Vol. 11, No. 1, Juni 2017, h. 123-134
ANALISIS KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Kajian Buku Paket Pendidikan Agama Islam SMA
Terkait Gerakan Islam Radikal di Indonesia Lestari
Abstrak: Pendidikan agama Islam merupakan media pembentukan generasi muslim yang baik, namun materi pendidikan agama Islam yang diajarkan pada sekolah menengah atas terlihat masih belum memperlihatkan tujuan tersebut. Hal ini bisa dilihat dari beberapa mata pelajaran, seperti pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang sangat banyak membahas tentang peperangan, mata pelajaran Fiqih yang banyak membahas hukum Islam yang tidak diterapkan di Indonesia, seperti fikih jinayat dan jihad. Kedua mata pelajaran ini jika tidak diajarkan dengan baik akan melahikan sikap ekstrim atau bisa melahirkan gerakan Islam radikal dari kalangan muda.
Keyword: Analisis, Kurikulum, Buku Paket, Islam Radikal, SMA
Pendahuluan
endidikan Agama Islam (PAI) merupakan pendidikan yang memberikan arahan kepada setiap unsur pendidikan yang ada untuk berbuat dan bertindak atas dasar pengetahuan dan kesadaran keagamaan yang ada dalam Islam. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya perancanaan dan desain pembelajaran agama Islam, dalam hal ini kurikulum pembelajaran merupakan hal pokok yang menjadi landasan terbentuknya kualitas pendidikan dan target yang inigin dicapai (Nasution 2003, 1). Dengan adanya buku mata pelajaran, maka proses pembelajaran akan bisa didesain secara
sistematis dan konprehensif, sehingga menghasilkan out put yang
berkualitas.
Pembuatan buku paket yang ada tentunya mempertimbangkan semua aspek yang menjadi tujuan pokok pendidikan, sehingga dari
STIT Darussalimin NW Praya Loteng. Email: pirenialisme@gmail.com
tahun ke tahun pembentukan kurikulum mengalami perubahan-perubahan, termasuk perubahan dalam materi buku paket. Diharapkan perubahan-perubahan yang terjadi bisa menutupi kekurangan kurikulum dan materi buku paket sebelumnya, misalnya perubahan tersebut terlihat pada kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) kemudian diganti menjadi KTSP dan yang terbaru Kurikulum 2013 dan tentu saja perubahan kurikulum tersebut merubah isi materi pada masing-masing buku paket. Perubahan kurikulum dan buku paket ini tidak hanya pada perubahan nama dan modelnya saja akan tetapi terjadi beberapa penambahan juga pada basis tujuannya seperti kurikulum yang berbasis teknologi (kurikulum berbasis TIK) dan ada juga kurikulum yang berbasis pengembangan karakter.
Akan tetapi, perubahan kurikulum dan buku paket dalam pendidikan agama Islam, selanjutnya disingkat buku paket PAI, seharusnya menjadi penyempurna kekurangan materi yang ada dalam buku paket PAI ternyata tidak berbanding lurus dengan kondidi yang dialami oleh Bangsa di Indonesia. Munculnya gerakan Islam radikal, terorisme, intoleransi antar ummat beragama dan lain sebagainya, semua itu menuntut adanya koreksi atas kurikulum PAI, khususnya buku paket PAI dan materi yang ada dalam buku paket tersebut, sehingga materi dalam pembelajarannya bisa diketahui ada kaitanya dengan gerakan-gerakan radikal dan sikap intoleransi.
John Hamling dalam “The Mind of the Suicide Bomber”
menyebutkan beberapa factor penyebab seseorang melakukan
tindakan ekstrim, diantaranya: Pertama Cinta. Kedua Heroisme.
Ketiga Keputusasaan atau kehilangan harapan. Keempat Gila. Kelima
Eskafisme. Keenam Kebanggaan. Ketujuh Ketentraman dan
ketenangan. Kedelapan Fanatisme. Dua faktor terakhir merupakan
faktor keagamaan yang harus diakui menjadi sumber terorisme (Durham Jr. 1996, 1). Dalam kaitannya dengan faktor keagamaan maka produk pendidikanlah yang menjadi sorotan dalam hal ini kurikulum PAI. Tulisan ini akan menganalisis dan mengkaji secara
mendalam tentang kurikulum PAI atau buku paket PAI SMA yang selama ini digunakan sebagai acuan dasar dalam proses pembelajaran.
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan paket iman yang dikonstruk oleh Pendidikan, yang bertujuan untuk melahirkan generasi muslim yang sejalan dengan Islam itu sendiri. Itu sebabnya dalam pendidikan agama Islam, ditemukan permasalahan-permasalahan yang pokok dalam Islam, seperti masalah aqidah, ibadah, hukum, dan ahlak. Pendidikan Islam diistilahkan dalam
Bahasa Arab dengan tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Al-Attas dalam
konferensi Islam di Makkah lebih mengedepankan istilah ta’dib dari
pada tarbiyah dan ta’lim, sebab dalam ta’dib sudah terkandung unsur
tarbiyah dan ta’lim (Wan Daud 2003, 174–188). Adapun mengenai depinisi dari Pendidikan Islam, para pakar berbeda pendapat namun subtansinya sama.
Pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan pendidikan yang bersumber dari dogtrin Islam dengan nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya, yang senantiasa mempertimbangkan pengembangan fitrah manusia atau potensi-potensi yang dimiliki manusia selaku makhluk (Mapangganro 1995, 3). Muhammad Atiyah Al-Ibrasyi berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan pada etika Islam, pembentukan moral, dan latihan jiwa (Al-Ibrasyi 1991, 1). Menurut M. Yusuf al-Qardhawi pendidikan Islam sebagai bentuk pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Pendidikan Islam dapat juga diartikan sebagai bentuk pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan ajaran Agama Islam, dengan maksud merealisasikan tujuan Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat, yakni dalam seluruh lapangan kehidupan (An-Nahlawi 1989, 49). Endang Saefuddin Anshari melihat pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan) oleh subyek
didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan sebagainya) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam (Anshari 1976, 85).
Secara lebih teknis Endang Saifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam (Anshari 1976, 85). Sedangkan yang dimaksud pendidikan Islam di sini adalah upaya mempersiapkan anak didik atau individu dan menumbuhkan baik jasmani maupun rohaninya agar dapat memahami dan menghayati hakekat kehidupan dan tujuan hidupnya mengapa ia diciptakan, dan dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.
Hasan Langgulung juga mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses untuk mempersiapkan generasi muda untuk memainkan peran, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan menikmati hasilnya di akhirat (Langgulung 1980, 94). Sedangkan Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan jasmani dan ruhani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam (Marimba 1980, 23). Sedangkan H. Haidar Putra Daulay memberikan kesimpulan atas semua pendefinisian tentang pendidikan Islam, pendidikan Islam baginya adalah proses pembentukan manusia seutuhnya sesuai dengan Tuntunan Islam (Daulay 2007, 15). Jika diamati lebih jauh, pendidiakaan Islam memiliki dua ciri utama, yakni: (1) Dilihaat dari tujuan dan fungsinya, maka pendidkan Islam bertujuan unuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan agama Islam, yakni berilmu, bertakwa dan berahlak mulia demi mendapatkan
keselamatan di dunia dan akherat. (2) Dilihat dari segi isi, maka pendidikan Islam bersumber dan berlandaskan pada ajaran Allah yang termuat dalam al-Qura’an, dan terwujud dalam perilaku nabi Muhammad dalam bentuk al-Sunnah atau al-Hadist.
Dari semua definisi pendidikan Islam tersebut, tampak bahwa arah yang dituju adalah pembentukan individu muslim yang selaras dengan tujuan Islam itu sendiri, yakni penciptaan manusia yang ideal, yang mampu mewudkan perdamaian di bumi yang plural. Manusia merupakan wakil Tuhan (Khalifah) di muka bumi untuk menjaga dan memelihara kehidupan. Khalifah berarti ia haruslah insan yang berilmu, bertakwa dan berahlak mulia, menjalankan ubungan yang baik dengan sesama manusia. Adanya kurikulum Pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum hendaknya mampu mencerminkan tujuan dari Pendidikan Islam itu sendiri.
Gerakan Islam Radikal
Secara etimologi, radikalisme berasal dari kata radix, yang berarti
akar. Seorang radikal adalah seseorang yang menginginkan perubahan terhadap situasi yang ada dengan menjebol sampai ke
akar-akarnya. A radical is a person who favors rapid and sweeping changes
in laws of goverments. Seorang radikalis adalah seorang yang menyukai
perubahan-perubahan secara cepat dan mendasar dalam hukum dan
metode-metode pemerintahan. Jadi radikalisme dapat dipahami
sebagai suatu sikap yang mendambakan perubahan dari status quo
dengan jalan menghancurkan status quo secara total, dan
menggantinya dengan sesuatu yang baru sama sekali berbeda. Biasanya cara yang digunakan adalah revolusioner artinya menjugkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis melalui
kekerasan (violenceri) dan aksi-aksi ekstrim (Rais 1987, 4). Sedangkan
secara sosilogis radikalisme muncul bila terjadi banyak kontradiksi dalam orde sosial yang ada. Bila masyarakat mengalami anatomi atau kesenjangan antara nilai-nilai dengan pengalaman, dan masyarakat tidak mempunyai daya lagi untuk mengatasi kesenjangan tersebut, maka radikalisme dapat muncul ke permukaan. Dengan kata lain akan timbul proses radikalisme dalam
lapisan-lapisan masyarakat (Rais 1987, 5), terutama di kalangan anak muda.
Sedangkan Istilah Islam radikal sampai saat ini belum ada kesepakatan di antara pengamat Islam tentang istilah yang tepat untuk menggambarkan gerakan Islam radikal. Istilah yang paling
umum adalah "fundamenalisme", guna menunjukkan sikap kalangan
muslim yang menolak tatanan sosial yang ada dan berusaha menerapkan suatu model tatanan tersendiri yang berbasiskan nilai-nilai doktrinal Islam (Taher 1993, 6). Hal ini juga masih mendatangkan permasalahan yang besar.
Tipologi Berfikir Agama
Cara Berfikir Ekstrem
Tipologi berpikir ekstrim biasanya ditandai dengan sikaf fanatisme yang berlebihan dan sulit menerima pendapat orang lain (Rumadi 2006, 5). Cara berfikir ekstrem ini disebut sebagai Islam ekstrem kanan dengan ciri berfikir utama adalah teks-oriented, atau dengan kata lain pendekatan yang digunakan hanya mengacu pada pendekatan tekstual dan tidak menggunakan pendekatan lainnya. Golongan ini lebih berorientasi pada normatifisme agama yang ideal, sehingga unsur lain diluar teks al-Qur’an dan al-Hadits tidak memiliki nilai yang signifikan terhadas cara berfikir mereka. Kelompok ini tidak segan-segan melakukan aksi fisik sebagai bentuk pembenaran terhadap hal-hal yang diyakini salah dan tentu saja keluar dari teks dasar al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam perilaku keagamaan, kelompok ini sangat taat terhadap ritual ibadah bahkan kalau dibandingkan dengan kelompok lain maka kelompok ini menjadi kelompok terdepan dalam hal ibadah.
Cara Berfikir Moderat
Disebut juga dengan Islam tengah adalah cara berfikir keislaman yang tidak terlalu kaku dan tidak terlalu terbuka bebas.Dalam memahami agama, biasanya cara berfikir ini sangat pragmatis terhadap wacana keagamaan. Cara berfikir ini dikelaim sebagai cara berfikir yang memadukan teks keagamaan dan akal
secara seimbang. Pengambilan hukum yang sangat hati-hati kadang menjadikan cara berfikir kelompok ini dianggap terlalu takut dan tidak berani memilih secara tegas apa yang diyakini.
Cara berfikir Libral dan Sekuler
Disebut cara berfikirnya Islam ekstrem kiri. Cara berfikir ini lebih ditekankan pada cara berfikir yang bebas dan tidak terikat oleh teks al-Qur’an dan lebih mengutamakan akal dari pada bacaan teks al-Qur’an. Kelompok ini beranggapan bahwa yang terpenting dari tek al-Quran dan al-Hadits adalah esensi dari pemaknaan teks suci tersebut. Bentuk dan cara berfikir yang ektrem ini bisa dilihat dengan menentukan pengelomokan tipologi berfikir sebagaimana telah dipaparkan diatas, dengan begitu dapat diambil kesimpulan bahwa cara berfikir ekstrem adalah cara berfikir yang keluar dari yang biasanya. Model berfikir seperti ini tidak hanya tergantung dari cara berfikirnya saja akan tetapi dari cara mereka meyakini kebenaran yang berlebihan menjadikan cara berfikir tersebut ekstrem seperti pada pengelompokkan ekstrem kanan tersebut. Sedangkan cara berfikir yang keluar dari kebiasaan berfikir yang semestinya juga dapat menjadi landasan cara berfikir tersebut ekstrem seperti yang ada pada ekstrem kiri Islam. Dengan berbedanya cara berfikir dari cara berfikir sebelumnya atau cara berfikir umum menempatkan cara berfikir ini menjadi cara berfikir ektrem juga.
Hubungan Buku Paket PAI SMA dengan Gerakan Terorisme
Karakteristik Materi Buku Pendidikian Agama Islam SMA
Buku paket PAI SMA merupakan buku paket yang disusun berdasarkan amanah kurikulum 1994 (Wahid 2005, 5). Seperti yang diketahui bahwa kurikulum 1994 ini sampai sekarang inipun masih tetap terpakai walaupun secara Nasional sudah berganti, dengan begitu maka secara otomatis buku paket yang ada dibuat dengan lebih menitikberatkan pada aspek pencapaian kognitif sebagaimana para ahli menilai kurikulum 1994 lebih mementingkan kognitif semata (Usa 1991, 11). Sebagaimana yang terlihat pada isi buku
paket PAI SMA yang banyak kehilangan nilai-nilai keluhuran praktis yang seharusnya berkelindan dengan aspek kognitif tersebut. Nilai-nilai keluhuran tersebut seperti latihan membaca al-Qur’an, simulasi kerukunan antar beragam, kerukunan umat beragama dan lain sebagainya.
Penyusunan buku paket PAI pada SMA tentu berbeda dengan penyusunan pada materi buku PAI di madrasah yang menyebar menjadi empat mata pelajaran yaitu Akidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqih dan SKI, sementara pada SMA keempat mata pelajaran yang merupakan pelajaran yang dihimpun menjadi satu mata pelajaran saja yakni mata pelajaran keagamaan atau mata pelajaran PAI sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan integratif.
Adapun materi-materi yang diangkat pada buku paket PAI SMA adalah:
a. Materi-materi yang menyangkut Aqidah Akhlak terdapat
delapan belas topik yaitu: Dinul Islam, Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada al-Qur’an, Iman kepada Rasul Allah, Nabi Muhammad Nabi Terakhir, Iman kepada Qada dan Qadar(aspek Aqidah), Tanggung Jawab, Hal-hal yang merusak Iman, Keadilan, Ikhlas, Kesetiakawanan, Syukur Nikmat, Disiplin, Qonaah, Etos Kerja, dan Perilaku Orang Beriman (aspek Akhlak).
b. Materi-materi yang menyangkut Fiqih terdapat enam belas
topik yaitu: Sumber Hukum Islam, Shalat Berjamaah, Macam-macam Sujud, Shalat Fardhu Ain dalam berbagai keadaan, Wakaf, Khutbah Jum’at, Riba dan perbankkan, Solat Sunnat, Dzikir dan Doa, penyelenggaraan Jenazah, Zakat dan Pajak, Mawaris, Hajji dan Umrah serta perseroaan atau syirkah
c. Materi-materi Sejarah Kebudayaan Islam terdapat enam
tofik yaitu: Sejarah Nabi Muhammad, Sejarah peradaban Islam, Sejarah dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam.Islam di Indonesia, Peranan Umat Islam di Indonesia, Islam di Asia, dan Islam dibeberapa Benua.
d. Materi-materi yang menyangkut Qur’an Hadits terdapat lima belas topic yaitu: Tiga Lapis Kegelapan Dalam Rahim (QS. 39: 6), Kesempurnaan menyusui anak (QS. 2: 233), Makanan yang Halal dan Bergizi (QS. 2:168), Pelestarian Alam ( QS. 6:141), Kerusakan Alam Akibat Tangan Manusia (QS.30: 41), Pemerataan(QS. 2: 267), Kemurnian al-Qur’an (QS.10: 37 dan 38 ), Kebenaran al-Qu’an ( QS. 5: 48), Rahmat Allah Berupa Bumi, Laut, dan Langit(QS.45: 12 dan 13), Azas Keseimbangan (QS.28:76 dan 77 ), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( QS.55:33), Ternak (QS.16:65dan 66 ), dan Buah-buahan dan Madu (QS. 16:67-69).
e. Materi-materi yang menjadi gabungan dari materi ranah
yang empat diatas yaitu Musyawarah dalam Islam, Perdamaian atau Islah, Kerukunan Umat Beragama dan
penyakit Masyarakat. (Buku paket SMA Kurikulum 2006 atau
KTSP kelas I,II dan III)
Sedangkan jika ditinjau secara umum karakteristik materi pelajaran PAI adalah mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran dasar tersebut terdapat pada al-Qur’an dan al-hadits, prinsip-prinsip yang tertuang dalam pelajaran PAI terdapat tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syari’ah, dan akhlak, mata pelajaran PAI tidak hanya menghantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengamalkan ajaran tersebut sedangkan tujuan akhirnya adalah terbentuknya peserta didik yangmemiliki akhlak mulia (Anwar dan Ramli 2010, 43).
Wacana Gerakan Islam Radikal dalam Buku Paket PAI di SMA
Dalam buku paket PAI SMA dimulai dari buku paket tahun 2000 sampai tahun 2006 sebagian besar adalah buku paket yang masih dipergunakan oleh guru mata pelajaran PAI di SMA, tidak ditemukan secara terminologi adanya bab khusus yang membahas tentang kekerasan agama yang berimplikasi terhadap teror, akan tetapi secara dialogis pada materi-materi PAI terdapat
bagian-bagian yang memang sangat rawan diartikan sebagai dasar diperbolehkan adanya tindak kekerasan terhadap perusak agama. Komposisi penyebaran materi PAI yang tidak merata antara aspek
mata pelajaran yang ada ini terlihat dari dominasi fiqih (Fiqh-oriented
atau Fiqh-minded ), selain itu adanya tampilan ayat-ayat yang normatif dan dijelaskan dengan normatif juga seperti ajaran-ajarannya yang sempurna dan doktrin-doktrin yang mengagungkan agama Islam sementara ajaran lain dilihat dengan penuh kesalahan sehingga bisa jadi memunculkan klaim kebenaran mutlak. Dengan model dan materi pengetahuan yang seperti itu, maka segala sesuatu yang bukan dari ajaran Islam akan dipandang selalu salah.
Dengan gambaran seperti itu, dapat dikatakan bahwa dalam buku paket PAI SMA banyak menggunakan pendekatan Teologis-Normatif, yang artinya dengan menggunakan pendekatan normatif-teologis tersebut maka pendekatan seperti ini akan menimbulkan hasil berfikir monolitik, apologetik dan eksklusif (Wahid 2005, 8). Dalam satu sisi memang cara pandang ini akan menimbulkan rasa beragama yang sangat kuat akan tetapi dilain sisi akan mengakibatkan tidak pekanya terhadap perkembangan yang terjadi sehingga dalam menafsirkan agama cenderung bersifat apologis. Dengan sudut pandang seperti ini agama akan tetap dipandang dengan abstrak dan sulit menghasilkan dan bertransformasi dengan masalah-masalah yang riil terjadi dalam masyarakat. Dengan kata lain unsur kekerasan bisa sangat mungkin dihasilkan dari produk buku paket PAI SMA.
Catatan Akhir
Doktrin Islam bersifat rahmatan lialamin, yakni ajaran yang tidak
mengandung pengerusakan, atau dengan kata lain, ajaran cinta akan perdamaian. Namun ajaran Islam yang demikian akan rusak, jika pendidikan agama Islam tidak memiliki model, metode, dan isi yang tepat. Adanya kurikulum atau buku paket materi Pendidikan agama Islam pada sekolah SMA, dari aspek materi yang diajarkan, dirasa
masih belum memadai dalam mencerminkan Islam yang rahmatan
yang radikal, atau bisa melahirkan gerakan Islam radikal. Karena itu perlu adanya perbaikan yang signifikan dari materi-materi yang termuat didalamnya.
Daftar Pustaka
Al-Ibrasyi, Muammad Atiya. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan Islam.
Diterjemahkan oleh Tasirun Sulaiman. Ponorogo: PSIA.
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip-prinsip dan Metode
Pendidikan Islam. Diterjemahkan oleh Herry Noer Ali. Bandung:
Diponegoro.
Anshari, Endang Saefudin. 1976. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.
Jakarta: Usaha Enterprise.
Anwar, Khairil, dan Ramli. 2010. Mengikhtiarkan Pendidikan yang
Egaliter. Sidoarjo: Kreasi Wacana.
Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Durham Jr., W. Cole. 1996. “Perspectives on Religious Liberty: A
Comparative Framework.” In Religious Human Rights in Global
Perspective: Legal Perspectives, diedit oleh Joan D. van der Vyver dan Joan Witte Jr. London: Martinus Nijoff Publisher.
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan
Islam. Bandung: Al-Ma’rifah.
Mapangganro. 1995. “Sistem dan Metode Pendidikan Islam dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia Menyongsong Era Industrialisasi.” In .
Marimba, Ahmad D. 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Al-Ma’rifah.
Nasution. 2003. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Rais, M. Amin. 1987. Cakrawala Islam. Bandung: Mizan.
Rumadi. 2006. Renungan Santri: Dari Jihad Hingga Kritik Wacana
Taher, Tarmizi. 1993. “Anatomi Radikalisme Keagamaan dalam
Sejarah Islam.” In Radiaklisme Agama, diedit oleh Bachtiar
Effendi dan Hendro Prasetyo. Jakarta: PPIM-IAIN.
Usa, Muslih. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan
Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Wahid, Abdul. 2005. Ontologi Tesis: Bidang Keilmuan Pendidikan Islam.
Mataram: LKIM IAIN Mataram.
Wan Daud, Wan Mohd Nor. 2003. Filsafat dan Praktek Pendidikan
Islam Syed M. Naquib Al-Attas. Diterjemahkan oleh Hamid Famy, M. Arifin Ismail, dan Iskandar Amel. Bandung: Mizan.