• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fabrikasi Nanotubes Titanium Dioksida (TiO2) Menggunakan Metode Hidrotermal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fabrikasi Nanotubes Titanium Dioksida (TiO2) Menggunakan Metode Hidrotermal"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Ilmu Kimia, 3(1), Mei 2017, 20-26

Available online at Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi

Copyright © 2017, Published by Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia, P-ISSN: 2460-6065, E-ISSN: 2548-3013

Fabrikasi Nanotubes Titanium Dioksida (TiO

2

) Menggunakan Metode

Hidrotermal

Titanium Dioxide (TiO

2

) Nanotubes Fabrication using Hydrothermal Method

Atik Setyani, Emas Agus Prastyo Wibowo

Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang, Semarang, 50229, Indonesia

Email: [email protected]; [email protected]

Received: Maret 2017; Revised: April 2017; Accepted: Mei 2017; Available Online: Mei 2017

Abstrak

Nanotubes mendapat perhatian yang sangat besar karena memiliki luas permukaan yang tinggi. Pada penelitian ini telah difabrikasi nanotubes TiO2 melalui teknik hidrotermal dari sintesis nanopartikel TiO2 dengan metode

sol-gel. Katalis yang sudah disintesis kemudian di karakterisasi dengan X-Ray Diffraction ( XRD) untuk menentukan ukuran kristal dan kristalinitas. Ukuran kristal nanopartikel TiO2 pada suhu kalsinasi 450 C adalah

13,78 nm. Kemudian dikarakterisasi dengan Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk melihat terbentuknya nanotubes. Karakterisasi nanotubes TiO2 dengan TEM terlihat bahwa struktur tubes sudah mulai

terbentuk walaupun pertumbuhan TNTs belum sempurna. Hal ini dapat dilihat dari struktur TNTs yang cenderung pendek dan belum begitu beraturan.

Kata kunci: hidrotermal, nanotubes, TiO2

Abstract

Nanotubes received great attention because it has a high surface area. In this study, TiO2 nanotubes fabricated

via hydrothermal method from synthesis of TiO2 nanoparticles via sol-gel method. Catalysts that have been

synthesized later in the characterization by X-Ray Diffraction (XRD) to obtain the crystal size and crystallinity. Crystal size of TiO2 nanoparticles at a temperature of 450 C is 13.78 nm. Then characterized by Transmission

Electron Microscopy (TEM) to look at the formation of nanotubes. Characterization of TiO2 nanotubes with

TEM shows that the structure of the tubes had already been formed TNTs although the growth has not been perfect. It can be seen from the structure TNTs who tend to be short and yet so irregular.

Keywords: hydrothermal, nanotubes, TiO2.

DOI: http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.5036

1.

PENDAHULUAN

Nanoteknologi menjadi salah satu teknologi yang berkembang pesat dan berkontribusi besar pada perkembangan sains material termasuk dalam penanganan pencemaran air oleh limbah textil. Melalui nanoteknologi, manusia dapat membangun suatu objek dalam skala nanometer dengan cara menyusun atom demi atom. Secara

fundamental objek dalam skala nano memiliki sifat dan fungsi baru yang sama sekali berbeda dengan sifat dan fungsinya dalam ukuran yang lebih besar. Material nano banyak dikaji karena menunjukkan sifatnya yang unik (Xia

et al., 2003). Menurut hasil penelitian, material dengan ukuran nano memiliki sejumlah sifat kimia dan fisika yang lebih unggul dari material ukuran besar seperti mikro. Sifat tersebut dapat diubah melalui pengontrolan

(2)

21 ukuran material, pengaturan komposisi

kimiawi, modifikasi permukaan, dan pengontrolan interaksi antar partikel. Suatu material nano akan memiliki sifat elektrik yang besar, surface area yang luas, sifat mekanik, optik dan kemagnetan yang lebih tinggi dibandingkan pada saat berukuraan bulk

(Filponi et al., 2013).

Modifikasi morfologi nanomaterial merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah maupun meningkatkan aktivitas dari suatu nanomaterial, termasuk aktivitas fotokatalitiknya. Morfologi yang berbeda akan menghasilkan karakteristik yang berbeda pula. Perubahan sifat morfologi diharapkan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi fungsional dari nanomaterial. Penemuan

carbon nano tubes (CNT) oleh ilmuwan Jepang Ijima, (1991) dengan berbagai variasi sifat yang menarik telah mendorong dilakukannya sintesis nanotubular dari bahan lainnya (Tenne, 1992). Material nanotubular memiliki geometri molekul dengan struktur 1D (satu dimensi) yang memungkinkan akan meningkatkan luas permukaan, porositas, sifat elektronik dan mobilitas yang tinggi. Nanotubes menjadi salah satu pilihan dalam melakukan berbagai macam modifikasi morfologi karena rasio luas permukaan terhadap volume yang sangat tinggi (Adachi et al,. 2004). Nanotubes dapat memberikan efek hamburan sehingga cahaya yang diserap menjadi tersebar dan bertambah banyak. Selain itu, struktur material 1D seperti halnya

nanotubes dapat memberikan keunggulan

dalam hal kecepatan transport elektron (Tan et al., 2006). Law et al., (2005) melaporkan bahwa koefisien kecepatan difusi elektron pada struktur nano 1D akan ratusan kali lebih besar dari difusisitas tertinggi yang pernah dilaporkan dari partikel nano TiO2. Titanium

dioksida merupakan salah satu fotokatalis yang aktivitasnya cukup tinggi (Brown et al., 1992; Liu et al., 2011; Aji et al., 2016).

Titania nanotubes (TNTs) berhasil disintesis pertamakali oleh Kasuga et al., (1998) yang kemudian dikenal dengan metode Kasuga. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa TNTsmengalami peningkatan performa dibandingkan dengan nanomaterial tanpa modifikasi morfologi. Porras et al., (2015) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berperan dalam sintesis dan fabrikasi nanomaterial salah satunya yaitu suhu

kalsinasi. Desong et al., (2011) melakukan variasi suhu kalsinasi dan penggunaan suhu rendah yaitu 300 °C dalam sintesis sol gel untuk mengetahui fasa kristal yang terbentuk. Hsin et al., (2007) melakukan penelitian terkait variasi suhu kalsinasi dalam proses fabrikasi TNTs terhadap morfologi dan luas permukaan material yang akan terbentuk.

Titanium nanotubes dengan struktur yang teratur, telah dihasilkan dengan berbagai metode antara lain pendeposisian ke dalam

nanoporous alumina template (reaksi

anodizing) (Qiu, 2007; Hoyer, 1996) , reaksi sol-gel (Ou et al., 2007), dan proses hidrotermal (Hoda, 2009; Kasuga, 2006). Penelitian ini menggunakan metode hidrotermal. Metode ini selain tidak membutuhkan template, juga memberikan dalam kemudahan mengontrol dengan menetapkan beberapa variabel seperti

precursor, pH, temperatur reaksi, lama aging, tekanan uap air dan karakteristik pelarut serta cocok membuat struktur nanotubes dengan diameter yang lebih kecil, dinding yag tipis dan kristalinitas yang tinggi (Kasuga, 2006). Sebagaimana diketahui bahwa dimensi pada material struktur nano memiliki peranan yang penting dalam menentukan sifat dan karakteristiknya (Ferdiansyah, 2011).

2.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas (pyrex), pipet tetes, oven (Memmert), magnetic stirrer

(IKAMAG), hotplate, Furnace (Barnstead Thermolyne 1400), corong, neraca analitik

(Tipe AB104 merek Mettler Toledo),

Transmission Electron Microscopy (TEM) SHIMADZU CTLA-4, dan X-Ray Diffraction

(XRD) (Shimadzu).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah TiPP (Titanium (IV) isopropoxide) kadar 97% (Sigma-Aldrich), NaOH (Merck), HCl (Merck), CH3COOH (Merck), etanol

95%, HNO3, aquades, Indikator Universal

(Merck) dan kertas saring. Preparasi Nano TiO2

Preparasi nano TiO2 dilakukan

menggunakan metode sol-gel. Langkah awal dari sintesis ini dilakukan dengan mempersiapkan 30 mL TiPP dan 6 mL CH3COOH yang dilarutkan kedalam 39 mL

(3)

Fabrikasi Nanotubes Titanium Dioksida (TiO2) Menggunakan Metode Hidrotermal Setyani dan Wibowo

22

etanol. Campuran tadi kemudian distirer sampai homogen. Sedangkan untuk larutan B terdiri dari 12 mL aquades yang ditambahkan kedalam 18 mL etanol dan 18 mL CH3COOH.

Sol yang terbentuk didiamkan selama 48 jam dilanjutkan dengan pengovenan pada suhu 100˚C selama 36 jam. Serbuk yang terbentuk dikalsinasi selama 3 jam dengan suhu 450˚C (Ashraf et al., 2014).

Preparasi Titania Nanotubes (TNTs)

Preparasi TNTs dilakukan melalui metode hidrotermal dengan prekusor awal nanopartikel TiO2. Nanopartikel TiO2 yang

sudah dipersiapkan dilarutkan ke dalam NaOH 10 N pada suhu 140 °C dalam autoclave salam 24 jam. Presipitan yang terbentuk dicuci menggunakan aquades untuk menghilangkan sodium hidroksida, kemudian dilanjutkan dengan netralisasi sampai dengan pH 7 menggunakan HCl 0.1 M. Presipitan dikeringkan menggunakan oven selama 5 jam pada suhu 100 °C. serbuk yang didapatkan kemudian dikalsinasi selama 4 jam dengan variasi suhu pada suhu 600 °C (Ashraf et al., 2014).

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi dengan XRD

Nanopartikel TiO2 di sintesis

menggunakan metode sol-gel mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Desong et al., (2011). Modifikasi yang dilakukan dari penelitian sebelumnya adalah waktu aging (72 jam) serta suhu kalsinasi (400 ˚C dan 450 ˚C). Nano TiO2 yang diperoleh kemudian

dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui ukuran partikel.

Gambar 1. Difraktogram sintesis nanopartikel TiO2 suhu kalsinasi 450 °C

Perhitungan ukuran partikel dilakukan menggunakan persamaan Debye-Scherer.

(1)

Pada persamaan, λ merupakan panjang gelombang dari X-Ray (0,1540 nm), merupakan FWHM (full width at half maximum), θ menunjukkan sudut difraksi dan

D menunjukkan ukuran dari suatu partikel.

Gambar 2. Difraktogram sampel P-25 degussa (Adi, 2012).

Gambar 3. Difraktogram sampel P- 25 degussa (Khan and Bashir, 2011).

Berdasarkan Gambar 2 dan 3 di atas terlihat pola hasil XRD dari material P25 Degussa beserta karakteristik puncak-puncak anatase dan Berdasarkan JCPDS card nomor 84-1286 menunjukkan difraktogram nanopartikel TiO2 hasil sintesis pada gambar 1,

sebagian besar merupakan fasa anatas. Hal ini terlihat dari nilai 2 teta yang diperoleh yaitu

24.45˚; 47.29˚; 53.18˚; 61.64˚ untuk fasa

anatas. Perhitungan ukuran partikel nano TiO2

menggunakan persamaan Debye- Scherer

(4)

23 Tabel 1. Hasil perhitungan ukuran partikel nano TiO2 dengan suhu kalsinasi 450 ˚C.

Θ cos θ FWHM˚ FWHM rad β cos θ Diamter

Partikel (nm)

24.4591 12.2295 0.9773 0.6517 0.0113 0.011 12.6

47.2616 23.6308 0.91614 0.7433 0.01296 0.01187 11.67 53.18 26.59 0.8942 0.52 9.0711×10-3 8.1113×10-3 17.08

Rata-rata 13.78

Gambar 4. Difraktogram XRD TNTs sintesis ke dua dengan suhu kalsinasi 600 ˚C Tabel 1 menunjukkan hasil

perhitungan ukuran partikel nanopartikel TiO2,

dimana nanopartikel TiO2 dengan suhu

kalsinasi 450 ºC memiliki ukuran lebih kecil yaitu 13.78 nm. Melalui perhitungan ukuran partikel dan analisa fasa material yang terbentuk menunjukkan bahwa suhu kalsinasi berpengaruh terhadap ukuran, kristalinitas dan fasa material TiO2. Hal ini disebabkan karena

pembentukan kristal pada fasa tertentu dipengaruhi oleh kondisi pemanasan dengan suhu tertentu. Pemanasan pada saat proses kalsinasi akan membantu proses penataan ikatan partikel yang akan terbentuk (Alivov et al., 2009). Desong et al., (2011) menjelaskan bahwa kalsinasi nano TiO2 pada suhu 300

ºC-500 ºC akan menghasilkan fasa anatas, sedangkan kalsinasi pada suhu 600 ºC atau 700 ºC akan menyebabkan transformasi fasa anatas menjadi fasa rutil dan apabila kalsinasi dilakukan pada suhu 900 ºC akan menghasilkan fasa brokit.

Hasil analisis dan perhitungan ukuran partikel menunjukkan bahwa nano TiO2

dengan suhu kalsinasi 450 ºC memiliki ukuran partikel kecil. Berdasarkan data JCPDS card

no 84-1286 diketahui bahwa sebagian besar fasa kristal yang terbentuk didominasi oleh fasa anatas dan fase rutil belum terlihat dengan jelas. Untuk itulah dalam proses pembentukan TNTs digunakan nano TiO2 pada suhu

kalsinasi 450 ºC yang memiliki ukuran partikel lebih kecil. TNTs disintesis menggunakan metode hidrotermal seperti yang dilakukan oleh Kasuga et al., (2006) dan Ashraf et al., (2014) dengan menitikberatkan pada pengkajian pengaruh suhu kalsinasi terhadap kristalinitas TNTs. Prekusor yang digunakan untuk sintesis TNTs adalah nano TiO2 anatas

13.78 nm. Sintesis TNTs dilakukan dengan suhu kalsinasi 600 ºC.

Sintesis kedua TNTs ditujukan untuk mendapatkan difraktogram XRD dengan fasa kristal yang lebih tertata dan peak yang lebih tajam. Sintesis dilakukan pada suhu kalsinasi

600 ˚C (2) 600 ˚C (1)

(5)

Fabrikasi Nanotubes Titanium Dioksida (TiO2) Menggunakan Metode Hidrotermal Setyani dan Wibowo

24

yang sama yaitu pada suhu 600 ºC namun dengan perbandingan volume NaOH dengan jumlah nano TiO2 yang berbeda dari sintesis

pertama. Hal ini dilakukan berdasarkan acuan dari Poudel et al., (2005) yang menjelaskan pengaruh fraksi pengisian autoklave berpengaruh terhadap besar tekanan yang akan menumbuhkan kristal menjadi bermorfologi

tubes. Difraktogram TNTs dengan suhu 600 ºC hasil sintesis ke dua ditunjukkan pada gambar 4.

Difraktogram XRD pada Gambar 4 terlihat bahwa kristalinitas yang terbentuk pada sintesis kedua dengan suhu kalsinasi 600 ºC, lebih tinggi dari hasil sintesis pertama. Berdasarkan JCPDS Card no 84-1286 peak yang terbentuk dari difraktogram tersebut menunjukkan peak nano TiO2 yaitu pada 2 teta

24.4591˚; 37.0750˚; 47.2616˚; 53.18˚

merupakan fasa anatas dengan bidang 101, 004, 105, 200 dan 54.29˚; 69.35˚ dengan bidang 211 dan 116 merupakan fasa rutil. Karakterisasi dengan Transmission Electron Microscopy (TEM)

Karakterisasi morfologi TNTs yang terbentuk melalui sintesis dengan metode hidrotermal di analisis menggunakan

Transmission Electron Microscope. Morfologi TNTs disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Morfologi TNTs dengan TEM

Pada Gambar 5 terlihat bahwa struktur

tubes sudah mulai terbentuk walaupun

pertumbuhan TNTs belum sempurna. Hal ini dapat dilihat dari struktur TNTs yang cenderung pendek dan belum begitu beraturan (Kolenko et al., 2006). Hasil yang didapatkan

cukup berbeda dengan yang dilakukan oleh Ashraf et al., (2014) walaupun langkah dan perbandingan senyawa kimia yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang dilakukan oleh (Ashraf et al., 2014). Pertumbuhan TNTs yang kurang maksimal kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh tekanan pada saat proses hidrotermal. Tekanan yang terbentuk pada saat proses hidrotermal selain dipengaruhi oleh suhu juga dipengaruhi oleh persentase pengisisan autoclave. Menurut Poudel et al., (2005) pengisian sebesar 84% dan 90% merupakan fraksi yang tepat untuk menghasilkan struktur tubes.

4.

SIMPULAN

Ukuran kristal nanopartikel TiO2 pada

suhu kalsinasi 450 ºC adalah 13.78 nm dan fabrikasi nanotube TiO2 dilakukan dengan

metode hidrotermal dengan suhu kalsinasi 600 ºC. Karakterisasi nanotube TiO2 dengan TEM

terlihat bahwa struktur tubes sudah mulai terbentuk walaupun pertumbuhan TNTs belum sempurna. Hal ini dapat dilihat dari struktur TNTs yang cenderung pendek dan belum begitu beraturan.

DAFTAR PUSTAKA

Adachi M, Murata Y, Takao J, Jiu J, Sukamoto M, Wang F. 2004. Highly efficient dye-sensitized solar cells with a titania thin-film electrode composed of a network structure of single–crystal-like-TiO2

nanowire made by the “orianted

arachment” mechanism. Journal of the

American Chemical Society. 126(45): 14943-14949.

Aji NR, Wibowo EAP, Ujiningtyas R, Wirasti H, Widiarti N. 2016. Sintesis komposit TiO2

-bentonit dan aplikasinya untuk penurunan BOD dan COD Air Embung UNNES. Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia. 2(2): 114-119.

Alivov Y, Fan YZ. 2009. A TiO2 nanostructure

transformation: from ordered nanotubes to nanoparticles.Journal of Nanotechnology. 20(40): 405610.

Ashraf M, El-Fattah, MA, Dardir MM. 2014. Synthesis and characterization of titanium oxide nanotubes and its performance in epoxy nanocomposite

(6)

25

coating. Journal of Progress in Organic Coatings. 78: 83-89.

Brown GN, Birks JW, Koval. 1992. Development and characterization of titanium-dioxide based semiconductors photoelectro chemical detector. Analysis Chemistry.

64(4): 427-434.

Desong W, Xiao L, Luo Q, Xiao L, Duan Y. 2011. Highly efficient visible light TiO2

photocatalyst prepared by sol–gel method at temperatures lower than 300 ºC. Journal of Hazardous Materials.

192(1): 150–159.

Ferdiansyah A. 2011. Fabrikasi Nanotubes TiO2

dengan Tingkat Nanokristalinitas Tinggi untuk Aplikasi Sel Surya Tersensitifikasi Zat Pewarna Melalui Teknik Hidrotermal. [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Fujhisima A, Zhang X. 2005. Titanium dioxide photocatalysis: present situation and future approaches. C.R Chimie. 9(5-6): 750-760.

Filponi L, Sutherland D. 2013. Nanotechnologies: Principles, Applications and Hands-on Activites. In Handbook of Research and Innovation Industrials and Technoogies.

European Commision. B-1049 Brussels. Gratzel M, O’Regan B. 1991. A low – cost.

high-efficiency solar cell based on dye sensitized colloidal TiO2 films. Journal of Nature. 353: 737-740.

Hoyer O. 1996. Formation of a Titanium Dioxide Nanotube Array. Langmuir. 12(6): 1411-1413.

Hsin HO, Shang LL. 2007. Review of titania nanotubes synthesized via the hydrothermal treatment: Fabrication, modification, and application.: Taipe.

Separation and Purification Technology. 58:179–191.

Kasuga T. 2006. Formation of titanium oxide nanotubes using chemical treatments and their characteristic properties. Journal of Thin Solid Films. 496(1): 141-145.

Kasuga T, Hiramatsu M, Hoson A, Sekino T & Nihara K. 1998. Formation of Titanium Oxide Nanotube.Langmuir.14(12): 3160-3163.

Kolen'ko YV, Kirill A, Kovnir AI, Gavrilov AV, Garshev JF, Oleg L, Lebedev, Bulat R, Churagolov GVT, Masahiro Y. 2006.

Hydrothermal synthesis and

characterization of nanorods of various titanates and titanium dioxide.The Journal of Physical Chemistry B. 110(9): 4030-4038.

Law M. 2005. Nanowire dye-sensitized solar cells.

Journal ofNat Mater. 4(6): 455-459.

Liu X, Liu Z, Jian Z, Xin Y, Dandan L, Si C, Wei C. 2011. Characteristics of N-doped TiO2

Nanotube Arrays by N-plasma for visible Light driven photocatalysis. [Thesis]. College of Chemical Engineering, Sichuan University, China.

Ou H, Lo SL. 2007. Review of titania nanotubes synthesized via the hydrothermal treatment: fabrication, modification, and application. Separation and Purification Technology. 58(1): 179-191.

Porras A, Teran T, Becerra OV, Yoshida MM, Villabos MR, Guaderma MG, Martinez JAA. 2015. Low-Temperature Synthesis and Characterization of anats TiO2

nanoparticls by an acid assisted sol-gel method. Journal of Alloys and Compounds. 647: 627-636.

Poudel B, Wang WZ, Dames C, Huang JY, Kunwar S, Wang, DZ, Banerjee D, Cgen G, Ren ZF. 2005. Formation of crystallized titania nanotubes and their transformation into nanowires. Journal of Nanotechnology. 16(9): 1935-1940.

Qiu J. 2007. Fabrication and characterization of TiO2 nanotube arrays having nanopores i

their wall by double template assisted sol gel. Nanotechnology. 18(29):1-5.

Sekino T. 2010. Synthesis and applicatios of titanium oxide nanotubes. Journal of Inorganic and Metalic Nanotubular Materials. 117: 17-32.

Tan B, Wu Y. 2006. Dye-sensitized solar cells

based on anatase tio2

nanoparticle/nanowire composites. The Journal of Physical Chemistry B. 110 (32): 15932-15938.

Tenne L, Margulis M, Genut G. 1992. Polyhedral and cylindrical structures of tungsten disulphide. Letters to Nature. 360: 444-446.

(7)

Fabrikasi Nanotubes Titanium Dioksida (TiO2) Menggunakan Metode Hidrotermal Setyani dan Wibowo

26

Xia PY, Sun Y, Wu Y, Mayers B, Gates B, Yin Y, Kim F, Yan H. 2003 One-dimensional nanostructures: synthesis, characterization,

and applications. Journal of Advanced Materials. 15(5): 353-389.

Gambar

Gambar  1.  Difraktogram  sintesis  nanopartikel  TiO 2  suhu kalsinasi 450  ° C
Gambar 4. Difraktogram XRD TNTs sintesis ke dua dengan suhu kalsinasi 600 ˚C
Gambar 5. Morfologi TNTs dengan TEM

Referensi

Dokumen terkait

Lalu hasil laporan dapat dicetak dengan mengklik tombol simpan(pdf) yang sudah tersedia. Dan laporan yang akan dicetak akan ditampilkan, siap untuk disajikan kepada kepala

Pengembalian hutang hewan ternak dengan nilai yang berbeda di Desa Negara Ratu Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara, menurut pandangan hukum Islam

Pemangku kepentingan maupun masyarakat bukanlah sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang memiliki keseragaman dalam hal pengetahuan, pemikiran, keterampilan dan

Sama halnya dengan klasifikasi spare part mesin Filter 1, perhitungan untuk kalsifikasi mesin Filter 2 menggunakan perhitungan yang sama yaitu menghitung average stay dan

Desain awal robot ulat untuk membantu proses pencarian korban bencana alam di dalam reruntuhan adalah desain dengan dua buah kelompok modul yaitu modul belakang

Namun hal ini diperbolehkan berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 87 ayat (3) yang berbunyi: Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada

“Mengetahui tingkat pencapaian kinerja bank, perkembangan perbankan dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan