• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SISTEM SARAF OTONOM Diajukan seb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SISTEM SARAF OTONOM Diajukan seb"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SISTEM SARAF OTONOM

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia

Dosen Pengampu : Dra. NEVRITA, M.Pd, M.Si

Disusun Oleh :

MIRA DESLIANA

140384205005

SITI KAMALIA

140384205027

ERNIS ERLINA

140384205035

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Anatomi dan Fisiologi Manusia sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.

Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia yang memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tanjungpinang, 9 November 2016

(3)

DAFTAR ISI

2.4 Interaksi antara Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatis...8

2.4.1 Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ Spesifik...8

2.5 Integrasi dan pengawasan fungsi otonom...12

2.6 Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi...14

2.7 Gangguan kesehatan pada sistem syaraf...14

BAB III PENUTUP...19

3.1 Kesimpulan...19

3.2 Saran...19

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro- intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya. Ada sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja .

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian mempengaruhi pengaturan otonomik.

Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sebenarnya tidak ada penyamarataan yang dapat dipakai untuk menjelaskan apakah rangsangan simpatis atau parasimpatis dapat menyebabkan timbulnya eksitasi atau inhibisi pada suatu organ tertentu. Oleh karena itu, untuk dapat mengerti fungsi simpatis dan parasimpatis, kita harus mempelajari seluruh fungsi kedua sistem saraf ini pada masing-masing organ.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud sistem saraf otonom ?

2. Apa yang dimaksud saraf simpatis?

3. Bagaimana fungsi saraf simpatis?

4. Apa yang dimaksud saraf parasimpatis?

5. Bagaimana fungsi saraf parasimpatik?

6. Bagaimana interaksi saraf simpatis dan parasimpatik?

(5)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sistem saraf otonom ?

2. Untuk mengetahui pengertian d saraf simpatis?

3. Untuk mengetahui fungsi saraf simpatis?

4. Untuk mengetahui pengertian saraf parasimpatis?

5. Untuk mengetahui fungsi saraf parasimpatik?

6. Untuk mengetahui bagaimana interaksi saraf simpatis dan parasimpatik?

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penelaahan Menyeluruh Sistem Syaraf Otonom

Sistem saraf otonom atau saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem saraf tepi (SST) yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan mengendalikan otot jantung, otot–otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Artinya, sistem saraf tersebut bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya, jantung, paru–paru, saluran pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar keringat. Disebut sistem saraf otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut kemauan atau kehendak kita.

Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi organ viseral umum, mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk pencernaan,suhu badan, tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian sistem saraf inilah yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sebagai sistem saraf otonomik.

Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas, dan sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, berkeringat,suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya, dimana beberapa diantaranya atau sebagian diatur oleh sistem saraf otonom.

Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonomik adalah kecepatan atau intensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat mengubah fungsi viseral (refleks otonom). Dalam waktu beberapa detik secara tidak disadari dapat timbul keringat dan terjadi pengosongan kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat saraf otonomik dapat dengan cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar atau seluruh fungsi internal tubuh. Sistem saraf otonom, terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak pada medula spinalis, batang otak dan hipotalamus.

Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks viseral. Jadi, sinyal pusat di dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau hipotalamus, pusat-pusat ini sebaliknya akan menjalarkan respons refleks yang sesuai kembali ke organ-organ viseral dan mengatur organ-organ tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah-olah berfungsi sebagai sistem saraf pusat saraf otonom terutama berkenaan dengan organ-organ dalam.

(7)

2.2 Saraf Simpatis (Torakolumbal) 2.2.1 Pengertian Saraf Simpatis

Sistem Saraf simpatik adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik, seperti mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi stres. Bandingkan sistem saraf parasimpatik.

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Saraf Simpatis

Saraf simpatis merupakan rangkaian dua buah neuron. Neuron yang meninggalkan sumsum tulang belakang tidak langsung menuju kesuatu organ tubuh, tetapi berakhir dulu pada suatu sinapsis yang ada di dalam ganglion. Dari ganglion baru kemudian dengan perantaraan neuron yang lain menuju ke organ tubuh.

Sistem simpatis memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion adalah serabut saraf yang menuju ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom sacral. Terletak di depan columna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf.

Berdasarkan letaknya, ganglia simpatetik digolongkan menjadi : a) Ganglia servikalis, terdiri dari 3 ganglia yaitu :

- ganglia servikalis superior

(8)

- ganglia servikalis media

- ganglia servikalis

inferior

b) Ganglia

thorakalis

c) Ganglia lumbalis

(9)

2.2.3 Fungsi Saraf Simpatis

Berikut fungsi dari saraf simpatis : a) Mempercepat denyut jantung

b) Mempersempit diameter pembuluh darah c) Memperlambat proses pencernaan d) Memperkecil bronkus

e) Menurunkan tekanan darah f) Memperlambat gerak peristaltis g) Memperlebar pupil

h) Menghambat sekresi empedu i) Menurunkan sekresi ludah j) Meningkatkan sekresi adrenalin

(10)

2.3 Saraf Parasimpatis

2.3.1 Pengertian Saraf Parasimpatis

Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion. sistem saraf ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi dari saraf Parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.

2.3.2 Anatomi dan Susunan Saraf Prasimpatis

Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.

Saraf parasimpatis adalah saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada daerah sacrum dari medulla spinalis. Oleh karena itulah saraf parasimpatis disebut juga saraf craniosacral. Saraf sensoris parasimpatis memiliki ganglion di suatu tempat yang terletak antara organ visceral dengan saraf pusat, sedang saraf motorisnya tidak membentuk rantai saraf seperti saraf motoris simpatis dan ganglion yang terbentuk antara saraf satu dengan yang kedua terletak berdekatan dengan organ visceral yang disarafinya.

2.3.3 Fungsi Saraf Parasimpatis

Adapun fungsi saraf parasimpatis yaitu : a) Menghambat denyut jantung

b) Memperlebar diameter pembuluh darah

(11)

c) Mempercepat proses pencernaan d) Memperlebar bronkus

e) Menaikkan tekanan darah f) Mempercepat gerak peristaltis g) Mempersempit pupil

h) Mempercepat sekresi empedu i) Menaikkan sekresi ludah

j) Meninurunkan sekresi adrenalin.

2.4 Interaksi antara Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatis

Sistem saraf simpatik dan system saraf parasimpatik bekerja pada organ (efektor) yang sama. Akan tetapi, pengaruh yang ditimbulkannya bersifat berlawanan satu dengan yang lainnya agar tercapainya homoestatis (keseimbangan).

(12)

2.4.1 Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ Spesifik a. Mata.

Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan pemusatan lensa. Perangsangan simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi sehingga pupil menjadi dilatasi (perbesaran), sedangkan perangsangan parasimpatis mengkontraksikan otot-otot sirkular iris sehingga terjadi konstriksi pupil. Bila ada cahaya yang berlebihan masuk kedalam mata, serat-serat parasimpatis yang mengatur pupil akan terangsang secara refleks, dimana refleks ini akan mengurangi pembukaan pupil dan mengurangi jumlah cahaya yang membentur retina.

Sebaliknya selama periode eksitasi, saraf simpatis akan terangsang dan karena itu, pada saat yang bersamaan akan menambah pembukaan pupil. Pemusatan lensa hampir seluruhnya diatur oleh sistem saraf parasimpatis. Normalnya, lensa dipertahankan tetap dalam keadaan rata oleh tegangan intrinsik elastik dari ligamen radialnya. Perangsangan parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi, sehingga melepaskan tegangan tadi dan menyebabkan lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini membuat mata memusatkan objeknya dekat tangan.

Gambar saraf otonom pada mata

b. Kelenjar-kelenjar tubuh.

(13)

parasimpatis adalah yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut dan lambung. Kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal yang terdapat di saluran usus sendiri dan oleh sitem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf otonom. Perangsangan simpatis mempunyai pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan.

Rangsangan simpatis ini juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang mensuplai kelejar-kelenjar sehingga seringkali mengurangi kecepatan sekresinya. Bila saraf simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan banyak sekali keringat, tetapi perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan pengaruh apapun. Namun, serat-serat simpatis yang menuju ke sebagian besar kelenjar keringat bersifat kolinergik (kecuali beberapa serat adrenergik yang ke telapak tangan dan telapak kaki ) dimana hal ini berbeda dengan hampir semua serat simpatis lainnya, yang bersifat adrenergik. Selanjutnya, kelenjar keringat terutama dirangsang oleh pusat-pusat di hipotalamus yang biasanya dianggap sebagai pusat parasimpatis. Oleh karena itu, berkeringat dapat dianggap sebagai fungsi parasimpatis, walaupun hal ini dikendalikan oleh serat-serat saraf yang secara anatomis tersebar melalui sistem saraf simpatis.

Kelenjar apokrin di aksila mensekresikan sekret yang kental dan berbau sebagi akibat dari perangsangan simpatis, namun kelenjar ini tidak bereaksi terhadap perangsangan parasimpatis. Kelenjar apokrin, walaupun embriologisnya berkaitan erat dengan kelenjar keringat, tetapi lebih banyak diatur oleh pusat simpatis dalam sistem saraf pusat daripada oleh pusat parasimpatis.

c. Sistem gastrointestinal.

Sistem gastrointestinal mempunyai susunan saraf intrinsik sendiri yang dikenal sebagai pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus. Namun, baik perangsangan simpatis maupun parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh peningkatan atau penurunan kerja spesifik dalam pleksus intramural. Pada umumnya, perangsangan parasimpatis meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal, yakni dengan memicu terjadinya gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter, jadi akan mempermudah pengeluaran isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat.

Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.3 Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak terlalu tergantung pada

(14)

timbul penghambatan peristaltik dan peningkatan tonus sfingter. Hasil akhirnya adalah timbul dorongan yang sangat lemah dalam saluran pencernaan dan kadang-kadang juga mengurangi sekresi.

d. Jantung.

Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan parasimpatis terutama menimbulkan efek yang berlawanan. Akibat atau pengaruh ini dapat diungkapkan dengan cara lain, yakni perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedangkan perangsangan parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan tetapi menimbulkan beberapa tingkatan istirahat pada jantung di antara aktivitas kerja yang berat.

Gambar saraf otonom jantung

e. Pembuluh darah sistemik.

(15)

f. Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadap tekanan arteri.

Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan tahanan terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis meningkatnya daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah, yang biasanya menyebabkan tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis menurunkan daya pompa jantung tetapi sama sekali tidak mempengaruhi tahanan perifer. Efek yang umum adalah terjadi sedikit penurunan tekanan. Ternyata perangsangan parasimpatis vagal yang hampir selalu dapat menghentikan atau kadang-kadang menghentikan seluruh jantung dan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian besar tekanan.

(16)

aktivitas mental. Akhirnya, perangsangan simpatis dan parasimpatis juga terlibat dalam tindakan seksual antara pria dan wanita.

2.5 Integrasi dan pengawasan fungsi otonom

Saraf merupakan sistem yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi organ di dalam tubuh secara terintegrasi sehingga memungkinkan suatu makluk hidup dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan disekitarnya. Susunan saraf menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar tubuh, dan mengkoordinasikan semua aktifitas organ di dalam tubuh kita. Susunan saraf berfungsi untuk merencanakan dan mengkoordinasikan tingkah laku, sehingga memegang peranan dalam tingkah laku subjektif suatu makhluk hidup. Untuk menjalankan fungsi yang begitu bervariasi, susunan saraf merupakan organ yang paling awal mengalami deferensiasi pada masa embriogenesis dan merupakan organ yang paling besar pada saat lahir. Selain morfologinya yang khusus, neuron dari susunan saraf merupakan struktur yang menyusun dan mengatur dirinya sendiri (self-organizing & self regulating). Sifat yang unik dari neuron ini sebagian merupakan ekspresi yang unik dari gen, dan sebagian lagi adalah akibat perkembangan dan pengalaman individu dari setiap mahluk hidup (Siregar, 1995).

Sistem saraf tersusun dari berbagai struktur khusus yang berfungsi untuk menerima, menyimpan dan menyebarkan informasi. Dengan demikian sistem saraf mengintegrasikan aktivitas berbagai sel, jaringan, dan organ, sehingga memungkinkan suatu organisme multiseluler yang kompleks berfungsi sebagai satu kesatuan unit pertumbuhan, perkembangan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Untuk memahami bagaimana proses penerimaan, penyimpanan dan penyebaran implus pada sususnan saraf, diperlukan pemahaman mengenai biolistrik yang merupakan dasar dari pengetahuan kita tentang perubahan potensial yang dihasilkan oleh pergerakan ion melalui membran sel. Komunikasi antara satu neuron dengan neuron yang lainnya atau dengan otot dan kelenjar adalah melalui proses transmisi sinaptik (Synaptic transmission). Transmisi sinaptik terjadi sinaps dimana akson dari suatu neuron (sel presinaptik) akan berhubungan dengan dendrit, akson, dari suatu neuron lainnya, atau dengan otot serta kelenjar.

(17)

saraf mengatur aktifitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cepat: seperti pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos pada alat pencernaan dan sekresi beberapa kelenjar. Contoh fungsi sistem saraf dalam mengatur dan mengkoordinasikan berbagai aktifitas dari fungsi tubuh adalah berhubungan sistem pencernaan dan sistem peredaran darah. Sistem pencernaan tidak ada artinya jika tidak didampingi oleh sistem peredaran darah untuk menyerap dan mengedarkan berbagai zat makanan yang telah dicerna. Berbagai sistem tersebut bekerja sama tidak sembarangan. Waktu dan tempat dari satu perangkat kegiatan berhubungan erat dengan berbagai kegiatan lainnya. Beberapa kegiatan tubuh, seperti berjalan dan menguyah merupakan kegiatan yang disadari oleh individu manusia, sedangkan kegiatan lain pengaturan denyut jantung, sekresi enzim dan gerakan pristaltik (gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan) merupakan aktivitas yang tidak disadari (otonom). Semuanyan itu dikoordinasikan oleh sistem saraf sebagai jaringan khusus yang menghubungkan seluruh tubuh dan sebagian lain diatur oleh sistem hormonal sebagai sekresi kimia yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin ke dalam peredaran darah.

Jadi peran utama sistem saraf dalam kehidupan organisme adalah mengatur dan mengontrol berbagai aktivitas pada berbagai organ dan seluruh tubuh manusia. Kontraksi otot, sekresi kelanjar, kerja jantung, metabolisme dan masih banyak proses lain yang beroperasi dalam tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf, sistem saraf berhubungan dengan berbagai organ dan sistem, mengkoordinasikan semua aktivitas dan menjamin fisiologis organisme serta membantu dalam pemeliharaan kesaruan organisme dengan lingkungan (Sonjaya, 2008).

2.6 Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi.

Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Contohnya perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur kardiovaskular medula dengan cukup kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari dua kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu tubuh, meningkatkan atau menurunkan salivasi dan aktivitas gastrointestinal, atau menimbulkan pengosongan kandung kemih.

(18)

merngubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan cukup kuat untuk menimbulkan penyakit yang diinduksi otonom, seperti tukak lambung, konstipasi, palpitasi jantung bahkan serangan jantung.

2.7 Gangguan kesehatan pada sistem syaraf

Macam-macam gangguan kesehatan pada sistem saraf:

1) Stroke (Cerebro Vascular Accident (CVA) atau Cerebral apoplexy), adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak. Penyebab penyumbatan ini ialah adanya penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis). Selain itu, bisa juga karena penyumbatan oleh suatu emboli. Ciri yang tampak dari penderita stroke misalnya wajah yang tak simetris.

2) Poliomielitis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron motoris sistem saraf (otak dan medula spinalis). Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV).

(19)

4) Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.

5) Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin atau cidera otak.

6) Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi, stres, atau bingung.

(20)

8) Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi bengkak akibat infeksi.

(21)

10) Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges). Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.

11) Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS) adalah penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol rasa kantuknya. Penderita bisa tertidur selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung pada berapa lama penyakit itu muncul/kambuh.

(22)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis dimulai dari medula spinalis segmen torakolumbal. Saraf dari sistem saraf parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III, VII, IX dan X serta saraf sakral spinal kedua dan ketiga; kadangkala saraf sakral pertama dan keempat. Kira-kira 75% dari seluruh serabut saraf parasimpatis didominasi oleh nervus vagus (saraf kranial X). Berbeda dengan sistem saraf simpatis, serabut preganglion parasimpatis menuju ganglia atau organ yang dipersarafi secara langsung tanpa hambatan. Serabut postganglion saraf parasimpatis pendek karena langsung berada di ganglia yang sesuai, ini berbeda dengan sistem saraf simpatis, dimana neuron postganglion relatif panjang, ini menggambarkan ganglia dari rangkaian paravertebra simpatis yang berada jauh dengan organ yang dipersarafinya.

3.2 Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Handojo, Yurita. 2012. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokrates : Bandung

Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Kompas Gramedia : Jakarta Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu : Yogyakarta

Gambar

Gambar Ganglion Pada Saraf Simpatis
Gambar  Ganglia Servikalis dan Distribusinya
Gambar 2.2 Fungsi Saraf Simpatis
Gambar  Anatomi Saraf  Parasimpatis
+4

Referensi

Dokumen terkait

membawa sinyal dari CNS menuju otot dan kelenjar.. 2) Autonomic Nervous System (Sistem Saraf Otonom), adalah bagian dari PNS yang berfungsi mengatur kondisi

• Sistem saraf somatik terdiri dari akson neuron motorik yang berasal dari korda spinalis dan berakhir di otot rangka. • Asetilkolin, NT yang dikeluarkan dari neuron

Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), sistem saraf perifer (neuron sensorik dan neuron motorik), dan sistem saraf otonom (yang

Susunan saraf sentral terdiri dari otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak) dan..

Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem

Sistem saraf terdiri atas 2 bagian besar yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, sistem syaraf pusat terdiri dari otak (enchepalon) dan sumsum

Sistem Regulasi Sistem Saraf Sistem saraf pusat Sistem saraf tepi Otak Sumsum tulang belakang Sistem saraf tubuh (somatik) Sistem saraf otonom 31 pasang di sumsum tulang belakang

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular)4. Fisiologik : ketinggian,