• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG - IPB REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAP.COM - BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG - IPB REPOSITORY"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (

Decapterus russelli

RUPPELL, 1830) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

ANISA ABDULLAH MASJHUR

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus russelli Ruppell, 1830) di Perairan Selat Sunda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2016

Anisa Abdullah Masjhur

(4)

ABSTRAK

ANISA ABDULLAH MASJHUR. Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus russelli Ruppell, 1830) di Perairan Selat Sunda. Dibimbing RAHMAT KURNIA dan SULISTIONO.

Ikan layang (Decapterus russelli) merupakan salah satu ikan ekonomis penting di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi reproduksi ikan layang di perairan Selat Sunda. Penelitian dilakukan sejak April-Agustus 2015 di perairan Selat Sunda dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak berlapis (PCAB). Berdasarkan hasil pengamatan rasio kelamin ikan layang jantan dan betina yang diperoleh selama penelitian adalah 1,29:1. Ikan layang jantan lebih cepat mencapai matang gonad dibandingkan dengan ikan layang betina yakni 194 mm dan 196 mm (metode King) serta 194 mm dan 195 mm (Metode Spearman-Karber). Waktu pemijahan ikan layang terjadi pada bulan Mei– Agustus dengan puncak pemijahan pada bulan Juli dilihat berdasarkan besarnya nilai tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad pada bulan tersebut. Potensi reproduksi ikan layang tinggi yaitu sebesar 2330-117660 butir telur dengan pola pemijahan lebih dari satu kali (partial spawner) dengan ukuran diameter telur ikan layang berkisar antara 0,125-0,875 mm.

Kata kunci : Decapterus russelli, ikan layang, reproduksi, Selat Sunda.

ABSTRACT

ANISA ABDULLAH MASJHUR. Reproductive Biology of Indian Scad (Decapterus russelli Ruppell, 1830) in Sunda Strait Waters. Supervised by RAHMAT KURNIA and SULISTIONO.

Indian scad (Decapterus russelli) is one of the economically important fish in Indonesia. This study aims to analyze the reproductive biology of Indian scad.in Sunda Strait waters. The study was conducted from April-August 2015 in the Sunda Strait waters using method stratified random sampling. According the study, the sex ratio male and female of Indian scads was 1.29:1. The length maturity of male and female of Indian scads was estimated at 194 mm and 196 mm total length (based on King method) and length maturity of female and male of Indian scads was estimated at 194 mm and 195 mm total length (based on Spearman-Karber method). Spawning season of the fish in the Sunda Strait seem in May-August, based on the Gonadal Maturity Stages (GMS) and the Gonadosomatic Index (GSI) which higher in July indicating the peak of spawning month. The absolute fecundity ranged from 2330 to 117660 eggs and the reproductive patterns was partial spawner. Size of ova diameter of this fish ranged from 0,125 to 0,875 mm.

(5)

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (

Decapterus russelli

RUPPELL 1830) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

ANISA ABDULLAH MASJHUR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus russelli Ruppell, 1830) di Perairan Selat Sunda

Nama : Anisa Abdullah Masjhur

NIM : C24120046

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh

Tanggal Lulus :

Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi Pembimbing I

Prof Dr Ir Sulistiono, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

(7)

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus russelli,Ruppell 1830) di Perairan Selat Sunda ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2014, kode Mak: 2014. 089. 521219, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul

“Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumberdaya Ikan Ekologis

dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia MSi (sebagai anggota peneliti).

3. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran selama perkuliahan.

4. Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi dan Prof Dr Ir Sulistiono, MSc masing-masing selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama penyusunan skripsi ini.

5. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku dosen penguji dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

6. Keluarga tercinta: Umi, Abah, Idrus, Zen, Farhan, dan Nailah atas doa, motivasi, kasih sayang, dan dukungannya selama ini.

7. Seluruh staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan dukungannya

8. Seluruh teman-teman MSP 49 tersayang, TAA 49, partner Layang (Rohniadita), teman-teman para pejuang Labuan, Bang Gentha, Kak Dinta, Ulfah, Nita atas semangat, doa, bantuan, dan dukungannya selama ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Metode Kerja 3

Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 21

KESIMPULAN DAN SARAN 24

Kesimpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

(9)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan TKG berdasarkan Cassie (1956) in Effendie (1992) 4

2 Tipe pertumbuhan, R2, dan nilai b 10

3 Ukuran pertama kali matang gonad ikan layang (Decapterus russelli) dari

berbagai lokasi 16

Perairan Selat Sunda 10

6 Faktor kondisi ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda 11 7 Proporsi kelamin ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat

Sunda 12

8 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan layang (Decapterus russelli) di

Perairan Selat Sunda 13

9 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan layang (Decapterus russelli) di

Perairan Selat Sunda 14

10 Ukuran pertama kali matang gonad ikan layang (Decapterus russelli)

metode King di Perairan Selat Sunda 15

11 Ukuran pertama kali matang gonad ikan layang (Decapterus russelli)

metode Spearman-Karber di Perairan Selat Sunda 15

12 Hubungan fekunditas terhadap panjang ikan layang (Decapterus russelli)

di Perairan Selat Sunda 17

13 Hubungan fekunditas terhadap bobot ikan layang (Decapterus russelli) di

Perairan Selat Sunda 17

14 Sebaran diameter telur ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat

Sunda 18

15 Hubungan Lm (metode King) dan tinggi ikan dengan lebar mata jaring 19 16 Hubungan Lm (metode Spearman-Karber) dan tinggi ikan dengan lebar

mata jaring 19

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah ikan layang (Decapterus russelli) matang gonad di perairan Selat

Sunda 27

2 Hubungan panjang bobot ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan

Selat Sunda 27

3 Uji kesejajaran hubungan panjang dan bobot ikan layang (Decapterus

russelli) jantan 27

4 Grafik hubungan faktor kondisi dengan tingkat kematangan gonad 28

5 Perbandingan tinggi ketika Lm dengan lebar mata jaring 28

6 Hubungan panjang dan tinggi ikan layang (Decapterus russelli) di

Perairan Selat Sunda 29

7 Penghitungan hubungan panjang dan tinggi ikan layang (Decapterus

russelli) 29

8 Grafik tingkat kematangan gonad ikan layang (Decapterus russelli) per

selang kelas di Perairan Selat Sunda 30

9 Penghitungan Indeks kematangan gonad ikan layang (Decapterus russelli)

di Perairan Selat Sunda 31

10 Penghitungan fekunditas ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan

Selat Sunda 31

11 Ukuran pertama kali matang gonad (metode King) ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda 32 12 Ukuran pertama kali matang gonad (metode Spearman-Karber) ikan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perairan Selat Sunda merupakan salah satu perairan Indonesia yang memilki potensi perikanan yang tinggi. PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) Labuan ialah pelabuhan yang menerima pasokan sumberdaya ikan dari Selat Sunda, yang memiliki hasil perikanan yang beragam. Salah satu jenis ikan yang didaratkan di PPP Labuan adalah ikan layang (Decapterus russelli) yang termasuk salah satu ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis penting. Ikan layang (D. russelli) merupakan sumberdaya ikan pelagis kecil yang penting di perairan selat sunda. Nontji (2002) menyatakan bahwa ikan layang di perairan Indonesia terdapat lima jenis yang umum dijumpai yaitu D. lajang, D. ruselli, D. macrosoma, D. Kuroides, dan D. maruadsi.

Menurut Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Reproduksi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus hidup ikan, dimana dalam hubungannya dengan mata rantai lainnya akan menjamin kelangsungan hidup ikan. Beberapa aspek biologi reproduksi akan dapat memberikan hubungan yang berarti mengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan, lama pemijahan, serta ukuran ikan pertama kali mencapai matang gonad.

Perumusan Masalah

Sumberdaya ikan mempunyai kemampuan terbatas dalam mendukung usaha penangkapan ikan (renewable), oleh karena itu kelestarian sumberdaya ikan akan terancam bila intensitas pemanfaatannya melebihi daya dukung sumberdayanya. Selain sifatnya yang renewable, sumberdaya ikan pada

umumnya mempunyai sifat “open access” dan “common property” yang artinya

pemanfaatannya bersifat terbuka untuk siapapun dan merupakan milik bersama. Dengan demikian apabila pemanfaatan sumberdaya ikan layang berlebih akan mengakibatkan hilangnya manfaat ekonomi, yang sebenarnya dapat diperoleh bila pemanfaatan sumberdaya dilaksanakan secara benar.

(12)

Gambar 1 Perumusan masalah

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji aspek biologi reproduksi ikan layang (Decapterus russelli) di perairan Selat Sunda sebagai dasar dalam kegiatan pengelolaan ikan layang yang berkelanjutan.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan akan membantu memberikan informasi terkait aspek biologi reproduksi ikan layang, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan layang. Pengelolaan dilakukan agar pemanfaatan ikan layang berkelanjutan dan keberadaannya tetap lestari.

METODE

Lokasi dan Waktu

(13)

Laboratorium Biologi Perikanan Divisi Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Metode Kerja Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer ikan layang diperoleh dengan metode penarikan contoh acak berlapis (PCAB), berdasarkan kelompok ukuran kecil, sedang, dan besar. Jumlah ikan contoh yang diambil sebanyak 114-200 ekor setiap pengambilan contoh. Pengamatan ikan dilakukan dengan mengukur panjang dan bobot ikan serta melihat jenis kelamin dan TKG ikan. Gambar ikan layang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Ikan layang (Decapterus russelli)

Pengukuran panjang total ikan menggunakan penggaris dengan skala terkecil 1 mm. Pengukuran bobot menggunakan skala terkecil 1 gram. Identifikasi jenis kelamin ikan layang ditunjukkan dengan membedah ikan tersebut, sedangkan penentuan TKG ditentukan secara morfologi berdasarkan bentuk,

(14)

warna, ukuran, bobot gonad, dan perkembangan isi gonad. Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologis tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan TKG berdasarkan Cassie (1956) in Effendie (1992)

TKG Betina Jantan

I Ovari seperti benang, panjang sampai kedepan rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin.

Testes seperti benang, lebih pendek (tebatas) dan terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih. II Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari

gelap kekuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata. telur mulai kelihatan butirnya dengan mata.

Permukaan testes tampak bergerigi. Warna semakin putih, testes makin besar.

IV Ovari semakin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi ⁄ – ⁄ rongga perut.

Dalam keadaan diawet mudah putus.Testes semakin pejal.

V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan.

Testes bagian belakang kempis dan di bagian dekat pelepasan masih berisi.

Analisis Data Hubungan panjang bobot

Analisis hubungan panjang dan bobot dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan Layang. Hubungan panjang dan bobot ini dijelaskan dalam bentuk persaman eksponesial. Menurut Hile (1936) in Effendie (1992), rumus umum penentuan hubungan panjang bobot sebagai berikut.

aLb penghitungan panjang dan bobot melalui hipotesis. Adapun hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

H0: β1 = 3 H1 : β1≠ 3,

Hipotesis tersebut kemudian diuji lanjut menggunakan uji statistik sebagai berikut.

thitung |bSb-3|

(15)

Sb s ∑ni i -n ∑ni i

Selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilait tabel pada taraf kepercayaan 95 %. Pengambilan keputusannya adalah jika thitung > ttabel maka tolak hipotesis nol (H0) dan jika thitung > ttabel maka terima hipotesis nol (Walpole 1993).

Faktor kondisi merupakan keadaan yang menyatakan bahwa kemontokan ikan, faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan berat ikan dengan menggunakan rumus Le Cren in Weatherley (1972) dengan ketentuan berdasarkan nilai b.

K L 3

Jika nilai b = 3, maka tipe pertumbuhan bersifat isometrik

K aLb

Jika nilai b ≠ 3, maka tipe pertumbuhan bersifat allometrik

Keterangan:

(16)

Nilai K digunakan untuk membandingkan kemontokan antara satu individu dengan individu lainnya atau antara satu grup dengan grup yang lain. Nilai K berkisar antara 2-4 menunjukkan tubuh ikan tidak pipih (montok). Ikan-ikan yang tubuhnya pipih memiliki nilai K berkisar antara 0-2 (Effendie 1992).

Rasio kelamin

Rasio kelamin merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina dalam suatu populasi. Konsep rasio adalah proporsi populasi tertentu terhadap total populasi (Walpole 1993). Analisis untuk mengetahui perbandingan tersebut dapat dicari berdasarkan persamaan berikut (Effendi 2002):

PJ B

Keterangan:

PJ : proporsi jenis

A : jumlah jenis ikan tertentu B : jumlah total ikan

Setelah didapatkan rasio antara ikan jantan dan betina kemudian diuji kembali menggunakan uji Chi-square (X2) sehingga dapat diketahui

X2 : nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya mengikuti Sebaran chi-square

oi : jumlah frekuensi ikan betina dan ikan jantan yang teramati ei : jumlah frekuensi harapan dari ikan betina dan ikan jantan

Hipotesis yang digunakan dalam menentukan keseimbangan populasi adalah sebagai berikut:

H0 = 1 ; Proporsi jantan dan betina seimbang di perairan H1≠ ; Proporsi jantan dan betina tidak seimbang di perairan

Indeks kematangan gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad (IKG) merupakan suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan 100 % (Effendie 1992). Berikut persamaan untuk mencari indeks kematangan gonad:

IKG BgBt

Keterangan:

IKG : indeks kematangan gonad Bg : bobot gonad (gram)

(17)

Ukuran pertama kali matang gonad

Penentuan panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) dapat menggunakan sebaran frekuensi proporsi gonad yang telah matang (King 2006). Analisis data sebaran frekuensi tersebut dapat dilakukan dengan cara:

1. Menentukan jumlah kelas dan selang kelas yang diperlukan

2. Menghitung frekuensi ikan secara keseluruhan dan frekuensi TKG III dan IV pada selang kelas panjang yang sudah ditentukan

3. Menentukan proporsi antara TKG III dan IV terhadap frekuensi total tiap selang kelas yang sudah ditentukan

4. Menentukan nilai teoritis tiap selang kelas berdasarkan proporsi yang didapatkan

5. Memplotkan nilai tengah setiap selang kelas sebagai sumbu horizontal dan

nilai ln dari penghitungan -nilai teoritis

nilai teoritis sebagai sumbu vertikal

6. Meregresikan sumbu vertikal dan sumbu horizontal untuk mendapatkan nilai ukuran pertama kali matang gonad

Metode yang digunakan untuk menduga logaritma ukuran rata-rata ikan pertama kali matang gonad adalah metode Spearman-Karber (Udupa 1986) adalah:

m k -( ∑pi)

dengan M = antilog m dan selang kepercayaan 95 % bagi log m dibatasi sebagai:

antilog m M m , √ ∑pi qini-

Keterangan

m : log panjang ikan pada kematangan gonad pertama,

xk : log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x : log pertambahan panjang pada nilai tengah,

pi : proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i,

ni : jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi : 1 – pi,

M : panjang ikan pertama kali matang gonad.

Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur yang berkembang dalam ovarium sebelum waktu pemijahan (Bagenal 1973 in Gisper dan Amich 2000). Fekunditas dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut (Effendi 2002):

(18)

Keterangan:

F : fekunditas (butir)

G : bobot gonad total (gram) V : volume pengenceran (ml) X : rata-rata jumlah telur (butir)

Q : rata-rata berat gonad contoh (gram)

Diameter telur

Diameter telur ditentukan dari ikan betina yang memiliki TKG III dan IV, yaitu dengan mengamati diameter dari telur yang diamati fekunditasnya. Contoh telur dari masing-masing sub gonad (anterior, tengah, dan posterior) tersebut diambil secara acak sederhana sebanyak 50 butir, selanjutnya contoh telur disusun pada gelas obyek secara teratur dan diamati di bawah mikroskop yang sudah dilengkapi dengan mikrometer okuler dengan perbesaran 4 x 10.

Kebiasaan makan

Menurut Effendie 2002 kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, antara lain habitat, musim, ukuran, dan umur ikan. Perubahan lingkungan suatu perairan juga memungkinkan terjadinya perubahan persediaaan makanan dan kebiasaan makan ikan. Kebiasaan makan dianalisa menggunakan metode

Index of Preponderance (Natrajan dan Jhingran 1961 in Effendie 1992)

Ip i i i i

Keterangan

Ip : Index of Preponderance

Vi : Presentase volume satu jenis makanan

Oi : Presentase frekuensi kejadian satu jenis makanan

(19)

berada pada 130–250 mm. Ikan layang jantan dan betina banyak dijumpai pada kisaran panjang 196–206 mm, masing-masing berjumlah 108 ekor dan 126 ekor. Grafik sebaran frekuensi ikan layang yang disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Sebaran frekuensi panjang ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Hubungan panjang dan bobot

(20)
(21)

Faktor kondisi

Nilai faktor kondisi ikan layang jantan dihitung berdasarkan pola pertumbuhannya yang allometrik dan ikan layang betina dihitung berdasarkan pola pertumbuhannya yang isometrik. Faktor kondisi merupakan suatu keadaan yang menggambarkan kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan data panjang dan berat (Effendie 2002). Grafik faktor kondisi ikan layang disajikan dalam Gambar 6.

Gambar 6 Faktor kondisi ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Proporsi kelamin

(22)

menunjukkan perbandingan antara jantan dan betina yang disajikan dalam Gambar 7.

Gambar 7 Proporsi kelamin ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa proporsi kelamin ikan layang sebesar 1,29:1. Berdasarkan uji Chi-Square yang dilakukan menunjukkan bahwa proporsi kelamin ikan jantan dan betina berbeda nyata, artinya proporsi kelamin ikan layang di perairan Selat Sunda tidak seimbang. Proporsi jantan setiap bulannya cenderung lebih besar dibandingkan dengan proporsi betina, kecuali pada bulan April. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi dominansi jantan selama bulan Mei-Agustus 2015.

Demikian pula dengan rasio kelamin ikan layang yang sudah matang gonad sebesar 0,82:1 (Lampiran 1). Berdasarkan uji Chi-Square yang dilakukan menunjukkan bahwa rasio kelamin ikan layang jantan dan betina yang telah matang gonad berbeda nyata, artinya rasio kelamin ikan layang yang matang gonad di perairan Selat Sunda tidak seimbang. Rasio betina yang matang gonad setiap bulannya cenderung lebih besar daripada rasio jantan, kecuali pada bulan April. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi dominansi betina yang matang gonad selama bulan Mei-Agustus 2015.

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

(23)

Gambar 8 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Gambar 8 menunjukkan bahwa frekuensi TKG III dan TKG IV tertinggi pada ikan layang betina terdapat pada bulan Mei dan Juli, sedangkan jantan pada bulan Juli dan Agustus.

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

(24)

Gambar 9 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Ukuran pertama kali matang gonad (Lm)

(25)

Gambar 10 Ukuran pertama kali matang gonad ikan layang (Decapterus russelli) metode King di Perairan Selat Sunda

Gambar 11 Ukuran pertama kali matang gonad ikan layang (Decapterus russelli) metode Spearman-Karber di Perairan Selat Sunda

Lm = 194 mm

Lm = 196 mm

Lm = 194 mm

(26)

Lagler et al. 1977 in Arniati 2013 menyatakan bahwa perbedaan spesies, umur, ukuran, dan sifat-sifat fisiologis ikan menjadi faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad. Selain itu, ketersediaan makanan juga dapat mempengaruhi ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (Gomiero dan Braga 2007). Tabel 3 merupakan perbandingan ukuran pertama kali matang gonad dari beberapa penelitian terkait ikan layang (Decapterus russeli)

Tabel 3 Ukuran pertama kali matang gonad ikan layang (Decapterus russelli) dari berbagai lokasi

7 Perairan Vizhinjam, India 150 145 - Balasubramanian dan Natarajan, 2000

12 Perairan Selat Sunda,

Indonesia 171,72 147,15 166,96 Desta, 2015

Fekunditas

(27)

Gambar 12 Hubungan fekunditas terhadap panjang ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Gambar 13 Hubungan fekunditas terhadap bobot ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Diameter telur

(28)

Gambar 14 Sebaran diameter telur ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Ukuran mata jaring

(29)

Gambar 15 Hubungan Lm (metode King) dan tinggi ikan dengan lebar mata jaring

(30)

Kebiasaan makan

Nilai Index of Prepondarance (IP) pada ikan layang didominasi oleh ikan-ikan-ikan kecil baik ikan jantan maupun betina (Gambar 17). Sesuai dengan peryataan Tiews et al. 1968 in Aprilianty 2000 yang menyebutkan bahwa ikan-ikan kecil merupakan makanan utama ikan-ikan layang (Decapterus russelli).

Gambar 17 Nilai Index of Prepondarance ikan layang (Decapterus russelli)

Persentase Index of Prepondarance setiap bulannnya ditunjukkan pada Tabel 4. Terlihat adanya variasi dalam persentase komposisi makanan yang berbeda setiap bulannya selama penelitian pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentase Index of Prepondarance ikan layang (Decapterus russelli) April-Agustus 2015

Jenis makanan

April Mei Juni Juli Agustus

J B J B J B J B J B

Crustacea 28.71 37.73 40.43 8.38 44.42 32.64 14.75 13.92 46.54 43.32 Ikan-ikan

kecil 12.12 27.23 27.09 67.09 28.39 34.43 61.44 58.40 29.42 24.58

Nitzschia sp. 22.63 10.65 26.57 23.18 24.02 16.65 5.96 13.13 6.38 20.77 Detritus 7.83 9.37 5.88 0.02 1.61 3.08 5.49 3.12 17.66 6.43

Cycloella - - - - 0.77 3.58 - - - -

Molusca 12.73 1.50 0.04 1.26 0.79 9.61 12.36 11.44 - 5.89

Synedra 15.95 13.53 - - - -

Rhizosolenia

(31)

Pembahasan

Sebaran frekuensi ikan layang (Decapterus russelli) jantan dan betina (Gambar 4) menunjukkan bahwa ikan layang selama April-Agustus 2015 banyak ditemukan pada selang kelas 196-206 mm. Hal ini berbeda dari penelitian Aprilianty (2000), Poojary et al. (2015), dan Desta (2015) yang menemukan bahwa ikan layang banyak ditemukan pada selang kelas 167-175 mm, 170-189 mm, dan 156-160 mm. Frekuensi selang kelas yang berbeda diduga karena adanya perbedaan waktu penelitian dan kondisi lingkungan tempat penelitian.

Berdasarkan Gambar 5 didapatkan persamaan hubungan panjang dan bobot untuk ikan layang jantan adalah W=0,000006L3,0922 dan ikan layang betina adalah W=0.00002L2,8964. Koefisien determinasi ikan jantan sebesar 0,9523, yang berarti pada ikan layang jantan variabel panjang dapat menjelaskan bobot sebesar 95,23 %. Demikian pula koefisien determinasi ikan betina sebesar 0,8641, yang berarti pada ikan betina variabel panjang dapat menjelaskan bobot sebesar 86,41 %. Koefisien korelasi (r) panjang dan bobot pada ikan layang jantan sebesar 0,9759 dan pada ikan layang betina sebesar 0,9296. Nilai r yang lebih besar dari 0,7 menujukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang sangat kuat (Yamin dan Kurniawan 2009).

Berdasarkan hasil uji t (Lampiran 2), pada ikan layang jantan diperoleh nilai t hitung sebesar 2,7281 dan t tabel sebesar 1,9656. Hasil t hitung yang lebih besar daripada t tabel memilki arti pola pertumbuhan ikan layang jantan bersifat allometrik positif (pertumbuhan bobot mendominasi atau nilai b≠3 . Pada ikan layang betina diperoleh nilai t hitung sebesar 1,6253 dan t tabel sebesar 1,9673. Hasil t hitung yang kurang dari daripada t tabel berarti pola pertumbuhan ikan layang betina bersifat isometrik (pertumbuhan panjang dan bobot seimbang atau nilai b=3) (Tabel 2). Nilai b berbeda-beda disetiap ikan sesuai dengan spesies, jenis kelamin, umur, musim, dan aktivitas makan (Oymak et al. 2001).

Pola pertumbuhan ikan jantan adalah allometrik positif. Hal ini berbeda dari pola pertumbuhan ikan jantan setiap waktunya (Tabel 2). Hasil uji kesejajaran (Lampiran 3) menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan jantan setiap waktunya tidak berbeda nyata terhadap pola pertumbuhan ikan jantan total, yang berarti garis-garis tersebut sejajar. Menurut Steel dan Torrie (1960), hal ini terjadi karena nilai satu β akan cenderung kurang dari dari rata-rata nilai dua β untuk perbedaan dalam dua jumlah kuadrat.

Menurut Sulistiono et al. (2002), selain menggambarkan kemontokan ikan, faktor kondisi juga dapat digunakan sebagai acuan penentu tingkat kematangan ikan. Hal ini dibuktikan dengan semakin besarnya nilai faktor kondisi saat ikan matang gonad. Berdasarkan hasil analisis faktor kondisi ikan layang betina cenderung fluktuatif terhadap perubahan waktu. Pada bulan Mei dan Juli faktor kondisi ikan layang betina mengalami kenaikan sedangkan pada bulan April, Juni dan Agustus mengalami penurunan. Berbeda dari ikan layang betina, faktor kondisi ikan layang jantan cenderung mengalami penurunan terhadap perubahan waktu (Gambar 6).

(32)

penurunan nilai faktor kondisi disetiap peningkatan kematangan gonad. Selain itu, faktor kondisi ikan betina cenderung meningkat kecuali pada TKG 3 yang memiliki nilai faktor kondisi paling rendah. Terjadinya penurunan nilai faktor kondisi ini dapat diduga karena adanya perbedaan jumlah ikan contoh pada setiap peningkatan kematangan gonad.

Rasio kelamin ikan layang (Gambar 7) jantan dan betina sebesar 1,29:1, yang berarti ikan layang jantan lebih mendominasi daripada ikan betina. Sesuai dengan penelitian ini, Desta (2015), Raje (1997), dan Poojary et al. (2015) menyatakan bahwa ikan layang jantan lenih mendominasi daripada ikan betina, dengan rasio kelamin masing-masing sebesar 1,9:1, 1,69:1 dan 1,45:1. Namun, berbeda dari penelitian Aprilianty (2000) di perairan Teluk Sibolga dan Gjosaeter dan Sousa (1983) di perairan Mozambik, yang menyatakan bahwa rasio kelamin ikan layang betina lebih dominan dibandingkan dengan ikan jantan masing-masing sebesar 1:1,6 dan 1:1,61. Perbedaan rasio kelamin ikan layang diduga dipengaruhi adanya perbedaan lingkungan perairan, serta ketersediaan makanan.

Waktu pemijahan pada ikan dapat diduga dengan melihat komposisi tingkat kematangan gonad ikan. Menurut Ozvarol et al. (2010), musim atau waktu pemijahan terjadi ketika nilai indeks kematangan gonad untuk kedua jenis kelamin mencapai tingkat tertinggi. Raje (1997) mengatakan bahwa musim pemijahan ikan layang di India adalah bulan November-Mei. Berbeda dari Balasubramanian dan Natrajan (2000) dan Manojkumar (2005) yang mengatakan bahwa musim pemijahan ikan layang di Malabar masing-masing pada bulan November-Desember dan bulan Maret-Desember. Namun, pada penelitian ini diduga musim pemijahan ikan layang di perairan Selat Sunda pada bulan Mei-Juli dengan puncak pemijahan pada bulan Juli (Gambar 8)

Perbedaan musim pemijahan menunjukkan ikan layang terus menerus berkembang biak. Meskipun ovarium dalam keadaan matang, ikan layang hanya bertelur pada saat tertentu saja. Pada saat itulah terjadi variasi dari satu tempat ke tempat lain, tergantung kondisi lingkungan pada daerah tersebut. Oleh karena itu, hal ini yang diduga menjadi penyebab terjadinya perbedaan dalam musim pemijahan dari penelitian yang dilakukan oleh berbagai peneliti (Poojary et al.

2015). Maka demikian diduga pada bulan Mei dan Juli Selat Sunda merupakan lingkungan yang cocok untuk pemijahan ikan layang.

Nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan layang jantan yang terbesar terdapat pada bulan Mei dan Agustus, sedangkan ikan layang betina (Gambar 9) yang terbesar terdapat pada bulan Mei dan Juli. Namun, baik ikan layang jantan maupun betina memiliki nilai IKG yang berfluktuasi setiap bulannya. Rendahnya nilai IKG, terjadi akibat ikan layang belum mengalami fase matang gonad.

(33)

Terjadinya perubahan kebisaan makan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa ikan layang jantan dan betina memiliki makanan utama yang berbeda. Namun, secara keseluruhan organisme yang dimakan ikan layang baik jantan maupun betina sama. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar makanan utama ikan layang adalah ikan-ikan kecil (Gambar 17) sesuai dengan penelitian Aprilianty (2000).

Fekunditas ikan layang berkisar antara 2 330-117 660 butir, pada kisaran panjang 136-229 mm (Gambar 12) dan bobot tubuh 23-124 g (Gambar 13). Menurut Patrick et al. (2010) kisaran fekunditas dengan nilai lebih dari 104 memiliki potensi perikanan yang tinggi. Hal in sesuai dengan Raje (1997) menyatakan bahwa ikan layang di India dengan kisaran panjang total 150-219 mm dan kisaran bobot tubuh 37-100 g, mengandung telur 21 547-84 228 butir. Menurut Poojary et al. (2015) fekunditas spesies ikan layang yang sama di perairan Maharashtra (India) sebanyak 29 986-152 123 butir dengan kisaran panjang total 149-228 mm dan bobot tubuh 28,55-118,47 g. Adanya perbedaan atau variasi pada fekunditas disebabkan oleh densitas, ketersediaan makanan, suhu, dan pengaruh lingkungan lainnya.

Hasil analisis diameter telur ikan layang menunjukkan adanya variasi modus (Gambar 14). Menurut Sulistiono et al. (2006) adanya variasi modus-modus sebaran frekuensi diameter telur merupakan indikasi bahwa ikan memijah sebagian atau bertahap (partial spawner). Pada penelitian ini ukuran diameter telur ikan layang berkisar antara 0,125-0,875 mm. Sesuai dengan penelitian Manojkumar (2007) dan Tamhane (1996) in Poojary et al. (2015) yang menyatakan bahwa diameter telur ikan layang masing-masing berkisar 0,06-1,02 mm dan 0,03-0,55 mm. Terjadinya penurunan ataupun perbedaan yang cukup besar pada ukuran diameter telur ikan layang disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi lingkungan (Poojary et al. 2015).

Berdasarkan hasil kajian reproduksi ikan layang di perairan Selat Sunda, kegiatan penangkapan yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya keberlangsungan hidup ikan layang (Decapterus russelli). Penggunaan mata jaring yang berukuran 1 inci (25,4 mm) juga tidak sesuai, karena masih tertangkapnya ikan layang yang baru pertama kali matang gonad (Gambar 15 dan Gambar 16). Perbesaran ukuran mata jaring perlu dilakukan, agar dapat meloloskan ukuran ikan pertama kali matang gonad (Lampiran 5). Ukuran mata jaring yang lebih besar dari 1 inci atau kira-kira 1,5 inci (36 mm), diharapkan hanya menangkap ikan layang yang telah melebihi ukuran pertama kali matang gonad (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Hal ini dilakukan agar ikan layang yang matang gonad pertama kali memiliki kesempatan untuk memijah terlebih dahulu sehingga keberadaan ikan layang di perairan tetap lestari.

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jumlah ikan layang jantan lebih banyak dibandingkan dengan ikan layang betina, sehingga keberlanjutan populasi ikan layang di perairan Selat Sunda dapat dikatakan terganggu. Ikan layang jantan lebih cepat mencapai matang gonad dibandingkan dengan ikan layang betina dengan ukuran pertama kali matang gonad berturut-turut berkisar antara 194 mm dan 196 mm. Waktu pemijahan ikan layang di perairan Selat Sunda diduga terjadi pada bulan Mei-Agustus dengan puncak pemijahan pada bulan Juli. Potensi reproduksi ikan layang (Decapterus russelli) tinggi yaitu sebesar 2 330–117 660 butir telur dengan pola pemijahan lebih dari satu kali (partial spawner).

Saran

Perlu dilakukannya penelitian lanjutan terkait ikan layang (Decapterus russelli) di perairan Selat Sunda selama satu tahun, agar musim pemijahan ikan layang di perairan Selat Sunda dapat diidentifikasi secara pasti tanpa pendugaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilianty H. 2000. Beberapa aspek biologi ikan layang (Decapterus Russelli) di perairan Teluk Sibolga, Sumatera Utara [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 75 hal.

Arniati. 2013. Nisbah kelamin dan ukuran pertama kali matang gonad ikan layang (Decapterus macrosoma Bleeker, 1851) tertangkap di perairan Teluk Bone [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 67 hal.

Balasubramanian NK and Natarajan P. 2000. Studies on the biology of the scads,

Decapterus russelli and Decapterus macrosoma at Vizhinjam, southwest coast of India. Indian Journal Fish. 47(4): 291-300.

(35)

Desta FS, 2015. Status stok sumberdaya ikan layang (Decapterus russelli) di perairan Selat Sunda [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.

Effendie MI. 1992. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal. EffendieF MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger

kanagurta, Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62 hal.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan). PT Rineka Cipta, Jakarta.

Gispert AV and Amich RM. 2000. Fecundity and spawing mode of three introduced fish spesies in Lake Banyoles (Catalunya, Spain) in comparison with other localities. Aquatic Sciences. 61:154-166.

Gjosaeter J and Sousa IM. 1983. Reproduction, age, and growth of the Russell’s Scad, Decapterus russelli (Ruppell, 1828) (Carangidae) from Sofala Bank, Mozambique. Rev. Invest. Pesq. Maputo. 8:83-108.

Gomiero LM and Braga FMS. 2007. Reproduction of pirapitinga do sul (Brycon opalinus Cuvier, 1819) in the Paaque Estadual da Serra do Mar -Núcleo, Santa Virginia, São Paulo, Brazil. Brazil Journal Biology. 67(3):541-549. Hukom FD, Purnama DR, dan Rahardjo MF. 2006. Tingkat kematangan gonad,

faktor kondisi, dan hubungan panjang-berat ikan tajuk (Aphareus rutilans

Cuvier,1830) di perairan laut dalam Palabuhanratu, Jawa Barat. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 6(1):1-9.

King M. 2006. Fisheries Biology, Assessment and Management Second Edition. Blackwell Publishing. 405p

Manojkumar PP. 2005. Maturation and spawning of Decapterus russelli (Ruppel, 1830) along the Malabar Coast. Indian Journal of Fisheries. 2(52):171-trawling grounds off Kakinada. Journal of the Marine Biological Association of India. 33(1&2): 396-408.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Oymak SA, Solak K, and Unlu E. 2001. Some biological characteristics of

Silurus triostegus from Ataturk Dam Lake (Turkey). Tr. J. Zool. 25:139-148.

Ozvarol ZAB, Balci BA, Tasli MGA, Kaya Y, and Pehlivan M. 2010. Age, growth, and reproduction of goldband goatfish (Upeneus moluccensis

Bleeker (1855)) from the Gulf of the Antalya (Turkey). Journal of Animal and Veterinary Advances. 9(5): 939-945.

(36)

northwest coast of India. Journal of Marine Biological Association of India., 57 (1).doi:10.6024/jmbai.2015.57.1.1.01792-0x.

Patrick WS, Spencer P, Link J, Cope J, Field J, Kobayashi D, Lawson P,Gedamke T, Cortes E, Ormseth O et al. 2010. Using productivity and susceptibility indices to assess the vulnerability of United States fish stocks to overfishing. Fishery Bulletin 108(3):305-322.

Prihartini A, Anggoro S, dan Asriyanto. 2004. Analisis tampilan biologis ikan layang (Decapterus sp) hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan. Balai Besar Pengembangan dan Penangkapan Ikan (BBPI). Semarang.

Raje SG. 1997. On some aspects of biology of mackerel scad Decapterus russelli

(Ruppell). Indian Journal. Fish. 44(1): 97-99.

Steel RGH dan Torrie JH. 1960. Principles and Procedures of Statistics with Special Reference to The Biological Sciences. McGraw-Hill Book Company, Inc. USA. 481p

Sulistiono, Wibisana I, Sari PP, Affandie R, Watanabe S, and, Yokota M. 2002. maturity and food habits of the japanese hiting (Sillago japonica) in Omura Bay, Nagasaki, Japan. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 9(2):121-128.

Sulistiono, Purnamawati A, Ekosafitri KH, Affandi R, dan Sjafei DS. 2006. Kematangan gonad dan kebiasaan makanan ikan janjan bersisik (Parapocryptes sp) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 13(2):97-105.

Sunarso, Zamroni A, dan Wudianto. 2008. Biologi reproduksi dan dugaan musim pemijahan ikan pelagis kecil di Laut Cina Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 14(4):379-391.

Udupa KS. 1986. Statistical Method of Estimating the size of First Maturity in Fish. Fishbyte ICLARM. Manila.4(2):8-1.

Walpole. 1993. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Weatherley AH. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press, New York London.

Widodo J. 1988. Population biology of Russell's scad (Decapterus russelli) in the Java Sea, Indonesia. FA0Fish. Rep., 389:519pp.

(37)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah ikan layang (Decapterus russelli) matang gonad di perairan Selat Sunda

Bulan Pengamatan n

Jumlah (n) Rasio Kelamin

Uji Chi-square Betina Jantan Betina Jantan

April 41 4 37 1 9.25 Tidak seimbang

Lampiran 2 Hubungan panjang bobot ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Lampiran 3 Uji kesejajaran hubungan panjang dan bobot ikan layang (Decapterus russelli) jantan

Perbandingan nilai b S2p Thit Ttab

April-Mei 0,0016 153,4353 1,9729

April-Juni 0,0017 43,4824 1,9736

April-Juli 0,0013 5,3678 1,9727

April-Agustus 0,0019 22,2294 1,9755

Mei-Juni 0,0015 110,8929 1,9742

Mei-Juli 0,0011 191,1663 1,9733

Mei-Agustus 0,0016 159,4156 1,9764

Juni-Juli 0,0012 58,0986 1,9740

Juni-Agustus 0,0017 61,1069 1,9775

Juli-Agustus 0,0013 22,0417 1,9761

April-Total 0,0019 126,8834 1,9645

Mei-Total 0,0018 314,1705 1,9646

Juni-Total 0,0018 176,3254 1,9647

Juli-Total 0,0017 129,5253 1,9646

Agustus-Total 0,0019 78,6337 1,9649

Karena Thit > Ttab, maka terima H : β1 β2

(38)

Lampiran 4 Grafik hubungan faktor kondisi dengan tingkat kematangan gonad

Lampiran 5Perbandingan tinggi ketika Lm dengan lebar mata jaring

Lm Tinggi ikan

L ketika tinggi ikan

= lebar mata jaring

Lebar mata jaring

Betina King 195 33,7433 156,4500 25,4

Spearman-Karber 196 33,9666

Jantan King 194 35,2885 156,3910 25,4

Spearman-Karber 194 35,2885

Total King 193 34,0901 157,2180 25,4

(39)

Lampiran 6Hubungan panjang dan tinggi ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Metode King Metode Spearman-Karber

Betina Jantan Betina Jantan

Panjang

Lampiran 7 Penghitungan hubungan panjang dan tinggi ikan layang (Decapterus russelli)

Diperoleh persamaan Y = 0,0376X1,2895 dari analisis hubungan panjang dan tinggi dengan panjang sebagai sumbu X dan tinggi sebagai sumbu Y

(40)

Lampiran 7 Lanjutan

Maka :

Y = 0,0376X1,2895 Y = 0,0376(195)1,2895 Y = 33,7433 mm

(41)

Lampiran 9 Penghitungan Indeks kematangan gonad ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Diketahui :

Berat gonad: 19 gram Berat total : 0,0295 gram Maka : IKG Bg

Bt =

x 100

= 0,1553

Lampiran 10 Penghitungan fekunditas ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

Diketahui :

Berat gonad (G) : 0,6331 gram Volume pengenceran (V) : 10 ml Jumlah telur dalam 1 ml (X) : 188 butir Berat gonad contoh (Q) : 0,2110 gram Maka fekunditasnya adalah :

(42)

Lampiran 11 Ukuran pertama kali matang gonad (metode King) ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

a. Ikan Layang Jantan dan betina

sk xi F total F matang gonad Proporsi matang

gonad F (%) F adjust (%) x y

Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan 130-140 135 9 31 2 11 0,9009 6,0773 0,0090 0,0608 0,0090 0,0608 135 4,7005 2,7379 141-151 146 3 36 0 8 0,0000 4,4199 0,0000 0,0442 0,0090 0,1050 146 4,7005 2,1432 152-162 157 2 10 0 3 0,0000 1,6575 0,0000 0,0166 0,0090 0,1215 157 4,7005 1,9779 163-173 168 4 10 1 3 0,4505 1,6575 0,0045 0,0166 0,0135 0,1381 168 4,2905 1,8310 174-184 179 14 30 13 6 5,8559 3,3149 0,0586 0,0331 0,0721 0,1713 179 2,5553 1,5766 185-195 190 89 93 69 35 31,0811 19,3370 0,3108 0,1934 0,3829 0,3646 190 0,4773 0,5553 196-206 201 126 108 80 55 36,0360 30,3867 0,3604 0,3039 0,7432 0,6685 201 -1,0629 -0,7014 207-217 212 64 64 42 33 18,9189 18,2320 0,1892 0,1823 0,9324 0,8508 212 -2,6247 -1,7411 218-228 223 14 30 13 21 5,8559 11,6022 0,0586 0,1160 0,9910 0,9669 223 -4,7005 -3,3730 229-239 234 1 7 1 5 0,4505 2,7624 0,0045 0,0276 0,9955 0,9945 234 -5,3982 -5,1930

240-250 245 1 1 1 0 0,4505 0,0000 0,0045 0,0000 1,0000 0,9945 245 #NUM! -5,1930

251-261 256 0 1 0 1 0,0000 0,5525 0,0000 0,0055 1,0000 1,0000 256 #NUM! #NUM!

(43)

Lampiran 11 Lanjutan

b. Ikan Layang Total

sk xi F total

F matang

gonad

Proporsi matang

gonad

F (%) F adjust (%) x y

130-140 135 40 13 3,2258 0,0323 0,0323 135 3,4012

141-151 146 39 8 1,9851 0,0199 0,0521 146 2,9009

152-162 157 12 3 0,7444 0,0074 0,0596 157 2,7595

163-173 168 14 4 0,9926 0,0099 0,0695 168 2,5947

174-184 179 44 19 4,7146 0,0471 0,1166 179 2,0248

185-195 190 182 104 25,8065 0,2581 0,3747 190 0,5121 196-206 201 234 135 33,4988 0,3350 0,7097 201 -0,8938

207-217 212 128 75 18,6104 0,1861 0,8958 212 -2,1512

218-228 223 44 34 8,4367 0,0844 0,9801 223 -3,8994

229-239 234 8 6 1,4888 0,0149 0,9950 234 -5,3008

240-250 245 2 1 0,2481 0,0025 0,9975 245 -5,9965

251-261 256 1 1 0,2481 0,0025 1,0000 256 #NUM!

Jumlah 403

c. Hasil regresi

Betina Jantan Total

a (intercept) 29,5396 23,5541 23,9120 b (slope) -0,1516 -0,1212 -0,1240

r (-b) 0,1516 0,1212 0,1240

(44)

Lampiran 12 Ukuran pertama kali matang gonad (metode Spearman-Karber) ikan layang (Decapterus russelli) di Perairan Selat Sunda

a. Ikan Layang Betina

Selang Kelas

Nilai

tengah Log Nt

Jumlah ikan

Jumlah ikan matang

gonad

Nb/Ni

X(i+1)-Xi 1-Pi Pi*Qi Ni-1 Pi*Qi/Ni-1

Nt Ni Nb (Pi) (Qi)

130-140 135 2,130334 9 2 0,222222 0,034019 0,777778 0,17284 8 0,021605

141-151 146 2,164353 3 0 0 0 1 0 2 0

152-162 157 2,1959 2 0 0 0 1 0 1 0

163-173 168 2,225309 4 1 0,25 0,027544 0,75 0,1875 3 0,0625

174-184 179 2,252853 14 13 0,928571 0,025901 0,071429 0,066327 13 0,005102

185-195 190 2,278754 89 69 0,775281 0,024442 0,224719 0,17422 88 0,00198

196-206 201 2,303196 126 80 0,634921 0,02314 0,365079 0,231796 125 0,001854

207-217 212 2,326336 64 42 0,65625 0,021969 0,34375 0,225586 63 0,003581

218-228 223 2,348305 14 13 0,928571 0,020911 0,071429 0,066327 13 0,005102

229-239 234 2,369216 1 1 1 0,01995 0 0 0 0

240-250 245 2,389166 1 1 1 0,019074 0 0 0 0

251-261 256 2,40824 0 0 0 -2,40824 1 0 -1 0

TOTAL 327,0000 222,0000 6,1736 0,2169 0,1017

(45)

Lampiran 12 Lanjutan

b. Ikan Layang Jantan

Selang Kelas

Nilai

tengah Log Nt

Jumlah ikan

Jumlah ikan matang

gonad

Nb/Ni

X(i+1)-Xi 1-Pi Pi*Qi Ni-1 Pi*Qi/Ni-1

Nt Ni Nb (Pi) (Qi)

130-140 135 2,130334 31 11 0,354839 0,034019 0,645161 0,228928 30 0,007631

141-151 146 2,164353 36 8 0,222222 0,031547 0,777778 0,17284 35 0,004938

152-162 157 2,1959 10 3 0,3 0,02941 0,7 0,21 9 0,023333

163-173 168 2,225309 10 3 0,3 0,027544 0,7 0,21 9 0,023333

174-184 179 2,252853 30 6 0,2 0,025901 0,8 0,16 29 0,005517

185-195 190 2,278754 93 35 0,376344 0,024442 0,623656 0,234709 92 0,002551

196-206 201 2,303196 108 55 0,509259 0,02314 0,490741 0,249914 107 0,002336

207-217 212 2,326336 64 33 0,515625 0,021969 0,484375 0,249756 63 0,003964

218-228 223 2,348305 30 21 0,7 0,020911 0,3 0,21 29 0,007241

229-239 234 2,369216 7 5 0,714286 0,01995 0,285714 0,204082 6 0,034014

240-250 245 2,389166 1 0 0 0 1 0 0 0

251-261 256 2,40824 1 1 1 -2,40824 0 0 0 0

TOTAL 421,0000 181,0000 5,1926 0,2588 0,1149

(46)

Lampiran 12 Lanjutan

c. Ikan Layang Total

Selang Kelas

Nilai

tengah Log Nt

Jumlah ikan

Jumlah ikan matang

gonad

Nb/Ni

X(i+1)-Xi 1-Pi Pi*Qi Ni-1 Pi*Qi/Ni-1

Nt Ni Nb (Pi) (Qi)

130-140 135 2,130334 40 13 0,325 0,034019 0,675 0,219375 39 0,005625

141-151 146 2,164353 39 8 0,205128 0,031547 0,794872 0,163051 38 0,004291

152-162 157 2,1959 12 3 0,25 0,02941 0,75 0,1875 11 0,017045

163-173 168 2,225309 14 4 0,285714 0,027544 0,714286 0,204082 13 0,015699

174-184 179 2,252853 44 19 0,431818 0,025901 0,568182 0,245351 43 0,005706

185-195 190 2,278754 182 104 0,571429 0,024442 0,428571 0,244898 181 0,001353

196-206 201 2,303196 234 135 0,576923 0,02314 0,423077 0,244083 233 0,001048

207-217 212 2,326336 128 75 0,585938 0,021969 0,414063 0,242615 127 0,00191

218-228 223 2,348305 44 34 0,772727 0,020911 0,227273 0,17562 43 0,004084

229-239 234 2,369216 8 6 0,75 0,01995 0,25 0,1875 7 0,026786

240-250 245 2,389166 2 1 0,5 0,019074 0,5 0,25 1 0,25

251-261 256 2,40824 1 1 1 -2,40824 0 0 0 0

TOTAL 748,0000 403,0000 6,2547 0,1933 0,3335

(47)

Lampiran 12 Lanjutan

d. Hasil Penghitungan

Betina Jantan Total

M 2,2929 2,2868 2,2897

(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1995 dari pasangan Bapak Abdullah Idrus dan Ibu Lubena sebagai anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis berawal dari MI Annuriyah (2000-2006), SMPN 3 Jakarta (2006-2009), dan SMAN 37 Jakarta (2009-2012). Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan atau PMDK di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti program S-1, penulis aktif tergabung dalam organisasi kemahasiswaan Badam Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai anggota divisi Hubungan Eksternal (2013-2014) dan ketua divisi Pendidikan, Sosial, dan Kesejahteraan Mahasiswa (2014-2015). Selain itu penulis turut berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus IPB.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajeman Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Gambar

Gambar 1 Perumusan masalah
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Perkembangan TKG berdasarkan Cassie (1956) in Effendie (1992)
Grafik sebaran frekuensi ikan layang yang disajikan dalam Gambar 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

jagung didemineralisasi menggunakan HCl dan dilanjutkan dengan modifikasi menggunakan asam sitrat, kemampuan adsorpsinya diujikan dalam penurunan Ni dan Cu pada limbah

AKTIVASI PENGETAHUAN AWAL SISWA SMA DENGAN VIDEO UNTUK MENGENDALIKAN ICL DAN ECL SISWA PADA PEMBELAJARAN EKOSISTEM.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Based on questionnaire that has been shared and filled, it can be said that the Expert System of Thesis Title Topic Selection with Forward Chaining Method Web Based

Dewi Anjasmoro Nurbani Afifi/ UIN Malang/ 2013 Penentuan Nisbah Bagi Hasil pada Akad Mudharab ah Deposito Plus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang

Hasil dari beberapa penelitian tentang analisis pengaruh persepsi, motivasi, dan kecerdasan adversity terhadap minat mahasiswa menjadi akuntan publik diantaranya adalah

Bentuk dapat mempengaruhi kemungkinan dicernanya mikroplastik oleh organisme pelagis (Boerger et al. Untuk kandungan mikroplastik berdasarkan tipe mikroplastik yang

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak seperti kesadaran dari wajib pajak , pengetahuan peraturan pemeraintah bagi wajib

dengan judul Implementasi Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan