningkatan kemampuan mengurutkan bentuk geometri melalui kegiatan meronce manik-manik pada kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya?

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh peneliti pada anak kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya pada kemampuan mengurutkan bentuk geometri adalah dengan kegiatan meronce manik-manik. Dengan menggunakan kegiatan meronce manik-manik, kemampuan mengurutkan bentuk geometri akan meningkat dan berkembang sesuai dengan indikator, serta menjadikan anak lebih semangat dalam mengikuti proses kegiatan di dalam kelas. Maka peneliti mengajak anak belajar dengan langkah-langkah yang menarik, menyenangkan dan membangkitkan antusias anak.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan dengan menggunakan siklus PTK, yaitu setiap siklus dilakukan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflectif).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan meronce manik-manik dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bentuk geometri pada anak kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya.

(23)

10

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengurutkan bentuk geometri melalui kegiatan meronce manik-manik pada anak kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya.

E. Lingkup Penelitian

Agar hasil penelitian ini lebih mendalam dan permasalahan yang dikaji tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka penelitian membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah anak kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya dengan jumlah 17 anak.

2. Penelitian difokuskan pada pembelajaran mengurutkan bentuk geometri dengan kegiatan meronce manik-manik.

3. Penelitian ini difokuskan hanya pada masalah-masalah yang terkait dengan permasalahan diatas.

F. Signifikan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini ada dua yaitu teoretis maupun praktis: 1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan keilmuan, sumbangsih dan pemikiran bagi penelitian yang akan dilakukan mengenai peningkatan kemampuan mengurutkan bentuk geometri melalui kegiatan meronce manik-manik, sehingga dapat menambah masukan maupun referensi bagi penelitian selanjutnya.

(24)

11

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian tindakan kelas nantinya akan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak, yaitu:

a. Bagi peneliti

Memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian pendidikan khususnya mengenai meningkatkan kemampuan mengurutkan bentuk geometri melalui kegiatan meronce manik-manik.

b. Bagi guru

Dapat menambah pengalaman, wawasan, pengetahuan serta menambah referensi atau masukan dalam pembelajaran terutama untuk meningkatkan cara pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengurutkan bentuk geometri.

c. Bagi Orang Tua

Mampu memberikan informasi mengenai perkembangan kognitif anak dan kompetensi yang harus dimiliki oleh anak sesuai dengan usianya.

d. Bagi anak

Dapat memberikan daya tarik bagi anak, anak lebih termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar dan meningkatkan kemampuan mengurutkan bentuk geometri melaui kegiatan meronce manik-manik.

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Mengurutkan Bentuk Geometri

1. Pengertian Mengurutkan Bentuk Geometri

Istilah mengurutkan berasal dari kata ―urut‖, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesis diartikan sebagai teratur atau terstruktur.10 Adapun istilah mengurutkan diartikan sebagai kemampuan meletakkan benda urutan menurut aturan tertentu. Seperti contoh mengurutkan buku dari yang paling tebal ke yang paling kecil atau mengurutkan 5 buat kayu dari yang paling pendek ke yang paling panjang.11

Kegiatan mengurutkan disebut juga kegiatan ―seriasi‖. Seriasi adalah mengatur atau mengurutkan benda sesuai dengan perbedaannya. Dalam mengurutkan benda, anak mengembangkan cara berpikir tentang kelompok benda. Seriasi merupakan kerjasama berdasarkan perubahan bertahap dan sering digunakan dalam pengukuran.12

Menurut pendapat Richardson, mengurutkan adalah keterampilan yang dibutuhkan anak untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara objek yang satu dengan objek yang lain dan mengatur objek-objek sesuai dengan perbedaannya. Mengurutkan objek-objek bukan hanya mengatur

10 Google Terjemah, urut.

https://www.google.com/amp/s/m.artikata.com/arti-383384-mengurutkan.html, diakses tanggal 1 April 2019.

11

Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), 34.5.

12 Sujiono dan Nurani Yuliani, Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: Universitas Terbuka,

(26)

13

objek, tetapi mengaturnya sesuai dengan aturan, misalnya objek-objek diurutkan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi atau dari yang tipis sampai yang paling tebal, selain itu bisa dengan mengurutkan macam-macam bentuk objek. Misalnya kegiatan mengurutkan konsep-konsep seperti ―pertama‖, ―sebelah kanan‖, ―antara‖ atau yang terakhir.13

Menurut pendapat Reys dkk, keterampilan mengurutkan merupakan keterampilan menguraikan atau menemukan pola-pola matematika. Pola-pola matematika dapat didasarkan pada bentuk-bentuk geometri (bentuk atau sifat), atribut fisik (misalnya warna dan bilangan), hubungan antara berbagai atribut objek-objek (urutan atau fungsi) dan atribut efektif (senang atau tidak senang). Beberapa pola didasarkan pada kombinasi atribut, misalnya mengurutkan objek-objek menurut bentuk (persegi, segitiga, segilima) dan warna (merah, biru, kuning). Sebagai tambahan menemukan pola membutuhkan kegiatan fisik dan mental. Bagi anak-anak berkesulitan belajar, perpaduan kegiatan mental dan fisik sangat dianjurkan.14

Mengurutkan dalam pemahaman anak adalah mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran bentuk, pola ukuran warna dan menyusun obyek berdasarkan ukuran pendek dan panjang. Apabila anak mampu membuat seriasi maka anak tidak akan mengalami kesulitan untuk membuat seriasi lainnya. Seriasi juga merupakan kemampuan dasar anak untuk memahami

13 Tombokan Runtukahu & Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak

Berkesulitan Belajar (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 88.

14

(27)

14

lambang sama dengan tidak sama dan membandingkan bentuk dan ukuran.

Pada pembelajaran anak usia dini di Kelompok Bermain / Taman Kanak-Kanak, materi tentang bentuk sangat perlu diajarkan sejak dini. Materi yang diajarkan pada anak usia dini yaitu bentuk-bentuk geometri. Menurut Sherly Yoona, bentuk geometri adalah bentuk-bentuk yang terukur dan didefinisikan berdasarkan nama dan ciri. Misalnya persegi panjang, lingkaran, buju sangkar dan lain-lain.15

2. Fungsi Mengurutkan

Kegiatan seriasi memiliki peran penting dalam perkembangan anak, diantaranya:

a) Kemampuan kognitif

Mengurutkan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinatif dan kreatif.

b) Kemampuan motorik

Dengan mengurutkan anak belajar mengontrol gerakannya menjadi gerakan terkoordinasi. Saat melakukannya anak berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan.

c) Kemampuan bahasa

Ketika anak melakukannya dengan teman, mereka saling berkomunikasi dan secara tidak langsung anak belajar bahasa.

15

(28)

15

d) Kemampuan sosial

Saat mengerjakan anak berinteraksi dengan temannya, interaksi tersebut mengajarkan cara merespon, menerima, menolak, memberi atau setuju dengan ide dan perilaku anak lain.16

3. Tujuan Mengurutkan

Kegiatan seriasi atau mengurutkan memiliki tujuan agar anak mampu: a) Untuk berfikir sistematis dan logis sejak usia dini melalui

mengurutkan terhadap benda-benda konkrit, gambar atau angka yang ada disekitar anak.

b) Untuk menyesuaikan dan melibatkan diri dalam lingkungan sehari-hari, apabila memerlukan keterampilan mengurutkan.

c) Untuk memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

d) Untuk melakukan aktivitas melalui abstraksi dan apresiasi yang tinggi dan ketelitian.

e) Untuk berimajinasi dan berkreativitas dalam menciptakan sesuatu secara spontan.17

4. Prinsip Mengurutkan a) Produktivitas

Kegiatan mengurutkan dapat mengembangkan sikap produktif anak dan bersifat mendidik yang positif bagi anak.

16 Ibid., 92. 17

(29)

16

b) Aktivitas

Kegiatan mengurutkan mampu mengembangkan sikap aktif anak dan dapat diterapkan langsung pada anak.

c) Efektivitas dan Efisiensi

Prinsip ini menjadi tolak ukur, media yang digunakan bisa dari bahan-bahan yang tidak dipakai.

d) Kreativitas

Dengan kegiatan mengurutkan, diharapkan anak dapat merancang dan menimbulkan kepuasan pada anak, serta mampu menjadikan anak kreatif dalam melaksanakan kegiatan.

e) Mendidik dengan Menyenangkan

Kegiatan mengurutkan harus memperhatikan kemampuan anak, sehingga mampu menjadikan kegiatan yang positif dan menyenangkan bagi anak. Supaya anak tidak bosan dengan pembelajaran yang hanya menggunakan lembar kerja.18

5. Kelebihan Mengurutkan

Adapun kelebihan dari kegiatan mengurutkan, yaitu:

a) Merangsang perkembangan berfikir anak. Kegiatan mengurutkan membutuhkan pemecahan masalah, bagaimana anak melakukannya dengan baik dan benar.

18 Sri Matuti, ―Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mengurutkan Bilangan Melalui Metode

Bermain pada Siswa Kelas 1 di SD Inpres 1 Slametharjo‖, Jurnal Kreatif Tadulako, Volume 4, No 12, tahun 2012.

(30)

17

b) Merangsang perkembangan motorik anak. Karena dalam mengurutkan membutuhkan gerakan-gerakan.

c) Anak lebih semangat belajar karena kegiatan mengurutkan ini dilakukan dengan bermain.19

6. Kekurangan Mengurutkan

Adapun kekurangan dari kegiatan mengurutkan yaitu:

a) Membutuhkan biaya yang lebih, karena kegiatan mengurutkan ini membutuhkan alat atau media yang konkrit dan menarik supaya anak lebih bersemangat dalam belajar.

b) Sering terjadi saling berebut media, anak yang satu dengan yang lain. Apabila manik-manik nya kurang.20

7. Pengertian Geometri

Geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu ―geo‖ yang artinya bumi dan ―metro‖ yang berarti pengukuran. Jadi geometri adalah pengukuran tanah.21

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, geometri adalah cabang matematika yang menerangkan tentang sifat-sifat sudut, garis, ruang dan bidang. Geometri bukan hanya ilmu yang mengajarkan ruang dan bentuk,

19 Tombokan Runtukahu & Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak

Berkesulitan Belajar (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 91.

20 Ibid., 92.

21 JohnA. Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah (Jakarta: PT Gelora Akasara

(31)

18

akan tetapi mengajarkan sifat garis dan sudut.22 Menurut Clements, geometri adalah konsep dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, memisahkan gambar-gambar dan menyelidiki bangunan seperti segitiga, persegi dan lingkaran. Dapat disimpulkan geometri adalah ilmu yang menerangkan tentang bentuk dua dimensi (segitiga, persegi, lingkaran, segi empat, trapesium) dan tiga dimensi (balok, kubus, tabung).23

8. Jenis-jenis Geometri

Pada buku pembelajaran Matematika terdapat dua macam geometri, yaitu:

a. Bangun Datar

Bangun datar adalah bangun yang rata dan mempunyai 2 dimensi, yakni panjang dan lebar namun tidak mempunyai tebal dan tinggi. Bangun datar dilihat dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1) Bangun datar bersisi lurus, seperti segitiga, segiempat, segilima dan segienam.

a) Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga sisi. Segitiga memiliki banyak jenis, diantaranya segitiga siku-siku, segitiga lancip, segitiga tumpul, segitiga sama sisi, segitiga sama kaki dan segitiga sembarang. Sifat-sifat pada

22

Tarigan Daitin, Pembelajaran Matematika Realistik (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), 43.

23 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Bandung: PT. Remaja

(32)

19

segitiga: jumlahan dari 2 sisi-sisinya lebih panjang dari sisi lainnya, selisih panjang dari sisi-sisinya kurang dari panjang sisi yang lain dan jumlah sudut-sudut pada suatu segitiga adalah 180.

b) Persegi adalah bangun datar segiempat yang sudut-sudutnya merupakan sudut siku-siku dan semua sisinya sama panjang. c) Persegi panjang adalah bangun datar segiempat yang

sudut-sudutnya merupakan sudut siku-siku dan hanya 2 sisinya sama panjang.

d) Jajar genjang adalah bangun datar segiempat yang memiliki sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar,

e) Belah ketupat adalah jajar genjang yang keempat sisinya sama panjang, setiap sudut dibagi 2 sama besar oleh diagonalnya dan diagonalnya berpotongan saling tegak lurus. f) Trapesium adalah segiempat yang mempunyai sepasang sisi

yang tepat berhadapan dan sejajar.

2) Bangun datar bersisi lengkung, seperti lingkaran dan elips.

a) Lingkaran adalah garis lengkung yang bertemu kedua ujungnya yang merupakan himpunan titik-titik yang berjarak sama dari sebuah titik tertentu.24

24

(33)

20

Gambar 3.1 Macam-Macam Bentuk Geometri b) Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bangun yang rata dan mempunyai 3 dimensi, yakni panjang, lebar dan tinggi. Banyak benda di sekitar yang berbentuk bangun ruang, misalnya almari yang berbentuk balok, kaleng yang berbentuk tabung dan kotak kapur yang berbentuk kubus. Balok, kubus, limas, prisma, tabung, kerucut dan bola adalah termasuk macam-macam bangun ruang.25

1. Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi yang ukurannya sama dan saling berhadapan, juga memiliki bentuk persegi panjang.

25

(34)

21

2. Kubus adalah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua rusuknya sama panjang.

3. Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi sebagai bidang alas dan beberapa bidang tegak berbentuk segitiga.

4. Prisma adalah bangun ruang yang memiliki sepasang bidang sejajar serta memiliki alas dan tutup.

5. Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi yang kongruen dan sejajar yang berbentuk lingkaran serta sebuah sisi lengkung.

(35)

22

6. Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi alas berbentuk lingkaran dan sebuah sisi lengkung.

7. Bola adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi lengkung / kulit bola.

B. Meronce

1. Pengertian Meronce Manik-Manik

Meronce berasal dari kata ―ronce‖ yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rangkaian.26 Adapun menurut istilah meronce adalah kegiatan yang diberikan kepada anak usia dini untuk

26

(36)

23

mengembangkan daya pikirnya. Dengan meronce anak-anak mampu membuat bentuk apapun dengan benang dan manik-manik.27

Menurut pendapat Montolalu meronce adalah kegiatan memasukkan manik-manik ke dalam benang. Susunan meronce memiliki variatif, yaitu komponen-komponen memiliki bentuk yang sama tetapi berbeda ukuran, sampai dengan komponen yang tidak sama bentuknya tetapi disusun berdasarkan bentuk yang sama. Sedangkan menurut Pamadhi meronce dapat dilakukan dengan menunjukkan bentuk-bentuk terlebih dahulu, kemudian mengidentifikasi ukuran, jarak dan warna, sehingga dapat ditemukan kesamaan bentuk berbeda ukuran, kesamaan ukuran bentuk dan warna.28

Oleh karena itu, meronce termasuk salah satu permainan edukatif dalam pembelajaran yang termasuk kriteria permainan yang mudah didapat, murah dan memiliki nilai fleksibel dalam merancang pola yang hendak dibentuk sesuai dengan daya imajinasi. Dalam meronce dapat menggunakan manik-manik yang berbentuk geometri (persegi, persegi panjang, lingkaran, segitiga dan lain-lain). Anak juga dengan mudah mengingat bentuk geometri. Selain mengenal bentuk geometri, anak juga dapat mengenal warna. Manik-manik yang digunakan untuk meronce mampu memperkuat daya ingat anak dalam mengenal warna. Manfaat lainnya untuk melatih anak berhitung, misalnya anak diminta guru untuk menyusun sepuluh manik-manik untuk meronce.

27 Anggraini Adityasari, Main Matematika Yuk (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2013), 27. 28 Sunarto, Pengaruh Meronce Manik-Manik Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Usia 7-8

(37)

24

Meronce merupakan suatu pekerjaan yang mewujudkan penghargaan terhadap keindahan benda-benda yang ada di alam. Bahan roncean yang digunakan adalah manik-manik. Manik-manik adalah sekumpulan bahan yang berlubang atau sengaja dilubangi untuk merangkai suatu hiasan. Bentuk manik-manik bisa berupa manik-manik plastik, manik-manik kayu, manik-manik dari biji-bijian atau kertas. Kegiatan meronce dengan manik-manik merupakan menyusun bahan berlubang atau sengaja dilubangi sehingga menghasilkan rangkaian yang dapat digunakan sebagai hiasan yang mencerminkan wujud penghargaan terhadap keindahan benda-benda di alam.29

Dapat disimpulkan kegiatan meronce adalah kegiatan yang diberikan pada anak Taman Kanak-kanak untuk merangkai manik-manik menjadi sebuah roncean. Dengan teknik memasukkan benang kedalam lubang manik-manik dan menyusun pola-pola yang berbeda seperti bentuk, ukuran atau warna agar hasil roncean terlihat bagus dan menarik. Meronce memiliki sifat yang fleksibel dengan merancang pola dan daya imajinasi anak yang akan berkembang.

2. Tujuan Meronce Pada Anak

Meronce mempunyai tujuan yang berbeda dengan menggambar dan melukis. Aspek ini yang menentukan bentuk akhir, seperti ketika akan membuat roncean gelang manik-manik, anak membuatnya tidak

29 Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, Seni Keterampilan Anak (Tangerang Selatan: Universitas

(38)

25

diikatkan satu diantaranya sehingga mirip untaian bebas, maka tidak bisa dikatakan sebagai roncean.30 Adapun tujuan meronce yaitu:

a. Permainan

Meronce berfungsi untuk alat bermain anak, manik-manik yang akan dironce tidak ditujukan untuk kebutuhan tertentu, namun untuk latihan memperoleh kepuasan rasa dan memahami keindahan. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak usia dini bahwa pada setiap benda digunakan untuk alat bermain, sehingga meronce adalah salah satu jenis bermain.

b. Kreasi dengan komposisi

Kemungkinan benda lain dapat diminta guru kepada anak untuk menyusun ala kadarnya. Benda-benda tersebut dikumpulkan dari lingkungan sekitar, misalnya: kotak sabun atau papan bekas. Anak sengaja hanya bermain imajinasi, sehingga tujuan permainan ini untuk melatih imajinasi anak tentang intruksi suatu bangun.

c. Gubahan atau inovasi

Meronce ditujukan untuk melatih kreativitas dengan cara mengubah fungsi lama menjadi fungsi baru. Kegiatan dapat dilakukan dengan merubah kegiatan anak, seperti anak sudah bisa meronce berdasarkan bentuk kemudian guru dapat meminta anak meronce ke

30

(39)

26

tahapan yang lebih sulit, misalnya meronce berdasarkan bentuk dan warna.31

3. Jenis-Jenis Meronce

Menurut Sumanto, ada beberapa jenis meronce pada anak usia dini, yaitu:

a. Meronce dari bahan alam, merupakan semua jenis bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan alam sekitar secara langsung. Bahan alam contohnya janur, bunga segar, buah-buahan, bunga kering, daun, kayu, ranting, kulit kerang dan biji-bijian.

b. Bahan buatan, yaitu jenis bahan dari hasil produk atau buatan manusia, baik bahan jadi yaitu monte, manik-manik, pita sintesis, kertas berwarna, sedotan minuman, plastik dan lainnya.

c. Bahan bekas seperti serutan kayu, gelas plastik dan lain-lain.

4. Manfaat Meronce untuk Anak

Adapun manfaat kegiatan meronce yaitu untuk melatih konsentrasi dan ketelatenan anak. Memasukkan satu persatu ronce ke dalam seutas benang memang memerlukan konsentrasi dan ketelatenan.32

Terdapat banyak manfaat dari meronce untuk anak dalam jurnal yang dikutip dalam buku menurut Effiana Yuriastien, yaitu:

31 Hajar Pamadhi, Seni Keterampilan,..9.11.

32 Barmin, Seni Budaya dan Keterampilan (Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2015),

(40)

27

a. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak menggunakan kedua mata dan tangan untuk memasukkan roncean, sehingga membutuhkan koordinasi mata dan tangan.

b. Meningkatkan kemampuan motorik halus. Ketika melakukan kegiatan meronce anak mengambil manik-manik dan memasukkan benang ke dalam lubang manik-manik.

c. Meningkatkan konsentrasi dan perhatian. Saat anak meronce, anak membutuhkan latihan dan konsentrasi ketika memasukkan benang ke lubang manik-manik.33

Dapat disimpulkan bahwa manfaat meronce dapat melatih koordinasi mata dan tangan, membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak, meningkatkan konsentrasi dan perhatian, mengasah kesabaran anak untuk memecahkan masalah, meningkatkan kreatifitas dan mengenal macam warna, pola, dan bentuk tekstur.

5. Tahapan Meronce

Meronce mempunyai beberapa tahapan dalam aplikasinya yaitu : a. Meronce berdasarkan warna

Tahap ini adalah tahapan yang paling rendah dalam kegiatan meronce. Anak memasukkan benang ke dalam lubang berdasarkan warna yang sama, seperti warna biru saja.

b. Meronce berdasarkan bentuk

33 Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, Seni Keterampilan Anak (Tangerang Selatan: Universitas

(41)

28

Tahap ini adalah tahapan salah satu langkah maju yaitu anak dapat mengenal bentuk. Ada beberapa macam bentuk dalam meronce, seperti bentuk kubus atau bulat.

c. Meronce berdasarkan warna dan bentuk

Pada tahap ini, anak mulai dapat menggabungkan mana yang memiliki bentuk sama dan warna yang sama. Anak mengembangkan kreativitasnya dengan bentuk dan warna yang anak sukai.

d. Meronce berdasarkan warna, bentuk dan ukuran

Tahapan yang cukup sulit bagi anak karena mulai menggabungkan tiga komponen sekaligus.34

6. Prinsip Meronce

Meronce bagi Anak Usia Dini merupakan bagian dari pendidikan seni rupa yang menyajikan bentuk, jenis, dan sifat rangkaian dengan cara meronce. Langkah meronce menggunakan prinsip penyusunan bentuk dalam pembelajaran seni rupa. Adapun prinsip meronce sebagai berikut: a. Mempunyai karakter, yaitu sesuai dengan sifat dan tujuan meronce.

Serta perlu diperhatikan komponen dari bahan yang sesuai dengan tujuan dan memperhatikan aspek-aspeknya.

b. Rangkaian harus menarik, agar rangkaian dapat menarik maka penataan harus berdasarkan prinsip desain yaitu kesatuan, keseimbangan dan irama.

34

(42)

29

c. Dapat memberikan motivasi, pengembangan daya nalar dan melatih kepekaan anak.

d. Mengembangkan daya nalar melalui keterampilan meronce.

e. Kualitas bahan juga harus diperhatikan, yaitu bahan-bahan yang yang tidak membahayakan kesehatan dan pertumbuhan anak. Misalnya warna yang tidak mengandung racun serta alat/bahan tidak membahayakan keamanan anak.35

7. Langkah-Langkah Kegiatan Meronce Manik-Manik

Dalam melakukan kegiatan meronce dengan manik-manik perlu dilakukan beberapa langkah-langkah, yaitu:

a. Menyiapkan alat dan bahan:

1) Benang atau tali, sebaiknya benang atau tali yang digunakan tidak tajam/membahayakan tangan anak. Peneliti menggunakan tali yang agak tebal dan lentur.

2) Manik – manik, manik-manik yang digunakan bentuk lingkaran, segitiga, persegi dan segilima.

3) Piring plastik, kegunaannya untuk tempat manik-manik

4) Potongan sedotan, untuk batas antara manik-manik supaya hasil roncean terlihat rapi.

b. Langkah-Langkah Meronce

35 Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S, Seni Keterampilan Anak (Tangerang Selatan: Universitas

(43)

30

1) Guru menyiapkan alat dan bahan untuk meronce, bahan yang disiapkan yaitu tali, manik-manik geometri yang ditaruh di piring plastik dan potongan sedotan. Semua bahan ditaruh diatas meja. 2) Guru menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah kegiatan.

Ketika pembelajaran dimulai anak-anak diajak duduk melingkar, kemudian guru menjelaskan tema hari ini dan menjelaskan tentang cara-cara meronce manik-manik geometri.

3) Guru membagi anak menjadi 3 kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 – 6 anak. Setelah dijelaskan cara meronce manik-manik, guru membagi 3 kelompok, perkelompok diberi 1 piring, 5-6 tali dan beberapa manik-manik geometri.

4) Anak meronce dengan sangat antusias, sebelum mengerjakan anak diberi aturan supaya tidak berebut ketika meronce. Sambil melihat anak-anak meronce guru juga menilai setiap anak.

5) Setelah selesai roncehan, masing-masing ujung benang diikat kencang supaya tidak jatuh hasil ronceannya.

8. Indikator Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 136 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada anak usia 4-5 tahun terdapat 3 tingkat pencapaian kemampuan yang harus dicapai. Indikator kemampuan anak dalam kegiatan ini yaitu:

(44)

31

a. Mengenal macam-macam bentuk geometri b. Membedakan macam-macam bentuk geometri c. Mengurutkan bentuk geometri sesuai dengan perintah

(45)

BAB III

METODE DAN RANCANGAN PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (classroom active research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya.36

Penelitian Tindakan Kelas memiliki tujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan membantu melakukan berbagai tindakan dalam memecahkan persoalan pembelajaran di kelas.37

Dalam penelitian tindakan kelas terdapat beberapa model atau desain penelitian, diantaranya: model Kurt Lewin, model Stephen Kemmis dan Mc Taggart, model Elliot, model Ebbut dan model Mc. Kernan.38

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Tujuan menggunakan model penelitian ini adalah jika pada awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka

36

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), 124.

37 Ibid., 125. 38

(46)

33

perencanaan dan pelaksanaan masih dapat dilakukan pada siklus selanjutnya sampai yang diinginkan tercapai.

Model Kurt Lewin adalah model penelitian yang dijadikan acuan dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Konsep pokok PTK dengan model Kurt Lewin terdapat 4 komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).39

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan hasil penyelidikan yang digunakan guru untuk merancang tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Penyelidikan dilakukan terhadap permasalahan yang dihadapi guru untuk menyusun perencanaan.40

2. Tindakan

Tindakan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Tindakan yang dilakukan merupakan upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran.41

3. Pengamatan

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti PTK pada saat pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan dengan mengamati kesesuaian tindakan dengan indikator. Hasil

39

Ibid., 40

40 Benidiktus Tanujaya dan Jeinne Mumu, Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Media

Akademik, 2016), 20.

41

(47)

34

observasi dapat digunakan untuk bahan refleksi perencanaan pada siklus berikutnya. Observasi dapat dilakukan kolaborasi guru dengan peneliti. Apabila masih ada indikator keberhasilan belum tercapai, maka akan dilakukan siklus berikutnya.42

4. Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sesudah observasi untuk memperoleh jawaban tentang segala sesuatu yang terjadi setelah dilakukan kegiatan tindakan.43

Empat tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin Hubungan empat komponen tersebut merupakan sebuah siklus. Siklus pertama dan siklus selanjutnya termasuk suatu rencana tindakan selanjutnya.

42 Benidiktus Tanujaya dan Jeinne Mumu, Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Media

Akademik, 2016), 21.

43

(48)

35

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian : RA Imam Syafi’i Surabaya

b. Waktu Penelitian : Semester genap tahun ajaran 2018-2019 2. Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas merupakan seluruh anak kelompok A, dalam satu kelas terdapat 17 anak. Peneliti memilih kelompok A dikarenakan sudah mengetahui karakteristik anak A dan guru kelas mau bekerja sama untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel yang diselidiki pada penelitian tindakan kelas ini yakni sebagai berikut:

1. Variabel input : Seluruh anak kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya tahun ajaran 2018-2019

2. Variabel proses : Penerapan kegiatan meronce manik-manik

3. Variabel output : Peningkatan kemampuan mengurutkan bentuk geometri

D. Rencana Tindakan

Rencana tindakan dalam penelitian yakni langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian, berikut ini merupakan tahapan dalam rencana tindakan:

(49)

36

1. Pra Siklus

Pra siklus dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui dan mencari informasi tentang permasalahan dalam pembelajaran. Tahap pra siklus dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian tindakan kelas di sekolah RA Imam Syafi’i Surabaya.

b. Meminta izin wali kelas kelompok A untuk penelitian tindakan kelas di dalam kelas yang sedang diajar.

c. Melakukan wawancara dengan pendidik. 2. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang harus dilakukan peneliti antara lain:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang sesuai dengan indikator dan materi. RPPH ini digunakan peneliti sebagai pedoman ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran yang akan dipakai pada proses belajar mengajar yaitu benang dan manik-manik.

3) Mempersiapkan instrumen penilaian untuk mengukur tingkat kemampuan mengurutkan pola.

(50)

37

4) Menyusun instrumen observasi untuk pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran.

b. Tindakan (acting)

Pelaksanaan pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kemampuan mengurutkan pola melalui kegiatan meronce manik-manik. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan, yakni:

1) Guru memberi motivasi pada anak, agar anak siap untuk memulai materi yang akan diajarkan.

2) Guru melakukan apersepsi mengenai pengaitan materi dengan materi sebelumnya.

3) Guru menjelaskan tujuan materi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang akan diajarkan.

4) Guru menjelaskan ke anak mengenai media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu manik-manik dan benang.

5) Guru melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

6) Mempersiapkan lembar pengumpulan data melalui bantuan guru yang memberikan materi. Peneliti melaksanakan penelitian pada semua proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan oleh anak dan guru dalam melakukan pembelajaran.

(51)

38

7) Melaksanakan tes unjuk kerja untuk semua anak pada akhir siklus.

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai seluruh proses pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengamatannya sebagai berikut:

1) Memperhatikan kegiatan guru secara langsung untuk mengetahui keberhasilan guru dalam penerapan kegiatan meronce manik-manik untuk meningkatkan kemampuan mengurutkan pola geometri.

2) Memperhatikan kegiatan anak dalam kegiatan belajar mengajar yang mempunyai tujuan untuk mengetahui keaktifan anak selama proses pembelajaran menggunakan kegiatan meronce manik-manik.

3) Memperhatikan kejadian yang muncul dalam proses pembelajaran dan mendokumentasikan kegiatan proses belajar mengajar.

d. Refleksi (reflecting)

Data yang diperoleh dari hasil kegiatan pelaksanaan pembelajaran di kelas siklus I dianalisis. Dari hasil analisis akan dijadikan bahan refleksi, dalam artian merenungkan apa yang terjadi dan belum terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung, kelebihan dan kekurangan selama pembelajaran

(52)

39

berlangsung. Hasil ini yang menentukan apakah tindakan berhasil atau tidak. Pelaksanaan refleksi akan digunakan untuk membuat rencana tindakan baru yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.

3. Siklus II

Siklus II adalah perbaikan dari hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I.

a. Perencanaan (planning)

Tahap ini peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang sesuai dengan indikator dan materi. RPPH ini digunakan peneliti sebagai pedoman ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran yang akan dipakai pada proses belajar mengajar yaitu benang dan manik-manik.

3) Merencanakan strategi pembelajaran dan menyesuaikan tujuan pembelajaran.

4) Mempersiapkan instrumen penilaian untuk mengukur tingkat kemampuan mengurutkan pola.

5) Menyusun instrumen observasi untuk pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran.

(53)

40

b. Pelaksanaan (acting)

Pelaksanaan pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kemampuan mengurutkan pola melalui kegiatan meronce manik-manik. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan, yakni:

1) Guru memberi motivasi pada anak, agar anak siap untuk memulai materi yang akan diajarkan.

2) Guru melakukan apersepsi mengenai pengaitan materi dengan materi sebelumnya.

3) Guru menjelaskan tujuan materi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang akan diajarkan.

4) Guru menjelaskan ke anak mengenai media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu manik-manik dan benang.

5) Guru melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

6) Mempersiapkan lembar pengumpulan data melalui bantuan guru yang memberikan materi. Peneliti melaksanakan penelitian pada semua proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan oleh anak dan guru dalam melakukan pembelajaran. c. Observasi (observing)

(54)

41

1. Mengamati secara langsung dengan menerapkan kegiatan meronce manik-manik.

2. Mengamati perilaku anak ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Mengamati kejadian yang muncul dalam proses pembelajaran dan mendokumentasikan proses kegiatan belajar mengajar. d. Refleksi (reflecting)

Data yang didapat dari hasil kegiatan pembelajaran di kelas siklus II dianalisis. Dari hasil analisis akan dijadikan bahan refleksi, untuk melihat kelebihan dan kekurangan ketika menerapkan pembelajaran. Hasil ini yang menentukan keberhasilan dari tindakan yang diterapkan. Refleksi dilakukan untuk membuat rencana tindakan baru yang akan dilaksanakan.

Apabila tindakan yang dilakukan pada siklus II belum mendapat hasil sesuai target maka peneliti akan melanjutkan tindakan pada siklus III.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

Data adalah suatu keterangan yang dijadikan responden atau dari dokumen-dokumen. Sumber data pada penelitian tindakan kelas dapat

(55)

42

diperoleh dari beberapa data yang ada di lingkungan sekolah.44 Diantaranya sumber data penelitian yaitu:

a. Guru

Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan kegiatan meronce manik-manik dan mengurutkan pola geometri maka peniliti mendapatkan data dari guru.

b. Anak didik

Sumber data anak didik dilakukan untuk memperoleh hasil data tentang kemampuan mengurutkan pola geometri pada aspek perkembangan kognitif.

c. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang berbentuk informasi kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi anak didik.45 Adapun yang dimaksud dalam penjelasan ini adalah tentang kegiatan pembelajaran anak kelompok A di RA Imam Syafi’i dengan menerapkan kegiatan meronce manik-manik, yang berpengaruh pada meningkatnya kemampuan mengurutkan pola, yang meliputi:

1) Kegiatan guru dalam proses pembelajaran. 2) Kegiatan anak selama proses pembelajaran.

44 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Renika Cipta, 2006), 87. 45

(56)

43

d. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang dapat diolah dengan perhitungan statistik, biasanya disimbolkan dengan jumlah secara kuantitas yang berupa angka.46 Data yang termasuk pada penelitian ini yaitu:

1) Data jumlah anak didik pada kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya.

2) Data presentase ketuntasan belajar anak didik. 3) Data pemahaman anak didik.

4) Data nilai aktivitas guru dan anak didik. 2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas banyak instrument yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data, tetapi penggunaannya tergantung pada jenis permasalahan yang akan diteliti. Adapun instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatat dengan lembar observasi tentang yang akan diteliti.47

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas anak didik dan guru dalam

46 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2009), 86 47

(57)

44

penerapan kegiatan meronce pada saat proses pembelajaran. Adapun instrumen yang digunakan yaitu instrumen observasi aktivitas guru dan anak didik.

Pengamatan ini dilakukan di dalam kelas saat proses kegiatan pembelajaran. Hasil dari proses pengamatan ini akan dijadikan sebagai bahan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan kegiatan selanjutnya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka atau dengan saluran media tertentu.48 Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer dengan narasumber dilakukan secara lisan.

Narasumber dari wawancara yaitu guru kelas kelompok A di RA Imam Syafi’i Surabaya. Teknik wawancara ini untuk mengumpulkan data tentang peningkatan kemampuan mengurutkan bentuk geometri, baik sebelum dan sesudah diberikan tindakan menggunakan kegiatan meronce manik-manik.

c. Penilaian Unjuk Kerja (Performance)

Unjuk kerja merupakan proses mengumpulkan informasi dengan pengamatan secara sistematis untuk mengambil keputusan

48

(58)

45

terhadap anak didik. Penilaian unjuk kerja diberikan untuk mengetahui kemampuan anak selama proses pembelajaran.49 Instrumen yang digunakan yaitu lembar penilaian unjuk kerja untuk penilaian non tes yang berupa performansi anak didik selama pembelajaran.

Tabel 3.1

Rubrik Penilaian Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri

Variabel Sub Variabel

Sub-sub Variabel Indikator Kemampu an kognitif berupa mengurut kan Mengurut kan bentuk geometri a. Mengenali bentuk geometri (kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri). b. Menguasai bentuk geometri (kemampuan anak dalam menyebutkan bentuk geometri sesuai bentuknya) a. Anak mampu mengenal macam-macam bentuk geometri b. Anak mampu membedakan bentuk geometri c. Anak mampu mengurutkan bentuk geometri sesuai perintah Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Kemampuan Mengurutkan Bentuk Geometri Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik

No Indikator Kriteria Skor Deskripsi

1 Mengenal macam-macam bentuk geometri Berkembang Sangat Baik 4 Anak mampu membantu temannya untuk mengenal macam-macam bentuk geometri Berkembang Sesuai Harapan 3 Anak mampu mengenal macam-macam bentuk geometri dengan sendirinya tanpa 49

(59)

46 bantuan Mulai Berkembang 2 Anak mampu mengenal macam-macam bentuk geometri dengan bantuan guru dan teman

Belum Berkembang

1 Anak belum mampu mengenal macam-macam bentuk geometri 2 Membedakan bentuk geometri Berkembang Sangat Baik 4 Anak mampu membantu temannya membedakan bentuk geometri Berkembang Sesuai Harapan 3 Anak mampu membedakan bentuk geometri tanpa bantuan Mulai Berkembang 2 Anak mampu membedakan bentuk geometri dengan bantuan teman dan guru

Belum Berkembang

1 Anak belum mampu membedakan bentuk geometri 3 Mengurutkan bentuk geometri sesuai perintah Berkembang Sangat Baik 4 Anak mampu membantu temannya mengurutkan bentuk geometri Berkembang Sesuai Harapan 3 Anak mampu mengurutkan bentuk geometri tanpa bantuan Mulai Berkembang 2 Anak mampu mengurutkan bentuk geometri dengan bantuan teman dan guru

Belum Berkembang

1 Anak belum mampu mengurutkan bentuk geometri dengan benar

(60)

47

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses mengumpulkan informasi dengan mengumpulkan data tentang kejadian yang sedang terjadi dan sudah didokumentasi sebelumnya. Dokumentasi bisa dijadikan alat untuk mencari data tentang variabel yang bisa diperoleh dari buku transkip, buku catatatn, surat-surat kabar, majalah, agenda-agenda yang ada dan lain-lain.50

Manfaat dokumentasi adalah untuk mengumpulkan foto, RPPH, data yang sedang terjadi pada proses pembelajaran khususnya pada kegiatan mengurutkan bentuk geometri pada anak kelas A di RA Imam Syafi’i Surabaya dengan menggunakan kegiatan meronce.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara yang digunakan dalam pengelolahan data yang berkaitan dengan rumusan masalah sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang menggambarkan kenyataan sesuai yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dicapai anak dalam pembelajaran. Data yang dianalisis dalam penelitian terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus kegiatan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar yang

50

(61)

48

diperoleh anak dalam melakukan proses pembelajaran. Analisis dapat dihitung dengan menggunakan statistik sederhana dengan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Penilaian Rata-rata

Instrumen unjuk kerja digunakan untuk mengetahui kemampuan mengurutkan pada anak didik. Untuk mencari rata-rata secara klasikal dari kumpulan nilai yang telah diperoleh dari anak didik terserbut, bisa menggnakan rumus mean yaitu:51

Rumus 3.1

Menghitung Nilai Rata-rata Nilai rata-rata = Jumalah nilai seluruh anak

Jumlah anak

Setelah itu skor rata-rata yang telah diperoleh diklasifikasikan kedalam bentuk predikat yang mempunyai skala sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Keberhasilan Nilai Rata-rata Kelas Tingkat Keberhasilan

Nilai Akhir Anak

Kriteria 90 – 100 Berkembang Sangat Baik 70 – 89 Berkembang Sesuai Harapan 50 – 69 Mulai Berkembang 0 – 49 Belum Berkembang

51 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT. Raja

Gambar

Gambar 3.1 Macam-Macam Bentuk Geometri ...............................................
Diagram 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Anak .................................
Gambar 3.1 Macam-Macam Bentuk Geometri  b)  Bangun Ruang
Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin  Hubungan  empat  komponen  tersebut  merupakan  sebuah  siklus

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui permainan bentuk-bentuk geometri dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak pada

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui permainan bentuk-bentuk geometri dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan melalui permainan bentuk-bentuk geometri pada anak kelompok B di TK Pertiwi Jomboran I

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri, serta dapat mengoptimalkannya dalam lingkungannya.Jenis penelitian yang digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri melalui penggunaan puzzle bola pada anak kelompok A Taman Kanak- kanak ABA Sabranglor

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk- bentuk geometri melalui permainan kotak pos pada anak kelompok B di TK Aisyiyah Troketon III Pedan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kegiatan meronce terhadap kemampuan mengenal pola pada anak kelompok A di

Terdapat rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimana penerapan kegiatan Meronce untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada TK Sejahtera Jatisari kelompok