• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X SMA N 4 Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X SMA N 4 Pekanbaru"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

APPLICATION OF INQUIRY TRAINING MODEL TO IMPROVE

PHYSICS STUDENTS OUTCOMES AT CLASS X SMA N 4

PEKANBARU

Dwi Athifah Ramadhani1, Mitri Irianti2, M. Nor3

Email: dwiathifah65@gmail.com, HP: 085265908956, mit_irianti@yahoo.co.id, m.noer.mt@gmail.com

Physics Education Study Program )DFXOW\ RI 7HDFKHU¶V 7UDLQLQJ DQG (GXFDWLRQ

University of Riau

Abstract: The purpose of this study was to determine the increase in Physics Learning Outcomes class X SMA N 4 Pekanbaru using model Inquiry Training. The research was conducted of the month April 2017 to July 2017. The form of this study was Quasi Experimental Design with design Intact Group comparasion. The sample of research in class X1 and X2 with the number of students 38 and 37 students in SMA N 4 Pekanbaru. Where in class X2 as experiment class and class X1 as control class. The research instrument used is test result of cognitive learning. Data collection techniques are tests of cognitive learning outcomes. Data analysis techniques used are descriptive and inferential analysis.The results showed that the average score of the absorption of students with the application of training inquiry is 71.51% with the higher category, while the average absorption class with the application of conventional learning 63.71% with a lower category. Thus concluded that the application of learning models Inquiry Training can improve student learning outcomes in learning Physics in harmonious vibration material in class X SMA N 4 Pekanbaru.

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

INQUIRY TRAINING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA

SISWA KELAS X SMA N 4 PEKANBARU

Dwi Athifah Ramadhani1, Mitri Irianti2, M. Nor3

Email: dwiathifah65@gmail.com, HP: 085265908956, mit_irianti@yahoo.co.id, m.noer.mt@gmail.com

Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar Fisika siswa kelas XSMA N 4 Pekanbaru menggunakan model pembelajaran

Inquiry Training. Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2017 sampai bulan Juli 2017. Bentuk penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan design Intact Group Comparasion. Sampel penelitian pada kelas X1 dan X2 dengan jumlah siswa 38

dan 37 siswa di SMA N 4 Pekanbaru. Dimana pada kelas X2 sebagai kelas eksperimen

dan kelas X1 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa test

hasil belajar kognitif. Teknik pengumpulan data adalah tes hasil belajar kognitif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata skor daya serap siswa dengan penerapan model

inquiry training adalah 71,51% dengan kategori tinggi, sedangkan daya serap rata-rata kelas dengan penerapan pembelajaran konvensional 63,71% dengan kategori rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Inquiry Training

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika pada materi getaran harmonis di kelas X SMA N 4 Pekanbaru.

(3)

PENDAHULUAN

Pendidikan sains di Indonesia terdapat pada setiap tingkat satuan pendidikan baik SD, SMP, atau SMA. Salah satu pendidikan sains adalah Fisika. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2013). Proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan pengumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang memerlukan proses berfikir yang baik.

Fisika banyak tidak diminati oleh siswa karena dianggap sulit (Gede Bandem Samudra, 2014). Pembelajaran fisika bukan hanya konsep tetapi juga terdapat hitung-hitungan, sehingga siswa harus menghapal rumus-rumus dan mengulang definisi yang diberikan guru tanpa memahami maksud dan isinya. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang baik dapat dilihat dari aspek proses dan aspek hasil. Dalam aspek proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila selama kegiatan belajar mengajar siswa menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi dan terlihat secara aktif baik fisik maupun mental. Sedangkan dari aspek hasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada peserta didik serta menghasilkan hasil belajar yang tinggi.

Perencanaan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum, dikarenakan sekarang sudah menggunakan kurikulum 2013 maka perencanaan pembelajaran harus sesuai kurikulum 2013. Penyusunan perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses dan sistem pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Tugas dari guru adalah menciptakan strategi yang tepat untuk menghasilkan siswa yang aktif, sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman dilapangan yang dilakukan di SMA Negeri 4 Pekanbaru pada kelas X pada mata pelajaran fisika diperoleh banyak siswa yang nilainya masih dibawah KKM. Ini terlihat pada ulangan harian yang diberikan guru bidang studi yaitu kurang dari 50% siswa belum mencapai ketuntasan. KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 80. Salah satu masalahnya yaitu pada proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa dari aspek guru, aktivitas pembelajaran lebih berpusat kepada guru. Siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru cenderung memegang peran utama dalam proses pembelajaran. Guru telah berupaya untuk mengatasi rendahnya jumlah peserta didik yang mencapai KKM dengan mengulang pelajaran yang belum dimengerti dan membentuk siswa ke dalam kelompok diskusi secara heterogen untuk bersama-sama membahas soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, namun cara ini masih dirasa guru kurang optimal.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru hanya memberikan tugas berupa soal-soal. Siswa hanya menghapal dan tidak berani untuk menemukan ide-ide secara mandiri. Sehingga siswa belum dapat meningkatkan pengetahuan mereka, belajar untuk menemukan konsep secara langsung dan memaknai pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Serta penerapan dan manfaatnya sangat sedikit dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika. Pembelajaran yang kurang melibatkan

(4)

siswa secara aktif dapat menghambat kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu, perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap mandiri serta mengoptimalkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan membuat siswa memaknai pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari melalui proses penemuan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini, diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu model yang dipandang dapat mengatasi masalah di atas adalah model pembelajaran Inquiry Training. Model pembelajaran Inquiry Training merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum 2013. Pola belajar siswa dalam bekerjasama meningkatkan pengetahuan mereka, belajar untuk menjadi peneliti dan akan membangun kapasitas belajar mereka sendiri. Pengetahuan tidak sekedar dari guru tetapi harus dibangun dan dimunculkan sendiri oleh siswa agar mereka dapat merespons informasi dalam lingkungan pendidikan. Model pembelajaran

Inquiry Training mengacu pada model pembelajaran mandiri, artinya dalam pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif dan kreatif sehingga mampu menemukan konsep secara mandiri melalui keterampilan proses (meliputi mengamati, menanya, melakukan eksperimen, mengasosiasi, dan mengomunikasikan) (Made Wena, 2009). Teori yang mendasari model pembelajaran ini adalah secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya (Hamzah B. Uno, 2008).

Menurut Joyce (2011) model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Hasil pembelajaran utama dari

Inquiry Training adalah proses-proses yang melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan dan mengolah data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis, merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan.

Penggunaan model Inquiry Training dinilai berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan Desi Kristin Lumban Gaol dan Makmur Sirait (2014) bahwa Penggunaan model pembelajaran Inquiry Training membuat siswa lebih tertarik dan lebih mudah memahami konsep materi yang di pelajari, siswa di beri kesempatan mengungkapkan pengalaman yang di milikinya melalui pertanyaan-pertanyaan dan rangsangan-rangsangan yang di berikan peneliti mengenai materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Selain itu, penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Arini Ulfah Mawaddah (2015 GHQJDQ MXGXO ³Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Kalor Dan Perpindahan Kalor Di Kelas VII Mts Aisiyyah Medan T.P 2014/2015´ Dari hasil analisis data diperoleh nilai pretes kelas eksperimen 47,75 dan setelah diberi perlakuan yaitu model Inquiry Training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata postest 75,85. Sementara hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata pretest 47,42 dan postest 63,28.

(5)

Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada materi getaran harmonis.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Quasi Experimental Design. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Intact Group Comparison

(Sugiyono, 2015). Penelitian ini dilakukan perbandingan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diterapkan model pembelajaran inquiry training sedangkan dikelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian posttest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal, jumlah dan waktu yang sama.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, dan LKPD dengan pengumpulan data dilakukan test (test hasil belajar kognitif) yang disusun berdasarkan indikator pembelajaran. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil test kognitif siswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif untuk melihat hasil belajar dengan menggunakan kategori daya serap dan efektivitas model pembelajaran Inquiry Training, sedangkan Uji t untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas yang menerapkan model pembelajaran Inquiry Training dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran konvensional.

Untuk mengkategorikan daya serap siswa dan efektivitas pembelajaran dari hasil belajar digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 1. Kategori Daya Serap Siswa dan Efektifitas Pembelajaran Interval (%) Kategori Daya Serap Kategori Efektivitas

” [ ” Sangat tinggi Sangat efektif

” [ Tinggi Efektif

” [ Rendah Cukup efektif

” x < 50 Sangat rendah Kurang efektif Sumber : (Depdiknas, 2007)

Kriteria Penarikan kesimpulan yaitu jika thitung > ttabel, maka terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap hasil belajar dalam pembelajaran fisika kelas X SMA N 4 Pekanbaru pada kelas yang menerapkan model pembelajaran inquiry training dengan kelas yang menerapkan pembelajaran secara konvensional sehingga penerapan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil belajar kognitif peserta didik. Data hasil belajar kognitif peserta didik diperoleh dari hasil posttest yang dilakukan setelah penerapan model pembelajaran inquiry training pada kelas eksperimen yaitu kelas X MIA 2 dan model pembelajaran konvensional pada kelas

(6)

kontrol yaitu kelas X MIA 1 di SMA Negeri 4 Pekanbaru pada materi Getaran Harmonis. Analisis deskriptif ini meliputi daya serap dan efektifitas pembelajaran.

Berdasarkan data hasil belajar peserta didik analisis data deskriptif hasil belajar siswa pada materi Getaran Harmonis dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Deskripsi hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol No Aspek Analisis

Deskriptif

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Persentase

(%) Kategori

Persentase

(%) Kategori

1 Daya Serap 71,51 Tinggi 63,71 Rendah

2 Efektivitas

Pembelajaran 71,51 Efektif

63,71 Cukup Efektif

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa daya serap peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan model inquiry training lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan beda nilai sebesar 7,8%. Daya serap rata-rata siswa 71,51% sehingga dari 100% daya serap rata-rata yang artinya semua siswa memiliki daya serap yang sama, hanya mencapai 71,51% dari 100% daya serap rata-rata. Sehingga efektivitas pembelajaran melalui penerapan model inquiry training mengacu pada nilai daya serap rata-rata siswa kelas eksperimen dimana berada pada kategori efektif.

Setelah diperoleh data tes hasil belajar setelah penerapan model inquiry training

dilakukan uji normalitas. Dengan menggunakan SPSS versi 17, terlihat bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. Setelah kedua kelas terdistribusi normal, kemudian dilakukan uji homogenitas yang ditunjukkan pada tabel

test of homogenity of variances bahwa nilai signifikansi > 0.05 yaitu 0,745 > 0.05 dan diperoleh bahwa kedua kelas memiliki varians homogen.

Setelah uji prasyarat terpenuhi, pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 (Independent-Sample T-Test). Pengujian hipotesis bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dimana hipotesis yang diajukan yaitu:

1) Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa antara siswa yang diajarkan dengan model inquiry training dengan pembelajaran konvensional. 2) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa antara siswa yang diajarkan

dengan model inquiry training dengan pembelajaran konvensional.

Tes t yang dilakukan adalah untuk menguji hipotesis Ho. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 17, diperoleh hasil perhitungan t yaitu thitung =

2,937. Dengan dk = 73 dan taraf kesalahan 5%, sehingga diperoleh ttabel = 1,993.

Berdasarkan kriteria pengujian terhadap nilai t diperoleh hasil thitung > ttabel yaitu 2,937 >

1,993, sehingga berdasarkan perbandingan nilai t tersebut maka Ho ditolak atau Ha diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajarkan dengan model inquiry training dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran inquiry training baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(7)

Berdasarkan perolehan data hasil belajar siswa didapat bahwa daya serap untuk tiap indikator pada kelas yang menerapkan model pembelajaran inquiry training

bervariasi. Perolehan daya serap siswa kelas menerapkan model pembelajaran inquiry training pada setiap indikator dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Daya serap siswa melalui penerapan model inquiry training

Pada Gambar 1. terlihat daya serap rata-rata siswa pada penerapan model inquiry training setiap indikator berbeda-beda mulai dari sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Pada kategori sangat tinggi ada delapan indikator yang dapat dicapai pada kelas dengan penerapan inquiry training yaitu berisi tentang konsep dasar getaran harmonis, perhitungan getaran harmonis seperti periode, gaya pemulih bandul, simpangan dan energi mekanik. Pada saat pembelajaran dengan model inquiry training

diberikan penekanan pada konsep-konsep dengan bantuan lembar kerja peserta didik dan juga penekanan pada saat persentase kelompok. Sehingga siswa menjadi lebih mudah mengingat pelajaran yang telah dilakukan. Dengan melakukan dan menemukan konsep secara mandiri maka akan membantu siswa dalam mengingat konsep dalam pembelajaran.

Pada kategori tinggi ada dua indikator yang dicapai saat menerapkan model pembelajaran inquiry training yaitu berisi tentang analisis konsep dalam kehidupan sehari-hari dan menentukan besar energi kinetik. Pembelajaran dengan model inquiry training membuat siswa dapat memahami analisa konsep dengan kategori tinggi, namun belum bisa mencapai kategori yang sangat tinggi. Ini terjadi karena pada soal analisis konsep bandul dalam kehidupan sehari-hari masih banyak siswa yang terkecoh dengan pilihan jawaban yang bahasanya sedikit dibolak-balikkan, sehingga siswa kurang teliti dalam memilih jawaban yang tepat. Begitu juga pada soal menentukan energi kinetik kebanyakan siswa kurang teliti dalam perhitungan.

Pada kategori rendah dan sangat rendah ada lima indikator yang diperoleh melalui penerapan inquiry training yang berisi tentang menganalisa/memecahkan masalah. Terjadinya hal ini disebabkan jenis soal yang diberikan tidak menunjang pada model pembelajaran inquiry training yaitu siswa hanya menganalisa penerapan rumus

100 100 73 89 95 27 51 100 11 97 32 92 32 78 92 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 D ay a S e rap ( % )

(8)

sedangkan pada saat pembelajaran siswa lebih diutamakan dalam menganalisa konsep-konsep yang ada, sehingga siswa kesulitan dalam menganalisa penerapan rumus. Sebaiknya pada saat pembelajaran guru juga membuat evaluasi belajar yang membuat siswa dapat menganalisis soal yang beragam baik secara konsep maupun analisa perhitungan dengan rumus.

Daya serap untuk masing-masing indikator pencapaian kompetensi ini beragam juga disebabkan setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima dan menyerap materi pelajaran, perbedaan tingkat keseriusan siswa saat mengikuti pelajaran, perbedaan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan, perbedaan motivasi belajar siswa, serta perbedaan tingkat kesukaran materi pelajaran yang berbeda-beda.

Proses pelaksanaan pembelajaran pada penerapan model inquiry training yaitu siswa sendiri meneliti secara alamiah ketika mereka sedang menghadapi persoalan (terjadi pada fase pertama - menghadapkan pada masalah), kemudian keadaan mereka yang dapat sadar dan belajar menganalisis strategi-strategi berpikirnya melalui proses verifikasi data/informasi (terjadi pada fase kedua ± verifikasi data), selanjutnya peneliti dapat mengajarkan strategi-strategi baru secara langsung dan dapat ditambahkan pada strategi yang telah dimiliki siswa sebelumnya (terjadi pada fase ketiga ± eksperimentasi), serta penelitian yang kooperatif dapat memperkaya pemikiran dan membantu siswa belajar tentang ketidakmestian, sifat pengetahuan yang selalu berkembang, dan menghargai penjelasan alternatif (terjadi pada fase keempat dan kelima ± mengolah, memformulasikan suatu penjelasan dan analisis proses penelitian). Hal-hal inilah yang meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model inquiry training mampu meningkatkan kualitas pembelajaran (1) keterampilan proses (mengamati, mengumpulkan dan mengolah data), (2) pelajar aktif dan mandiri, (3) pengungkapan verbal, (4) toleransi terhadap keadaan yang ambigu (memiliki dua arti) dan juga ketekunan, (5) Berfikir Logis.

Efektivitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Efektivitas ditentukan oleh daya serap yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Secara rata-rata efektivitas pembelajaran pada materi getaran harmonis menggunakan model inquiry training pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.

Pembelajaran akan berjalan efektif jika siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan menemukan informasi (pengetahuan). Hal ini diperkuat dengan pendapat Slameto (2003) yaitu syarat-syarat yang diperlukan untuk tercapainya belajar yang efektif adalah terciptanya suasana yang demokratis. Pembelajaran inquiry training

ini mampu menciptakan suasana kelas yang demokratis antara lain saling menghormati pendapat teman, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri, berpendapat sendiri, berdiskusi mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, akan mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Walaupun penggunaan model pembelajaran inquiry trining dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, tetapi selama pembelajaran masih ada kendala yang

(9)

dihadapi peneliti yaitu terjadinya pemoloran waktu karena dalam mengatur tempat duduk tiap kelompok memakan waktu yang lama dan adanya siswa yang tidak serius disetiap kelompok pada saat praktikum karena banyaknya siswa di setiap kelompok mengakibatkan adanya keributan dan kurang aktifnya siswa di setiap kelompok. Untuk mengatasi hal ini, upaya yang dilakukan adalah sebaiknya jumlah siswa dalam setiap kelompok cukup 3-4 orang saja agar semua siswa bekerja dalam setiap kelompok. Terjadinya pemoloran waktu dapat mengakibatkan siswa tidak mendapat penjelasan yang menyeluruh tentang contoh soal-soal yang diberikan. Dan upaya yang dapat dilakukan adalah siswa mempelajari dirumah dengan berbagai soal-soal yang ada dibuku maupun diinternet yang berhubungan dengan materinya yang telah diajarkan.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, setelah dilakukan pembelajaran fisika menggunakan inquiry training pada materi pokok getaran harmonis di kelas X SMA N 4 Pekanbaru diperoleh kesimpulan Pembelajaran fisika di kelas X MIA SMA Negeri 4 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada materi getaran harmonis dengan kategori daya serap adalah Tinggi dan kategori efektifitas adalah Efektif.

Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka disarankan penerapan model pembelajaran inquiry training dapat dijadikan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran fisika di Sekolah dan guru harus benar-benar pandai membagi waktu dan mengontrol pengelolaan kelas, agar waktu yang tersedia benar-benar dapat dimanfaakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arini Ulfah Mawaddah. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Kalor Dan Perpindahan Kalor Di Kelas VII Mts Aisiyyah Medan T.P 2014/2015. Jurnal Penelitian Vol.1

No.1 Oktober 2015. ISSN : 2461-1247. Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan. Medan.

Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan silabus sekolah menengah pertama mata pelajaran IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Deirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina SMP.

Desi Kristin Lumban Gaol dan Makmur Sirait. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Siswa.

Jurnal Inpafi Vol. 2, No. 2, Mei 2014. Program Studi Pendidikan Fisika Fmipa Universitas Negeri Medan. Medan.

(10)

Gede Bandem Samudra. 2014. Permasalahan-Permasalahan Yang Dihadapi Siswa SMA Di Kota Singaraja Dalam Mempelajari Fisika. Jurnal Program Studi Pendidikan IPA. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Hamzah B. Uno. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. 2011. Models Of Teaching. Percetakan Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiyono, 2014. Statistika untuk penelitian. Alfabeta. Bandung. Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Trihendradi. 2009. Step By Step SPSS 17 Analisis Data Statistic. Andi Offset. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Kategori Daya Serap Siswa dan Efektifitas Pembelajaran  Interval (%)  Kategori Daya Serap  Kategori Efektivitas
Tabel 2. Deskripsi hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol  No  Aspek Analisis
Gambar 1. Daya serap siswa melalui penerapan model inquiry training

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1 Menampilkan data secara detail dari baris data yang dipilih pada halaman lokasi atau hasil pencarian Halaman lokasi Pengguna meng-klik link ‘View’ Menampilkan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas bakteri indigenous, serta dominansi bakteri eksogenous terhadap komunitas bakteri indigenous yang terdapat di

Terdapat korelasi positif antara konsentrasi hara K dengan bobot kering daun, Ca dengan aktivitas PAL, dan Fe dengan total saponin pada posisi daun ke-3 umur 5 bulan,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga

Akan tetapi, informasi pada situs OGSA-DAI sebagai acuan utama penulis tidak diberikan secara detil dalam hal pustaka yang terkait dengan sistem operasi dan paket GT yang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel keamanan, privasi, nama merek, website dan navigasi, informasi dan kebijakan pengembalian dalam mempengaruhi

[r]