• Tidak ada hasil yang ditemukan

T B.JPN 1302420 Chapter 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T B.JPN 1302420 Chapter 3"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Nita Rustanti, 2016

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa metode eksperimen adalah metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Salah satu bentuk dalam metode

eksperimen adalah true eksperimental. Dalam metode eksperimen murni atau true

eksperimental terdapat kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut

mendapatkan pengamatan (kelompok kontrol) sehingga akibat yang diperoleh dari

perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak

mendapat perlakuan (Arikunto, 2010).

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen murni atau true

experimental. Hal ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

perbedaan kemampuan penguasaan huruf hiragana pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol setelah diberikan perlakuan dengan model blended learning.

Terdapat kelompok eksperimen yang menggunakan model blended learning

dan kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional. Pada kelompok

kontrol digunakan model konvensional (face-to-face) yang sudah biasa dilakukan

di Politeknik Piksi Ganesha pada saat pembelajaran huruf Hiragana yaitu dengan

metode ceramah dan latihan (drill). Sedangkan, model blended learning akan

diterapkan melalui penggabungan model konvensional (face-to-face) dan

e-learing. E-learning yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu

Learning Management System (LMS) open source, yaitu moodle.

3.2Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest-Only

(2)

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Group Perlakuan Posttest

Eksperimen X O1

Kontrol O2

Keterangan:

O1: Posttestt pada kelas eksperimen

O2: Posttest pada kelas kontrol

X : Perlakuan dengan penggunaan model blended learning

3.3 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester enam

kelas karyawan dan reguler pada Program Studi D4 Manajemen Informatika

Politeknik Piksi Ganesha. Terdapat sekitar 102 Mahasiswa yang terbagi ke dalam

empat kelas.

Selanjutnya, teknik sampel yang dipilih adalah Random Sampling karena

mahasiswa dianggap memiliki karakter yang sama atau mendekati homogen.

Terdapat 20 mahasiswa sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model

blended learning dan 17 mahasiswa sebagai kelas kontrol yang menggunakan

model konvensional (face to face).

3.4 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Piksi Ganesha Bandung selama tiga

minggu dengan empat kali pertemuan pada tanggal 23 April 2015 sampai dengan

(3)

Nita Rustanti, 2016

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan terhadap masalah-masalah yang berhubungan

dengan penelitian

2. Merancang rencana pembelajaran

3. Menyiapkan instrumen penelitian

4. Melakukan uji coba dan revisi instrumen penelitian

5. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

6. Melaksanakan pembelajaran dengan model blended learning pada kelompok

eksperimen dan model konvensional pada kelompok kontrol.

a. Kelompok kelas ekserimen

pertama-tama peserta didik diberikan username dan password untuk dapat

mengakses moodle. Kemudian peserta didik mempelajari huruf hiragana

secara bersama-sama di kelas dengan metode ceramah dan latihan (drill).

Setelah itu, di luar jam pembelajaran, peserta didik mengerjakan latihan

berupa soal secara mandiri dengan menggunakan LMS moodle.

b. Kelompok kelas kontrol

Pembelajaran dalam kelas kontrol dilaksanakan seperti biasa dengan

menggunakan model konvensional (face to face). Peserta didik

mempelajari hiragana secara bersama-sama di kelas dengan metode

ceramah dan drill, kemudian diberikan tugas menulis hiragana dengan

menggunakan alat tulis biasa di luar jam pembelajaran kelas.

7. Melakukan posttest pada kedua kelompok

8. Menyebarkan angket kepada kelompok eksperimen untuk mengetahui respon

mahasiswa mengenai pembelajaran hiragana dengan model blended learning.

(4)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan 3.1 di bawah ini.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya, seperti: angket, wawancara, observasi, tes dan

dokumentasi. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti

untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati agar pekerjaannya lebih

(5)

Nita Rustanti, 2016

sehingga lebih mudah diolah (Sugiyono, 2014 ; Arikunto, 2010). Dengan kata lain,

instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses

pengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa

tes, observasi dan kuesioner dengan instrumen berupa soal tes, lembar observasi

dan angket.

3.6.1 Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010). Menurut

Djemari dalam Widoyoko (2012) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir

besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons

seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Instrumen yang berupa tes terdiri

atas tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Dari segi penskorannya, tes tulisan

dapat dikategorisasikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif.

Instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berbentuk

pilihan ganda dan tes subjektif berbentuk uraian terbatas (restricted response)

dengan tipe jawaban singkat.

Widoyoko (2012) menyatakan bahwa tes objektif adalah tes yang

penskorannya bersifat objektif, yaitu hanya dipengaruhi oleh objek jawaban atau

respons yang diberikan oleh peserta tes (responden). Penulis memilih pilihan

ganda dengan tujuan agar penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif dan

memudahkan dalam perhitungan uji kelayakan instrumen.

Menurut Widoyoko (2012) tes subjektif adalah tes yang penskorannya

selain dipengaruhi oleh jawaban maupun respon peserta tes, juga dipengaruhi oleh

subjektivitas korektor. Pada umumnya, tes subjektif berbentuk uraian (esai). Tes

uraian dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu tes uraian bebas atau uraian terbuka

(extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Tes uraian bebas

adalah bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada peserta tes untuk

mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam

(6)

rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes. Terdapat beberapa

ragam dalam tes uraian terbatas, salah satunya adalah ragam tes jawaban singkat.

Dalam tes jawaban singkat, butir soal dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa,

satu angka atau satu formula. Alasan pemilihan tes subjektif dengan uraian

terbatas ini adalah untuk mengetahui kemampuan menulis hiragana. Selain itu,

tes jawaban singkat dapat mengukur hasil belajar yang sederhana, yaitu ingatan

(Widoyoko, 2012).

Tes objektif dan subjektif ini dilakukan pada saat posttest untuk mengukur

sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam penguasaan huruf hiragana.

3.6.2 Non-tes

Instrumen non tes dapat berupa angket, pedoman observasi, pedoman

wawancara, skala, sosiometri, daftar (cheklist) dan sebagainya (Sutedi, 2011).

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2014). Peneliti

menggunakan observasi sebagai teknik pengumpulan data dengan tujuan untuk

mengetahui perilaku mahasiswa dalam proses pembelajaran hiragana dengan

model blended learning. Perilaku tersebut di antaranya seperti keaktifan, motivasi,

ataupun kemandirian dalam belajar. Instrumen untuk observasi adalah lembar atau

pedoman observasi. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini

bersifat tertutup yang dapat dilakukan dengan memberikan tanda cheklist atau

memberikan beberapa alternatif sebagai pilihannya (Sutedi, 2011).

Teknik pengumpulan data lain yang penulis gunakan adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2014). Dipandang dari cara menjawab, kuesioner dapat

dikategorikan menjadi kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada

responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri, dan kuesioner tertutup,

yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto,

(7)

Nita Rustanti, 2016

tertutup dalam bentuk skala likert dengan tujuan untuk mengetahui respon

mengenai pembelajaran huruf hiragana dengan model blended learning.

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang

dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif

sampai dengan sangat positif. Skala likert yang dipilih hanya menggunakan empat

skala penilaian, yaitu (a) sangat setuju, (b) setuju, (c) tidak setuju, dan (d) sangat

tidak setuju. Skala penilaian yang bersifat netral tidak penulis gunakan untuk

menghindari ketidakseriusan responden dalam menjawab.

3.7 Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum instrumen digunakan, perlu diuji coba terlebih dahulu

kelayakannya dengan cara analisis butir soal, uji validitas dan reabilitas tes.

1.7.1 Analisis Butir Soal

Analisis butir soal dilakukan dengan menganalisis tingkat kesukaran serta

daya pembeda soal baik dalam bentuk pilihan ganda maupun esai.

a. Analisis Tingkat kesukaran

Menurut Sutedi (2011) untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal

pilihan ganda dapat menggunakan rumus berikut.

�� = +

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran

BA : jumlah jawaban benar kelompok atas

BB : jumlah jawaban benar kelompok bawah

N : jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah

Sedangkan, untuk mengetahui tingkat kesulitan soal esai, dapat

menggunakan rumus berikut.

�� =�� +�� −× �� �−�� �×�� �

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran

(8)

SkB : jumlah skor jawaban kelompok bawah

n : jumpah sampel kelompok atas atau kelompok bawah

Sk.mak : skor maksimal

Sk.min : skor minimal

Penafsiran:

TK : 0,00 ~ 0,25 = sukar

TK : 0,26 ~ 0,75 = sedang

TK : 0,76 ~ 1,00 = mudah

Berikut adalah tabel perhitungan tingkat kesulitan pada instrumen soal tes

pilihan ganda dan uraian singkat yang telah diuji cobakan kepada 20 orang

mahasiswa.

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Tes

No soal Indeks TK Tafsiran No soal Indeks TK Tafsiran

1 0,75 Sedang 11 0,78 Mudah

2 0,75 Sedang 12 0,56 Sedang

3 0,67 Sedang 13 0,47 Sedang

4 0.50 Sedang 14 0,47 Sedang

5 0.75 Sedang 15 0,64 Sedang

6 0,67 Sedang 16 0,56 Sedang

7 0.50 Sedang 17 0,69 Sedang

8 0,67 Sedang 18 0,64 Sedang

9 0,58 Sedang 19 1 Mudah

10 0,58 Sedang 20 0,78 Mudah

b. Analisis Daya Pembeda

Kemudian, untuk mencari daya pembeda pada soal pilihan ganda dapat

menggunakan rumus berikut.

(9)

Nita Rustanti, 2016

Keterangan:

DP : daya pembeda

BA : jumlah jawaban benar kelompok atas

BB : jumlah jawaban benar kelompok bawah

n : jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah

Untuk mencari daya pembeda pada soal esai dapat menggunakan rumus

berikut.

�� = ���� − ��−�� �

Keterangan:

DP : daya pembeda

SkA : jumlah skor jawaban kelompok atas

SkB : jumlah skor kelompok bawah

n : jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah

Sk.mak : skor maksimal

Berikut adalah tabel perhitungan daya pembeda pada instrumen soal tes

pilihan ganda dan uraian singkat.

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes

(10)

8 0,67 Sedang 18 0,61 Sedang

9 0,83 Tinggi 19 0,00 Rendah

10 0,83 Tinggi 20 0,44 Sedang

Berdasarkan tabel perhitungan di atas, terdapat tiga soal yang direvisi,

yaitu nomor 11,19, dan 20 karena tingkat kesukaran dan daya pembedanya

termasuk ke dalam kategori rendah.

3.7.2 Analisis Validitas Instrumen

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa

yang akan hendak diukur. Dengan kata lain, validitas dalam sebuah instrumen

sangatlah penting karena instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid.

Validitas instrumen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal dan

validitas eksternal (Widoyoko, 2012).

Validitas internal dapat dilakukan dengan menggunakan pendapat para

ahli (expert judment). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah

disusun, kemudian memberi keputusan apakah intrumen tersebut dapat digunakan

tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total (Widoyoko, 2012).

Dalam penelitian ini, expert judment untuk soal tes, lembar observasi dan angket

dilakukan oleh dosen pendidikan bahasa Jepang di Universitas Pendidikan

Indonesia. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam lampiran C halaman 151.

Uji validitas eksternal dapat dilakukan dengan cara membandingkannya

dengan perangkat tes yang dianggap sudah standar, kemudian hasilnya dianalisis

menggunakan uji t-test. Jika tidak ada perbedaan yang berarti (signifikan), artinya

soal tersebut layak untuk dijadikan instrumen penelitian (Sutedi, 2011). Rumus

untuk mencari t-hitung adalah sebagai berikut.

(11)

Nita Rustanti, 2016

My : mean variabel Y

SdX : standar deviasi variabel X

SdY : standar deviasi variabel Y

N : jumlah sampel

Dalam penelitian ini, penulis membandingkan perangkat tes (instrumen

penelitian) dengan perangkat tes yang sudah baku yaitu hasil UAS tahun

2014/2015. Berikut adalah tabel perhitungan validitas eksternal instrumen tes.

Tabel 3.4 Perhitungan Validitas Eksternal Instrumen Tes

N X Y X2 Y2

(12)

Mx : 7.34 My : 7.61

Sdx : 2.60 Sdy : 1.86

Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan untuk t-hitung adalah

sebagai berikut.

� = . − .

√ . + .

= -0.36

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui t-hitung sebesar -0.36, dengan

derajat kebebasan (db) 19 diperoleh angka 2,09 untuk taraf signifikansi 5% dan

2,86 untuk taraf signifikansi 1%. Artinya, nilai t-hitung lebih kecil daripada nilai

t-tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua mean dari tes tersebut tidak ada

perbedaan yang berarti (signifikan). Dengan demikian, instrumen tes layak

digunakan dalam penelitian.

3.7.3 Analisis Uji Reabilitas

Sama halnya seperti validitas, reabilitas instrumen sangatlah penting

dilakukan dalam uji kelayakan. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa reliabel

artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Ungkapan yang mengatakan

instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut

cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya.

Menurut Sugiyono (2014) pengujian reabilitas instrumen dapat dilakukan

secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan

dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya dan secara internal dapat

dilakukan dengan teknik Spearman Brown, KR 20, KR 21, dan Anova Hoyt.

Dalam penelitian ini, penulis memakai teknik KR 20 untuk menghitung reabilitas

tes pilihan ganda dan Alpha Cronbach untuk tes essai.

Menurut Sutedi (2011) penafsiran angka korelasi untuk reabilitas adalah

sebagai berikut:

0.00 - 0.20 : sangat rendah

(13)

Nita Rustanti, 2016

0.41 – 0.60 : sedang

0.61 – 0.80 : kuat

0.81 – 1.00 : sangat kuat

Rumus statistiknya adalah sebagai berikut.

1. Rumus KR 20

ri= �−� �� 2−∑

� � ��2

Keterangan:

ri : reabilitas instrumen

k : jumlah item dalam instrumen

pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1

qi : 1- pi

St2 : varians total

Berikut ini adalah tabel perhitungan reabilitas intrumen tes pilihan ganda.

(14)

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai dari varians total adalah 5.09.

Berikut ini adalah perhitungan reabilitas instrumen soal tes pilihan ganda.

ri= − ( . − .. )

=

9

. 7 5. 9

= 0.68

2. Rumus Alpha Cronbach

� = �−� −∑ ��2 �2 Keterangan:

r : reabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ � 2 : jumlah varian butir

� � : varians total

Berikut ini adalah tabel perhitungan reabilitas intrumen tes uraian singkat.

Tabel 3.6 Perhitungan Reabilitas Instrumen Tes Uraian Singkat

Berdasarkan tabel di atas, diketahui varian dari setiap butir soal adalah

(15)

Nita Rustanti, 2016

Tabel 3.7 Varian Setiap Butir Soal Uraian

Nomor Butir Skor

11 0.45

12 1.13

13 1.49

14 1.19

15 1.09

16 1.20

17 0.92

18 1.19

19 0.00

20 0.75

Jumlah Varian Butir 9.39

Jumlah Varian Total 61.27

Berikut ini adalah perhitungan reabilitas instrumen tes uraian singkat.

� = − ( − .. )

=

9 � − .

= 1.1 x 0.85

= 0.94

Koefisien reabilitas untuk tes pilihan ganda adalah 0.68 yang termasuk ke

dalam kategori kuat dan koefisien reabilitas untuk tes esai adalah 0.94 yang

termasuk ke dalam kategori sangat kuat. Dengan kata lain, instrumen tes dalam

penelitian ini layak untuk digunakan.

3.8Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

(16)

baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Kemudian, data diolah

menggunakan statistik induktif (inferensi) menggunakan software SPSS 22 dan

STATA 12.

3.8.1 Alur Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan uji hipotesis diperlukan uji prasyarat terlebih dahulu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

Bagan 3.2 Alur Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Jika data memiliki distribusi normal maka penelitian dilakukan

dengan statistik parametris, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka

penelitian dilakukan dengan statistik non-parametris. Data posttest baik pada kelas

kontrol maupun kelas eksperimen diuji normalitasnya menggunakan STATA 12

dengan Skewness/kurtosis test. Menurut Santoso (2015) pengambilan keputusan

dalam uji normalitas dapat berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel atau

berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi), yaitu:

 Jika nilai probabilitas > 0.05 maka sampel berdistribusi normal

(17)

Nita Rustanti, 2016

Jika data berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya,

yaitu uji homogenitas, tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka dapat

dilakukan transformasi data terlebih dahulu (Santoso, 2015). Tujuan utama dari

transformasi data ini adalah untuk mengubah skala pengukuran data asli menjadi

bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari analisis

ragam (Hidayat, 2013). Terdapat beberapa jenis transformasi data, di antaranya

adalah: (1) transformasi Square Root (Akar), (2) tansformasi Logaritma, (3)

transformasi Arcsin, (4) transformasi Square (Kuadrat), (5) transformasi Cubic

(Pangkat Tiga), (6) transformasi Inverse (Kebalikan), (7) transformasi Inverse

Square Root (Kebalikan Akar), (8) transformasi Inverse Square (Kebalikan

Kuadrat), (9) transformasi Inverse Cubic (Kebalikan Pangkat Tiga), (10)

transformasi Reverse Score (Balik Skor). Pemilihan transformasi data yang tepat

dapat dilakukan dengan STATA 12.

Setelah data ditransformasi kemudian dilakukan uji normalitas kembali.

Jika data berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas,

tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan

statistik non-parametrik.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenistas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel

berasal dari varian yang sama (homogen) atau tidak. Setelah data di uji

kenormalannya maka dilakukan uji homogenitas pada data posttest menggunakan

STATA 12. Pengambilan keputusan dalam uji homogenitas dilakukan

berdasarkan nilai probabilitas dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika nilai probabilitas > 0.05 maka sampel memiliki varian yang sama

atau homogen

 Jika nilai probabilitas < 0.05 maka sampel tidak memiliki varian yang

(18)

c. Uji Hipotesis

Terdapat dua cara untuk menguji hipotesis, yaitu menggunakan statistik

parametrik dan dengan menggunakan statistik non-parametrik.

Jika data berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan

statistik parametrik, yaitu independent sampel t test yang digunakan untuk dua

sampel yang tidak berhubungan atau independen. Sampel tersebut diambil dari

dua kelompok yang berbeda dan mendapat perlakuan berbeda. Independent

sampel t test digunakan untuk menguji hipotesis pada rumusan masalah ketiga

dalam penelitian ini.

Jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis

menggunakan statistik non parametrik dengan uji mann-whitney (untuk dua

sampel independen).

3.8.2 Analisis Data Instrumen Non-Tes

a. Analisis Data Angket

Data angket dalam penelitian ini berbentuk skala likert. Menurut Sutedi

(2011) pengolahan data dalam bentuk skala penilaian perlu memperhatikan

beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Tentukan skor dari seluruh butir pernyataan untuk setiap siswa atau

responden.

2. Tentukan skor rata-rata tiap butir pertanyaan yang disampaikan oleh

responden.

3. Pemilihan interpretasi terhadap pernyataan positif dan negatif, jawaban

sangat setuju untuk pertanyaan positif mendapat nilai yang tinggi,

sedangkan untuk pernyataan negatif skornya paling rendah.

Dalam hal ini, menurut Widoyoko (2012) skoring pilihan jawaban pada

skala likert tergantung pada sifat pernyataan atau pertanyaan. Untuk pernyataan

atau pertanyaan yang bersifat positif skor jawabannya adalah: SS (Sangat Setuju)

= 5; S (Setuju) = 4; KS (Kurang Setuju) = 3; TS (Tidak Setuju) = 2; dan STS

(Sangat Tidak Setuju) = 1. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah

(19)

Nita Rustanti, 2016

dalam bentuk skala likert dapat menggunakan dua pendekatan yang berbeda, yaitu

berdasarkan jumlah skor dan berdasarkan rerata skor. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan jumlah skor sebagai pendekatan dalam analisis data. Berikut ini

adalah tahapan penulis dalam mengolah data angket.

1. Menentukan skoring pilihan jawaban yang terdapat dalam skala likert baik

yang bersifat positif maupun negatif. Dalam penelitian ini, hanya terdapat empat

pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS

(Sangat Tidak Setuju). Sehingga kriteria skoring dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.8 Skoring Pilihan Jawaban Responden

Pilihan Jawaban Skor Jawaban Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2. Menyusun tabel klasifikasi skor jawaban berdasarkan jumlah skor. Tabel

klasifikasi disusun dengan mencari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas,

dan jarak interval.

3. Menganalisis setiap soal berdasarkan jumlah skor dan presentase jawaban

dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

� =�� × %

Keterangan:

P = Presentase jawaban

f = Frekuensi jawaban setiap responden

n = Jumlah responden

4. Menginterpretasikan data hasil analisis pada setiap soal berdasarkan

(20)

jawaban mengikuti pendapat Koentjaraningrat dalam Permana (2015) dalam tabel

3.9 berikut ini.

Tabel 3.9 Kategori Presentase Jawaban

Besar Presentase Interpretasi

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengah

51%75% Sebagian besar

76%-99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

5. Menarik kesimpulan.

c. Analisis Data Observasi

Menurut Sutedi (2011) pengolahan data observasi tergantung pada

pedoman observasi yang telah dibuat peneliti, diolah dengan cara menganalisis

dan memberikan interpretasi hasil pengamatan tersebut secara subjektif.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan memberikan nilai pada

setiap aspek yang diamati. Pemberian nilai pada setiap aspek baik pada kelas

kontrol maupun kelas eksperimen secara lebih detail dapat dilihat dalam lampiran

C halaman 161.

Berikut adalah tahapan penulis dalam mengolah data observasi.

1. Menghitung jumlah skor dari setiap responden.

2. Menganalisis data hasil observasi yang disajikan dalam bentuk diagram

batang.

Gambar

Tabel 3.1  Desain Eksperimen
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Tes
Tabel 3.4  Perhitungan Validitas Eksternal Instrumen Tes
Tabel 3.5  Perhitungan Reabilitas Instrumen Tes Pilihan Ganda
+4

Referensi

Dokumen terkait

Parameter diameter tajuk memiliki pengaruh nyata terhadap sumber benih hanya pada minggu ke-2 saja sedangkan minggu 0, 4, 6, dan 8 tidak berpengaruh nyata dan

Kelompok gharimin (orang yang berhutang), yang dimaksuda dengan orang yang berhutang adalah mereka yang karena kegiatannya terhadap umat akhirnya

Dari model DFD yang telah terbetuk, dapat dilihat bahwa pada sistem ini terdapat tiga pengguna atau user, yaitu user admin sebagai pengelola semua data yang

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan nasional pendidikan jasmani dapat dijadikan suatu upaya yang tepat agar karakter dari bangsa Indonesia semakin baik sesuai

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses seleksi untuk Paket Pekerjaan Pengadaan AC Standing Auditorium , bersama ini

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan

Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap penyelesaian masalah-masalah

Peneliti terdahuluTehubijuluw(2013), telah menentukan kadar logam kadmium dan tembaga pada ikan sarden kemasan kaleng dengan berbagai merek produk ikan sarden, dan telah