• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUHAMMAD LABIB SAUQI FUF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MUHAMMAD LABIB SAUQI FUF"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODERNISASI DI TURKI

ATAS PENAFSIRAN BEDIUZZAMAN SAID NURSI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Muhammad Labib Syauqi

NIM: 106034001244

PROGRAM STUDI TAFSIR -HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ATAS PENAFSIRAN BEDIUZZAMAN SAID NURSI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuludin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Muhammad Labib Syauqi

NIM: 106034001244

Pembimbing,

Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm.

PROGRAM STUDI TAFSIR -HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH MODERNISASI DI TURKI ATAS

PENAFSIRAN BEDIUZZAMAN SAID NURSI telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Maret

2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Stu di Tafsir-Hadis.

Jakarta, 18 Maret 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Drs. Agus Darmaji, M.Fils. NIP: 19610827 199303 1 002

Sekretaris Merangkap Anggota,

Rifqi Muhammad Fathi, M.A. NIP: 19770120 200312 1 003

Anggota,

Dr. Yusuf Rahman, M.A. NIP: 19670213 199203 1 002

Eva Nugraha, M.A. NIP: 19710217 199803 1 002

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syari f Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 Maret 2010

(5)

ABSTRAK

Muhammad Labib Syauqi

Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Bediuzzaman Said Nursi

Suatu penafsiran adalah bersifa t profan dengan kebenaran subjekt ifitas manusia yang bersifat relatif, suatu penafsiran bukanlah sesuatu yang bernilai sakral sehingga wajib diikuti dan mengandung kebenaran mutlak.

Upaya penafsiran yang dilakukan oleh seorang mufassir tidak dapat dilepaskan dari konteks ruang sosialnya. Karena proses penafsiran yang dilakukan tidaklah berada pada ruang hampa yang terlepas dari kehidupan sosialnya. Hal ini tidak lepas dari pergumulan seorang penafsir dengan lingkungan sosial, budaya, politik, dan agama yang ada di sekelilingnya. Sebuah karya tafsir merupakan sebuah produk sosial dan karya manusia biasa, yang tidak pantas dianggap sakral dan juga tidak kedap akan kritikan.

Nursi menafsirkan al-Qur'an tanpa terlepas dari konteksnya pada waktu itu, dengan kondi si sosial masyarakat Turki yang sedang dilanda krisis keimanan serta tergila -tergila dengan modernisasi ya ng sinonim dengan westernisasi. Pemikiran Nursi banyak terpengaruh dengan adanya modernisasi waktu itu dengan banyaknya merespon peristiwa yang terjadi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu diapresiasi, entah datangnya dari Islam maupun dari Barat sekalipun, akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi tersebut haruslah selaras dengan nilai -nilai Islam dan justru akan menguatkan keberagama an seseorang. Kehidupan bernegara yang diwujudkan dalam bentuk Nasionalisme ada lah salah jika diwujudkan dengan bentuk sekularisasi buta atau westernisasi kebablasan. Nasionalisme justru akan menemukan bentuk idealnya jika mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan tidak tercerabut dari akar budaya lokalnya. Kemudian persamaan hak dan relasi antara laki -laki dengan perempuan haruslah diwujudkan dengan tujuan untuk saling menyempurnakan kekurangan masing-masing supaya terwujud suatu kehidupan yang harmonis dan d inamis. Nursi tidak hanya melihat al -Qur'an dari sisi tekstualnya yang terbatas saja, akan tetapi Nursi juga menggunakan pendekatan rasional, yang menyandarkan pendekatan -pendekatan rasionalisme berpikirnya pada keyakinan atas kebenaran teks -teks agama tersebut.

(6)

ii

Bismillahi al-Rahmâni al-Rahîmi

Dengan menyebut keagungan asma -Mu, Engkau adalah satu-satunya yang

aku tuju, dan Rido-Mu adalah satu-satunya yang aku cari. Setiap hembusan nafas

senantiasa menyebut asma -Mu, mengagungkan dan memuji kebesaran -Mu.

Tasbih dan Tahmid tertuju pada Dzat yang telah menciptakan bumi seisinya

dengan segala kebesaran yang memancar dari -Nya. Solawat serta salam

senantiasa tercurah pada baginda Rasulullah saw. yang telah memancarkan cahaya

terang kenabiannya pada setiap kalbu selur uh ummatnya, dan kasih sayangnya

yang memberikan syafa’at pada setiap pengikutnya.

Dengan hati yang remuk dan hancur, penuh ketulusan serta harapan,

hambamu yang hina ini memanjatkan syukur alhamdulillah yang tiada tara

kepada-Mu. Yang telah menggerakkan hati, jiwa, dan pikiran sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini, yang tanpa pertolongan -Mu, hambamu ini pastilah

tidak dapat berbuat apa -apa. Terima kasih atas beribu nikmat yang telah Engkau

limpahkan kepada hambamu yang berlumur dosa ini, terima kasih telah

memberikan izin pada hambamu ini untuk masih bisa menghirup berartinya udara

kehidupan ini, dan berkenan memberikan kesempatan kepada hambamu ini untuk

mengabdikan sisa hidupnya hanya kepada-Mu.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis haturkan pada segenap orang-orang

terkasih yang berada di sekeliling penulis, yang telah banyak membantu penulis

dalam penyelesaian skripsi ini. Bapak Dr. Amin Nurdin, M.A. selaku Dekan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Bustamin, M.Si. selaku

(7)

iii

Jurusan Tafsir Hadis, dan terkhusus kepada Ibu Dr. Nur Rofiah Bil. Uzm. selaku

dosen pembimbing, terima kasih telah bersedia banyak membantu dan

membimbing penulis dalam meny elesaikan skripsi ini, terimakasih atas kritikan

-kritikannya yang sangat membangun. Juga tak ketinggalan pada Bapak Eva

Nugraha M.A. sebagai dosen akademik juga teman diskusi penulis dan tak lupa

Bapak Muslim yang telah banyak memudahkan urusan penulis.

Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah berkenan memberikan

ilmunya, yang telah berkenan menemani dalam setiap langkah pencarian ilmu dan

bersedia mengajar penulis dalam setiap jengkal kebodohan, Juga kepada sejumlah

karyawan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ushuluddin, dan Perpustakaan

Iman Jama’, yang telahbersedia membantu penulis.

Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Muhadi HS. dan Ibunda Hj.

Akifah yang senantiasa mencurahkan kasih sayangny a, bimbingan, dan do’a.

dengan penuh ketulusan, sujud sungkem penulis haturkan sepenuh hati pada

mereka. Kakak-kakak tercinta Ulin Nuha Lc., Ulil Albab S.Pd .i., dan Ulin Najihah

S.E., terima kasih banyak atas segenap saran dan dukungan yang penuh cinta

kasih pada penulis. Para malaikat kecilku Aufar Rizrozi, Azza Jadul Haq, Nabila

Nailal Muna, Royyan Rikza, dan Adzhan Nibrosi yang telah menjadi lentera hati

kecilku, yang menerangi dan menghangatkan setiap semangat penulis.

Pada para guru-guru penulis, KH. Abdullah Zawawi, KH. Abdullah

Zabidi, Lek Minan, dan segenap guru PP. Manba’ul Hudâ Kembang. KH. Idris

Marzuqi, KH. Anwar Mansur dan segenap asâtidz PP. Hidâyatul Mubtadi’în

Lirboyo Kediri, yang telah berkenan membukakan pintu masuk untuk menuju

(8)

Irfa’i Nahrawi al-Naqsyâbandî Q.S. yang telah berkenan menjadi pendidik jiwa

penulis, semoga Allah melimpahkan cahaya guruku kepadaku selamanya.

Teman-teman seperjuangan di tafsir hadis angkatan 2005, Gopar, Asep,

Rosyidi, Salman, Syarif, Zee, Laily, Bedah, Itoh, Neneng, Amar, Zaenal, Agus

dan semuanya, terima kasih telah bersedia menemani perjalanan penulis selama

ini. Teman-teman Silaturrahmi Mahasiswa Jepara Jakarta, Munib, Ida, Jazuli,

semoga Jepara semakin jaya. Terima kasih pada teman -teman Forum Mahasiswa

Alumni Lirboyo, kawan-kawan kelas bahasa Turki dan Kajian Said Nursi, Ka’ib,

Habib, Ika, Irfan Sholeh, Afif dan Mulyana terima kasih atas kebersamaan dan

diskusinya. Kawan-kawan forum diskusi Piramida Circle semuanya, Lek Edi, Lek

Hafid, Lek Wur, Maman, Abah, Saprol, yang banyak membukakan paradigma

berpikir penulis, dan menjadi patner setia pen ulis dalam mengurai setiap rumitnya

pembahasan, terima kasih. Warga Nirmala, Bang A’an, Mami, Mas Ari, Cak

Kholil, Imron, Yani, Titin, Ma'mun, dan Ufiq yang selalu menemani penulis

dalam mengisi hari-harinya. Juga terima kasih pada Pak Johar, yang telah bersedia

menjadi tetangga yang baik serta teman diskusi penulis. Dan terkhusus kepada

yang telah memeluk hatiku dengan penuh cinta, terima kasih banyak, karena telah

membuat hidupku berwarna indah.

Saudaraku Mbah Lém, yang selalu menyiramku dengan hangatnya kopi

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, tak lupa saudara-saudaraku Sus, Ali,

Jay, Hakim, Hanafi, Bambang, Ope, dan segenap “Laskar Atas Angin”, semoga

persaudaraan yang mulia ini dapat menghantarkan kita menuju pada Rido Ilahi.

Dan yang terakhir, jika penulis boleh menyebutkan seseorang yang

(9)

v

Sen adalah orang yang paling pantas untuk mendapatkannya. Hormat dan terima

kasih tak terhingga karena telah banyak membantu penulis dengan

menghadiahkan buku-buku Nursi, banyak meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dan banyak membagi ilmunya khususnya mengenai pemikiran Said Nursi.

Semoga kita bisa benar-benar menjadi Tullâb al-Nûr dan mewujudkannya dengan

penuh cinta.

Dari sedikit yang dapat penulis lakukan dengan karya ini, adalah satu usaha

kecil untuk berusaha ikut mengais sepercik air di hamparan samudra ilmu Allah

yang teramat luas. Dengan keterbatasan yang dimiliki penulis, kekurangan pasti

ditemui dalam banyak sisinya, karna kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Akhirnya demikianlah yang dapat penulis sajikan, semoga sedikit usaha ini

dapat bermanfaat bagi penulis khusu snya dan lebih-lebih dapat memberikan

manfaat bagi orang lain. Amin.

Subhânaka Allâhumma wa Bihamdika Astaghfiruka wa Atûbu Ilaika

Ciputat, 7 Maret 2010

(10)

vi

ABSTRAK……… ………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR LAMPIRAN……… …….viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….. 14

C. Manfaat dan Tujuan Penulisan………. 15

D. Tinjauan Pustaka……….. 16 E. Metodologi Penelitian……….. 17

F. Sistematika Penulisan……….. 21 BAB II BIOGRAFI BEDIUZZAMAN SAID NURSI DAN RISÂLAH AL-NÛR A. Kondisi Sosial Politik di Turki ……….... 22

B. Riwayat Hidup dan Karir Intelektual ………... 30

C. Peran dan Perjuangan ………... 37

D. Karya-karya Ilmiah……….. 41

E. Risâlah al-Nûr 1. Proses Penulisan……….. 45

2. Metodologi Penafsiran………. 50

BAB III MODERNISASI DI TURKI A. Proses Modernisasi di Turki ………. 56

(11)

vii

C. Turki di Era Modern ……….. 72

BAB IV PENGARUH MODERNISASI ATAS P ENAFSIRAN A. Keterpengaruhan Penafsiran Oleh Modernisasi Turki……….. 77

1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan ………... 78

2. Nasionalisme Islami ………... 88

3. Perempuan dan Persamaan Hak ……….. 97

B. Kontekstualisasi ..……… …107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……… 113

B. Saran……….. 115

(12)

Gambar Skema Kesultanan Utsmânî………. 1

Gambar Skema Kitab Risâlah al-Nûr………... 2

Ejaan dan Pengucapan Bahasa Turki……… ……….3

Peta Kota Anatolia yangBerkaitan Dengan Said Nursi……… …4

Peta Tempat yang Dikunjungi Oleh Said Nursi………... 5

(13)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Untuk pedoman transliterasi, yang digunakan adalah pedoman

transliterasi CeQDa tahun 2007.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ب b be

ت t te

ث ts te dan es

ج j je

ح h h dengan garis bawah

خ kh ka dan ha

د d de

ذ dz de dan zet

ر r er

ز z zet

س s es

ش sy es dan ye

ص s es dengan garis di bawah

ض d de dengan garis di bawah

ط t te dengan garis di bawah

ظ z zet dengan garis di bawah

ع ‘ koma terbalik di atas hadap kanan

غ gh ge dan ha

ف f ef

ق q ki

ك k ka

ل l el

م m em

ن n en

و w we

ـھ h ha

ء ' apostrof

(14)

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monofrog atau vokal rangkap diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

__َ__ a fathah

---ِ--- i kasrah

__ُ__ u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي __َ__ ai a dan i

و __َ__ au a dan u

Vokal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang ( madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﺎ َـ ـ â a dengan topi di atas

ْﻲ ِـ ـ î i dengan topi di atas

ْﻮ ُـ ـ û u dengan topi di atas

Kata sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ل ا, dialihaksarakan menjadai huruf /l/, baik diikuti huruf

(15)

xi

Syaddah (tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ـ ـ ـّـ ـ ـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandak an huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf -huruf syamsiyyah.

Misalnya, kata ة َر ْو ُﺮ ﱠﻀ ﻟ ا tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah,

(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur'an1 merupakan petunjuk bagi setiap manusia dan sebagai Kitab

yang diturunkan supaya2 manusia keluar dari kegelapan masa lalu menuju pada

masa yang terang benderang . Allah berfirman dalam Sûrah Ibrahîm/14: 1 :

 supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan

yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.

Di samping hal itu, manusia pada awalnya merupakan satu kesatuan

(ummatan wahidah), akan tetapi sebagai akibat perkembangan pertumbuhan

penduduk dan populasi masyarakat, maka muncullah masalah -masalah baru yang

menimbulkan perselisihan dan bahkan perpecahan. Sejak itulah, Allah mengutus

para nabi-Nya dan menurunkan Kitab Suci, agar dengan adanya Kitab Suci

tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan untuk memecahkan permasalahan

-permasalahan yang terjadi seperti dalam Sûrah al-Baqarah/2: 213.

1

Al-Qur'an secara istilah ialah kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawâtir serta membacanya adalah ibadah. Lihat Al-Qur'an dan Terjemahnya (Arab Saudi:

Mujamma’ al-Mâlik Fahd li Thiba‘at al-Mushaf al-Syarîf Madînah al-Munawwarah, 1410 H),

telah di tashih oleh Departemen Agama RI. Lihat juga Mannâ’ al-Qottôn,Mabâhits Fî ‘Ulûmil al -Qur'ân (t.tp.: Mansyûrât al-‘Asr al-Hadîts, t.t.), h. 21.

2

Supaya al-Qur'an berfungsi sesuai sebagaimana mestinya, al-Qur'an memerintahkan umat manusia untuk mempelajari dan memahaminya (QS 38:29), Agar mereka dapat menemukan apa yang dapat mengantarkan mereka pada jalan yang terang benderang, melalui petunjuk -petunjuknya baik yang tersurat maupun yang tersirat. Lihat Quraish Shihab, Membumikan

(17)

2

“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusa n di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan -keterangan yang nyata, Karena dengki antara merek a sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak -Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki -Nya kepada jalan yang

lurus”.

Pada sisi lain, Al-Qur'an menggambarkan tatanan masyarakat ideal seperti

halnya tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu akan menjadikan

tanaman itu kuat, dan menjadi besarlah tanaman itu tegak lurus di atas dasarnya

yang kuat. Tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya. Dalam Sûrah

(18)

menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam -penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang -orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang -orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang

besar”.

Ayat ini menggambarkan bahwa masyarakat ideal tersebut terus -menerus

berubah dan berkembang dinamis menuju kesempurnaannya. Jika gambaran di

atas dikaitkan dengan hakikat kemodernan yang antara lain bercirikan dinamika

perubahan yang terus-menerus, serta dikaitkan dengan fungsi Kitab Suci sebagai

rujukan dan acuan dalam kehidupan , 3 maka dapat dipahami bahwa Al-Qur'an

menganjurkan adanya pembaruan4 atau modernisasi5 yang berarti reaktualisasi

nilai-nilai yang terkandung dalam al -Qur'an.

Aktualisasi nilai-nilai Islam tersebut terhad ap keselarasan zaman

merupakan keniscayaan terhadap adanya modernisasi dan pembaruan dalam

Islam. Karena Islam merupakan agama yang dinamis sesuai dengan konteks

tempat dan zamannya. Karena risalah dan tatanan yang dibawa Nabi merupakan

tatanan universal bagi dunia, seperti difirmankan dalam Sûrah al-Ambiyâ'/21:

107 :

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

3

Ibid., h. 92.

4

Pemahaman pembaruan dapat dilihat dari dua pendapat yang berkembang dalam kalangan ulama, Sahl al-Sya’lûki dan Ahmad Ibnu Hambâl berpendapat bahwa pembaruan adalah penyebarluasan dan penghidupan kembali ajaran -ajaran agama seperti yang dipahami dan diterapkan oleh para ulama terdahulu ( al-salaf al-awwal), kebalikannya ada yang memahami bahwa pembaruan merupa kan usaha penyesuaian ajaran -ajaran agama dengan perkembangan zaman kontemporer sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kondisi sosial masyarakat. Lihat Shihab,

Membumikan Al-Qur'an, h. 93.

5

(19)

4

Bahwa Nabi Muhammad Saw. sang Nabi pembawa risalah Islam,

merupakan seorang utusan yang diperuntukkan bagi semua alam. Artinya apa

yang dibawa Nabi Muhammad Saw. berupa risalah Islam universal yang berisikan

kasih sayang, merupakan tatanan yang dibawa nabi bagi6 seluruh manusia di

dunia, baik bagi orang-orang mukmin ataupun kafir sekalipun.

Penulis berasumsi bahwa, p embaruan ataupun modernisasi Islam

kemudian berhadapan dengan globalisasi dunia, berhadapan dengan budaya

global, yang akhirnya menimbulkan ketegangan antara masyarakat muslim dalam

merespon modernisasi dan globalisasi. Masyarakat Islam masih seringkali resisten

terhadap modernisasi baik pemikiran maupun kultural yang dikembangkan.

Dalam masyarakat Islam, bagaimana Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh,

ataupun Fazlur Rahman mendapat penolakan dari sebagian umat Islam karena

gagasan pembaruan pemikiran yang mereka kemukakan.

Mengapa sebagian masyarakat Muslim masih ada yang menolak

modernisasi? Pertama karena sifat universal modernisasi yang mengharuskan

setiap masyarakat untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang terjadi di

Barat. Cara ini dianggap sebagai usaha westernizasion (pembaratan). Kedua,

karena modernisasi dianggap meniscayakan sekularisasi7, sementara gagasan

sekularisasi dianggap bertentangan dengan Islam karena sekularisasi ditandai oleh

tiga karakteristik yang tidak ada dalam tradisi Islam. Pertama, pemisahan politik

dari ideologi keagamaan. Kedua, meluasnya kegiatan politik, sehingga berbagai

6

Lihat, Syihâb Al-Dîn Mahmûd Al-Alûsî, Rûhul Ma’ânî Fî Tafsîr al-Qur'ân al-‘Azîm Wa al-Sab’i al-Matsânî, vol.9 (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994), h. 99.

7

Sekularisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal yang membawa ke arah kecintaan kehidupan duniawi sehingga norma -norma tidak perlu didasarkan pada ajaran agama,

(20)

fungsi dalam bidang sosio -ekonomi yang dulu dilakukan oleh struktur agama,

digantikan oleh struktur politik. Ketiga , budaya politik yang berubah yang tidak

lagi menekankan nilai nilai ideologis yang transendental, tetapi mengejar nilai

-nilai sekular yang pragmatis, melalui cara -cara yang rasional dan pragmatik8.

Islam dalam upayanya menghadapi isu modernisasi, westernisasi, dan juga

sekularisasi kemudian mulai dimunculkan dengan wajahnya yang berbeda.

Kebangkitan Islam di negeri -negeri Islam, selama fase pertama manifestasinya,

ditandai dengan bangkitnya perhatian terhadap Islam sebagai ideologi yang

memiliki kekuatan pembebas. Bagi kelompok pembaharu ini, Al-Qur'an dan

Sunnah Nabi9 merupakan sumber pokok untuk membuat solusi bagi berbagai

problem ekonomi dan sosio -politik kontemporer yang mendesak. Berdirinya

negera Islam merupakan tujuan paling pentin g bagi para tokoh kebangkitan Islam,

ini merupakan salah satu respon atas keprihatinan kamu Muslimin akibat

globalisasi dan gilasan modernisasi yang semakin meminggirkan Islam dan

otoritasnya.

Para tokoh kebangkitan Islam menyebutkan, setidaknya ada empat sebab

utama atas kemunduran kaum Muslim. Pertama, erosi nilai-nilai Islam dan

ketidak pedulian pemerintah untuk menerapkan peraturan sosio ekonomi dan etika

Islami. Kedua, sikap diam dan kerja sama lembaga ulama dengan pemerintah

yang pada hakikatnya tidak Islami. Ketiga, korupsi dan kezaliman kelas penguasa

8

Donald Eugene Smith, Agama dan Modernisasi Politik: Suatu Kajian Analitis. Penerjemah Machsun Husein (Jakarta: Rajawali, 1970), h. xi -xii.

9

(21)

6

atau keluarganya. Keempat, kerja sama kelas penguasa dengan dan ketergantungannya pada, kekuatan -kekuatan imperialis yang tidak Islami.10

Para tokoh kebangkitan Islam memakai substansi Islam untuk

mengembangkan struktur ideologi mereka yang baru. Konstruksi mereka modern ,

tentu saja dalam proses ini, hal-hal yang baru jika bukan bid’ah akan diambil, dan

hal-hal yang tidak diperlukan akan dibuang. Islam di tangan orang -orang seperti

ini beradaptasi dengan perubahan zaman. Namun yang lebih penting, mereka

berupaya mendefinisikan dan membentuk kembali aspek -aspek tertentu pada era

modern berdasarkan visi mereka . 11 Tokoh-tokoh kebangkitan Islam bersikap

akomodatif dan sekaligus konfrontasionalis terhadap sistem politik, sosial dan

ekonomi modern, paradigma ilmu pengetahuan , hubungan sosial, dan juga tentang

interpretasi gender12.

Isu-isu yang banyak dibicarakan dan menjadi tema hangat dibicarakan dan

mendapatkan banyak tanggapan dari para pembaharu Islam waktu itu adalah

persinggungan Islam dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi, mengenai sistem

pemerintahan yang berupa hubungan agama dengan negara , dan juga yang tidak

kalah marak dibicarakan adalah mengenai isu persamaan hak antara laki -laki dan

perempuan dalam Islam . Tiga isu hangat ini13 juga dikemukakan Michel Foucault

bahwa masalah kekuasaan, pengetahuan dan seksualitas merupakan topik utama

yang banyak dibicarakan oleh para tokoh sosiologi modern pada awal abad 21.

10

Ali Rahnema,“Ciri Khas Tokoh Kebangkitan Islam,” dalam Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam . Penerjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1998), h. 1 1.

11

Ibid., h. 13 12

Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan ( distinctions) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakte ristik emosional antara laki -laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat. Lihat Asriati Jamil dan Amany Lubis , Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: PSW UIN, 2003), h. 54.

13

(22)

Aksi para pembaharu Islam terhadap gejala modernisasi yang mendunia

meniscayakan adanya perbedaan rea ksi yang prinsipil menurut perbedaan konteks

sosial hitoris. Hal tersebut dikarenakan mereka pasti tidak akan terlepas dengan

konteks sosio historis yang berkembang dimana mereka berada14, karena

seseorang merupakan produk dari zamannya.

Ketika menyebutkan keterpengaruhan penafsiran terhadap kondisi lokal,

maka hal yang muncul berikutnya adalah pandangan -pandangan baru yang

muncul tentang kontekstualitas al -Qur'an sebagai respon terhadap

pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul dari perubahan -perubahan politik, sosial dan

kultural dalam masyarakat -masyarakat Muslim yang disebabkan oleh pengaruh

peradaban Barat.

Setidaknya terdapat dua maslah serius yang dibahas, yaitu kecocokan al

-Qur'an dengan perkembangan pengetahuan modern dan juga mengenai tatanan

politik dan sosial yang didasarkan atas prinsip -prinsip al-Qur’an. Untuk

memenuhi tujuan ini, pesan -pesan yang ada dalam al-Qur'an harus

diinterpretasikan supaya dapat mengasimilasi model -model Barat, ataupun

mencari solusi alternatif yang lebih baik dari model -model Barat. Dan di antara

problem yang dipertimbangkan dalam kerangka ini adalah bagaimana al -Qur'an

jika dikaitkan dengan status hukum15kaum wanita dapat dipahami sesuai dengan

aspirasi-aspirasi modern tentang persamaan hak antara laki -laki dan perempuan16.

Di antara tokoh pembaharu yang merespon isu -isu yang dibawa peradaban

Barat terhadap penafsirannya adalah Muhammad Abduh yang mengadopsi konsep

14

Shihab, Membumikan Al-Qur'an, h. 87.

15

Hukum yang dimaksud di sini adalah hukum -hukm syari’ah yang berdasar pada al -Qur'an dan Hadis tentang wanita.

16

Rotraud Wielandt, “Tafsir Al-Qur'an; Masa Awal Modern dan Kontemporer,”

(23)

8

Barat, bahwa sejarah manusia merupakan proses perkembangan yang sama

dengan proses perkembangan individu. Dia melihat bahwa umat Islam betul -betul

dapat memasuki peradaban masa kini dan bahkan dapat memainkan peranan

penting didalamnya, karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akal dan

kemajuan.17 Dia mengedepankan rasionalitas dalam penafsirannya, seperti ketika

menafsirkan kata jin yang berarti “sesuatu yang tertutup”, diartikan sebagai

kuman yang tertutup18atau tidak terdeteksi secara kasat mata atau disebut dengan

mikroba19 yang banyak menyebabkan timbulnya penyakit . Dia juga menafsirkan

burung-burung ababil yang melemparkan bebatuan kepada pasukan Raja Abrahah

dengan “lalatlalat yang dapat menularkan penyakit kepada mereka melalui kaki

-kainya yang mengandung kotoran dan virus.”20

Selain Abduh, terdapat sekelompok u lama yang menafsirkan al -Qur'an

dengan penafsiran saintifik ( tafsîr ‘Ilmi), mereka berasumsi bahwa seluruh macam

ilmu pengetahuan modern telah diantisipasi dalam al -Qur'an dan

referensi-referensi yang jelas terhadap temuan tersebut dapat ditemukan dalam al -Qur'an.

Temuan-temuan saintifik yang telah ditetapkan dalam al -Qur'an sebelumnya,

mulai dari kosmologi Copernicus hingga kandungan -kandungan listrik, mulai dari

keteraturan reaksi-reaksi kimia hingga bakteri -bakteri yang dapat menimbulkan

penyakit.

17

Wielandt, “Tafsir Al-Qur'an; Masa Awal Modern dan Kontemporer,” h. 65

18

Muhammâd Rasyîd Ridâ, Tafsîr Al-Manâr, vol. 3 (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), h. 96. 19

Mikroba (microbe) Bio pelbagai organisme berukuran superkecil yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop (bakteri, kuman, virus, baksil, jamur, protozoa dll); istilah ini diperkenalkan oleh ahli bedah Perancis, Charles Sedillot (1878); mikro organisme. Lihat Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta; Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 664

20

(24)

Tafsîr ‘ilmi yang paling representatif pada abad ke – 20 adalah tafsir

al-Jawâhir fi Tafsîr al-Qur'ân al-Karîm. Karya ini merupakan ensiklopedi tentang ilmu-ilmu modern. Jawhari tidak menggunakan metode ini untuk bertujuan

apologetik untuk membuktikan kemukjiza tan al-Qur'an, akan tetapi dia ingin

meyakinkan umat Islam bahwa pada masa modern, mereka seharusnya jauh lebih

memperhatikan ilmu-ilmu pengetahuan modern daripada menyibukkan diri

dengan pembahasan-pembahasan hukum Islam.21 Karena menurut dia, dengan

cara penguasaan ilmu pengetahuan modern, Islam akan dapat merebut kembali

kemerdekaan dan kekuasaan.

Masih banyak contoh keterpengaruhan penafsir terhadap konteks

zamannya, belum lagi ketika mengambil contoh Indonesia, karena Islam yang ada

di Indonesia akan berbeda dengan Islam yang berada di Timur Tengah , Mesir

ataupun di Turki misalnya. Dalam makna sederhananya, bahwa praktek keislaman

yang ada di Indonesia atau di tem pat lainnya akan sangat memungkinkan berbeda

dengan aplikasi ajaran Islam yang ada di tempat lain, hal ini dikarenakan adanya

konteks sosio historis yang melatarinya dan adanya kebudayaan lokal yang

mempengaruhinya. Hal ini juga sejalan dengan al-Qur'an yang diyakini berdialog

dengan zaman, dan pemahaman manusia pada masanya terhadap al -Qur'an akan

banyak dipengaruhi oleh budaya dan perkembangan masyarakat pada zamannya.

Islam dalam pemahaman yang komprehensif merupakan agama yang

membebaskan pemeluknya dari nilai -nilai relatif dan temporal,22 karena Islam

adalah agama universal yang diperuntukk an kepada semua manusia untuk

sepanjang zaman.

21

Wielandt, “Tafsir Al-Qur'an; Masa Awal Modern dan Kontemporer,” h. 70

22

(25)

10

Merespon isu modernitas ketika dihadapkan dengan Islam , tradisi dan juga

westernisasi, salah seorang pemikir muslim abad 20 yang berasal dari Turki

bernama Bediuzzaman Said Nursi, banyak menanggapi permas alahan tersebut

dengan konsep modernitas yang dimilikinya , banyak isu-isu modern yang

ditanggapinya dalam karya -karyanya.

Said Nursi lahir pada tahun 187623 dan wafat pada 1960. Selama masa

hidupnya, Said Nursi banyak menyaksikan peristiwa penting dalam sejarah Islam

dan khususnya Turki, mulai dari rapuhnya kerajaan Islam terakhir hingga jatuh

dan berubahnya Turki Utsmânî menjadi Republik sekular.

Said Nursi dilahirkan ketika Kerajaan Turki Utsmânî sedang dalam

keadaan mulai kehilangan otoritas dan kekuasaannya di bawah kekhalifahan24

Sultan abdul hamid II. Kondisi melemahnya Kerajaan Turki Utsmânî ini juga

diikuti dengan keberadaan negara -negara Muslim lainnya25yang bahkan berada di

bawah jajahan dan hegemoni Barat.

Pada tahun kelahiran Nursi, Turki Utsmânî beribukota di Istanbul, dimana

ketika itu Islam dianggap memulai perjalanannya untuk masuk pada masa

modernisasi.26 Hal ini ditandai dengan adany a gerakan Tanzimat (1839 - 1876)27

23

Terdapat perbedaan dalam penyebutan tahun kelahiran Nursi, dalam kedua buku biografi Nursi karya Ihsan Kasim Salih dan Sukran Vahide keduanya berbeda, Ihsan menyebutkan 1876 sedangkan Vahide menulis 1877. Lihat Ihsan Kasim Salih, Said Nursi; Pemikir & Sufi Besar

Abad 20, Penerjemah Nabilah Lubis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 8, dan Şükran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi ; Transformasi Dinasti ‘Utsmânî Menjadi

Republik Turki, Penerjemah: Sugeng Haryanto, Sunoko (Jakarta; Anatolia, 2007), h . 3.

24

Khalifah (Pengganti), makna umum 1. Wakil (pengganti) Nabi Muhammada Saw.

Sstelah Nabi wafat dalam urusan negara dan agama yang melaksanakan syari’at hukum Islam

dalam kehidupan negara. 2. Gelar kepada agama dan raja di negara Islam. Lihat Dagun, Kamus

Besar Ilmu Pengetahuan, h. 496.

25

Pada tahun 1881 Tunisia dijajah Perancis. Tahun 1882 Mesir, India, Sudan, dan Malaysia dijajah Inggris. Yang bertepatan juga waktu itu Indonesia dijajah Belanda dan Asia Tengah dikuasai Rusia. Lihat Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. xvii

26

(26)

yang sedang tumbuh dan be rkembang ketika itu. Gerakan ini mulai mengadakan

perubahan-perubahan signifikan, mulai dari menata ulang sistem pemerintahan,

hingga berbagai aspek kehidupan masyarakat dengan menggunakan cara dan

paradigma Barat sebagai acuan.

Gerakan reformasi Tanzimat ini menjalankan modernisasi dalam berbagai

bidang, dan menyebabkan adanya pemisahan wewenang negara dalam masalah

agama dengan masalah dunia. Hal ini artinya menyebabkan semakin terpinggirnya

agama dari kehidupan mereka dan menuju pada arah sekularisasi.

Sepak terjang Tanzimat yang semakin mengarah pada sekularisasi ini

kemudian mendapatkan respon yang berbeda antara pro dan kontra dari

masyarakat. Pemberian persamaan hak kepada kaum minoritas K risten dalam

bidang politik maupun ekonomi semakin mengundang ketidak puasan bagi kaum

mayoritas Islam, dan meluasnya kekuasaan otoriter sultan semakin menyulut

timbulnya reformasi. Hal-hal inilah yang akhirnya akan menyebabkan munculnya

gerakan konstitusional atau disebut dengan Gerakan Utsmânî Muda yang

digawangi oleh Namik Kemal. Mereka menyerukan konsep kebebasan dan

pemerintahan yang konstitusional, mereka berusaha mengembalikan Islam

sebagai dasar dan tujuan negara, mencari persamaan konsep liberal modern pada

ajaran Islam klasik dan mengaitkannya dengan konstit usionalisme dan

pemerintahan perwakilan yang bersumber dari Barat yang kemudian

27

Kelompok Tanzimat adalah gen erasi penerus dari ide-ide Mahmud II yang banyak berperan untuk mewujudkan perbaikan, pengaturan dan penyusunan undang -undang baru baik di bidang ekonomi, pendidikan, militer, pemerintahan, dan sosial di Turki, ketika usaha modernisasi di Turki sedang gencar-gencarnya digalakkan. Gerakan ini bertujuan mengembalikan reputasi dan kekuasaan Kesultanan dari ancaman Eropa. Lihat Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam;

(27)

12

menggabungkan keduanya. 28 Argumentasi-argumentasi yang dibangun,

pemikiran yang dikonstruksikan oleh gerakan ini akan mendapatkan banyak

tanggapan dari beberapa karya Nursi dimasa-masa awal.

Ibrahim M. Abu Rabi’ dalam pengantar buku karya Vahide mengatakan

bahwa, 29 Nursi tampil sebagai seorang ulama dengan visi yang kuat untuk

menyatukan dunia Islam yang mulai terpecah. Kehidupan Nursi adalah sebuah

narasi sejarah yang melambangkan kehidupan, bukan hanya kehidupan bangsa

Turki, melainkan kehidupan seluruh umat Islam di zaman modern. Sepak terjang

dan karya-karya Nursi memberikan wawasan luas dan gambaran yang mendalam

tetang masa sejarah pasca Tanzimat di Turki, keadaan sulit yang dialami ulama

tradisional, kegagalan gerakan reformasi Islam pada abad ke – 19 untuk

memberikan sebuah solusi Islami dalam menghadapi ancaman westernisasi,

landasan filsafat dan politik munculnya nasionalisme sekuler di Turki,

penghapusan kekhalifahan Utsmânî pada tahun 1924, dan nasib agama di Turki

pada masa pemerintahan Kemal Attaturk.

Karya Bediuzzaman Said Nursi yang menjadi masterpiece atas

karyakaryanya, yang menjadi curahan hatinya dan media untuk menuangkan pikiran

-pikirannya adalah Risâlah al-Nûr. Dalam kitab Risalah ini, Nursi banyak

menyinggung tentang moralitas yang merupakan platform pemikiran Nursi.

Banyak kita temukan alur pemikirannya yang bermuara pada pembangunan

moralitas, karena Nursi hidup ketika materialisme dan komunisme sedang

28

Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. 40-41. 29

(28)

menggelora dengan dekadensi moral yang m elanda dunia, sedangkan disisi lain

ilmu pengetahuan dan teknologi sedang menemukan surganya.30

Disamping masalah moral yang banyak dibahas, pokok tema dalam

penafsiran Nursi juga banyak merespon isu relevansi Negara Islam apakah masih

patut diperjuangkan sebagai dasar negara atau tidak,31 dan juga banyak

pembahasan tentang hubung an antara Islam dengan modernitas.32Disamping juga

yang tidak kalah pentingnya, bahwa masalah keadilan dan persamaan hak antara

laki-laki dengan perempuan juga menjadi pembahasan yang mendapat perhatian

Nursi, terbukti bahwa beliau mempuny ai risalah khusus tentang perempuan. Jadi

Nursi dalam karya-karyanya, banyak menanggapi isu -isu modern yang

berkembang dan tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan modernisasi Turki pada

waktu itu yang sedang melanda . Mulai dari moralitas, keimanan, ilmu

pengetahuan dan teknologi, filsafat, hingga masalah persamaan hak antara

laki-laki dan perempuan.

Dari paparan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut

mengenai keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said Nursi oleh akibat

modernisasi yang terjadi di Turki , sehingga menarik penulis untuk mengangkat

sebuah judul :“Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Bediuzzaman

Said Nursi.”

30

Said Nursi, Risâlah An-Nûr; Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya , Penerjemah Sugeng Hariyanto, Sukono Mukidi, Moh. Rudi Atmoko (Jakarta; Kencana, 2003), h. XIII

31

Nursi dalam tulisan-tulisannya pada masa pasca -Utsmânî, secara mendasar bertentangan dengan pemikiran banyak pemikir Islam pada masa itu. Para pemikir kontemporer seperti Muhammad Iqbal, Allama Maududi, Hassan Banna, dan Sayyid Qutb masih menyokong kebangkitan kembali Islam sebagai politik dan bukan hanya Isl am sebagai iman. Akan tetapi setelah perang dunia I, Nursi tidak lagi tertarik untuk mengusung Islam sebagai politik untuk sarana memelihara Islam. Lihat Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. xiv

32

(29)

14

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Oleh karena luasnya cakupan tentang pengaruh-pengaruh dalam tafsir dan

juga banyaknya pembahasan yang menjadi fokus kajian yang dilakukan oleh said

Nursi, maka penulis akan membatasi pembahasan pada skripsi ini dengan

membahas tentang bagaimana pegaruh modernisasi yang terjadi di Turki terha dap

penafsiran Said Nursi, yang kemudian dikhususkan dalam tiga poin pembahasan

penting, yaitu mengenai penafsiran Nursi terhadap Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi, tentang hubungan Agama dan Negara, dan juga tentang perempuan

dan persamaan hak. Pembatasan in i penulis lakukan untuk mendapatkan hasil

yang optimal.

Penafsiran adalah pendapat atau gagasan -gagasan dalam pikiran yang

difahami dari ayat-ayat Al-Qur'an . Sedangkan, modernisasi adalah proses kultural

dan proses politis yang timbul dari upaya untuk men gintegrasikan gagasan baru.

Baik kebudayaan, sistem ekonomi, atau pendidikan ke dalam masyarakat.

Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan di atas, maka

permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut: “Apa Pengaruh Modernisasi di Turki terhadap Penafsiran

(30)

C. Manfaat dan Tujuan Penulisan

Tujuan

1. Untuk menunjukkan bahwa penafsiran yang dilakukan oleh seorang

mufassir merupakan sesuatu yang kebenarannya bersifat relatif dan tidak

bisa terlepas dari kehidupan sosial mufassirnya .

2. Untuk mendeskripsikan keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said

Nursi atas modernisasi di Turki.

3. Untuk memenuhi persyaratan dalam rangk a mencapai gelar sarjana

(S.Th.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Manfaat

1. Dapat mengetahui biografi Bediuzzaman Sadi Nursi , sebagai seorang

mufassir dan tokoh yang berpengaruh bagi Turki khususnya .

2. Dapat mengetahui bagaimana sikap pemerintah Turki dalam merespon

modernisasi.

3. Dapat memperkaya pergulatan wacana mengenai kontekstualisasi suatu

penafsiran adalah untuk menunjukkan kekuatan teks -teks tersebut yang

telah diproyeksikan untuk menjadi bagia n dalam proses kritik sosial.

4. Mengetahui pengaruh modernisasi di Turki terhadap penafsiran

Bediuzzaman said Nursi.

5. Dan menolak prasangka buruk bahwa penafsiran kontekstual dianggap

telah melibatkan proses subyektifitas penafsir terlalu jauh, akan tetapi

bahwa kontekstualisasi yang didasarkan dengan keyakinan dan kebenaran

(31)

16

D. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan penelusuran, penulis menemukan beberapa

karya ilmiah baik berupa buku maupun skripsi yang terkait dengan pembahasan

Said Nursi, yang bisa membantu penulis untuk dijadikan sebagai sumber sekunder

dalam penulisan skripsi ini. Karya -karya tersebut adalah :

a. Buku yang ditulis Sukran Vahide33 dan Ihsan Kasim Salih,34 dua buku ini

lebih fokus dan panjang lebar menjelaskan tentang biografi intelektual

Said Nursi dan perjuangannya semasa hidupnya.

b. Dalam bentuk skripsi terdapat karya Muhammad Adlan yang berjudul,

Metode Penafsiran Al-Qur'an Said Nursi Dalam Risâlah An -Nûr.35 Dalam

skripsi ini membahas tentang metode penafsiran Said Nursi dalam Risâlah

al-Nûr.

c. Dalam skripsi lain terdapat karya Iis Ishak Sholih dengan judul,

Nasionalisme Islam; Pemikiran Politik Said Nur si.36 Skripsi ini membahas

tentang konsep-konsep Nursi tentang Nasionalisme da lam Islam dan

bagaimana seharusnya memahami Nasionalisme menurut Nursi.

d. Ada juga dalam bentuk tesis karya Hasbi Sen yang berjudul, Prinsip

-prinsip Politik Islam Menurut Bediuzzaman Said Nursi.37 Tesis ini

memaparkan bagaimana prinsip -prinsip berpolitik dalam Islam menurut

perspektif Said Nursi, bagaimana seharusnya sikap dan posisi orang Islam

33

Şükran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi ; Transformasi Dinasti

Usmani Menjadi Republik Turki (Jakarta; Anatolia, 2007). 34

Ihsan Kasim Salih, Said Nursi Pemikir & Sufi Besar Abad 20 (Jakarta; Kencana, 2003).

35

Muhammad Adlan, “Metode Penafsiran Al-Qur’an Said Nursi Dalam Risâlah An

-Nûr,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004).

36

Iis Ishak Sholih, “Nasionalisme Islam; Pemikiran Politik Said Nursi,” (Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007). 37

Hasbi Sen, “Prinsip-prinsip Politik Islam Menurut Bediuzzaman Said Nursi,” (Tesis

(32)

dalam berpolitik. Dimana Said Nursi mengidealkan bahwa orang Islam

dalam berpolitik haruslah dilandasi dengan nilai -nilai tauhid, musyawaroh,

kebebasan, keadilan, persamaan, dan juga nasionalisme.

e. Dalam bentuk tesis yang lain terdapat karya Afriyantoni yang berjudul,

Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut Bediuzzaman

Said Nursi.38 Tesis ini menjelaskan panjang lebar tentang suatu komitmen

yang mendalam mengenai kehidupan menuju arah terciptanya perilaku

lahir dan batin yang seimbang (seperti Nabi) bagi generasi muda

menurut pemahaman Bediuzzaman Said Nursi .

Setelah penulis menelaah buku -buku dan hasil skripsi maupun tesis yang

telah penulis cantumkan di atas, dan juga mencari beberapa artikel dan makalah

yang membahas tentang pemikiran Said Nursi, namun diantara karya-karya

tersebut, penulis belum menemukan adanya karya yang mencoba menelusuri

dengan serius untuk menelusuri keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said

Nursi oleh modernisasi yang ada di Turki. M aka penulis akan mencoba membahas

secara serius mengenai pengaruh modernisasi di Turki atas penafsiran

Bediuzzaman said Nursi.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga aspek metode penelitian,

yaitu:

1. Metode Pengumpulan Data

38

Afriyantoni, “Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut

(33)

18

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan

(library research) yaitu mengumpulkan data -data yang memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas, baik itu yang bersumber dari buku atau

sumber tertulis lainnya (makalah, artikel, atau laporan penelitian). Untuk

memperoleh penelitian yang maksimal, dalam penelitian kepustakaan

(library research) ini penulis menggunakan tujuh langkah pene litian, yaitu:39

a. Mengidentifikasi permasalahan serta mengembangkannya dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait dengan permasalahan

yang sedang diteliti.

1. Siapakah Bediuzzaman Said Nursi dalam khazanah pemikir Islam?

2. Bagaimana proses modernisasi yang terjadi di Turki, dari

pemerintahan dengan sistem Khilafah, menuju sistem Republik?

3. Bagaimana sikap pemerintah Turki dalam merespon modernisasi?

4. Bagaimana keterpengaruhan penafsiran Bediuzzaman Said Nursi

atas modernisasi di Turki?

b. Mencari backround information (informasi yang terkait erat dengan

latar belakang masalah). Langkah ini dilakukan dengan menggunakan

tulisan-tulisan atau artikel-artikel terkait yang terdapat da lam

insiklopedi atau buku dan karya tulis lainnya.

c. Menggunakan katalog untuk mencari buku atau media -media yang

terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.

39

Untuk lebih jelasnya tentang langkah -langkah penelitian kepustakaan ( library

(34)

d. Menggunakan search engines (mesin pencari) untuk menemukan

informasi atau sumber-sumber data yang ada di dunia maya (internet).

Dengan menggunakan mesin ini pencarian data -data lebih mudah

seperti ketika mencari info tentang sejarah yang penulis bahas,

mencari nama tempat dan nama judul buku -buku yang berkaitan

dengan pembahasan yang penulis bahas, serta mencari data-data

lainnya.

e. Al-Qur'an dan terjemahnya menggunakan program Qur'an in Word

versi 1.0.0 tahun 2002 yang di buat oleh Mohamad Taufiq.

f. Mengevaluasi semua informasi yang telah diperoleh dengan cara

menganalisanya secara kritis.

g. Mendokumentasikan semua informasi yang telah diperoleh ke dalam

suatu format standar yang dalam hal ini ke dalam suatu bentuk karya

tulis dengan ketentuan -ketentuan yang telah ditetapkan oleh UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Metode Pembahasan

Adapun metode pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif analitis, Deskriptif adalah metode penyajian

fakta secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami dan

disimpulkan.40 Sedangkan analitis adalah mengurai sesuatu dengan tepat

dan terarah. Yaitu sebuah model penelitian yang berupaya menggali

informasi sejauh mungkin yang terdapat dalam buku -buku dan berbagai

rujukan lainnya.

40

(35)

20

Data-data yang diperoleh dari berbagai literatur tersebut kemudian

dideskripsikan secara lengkap dan kemudian dianalisis,41deskripsi

dilakukan setelah mendapatkan data -data yang berkaitan dengan

pembahasan yang dituangkan Bediuzzaman Said Nursi dalam kitabnya

Risâlah al-Nûr sebagai sumber primer kemudian menambahkan dan membandingkannya dengan berbagai sumber sekunder yang terkait

dengan topik pembahasan, baik berupa karya -karya beliau yang lain

maupun buku-buku lainnya yang berkaitan, sehingga dapat tergambar

situasi atau keadaan tentang top ik pembahasan yang akan berpengaruh

terhadap analisis. Setelah ada gambaran tentang kondisi topik yang

dibahas barulah dilakukan analisa dalam rangka pengembangan teori

berdasarkan data yang diperoleh, sehingga mendapatk an informasi yang

lebih akurat.

3. Metode Penulisan

Secara teknis, skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisam

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”, dengan Penulis: Hamid Nasuhi, dkk.42

41

Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), h. 23-24. Untuk pengertian lebih lanjut tentan g pendekatan deskriptif dan analitis dapat dilihat, Azwar, Metode Penelitian, h. 6.

42

(36)

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam lima

bagian, sebagai berikut :

BAB I : Bab ini merupakan pendahuluan yang mencakup lat ar belakang,

pembatasan dan perumusan masalah, manfaat dan tujuan penulisan,

tinjauan pustaka, metodologi serta sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini menjelaskan tentang biografi Bediuzzaman Said Nursi yang

meliputi: kondisi sosial Turki, riwayat hidup d an karier intelektual,

karya-karya ilmiah, dan perjuangannya bagi rakyat Turki dan Islam

secara umum.

BAB III : Bab ini menjelaskan tentang terjadinya proses modernisasi di Turki ,

bagaimana terjadinya Nasionalisme Turki di bawah pemerintahan

Mustafa Kemal Attaturk, dan juga menjelaskan bagaimana kondisi

Turki di era modern.

BAB IV : Bab ini menjelaskan tentang keterpengaruhan penafsiran Nursi oleh

modernisasi yang ada di Turki , yang sekaligus menjadi jawaban atas

rumusan masalah yang di bahas.

(37)

22 BAB II

BIOGRAFI BEDIUZZAMAN SAID NURSI

DAN RISÂLAH AL-NÛR

A. Kondisi Sosial Politik di Turki

Setelah kepemimpinan Sultan Sulaimân al -Qânûnî (1566 M), kerajaan

Turki ‘Utsmânî mulai memasuki masa kemunduran secara bertahap. Ketika

kerajaan berada di bawah kekuasaan Sultan Sâlim II (1566-1573 M), Turki

‘Utsmânî sering menghadapi peperangan terutama dengan angkatan perang

Kristen di bawah komando tentara Spanyol.

Para khalifah Turki ‘Utsmânî silih berganti, ada yang kuat dan ada juga

yang lemah. Daya imperial yang mereka kembangkan selama beberapa abad

semakin turun pamornya. Posisi kekhalifahan dalam beberapa dekade di negara

-negara Islam yang selama ini dianggap sebagai pemersatu umat, semakin lama

meluntur. Hal tersebut disebabkan karena para khalifah dan sistem kekhalifahan

yang mereka bawa semakin tidak ada bedanya dengan kekaisaran lain yang

cenderung otoriter dan juga diwariskan dengan cara turun temurun.1Gaya hidup

mereka mewah dan hanya menikmati kemegahan yang didapatkan dari para

pendahulunya, semakin kehilangan ketajaman sosial maupun politiknya dan

terlarut dalam kehidupan kesultanannya.2

Kesadaran untuk mulai membuka mata te rhadap modernisasi di Turki

mulai muncul sejak banyaknya kekalahan yang mereka hadapi di medan perang

melawan bangsa-bangsa Eropa. Ketika itu, kecanggihan militer yang diperlihatkan

1Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran; Perkembangan Modern Dalam Islam (Jakarta,

PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 81.

2

Moh. Asror Yusuf, Persinggungan Islam dan Barat; Studi Pandangan Badiuzzaman

(38)

tentara Eropa membuat bangsa Turki semakin sadar bahwa ada kemajuan di

belahan bumi lain yang dapat mengalahkan mereka.

Kekalahan-kekalahan ini menyadarkan orang Turki untuk mengevaluasi

diri dan menyelidiki sebab -sebab kekalahan itu. Mereka mulai memperhatikan

orang-orang Eropa yang selama ini dianggap “kâfir” dan dipandang sebelah mata, mereka telah berani melawan sebuah bangsa ‘Utsmânî yang besar dan terkenal

mampu menaklukkan seperempat bagian wilayah Timur dan Barat.

Kemunduran Turki ‘Utsmânî serta kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dialami oleh Eropa pada abad k e – 18 telah menyadarkan para

pejabat bahwa Turki ‘Utsmânî memerlukan pembaruan. Salah seorang tokoh

pembaharu awal Turki yang berpengaruh adalah sesorang berdarah Hongaria yang

bernama Ibrâhîm Mutafarrika (1670-1754). Usaha pembaruan pada awalnya

adalah dengan membuka percetakan dan penerjemahan. Dari situlah mulai dicetak

ilmu-ilmu agama dan juga ilmu -ilmu umum lainnya.

Kepemimpinan khalifah selanjutnya di bawah Sultan Salîm III (1789

-1807), beliau termasuk orang yang tertarik dengan pembaruan baik dalam sistem

pemerintahan maupun kemiliteran, meskipun ia ditentang keras dan mendapat

respon beragam dari masyarakat, bahkan ia terbunuh karena ingin melakukan

perubahan di bidang kemiliteran, ter utama gagasannya ketika hendak mengadakan

pembaruan pada golongan Yeniçeri,3 yaitu kelompok tentara elit dalam kerajaan

3 Yeniçeri dibentuk di abad keempat belas, yang terdiri dari anak -anak orang bukan

beragama Islam yang berada di daerah -daerah yang tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan

(39)

24

‘Utsmânî yang amat berpengaruh. Namun pada masa Sultan Mahmud II (1808

-1830) golongan ini dapat dihancurkannya,4 sehingga sultan yang bersimpati

kepada ide Pembaruan ini dapat mengadakan perubahan besar -besaran terutama di

bidang pemerintahan dan kemiliteran.

Pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud II banyak melakukan

perubahan baik dalam bidang kemasyarakatan, seperti tradisi aristokrasi yang

demikian kaku diubah dengan sistem yang lebih demokratis , Ataupun dalam

bidang pemerintahan, dimana beliau berusaha untuk membersihkan sisa -sisa

dominasi kekuasaan Turki ‘Utsmânî yang feodal dan absolut dalam pemerintahan.

Sultan di anggap menjalankan kekuasaan Tuhan, sehingga secara undang -undang

tidak dapat di tuntut, maka diganti bahwa Sultan berkuasa berdasarkan undang

-undang,5sehingga rakyat dapat meminta pertanggung jawabannya.

Ide-ide pembaruan Sultan Mahmud II6 kemudian diteruskan oleh

Kelompok Tanzimat7 yang banyak berperan untuk mewujudkan perbaikan,

pengaturan dan penyusunan undang -undang baru baik di bidang ekonomi,

4Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran, h. 85-87. 5Ibid., h. 87-90.

6Lihat lampiran skema periodisasi kepemimpinan Sultan -sultan Kerajaan ‘Utsmânî. 7 Tanzimat adalah periode masa (1839-1876), saat sultan-sultan ‘Utsmânî dan para

menteri utama mereka berada pada tekanan Eropa. Tanzimat memulai serangkaian reformasi yang bertujuan mengembalikan kekuasaan kesultanan yang merosot tajam dan menyelamatkannya dari ancaman penjajahan Eropa. Reformasi dimulai dengan menata ulang sistem pemerintahan, perekonomian dan berbagai bidang kehidupan , supaya ‘Utsmânî sejajar dengan Barat. Sukran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi ; Transformasi Dinasti Usmani Menjadi

Republik Turki, penerjemah: Sugeng Haryanto, Sunoko (Jakarta; Anatolia, 2007), h. 40. Tanzimat

tidak hanya bergerak dalam bidang intervensi politik luar negeri, reformasi di bidang pemerintahan, atau dari segi inkorporasi perekonomiannya. Akan tetapi dalam satu pengertian, bahwa Tanzimat juga merupakan revolus i kultural, meskipun masih terbatas. Erik J. Zürcher,

Sejarah Modern Turki. Penerjemah: Karsidi Diningrat R. (Jakarta: Grame dia Pustaka Utama,

(40)

pendidikan, militer, pemerintahan, dan sosial di Turki, ketika usaha modernisasi

di Turki sedang gencar-gencarnya digalakkan.8

Gerakan reformasi Tanzimat ini terus menjalankan modernisasi dalam

berbagai bidang, dan menyebabkan adanya pemisahan wewenang negara dalam

masalah agama dengan masalah dunia. Hal ini artinya menyebabkan semakin

terpinggirnya agama dari kehidupan mereka dan menuju pada arah sekularisasi.

Sepak terjang Tanzimat yang semakin mengarah pada sekularisasi ini kemudian

mendapatkan respon yang berbeda antara pro dan kontra dari masyarakat.

Pemberian persamaan hak kepada kaum minoritas Kristen dalam bidang politik

maupun ekonomi semakin mengundang ketidak puasan bagi kaum mayoritas

Islam, dan meluasnya kekuasaan otoriter sultan semakin menyulut timbulnya

reformasi. Hal-hal inilah yang akhirnya akan menyebabkan munculnya gerakan

konstitusional atau disebut dengan Ge rakan Utsmânî Muda yang dipimpin oleh

Namik Kemal, seorang aktifis dan pemimpin redaksi surat kabar9Tasvir-i Efkâr. Mereka menyerukan konsep kebebasan dan pemerintahan yang konstitusional,

mereka berusaha mengembalikan Islam sebagai dasar dan tujuan negara, juga

mencari persamaan konsep liberal modern pada ajaran Islam klasik10 dan

mengaitkannya dengan konstitusionalisme dan pemerintahan perwakilan yang

8Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah Pemikirn dan Gerakan (Jakarta:

Bulan Bintang, 1975), h. 97.

9 Surat kabar pertama pemerintah ‘Utsmânî adalah Takvim-i Vekai, yang terbit pada

pemerintahan Sultan Mahmud, sedangkan surat kabar milik swasta pertama di Turki ‘Utsmânî

adalah Ceride-i Havadis (Catatan Peristiwa) pada tahun 1840. Permulaan pers ‘Utsmânî mulai

berkembang pada awal 1860 -an, ketika sebuah koran bernama Tercüman-i Ahval (Penafsir Situasi)

di bawah editor Ibrahim Şinasi. Pada tahun 1862 dia menerbitkan Tasvir-i Efkâr (Ilustrasi Opini),

dan pada tahun 1865 Şinasi menyerahkan surat kabar ini di bawah editorial Namik Kemal.

Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 81.

10 Seperti kata vatan, kata dalam bahasa Ar ab yang menujukkan arti tempat kelahiran

(41)

26

bersumber dari Barat yang kemudian menggabungka n keduanya.11

Argumentasi-argumentasi yang dibangun, pemikiran yang dikonstruksikan oleh gerakan ini

akan mendapatkan banyak tanggapan dari beberapa karya Nursi dimasa -masa

awal (Said Qadîm)12.

Akhirnya pada tanggal 23 Desember 1876 Namik Kemal

memproklamirkan rumusan konstitusi yang pertama . Gerakan Namik Kemal tidak

hanya berhenti di sini, tetapi dia juga banyak melakukan manuver politik,

walaupun kemudian gerakan ini dihentikan oleh Sultan Abdulhamid II

(1876-1909)13 namun perjuangan konstitusionalisme tidak berhenti begitu saja, akan

tetapi masih terus berlanjut secara sembunyi -sembunyi.

Pada tahun tahun 1907 M. Nursi sampai di ibu kota Istanbul dan di sana,

beliau menggantungkan sebuah tulisan di depan kamarnya yang b ertuliskan

“Gratis, di sini akan terjawab setiap pertanyaan dan setiap problem pasti akan

terpecahkan”.14 Semenjak itulah eksistesi dan kapasitas Nursi mulai terkenal dan

diperhitungkan. Selama Nursi berada di Istanbul, dia sempat mengusulkan kepada

Sultan Abdul Hamid, agar di daerah Timur Anatolia didirikan sekolah -sekolah

yang mempelajari ilmu-ilmu umum kontemporer dan juga ilmu-ilmu agama. Hal

11 Şükran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi ; Transformasi Dinasti Usmani Menjadi Republik Turki, Penerjemah: Sugeng Haryanto, Sunoko (Jakarta; Anatolia,

2007), h. 40-41.

12Biografi Nursi pada umumnya dibedakan menjadi dua fase, yaitu Said Qadîm dan Said

Jadîd. Said Qadim dimulai dari masa kelahirannya 1876 M. sampai tahun 1926 M, atau sekitar 50

tahun, sedangkan Said Jadid dimulai dari tahun 1926 M. sejak kehidupannya di pengasingan di Barla, sampai beliau wafat tahun 1960 M. Lihat Salih, Said Nursi, h. 90-91. Pembedaan ini dibuat berdasarkan perubahan sikap dan pandangan Nursi. Said Qadîm sangat aktif di pentas politik praktis, sebagai pejabat, dan akrab dengan berbagai pemikiran rasionalis, sementara Said Jadîd menjauhi pentas politik praktis, dan lebih fokus pada jamaahnya, kehidupannya banyak dihabiskan di penjara, dan pesan-pesannya yang sangat sufistik. Yusuf, Persinggungan Islam dan Barat , h. 23.

13Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. 41. 14

(42)

ini disampaikan Nursi dengan alasan bahwa, penduduk daerah setempat berada

pada garis kebodohan dan kemiskinan yang melanda, kediktatoran yang

mencekam, sistem keamanan yang lemah, dan ancaman dari para intel istana

Yıldız.15 Hal inilah yang mendasari Nursi untuk mengusulkan agar Sultan

membangun sekolah-sekolah supaya dapat mengatasi permasalahan -permasalahan

tersebut.16

Usulan tersebut benar-benar diwujudkan oleh Sultan Abdul Hamid,

dengan mendirikan ratusan sekolah baru di seluruh kesultanan. Sultan Abdul

Hamid mendirikan puluhan institusi pendidikan17 dengan tujuan supaya dapat

menuangkan ideologi Islam secara resmi dan dapat menghasilkan para pembantu

sultan dan pembantu khalifah yang loyal, akan tetapi bentuk pendidikan yang

sangat sekuler justru kontra produktif dengan tujuannya, yang akhirnya justru

berbalik dan melawan kekuasaan pemerintah kekhalifahan. Tetapi disamping

faktor pendidikan, sarana dan prasarana18 yang menjadi simbol proses

modernisasi baik dalam bidang komunikasi ataupun transportasi, juga mulai

digalakkan oleh Sultan Abdul hamid.

Gerakan Barlawanan politik pada kediktatoran Sultan Abdul Hamid

berasal dari para mahasiswa yang tidak puas di Sekolah Militer Kedokteran, yang

mendirikan masyarakat gerakan bawah tanah pada tahun 1889 yang dikenal

dengan nama gerakan Turki Muda. Gerakan ini tumbuh Perlahan-lahan yang

15Yıldız adalah istana kediaman Sultan abdul Hamid II yang menangani urusan agama.

Salih, Said Nursi, h. 17

16

Salih, Said Nursi, h. 17

17Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi , h. 42

18Dalam bidang komunikasi, sambungan Telegraf mulai di pasang sampai menjangkau

setiap kota provinsi. Pembangunan rel -rel kereta api yang menghubungkan daerah pertanian di sekitar pantai dengan pelabu han-pelabuhan utama mulai dibangun sekitar tahun 1866, dan di akhir 1870-an, kapal api mulai mendominasi lau lintas jarak jauh di Mediterania Timur. Zürcher,

(43)

28

terdiri dari perwira, pegawai p emerintah, dan cendekiawan lain, baik di dalam

negeri maupun di luar negeri. Mereka bersatu karena sama -sama beroposisi untuk

melawan kediktatoran internal Abdul Hamid dan keinginan untuk melihat

reformasi sosial dan politik yang mendasar dan pembaruan ko nstitusi.

Setelah Miranci Murad yang memimpin fraksi Islam konservatif menyerah

terhadap Sultan Hamid, Ahmet Riza memperoleh kembali posisi pentingnya,

meski pemikiran-pemikiran positivisme -nya kurang populer. Pada tahun 1907

terbentuk hubungan antara kel ompok Ahmet Riza di Paris dengan gerakan bawah

tanah revolusioner independen di dalam kesultanan yang dipusatkan di

Makedonia. Kelompok yang memakai nama Komite Persatuan dan Kemajuan

(Committee of Union and Progre ss, CUP)19dan kedudukannya kuat di antara para

perwira dan pejabat sipil inilah yang akan memimpin Revolusi Konstitusional di

tahun 1908.

Pada awalnya Nursi sempat dekat dengan CUP pada masa awal re volusi

Konstitusional digulirkan, akan tetapi ketika Nursi melihat bahwa CUP mulai

terdapat penyimpangan di dalamnya, dan dia mulai memisahkan diri dan bahkan

menentangnya.20

Meskipun terdapat perbedaan pendapat dan sikap politik di antara para

tokoh reformis, akan tetapi mereka sama -sama sepakat untuk menggulingkan

Sultan Abdul Hamid. Keputusan ini diambil setelah diadakan dua kali konfrensi di

Eropa, dan yang terakhir pada tahun 1907 di Paris.

19Komite Persatuan dan Kemajuan atau disingkat KPK, dalam bahasa Inggris disebut

Committee of Union and Progres , atau CUP, Vahide, Biografi…, h. 43, dalam bahasa Turki disebut Ittihad ve Terakki Cemiyeti , Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 107, sedangkan dalam bahasa Arab disebut Al-Ittihâd wa al-Tarâqî, Salih, Said Nursi, h. 22.

(44)

Kedudukan pemerintah Turki Muda pada waktu itu memang tidak begitu

kuat, dan kesempatan ini digunakan oleh Sultan untuk mengembalikan

kekuasaannya. Tetapi Enver Pasya dengan kekuatan Batalyon III masuk Istanbul

dan merampas kekuasaan, Sultan digulingkan pada tahun 1909, lalu diganti oleh

saudaranya Sultan Mehmed V. keberhasilan kaum reformis semakin nampak,

ketika pemilihan umum kembali diadakan pada tahun 1912 untuk kedua kalinya,

mereka memperoleh kemenangan besar. Parlemen mereka kuasai dan kantor pusat

organisasi yang tadinya berada di Salonika mereka pindahkan ke Istanbul.21

Setahun kemudian golongan militer dari Komite Persatuan dan Kemajuan

(KPK) menggantikan peran para politisi dalam menguasai pemerintahan.

Perubahan dan reformasi dalam gelombang besar terjadi. Dan hampir pada setiap

aspek kehidupan dalam bernegara semuanya tidak terlepas dari proyek reformasi

pembaruan tersebut. Mulai dari pembubaran partai -partai oposisi dan pembuangan

para pemimpinnya ke luar negeri, modernisasi militer dan kepolisian, penguasa

perdagangan mulai berpindah tangan pada orang -orang Turki, sekolah-sekolah

dasar dan menengah baru mulai didirikan dan memberikan kesempatan penuh

bagi wanita untuk bersekolah,22 bahkan pakaian mulai mengadopsi tren d mode

Eropa.

21Nasution, Pembaruan Dalam Islam , h. 124-126

22Posisi kaum wanita mulai mendapat perhatian, hak kaum wanita untuk mengajukan

perceraian diperluas, akan tetapi poligami tidak pernah dilarang. Undang -undang tahun 1917, pernikahan harus dilakukan dihadapan pegawai pencatat nikah dan mempelai wanita harus berusia minimal 16 tahun. Kaum wanita didorong untuk tampil di depan publik, mereka tidak hanya dipebolehkan untuk mendengarkan pidato, tatapi juga diberi hak untuk berpidato. Para gadis dapat mengenyam pendidikan di sekolah -sekolah dan pendidikan dasar diwajibka n bagi para gadis pada tahun 1913, dan sejak tahun 1914 sejumlah jurusan di Universitas di Istanbul dibuka untuk kaum wanita. Bahkan kemudian didirikan Himpunan Tenaga Kerja Wanita (Kadinlar Çaliştirma

Cemiyeti) yang berupaya untuk merekrut kaum wanita unt uk bekerja di perindustrian dan

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan kerjasama dalam melakukan penyidikan kasus kejahatan cyber karena sifatnya yang borderless dan tidak mengenal batas wilayah sehinggah kerja sama dan kordinasi

Dari grafik indek diversitas Shannon-Wiener (Gambar 4) terlihat adanya penurunan yang drastis setelah St 1 (G. Wayang) yang mencapai nilai 0 pada St. 2 Nanjung mulai menunjukkan

Tim penjaringan dan penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, melaksanakan tugas terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Desa tentang Pembentukan Tim

menarik untuk dikaji lebih jauh terkait dengan bagaimana upaya diplomasi pertahanan yang dilakukan Indonesia dengan melakukan strategi hedging melalui kebijakan

Pelet dibuat dari pati tapioka masing-masing ditambah 10% fraksi protein, fraksi 7S protein, albumin, dan tanpa penambahan fraksi protein sebagai kontrol. Perlakuan dalam

46., Váradon a négy egyetemet végzett esperes (két decretorum doctor, egy magister artium, egy baccalaureus artium) mellett 11 olyan esperes ismert, akik nem folytattak egye-

Jamur diinduksikan dibagian tengah media agar yang masing-masing terdiri dari kontrol, media agar yang ditambahkan metanol dan media agar yang ditambahkan larutan

GAMBARAN KASUS PENYAKIT JANTUNG BERDASARKAN JENIS KELAMIN (STP PUSKESMAS) TAHUN 2007. PROPINSI