• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Dan Penggunaan Kata Yang Menyatakan ‘Orang’ Dalam Kata Bahasa Jepang Melalui Proses Sufiksasi (Setsubigo) Setsubitenka De Nihongo No ‘Hito’ To Iu Kotoba No Sakusei To Shiyou

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembentukan Dan Penggunaan Kata Yang Menyatakan ‘Orang’ Dalam Kata Bahasa Jepang Melalui Proses Sufiksasi (Setsubigo) Setsubitenka De Nihongo No ‘Hito’ To Iu Kotoba No Sakusei To Shiyou"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, DAN AFIKSASI

2.1 Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟ dan kata logi yang berarti „ilmu‟. Jadi secara harfiah kata morfologi

berarti „ilmu mengenai bentuk‟. (Chaer, 2008:3)

Haryanta (2012:172) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

J.W.M.Verhaar mengatakan morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata-kata secara gramatikal, karena setiap kata dapat dibagi atas segmen yang terkecil yang disebut fonem tetapi tidak harus berupa morfem. (2008:97)

L. Bloomfield (dalam Muchtar, 2008:2) menulis sebagai berikut, “By the

morphology of a language we mean the constructions in which bound forms

appear among the constituents.” Selanjutnya dikatakan, “By definition, the resultants forms are either bound forms or words, but never phrases.”

(2)

of the more intimate combinations of morphemes, roughly what are familiarly

called ‘words’;...”

E.A. Nido berkata pula, ”Morphology is the study of morphemes and their

arrangements informing words”.

Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon (形 態 論). Keitairon merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Objek yang dikajinya yaitu tentang kata (語/go atau 単

語/tango) dan morfem (形態素/keitaiso). (Sutedi, 2008:42)

Koizumi (1984:96) menyatakan bahwa 形態論 語形 文責 中心

形 態 素 扱 う 部 門 あ 意 味 担 う 最 単 語 分

”Keitairon dewa, gokei no bunseki ga chuusin to naru. Keitaiso o atsukau

bumon de atte imi o ninau saishoutango ni wakerareru.” Keitairon/morfologi

adalah ilmu bahasa yang mempelajari bentuk kata yang dapat dibagi lagi menjadi kata-kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.

(3)

2.2 Morfem

Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk-bentuk tersebut ternyata dapat hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. (Chaer, 2007:147)

Samsuri (1981:170) menyatakan bahwa yang disebut dengan morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang.

Menurut Koizumi dalam Situmorang (2007:11), morfem adalah potongan yang terkecil dari kata yang mempunyai arti. Potongan kata atau morfem tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak atau berbentuk terikat pada morfem lain.

Dalam bahasa Jepang, istilah morfem disebut sebagai keitaisou/形態素. Morfem (keitaiso) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak dapat dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Misalnya, pada kata /daigaku/ 大学/‟universitas‟ terdiri dari dua huruf kanji yaitu [大-/dai-] dan [学/gaku]. Banyak kosakata lainnya yang menggunakan kedua

huruf tersebut, misalnya /daijin/ 大臣/‟menteri‟ , /kakudai/ 拡大/ „pembesaran‟ , /gakukou/ 学校/ „sekolah‟ , /gakusei/ 学生/ „mahasiswa‟, dan sebagainya. Secara makna, kata /daigaku/ 大学 /‟universitas‟ terdiri dari dua satuan, yaitu [大-/dai-]

(4)

satuan yang lebih kecil yang mengandung makna. Satuan terkecil [大-/dai-] yang secara leksikal bermakna „besar‟ dan [学/gaku] yang secara leksikal bermakna „belajar/ilmu‟, masing-masing merupakan satu morfem. (Sutedi, 2008: 42-43)

Jika kita teliti beberapa definisi di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa morfem itu:

1. Selalu harus mempunyai makna;

2. Tidak dapat dibagi lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil karena makna yang terkandung di dalamnya akan hilang;

3. Bentuk yang terkecil itu selalu berulang dengan pengertian yang sama.

Sementara Chaer (2012:13-15) menyatakan bahwa pedoman untuk mengidentifikasi morfem adalah:

1. Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem.

2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda.

3. Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda.

4. Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan bentuk tersebut dapat djelaskan secara fonologis.

(5)

6. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang sama. 7. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar

(klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama.

Menurut Chaer (2012:16), dalam kajian morfologi biasanya dibedakan adanya beberapa morfem berdasarkan kriteria tertentu, seperti kriteria kebebasan, keutuhan, makna, dan sebagainya.

Berdasarkan kebebasannya, morfem dapat dibedakan menjadi morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterikatannya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam pertuturan.

Berdasarkan keutuhan bentuknya, dibedakan adanya morfem utuh dan morfem terbagi. Morfem utuh secara fisik merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua morfem dasar, baik bebas maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks termasuk morfem utuh. Sedangkan yang dimaksud morfem terbagi adalah morfem yang fisiknya terbagi atau disisipi morfem lain.

(6)

Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya dibedakan adanya morfem segmental dan morfem suprasegmental atau morfem nonsegmental. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentaskan. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan, durasi, dan intonasi.

Berdasarkan kehadirannya, secara konkret dibedakan adanya morfem wujud dan morfem tanwujud. Yang dimaksud dengan morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada, tetapi yang tanwujud kehadirannya tidak nyata.

Berdasarkan ciri semantik dibedakan adanya morfem bermakna leksikal dan morfem tak bermakna leksikal. Sebuah morfem disebut bermakna leksikal karena di dalam dirinya, secara inheren, telah memiliki makna. Semua morfem dasar bebas termasuk morfem bermakna leksikal, sebaliknya morfem afiks termasuk morfem tak bermakna leksikal. berdiri sendiri disebut kousoku keitaiso. Pemilahan lain morfem bahasa Jepang yaitu adanya naiyou keitaiso/ morfem isi 内 容 形 態 素 dan kinou keitaiso/

(7)

sedangkan kinou keitaiso adalah morfem yang menunjukkan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau adjektiva, kopula,dan morfem pengekspresi kala atau jisei keitaiso.

Koizumi dalam Situmorang (2007:11-12) membagi morfem sebagai berikut:

1. Morfem dasar (形態素/keitaiso)

2. Morfem terikat (結語形態/ketsugokeitai)

3. Morfem berubah (異形態/ikeitai)

4. Morfem bebas (自 形態/jiyuukeitai)

Morfem dasar adalah bagian kata yang menjadi kata dasar dari perpaduan dua buah morfem atau lebih dalam proses morfologis. Morfem terikat adalah morfem yang ditambah untuk merubah arti atau makna kata dasar. Morfem ini tidak mempunyai arti apabila berdiri sendri. Morfem berubah adalah morfem yang bunyinya berubah apabila digabungkan dengan morfem lain dalam pembentukan kata. Baik morfem dasar maupun morfem terikat berubah bunyinya apabila diikatkan satu sama lain. Morfem bebas adalah morfem yang tidak berubah bunyi walaupun ada proses morfologis.

2.3 Proses Morfemis

(8)

morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal, dan (4) hasil proses pembentukan. (Chaer, 2012:25)

Samsuri (1994:190) mengatakan bahwa yang disebut dengan proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Situmorang (2007:11) menyatakan yang disebut dengan proses morfologis adalah apabila dua buah morfem disatukan, mengakibatkan terjadinya penyesuaian di antara kedua morfem tersebut. Proses tersebut terjadi dengan cara,

付 加 (fuka/ penambahan), 削 除 (sakujou/ penghapusan), 重 複 (jufuku/ pengulangan), ゼ 接辞(zerosetsuji/ imbuhan kosong).

Sementara menurut Koizumi (1993:105-109), proses morfologis dalam bahasa Jepang terjadi melalui 6 cara, yaitu 付加(fuka/ penambahan), 削除(sakujo/

pelesapan), 置換(chikan/ pergantian), ゼ 接時(zerosetsuji imbuhan kosong), 重

複(jufuku/ pengulangan), dan 融合(yuugou/ penyatuan).

(9)

morfemis yang menggabungkan atau menyatukan morfem-morfem dalam pembentukan kata.

Situmorang (2007: 12) menyatakan bahwa dalam proses morfologis bahasa Jepang terdapat rumusan sebagai berikut:

1. Keduanya morfem bebas, yaitu baik morfem dasarnya maupun morfem terikatnya adalah morfem bebas.

Contoh: tabe + nai

Kedua morfem tersebut mempunyai arti.

2. Kata dasarnya morfem bebas kemudian diikuti oleh morfem terikat. Contoh: ike + ba

3. Kata dasarnya morfem terikat dan diikuti oleh morfem bebas. Contoh: ko + nai

4. Kedua-duanya terdiri dari morfem terikat. Contoh: se-yo

Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah

gokeisei (語 形 ). Di atas telah disinggung bahwa dalam pembentukan kata, setsuji memegang peranan penting. Tetapi, suatu kata bisa juga dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada empat macam (Sutedi, 2003: 44-46), yaitu:

(10)

Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou keitaiso dengan setsuji

disebut haseigo/ kata jadian (派 生 語). Proses pembentukannya dapat dalam bentuk settouji + morfem isi atau morfem isi + setsubiji.

2. Fukugougo/ goseigo.

Kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi disebut dengan fukugougo atau gokeisei.

3. Karikomi/ shouryaku.

Karikomi/ shouryaku merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis) dari kosa kata lainnya.

4. Toujigo.

Toujigo merupakan singkatan singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf alfabet (romaji).

2.4 Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif (Chaer, 2007:177). Sementara itu Muchtar (2006:35) berpendapat bahwa yang disebut afiksasi atau pengimbuhan adalah pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada morfem dasar bak morfem bebas maupun morfem terikat. Afiks dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu awalan, sisipan, dan akhiran (Samsuri, 1981:190).

(11)

1. Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut prefiksasi.

2. Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut sufiksasi.

3. Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu, dalam proses yang namanya infiksasi.

4. Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya, dalam proses yang dinamai konfiksasi, atau simulfiksasi, atau ambifikasi, atau sirkumfikasi.

Verhaar (2008: 107) juga menyatakan bahwa afiks memiliki dua fungsi utama yaitu:

1. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentuk alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal yang sama.

2. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu.

Istilah afiks dalam bahasa Jepang disebut dengan setsuji (接辞). Adapun pengertian setsuji menurut Koizumi (1993:95) adalah:

接辞 文法的 関係 示 形態素 異形態 (setsuji ha bunpouteki na kankei o shimesu suru keitaiso no ikeitai)

(12)

Koizumi membagi setsuji berdasarkan bentuk (接辞 形式的分類) dan

isi (接辞 内容的分類).

Berdasarkan bentuk, setsuji terbagi menjadi:

1. Settouji (prefiks/ awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan gokan/ kata dasar.

Contohnya pada kata 真 夏 manatsu yang merupakan bentukan dari

morfem 真- ma- sebagai settouji dan –夏-natsu sebagai gokan.

Beberapa contoh settouji yang banyak digunakan adalah 大 dai 未 mi

無mu 格kaku, dan lain sebagainya.

2. Setsubiji (sufiks/ akhiran), yaitu afiks yang diletakkan setelah gokan/ kata dasar.

Contohnya pada kata 立 tatasareta yang merupakan bentukan dari tat sebagai gokan, -as- sebagai shieki setsubiji, -are- sebagai ukemi setsubiji, dan –ta sebagai kakou setsubiji.

Beberapa contoh setsubiji yang banyak digunakan adalah –betsu , -jou , -chuu中, -teki的, dan lain sebagainya.

3. Setsuchuji (infiks/ sisipan), yaitu afiks yang disisipkan di tengah gokan/ kata dasar.

Contohnya pada kata 見 yang disisipkan setsuchuuji -え- menjadi 見え

.

(13)

1. Hasei setsuji, yaitu setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan dalam kelas kata yang sama dapat memberi sifat khusus. Hasei setsuji juga terbagi atas setsuji yang dapat mengganti kelas kata (derivasi) dan setsuji

yang memberi sifat khusus dalam kelas kata (infleksi).

2. Kussetsu setsuji, yaitu setsuji yang memberikan perubahan sistematis pada kata dalam kelas kata yang sama berdasarkan kategori gramatikal.

2.5.Afiksasi Bahasa Jepang Yang Menyatakan „orang‟

Makna Sufiks –in -

Menurut Nelson (2006: 249), kanji 員 dapat dibaca menjadi en dan in dan memiliki makna anggota; jumlah; orang yang bertugas.

Menurut Vance (2004: 59), kata yang dibentuk dengan in adalah kata benda yang mengacu pada orang yang merupakan anggota dari kelompok tertentu yang terorganisasi. Dalam penggunaannya, -in dapat digunakan dalam kasus:

- Mengacu pada kelompok itu sendiri

Contoh: / 機動隊員/ kidoutai-in / „polisi anti kerusuhan‟

Kata dasarnya adalah / 機動隊/ kidoutai/ „satuan anti kerusuhan‟

そ 学生 人 機動隊員3人 怪

Dalam aksi unjuk rasa tersebut, sepuluh mahasiswa dan tiga polisi anti kerusuhan terluka.

(14)

contoh semacam itu kata yang berakhiran in secara khusus mengacu kepada pegawai.

Contoh: / 公務員/ koumu-in/ „pegawai negeri‟

Kata dasarnya adalah / 公務 / koumu / „jasa umum‟

国立大学 教授 公務員

Para pengajar di universitas nasional adalah pegawai negeri.

Dalam cakupan pemakaiannya, -in bertumpang tindih dengan sha dan

kou, walaupun sha dan kou tidak ditambahkan pada kata dasar yang mengacu pada kelompok. Sebagai tambahan, -sha kurang memiliki arti eksplisit sebagai afiliasi kelompok (contoh / 指 者/ shidou-sha / „pemimpin‟ dan bandingkan dengan / 指 員/ shidou-in / „pengawas‟), dan kou mengandung arti pekerjaan

pabrik (contoh / 整 備 工/ seibi-kou / dan / 整 備 員/ seibi-in / „pekerja bagian pemeliharaan‟

Makna Sufiks –jin -

Menurut Nelson (2006: 122), kanji人 dapat dibaca menjadi jin, nin, dan

hito. Kanji人 memiliki makna orang, rakyat, manusia, kemanusiaan, kepribadian, orang berbakat, orang dewasa, orang lain, pesuruh, utusan, pengunjung.

(15)

kata-kata dasar yang mengacu pada nama negara (seperti dalam / カ ナ ダ 人/

kanada-jin / „orang kanada‟) atau kelompok etnis (seperti dalam / ア イ ヌ 人/ ainu-jin / „suku ainu‟), tetapi elemen ini pun memiliki cakupan pemakaian yang

cukup luas.

Dalam penggunaannya jin dapat digunakan dalam kasus:

- Menyatakan era atau tempat yang tersurat.

Contoh: / 現代人/ gendai-jin/ „manusia modern‟

Kata dasarnya adalah / 現代/ gendai/ „zaman modern‟

現代人 い 戦 い

Gendai-jin ha itsumo sutoresu to tatakatte iru.

Manusia modern selalu berperang melawan stres.

- Menyatakan bidang kehidupan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat yang tersirat, baik dengan menunjuk bidang atau kelompok itu sendiri.

Contoh: / 財界人/ zaika-jin/ „ahli keuangan‟

Kata dasarnya adalah / 財界/ zaikai/ „dunia keuangan‟

新 い政策 財界人 非難

Atarashii seisaku ha zaika-jin ni hinan sareta.

(16)

- Menunjukkan beberapa menonjol dari bidang atau kelompok tertentu.

Contoh: / 国際人/ kokusai-jin / „kosmopolitan, warga dunia‟

Kata dasarnya adalah / 国際/ kokusai/ „pergaulan internasional‟

子供 本当 国際人 べ

Kore kara ha kodomo-tachi o hontou no kokusai-jin ni suru beki da.

Mulai sekarang kita harus menjadikan anak-anak kita warga dunia sejati.

- Menyatakan atribut yang dipakai bersama yang mendefinisikan keanggotaan dalam subgroup.

Contoh: / 一般人/ ippan-jin/ „orang awam, biasa‟

Kata dasarnya adalah / 一般 / ippan (no)/ „umum,biasa‟

そ 学生 一般人 参加

Tidak hanya mahasiswa , tapi orang awam pun mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Makna Sufiks –ka -

Menurut Nelson (2006: 321), kanji家 dapat dibaca sebagai ka, ke, dan ie.

(17)

Menurut Vance (2004: 76), kata yang dibentuk dengan ka mengacu kepada orang dari jenis seperti yang disebutkan kata dasarnya.

Dalam penggunaannya, -ka dapat digunakan dalam kasus:

- Mengacu kepada seseorang yang memiliki status sosial tinggi atau keahlian atau pengetahuan istimewa tertentu.

Contoh: / 投資家/ toushi-ka / „investor, penanam modal‟

Kata dasarnya adalah / 投資/ toushi/ „penanaman modal‟

投資家 慎重 い

Kono goro toushika ha shinchou ni natte iru.

Para investor menjadi waspada belakangan ini.

- Mengacu kepada sesorang yang memiliki sebuah antusiasme atau watak tertentu.

Contoh: / 勉強家/ benkyou-ka / „orang yang rajin‟

Kata dasarnya adalah / 勉強/ benkyou / „belajar‟

長男 大変 勉強家

Chounan ha taihen na benkyou-ka da.

Putra tertuanya seorang pekerja keras.

(18)

banyak kasus, terdapat perbedaan yang nyata apabila ka bergabung dengan kata dasar tertentu yang sama sebagaimana halnya in atau sha. Bandingkan / 銀行家

/ ginkou-ka / „banker‟ dengan / 銀行員/ ginkou-in/ „pegawai bank‟, dan / 山家/ tozan-ka / „(pakar) pendaki gunung‟ dengan / 山者/ tozan-sha / „orang yang mendaki gunung‟.

Makna Sufiks –kou -

Menurut Nelson (2006: 352), kanji 工 dapat dibaca ku, ko, takumi, dan

takumu. Kanji工 memiliki makna tukang, montir, pabrik, pekerjaan, tukang kayu, rencana.

Menurut Vance (2004: 94), kata yang dibentuk dengan kou mengacu pada pekerja, khususnya pekerja pabrik.

Dalam penggunaannya, sufiks kou dapat digunakan dalam kasus:

- Memberi spesifikasi jenis pekerjaan, yang mengacu baik pada kegiatannya sendiri.

Contoh: / 印刷工/ insatsu-kou / „operator pers‟

Kata dasarnya adalah / 印刷/ insatsu/ „percetakan‟

印刷工 決

Insatsu-kou tauchi ha suto o suru koto ni kimeta.

(19)

- Mengacu pada objek yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Contoh: / 機械工/ kikai-kou / „ahli/ tukang mesin‟

Kata dasarnya adalah / 機械/ kikai/ „mesin‟

熟練 機械工 時間

Jukuren no kikai-kou ni naru ni ha jikan ga kakaru.

Membutuhkan waktu untuk menjadi tenaga teknis yang terampil.

- Memberikan spesifikasi status pekerja.

Contoh: / 臨時工/ rinji-kou/ „pekerja temporer/ sementara‟

Kata dasarnya adalah / 臨時/ rinji(no) / „temporer/ sementara‟

工場 臨時工 い

Kono koujou ni ha rinji-kou ga takusan iru.

Ada banyak pekerja temporer di pabrik ini.

Dalam cakupan pemakaiannya, -kou bertumpang tindih dengan in, namun in tidak dibatasi pada kata-kata yang mengandung arti pekerja pabrik.

Makna Sufiks –nin -

Kanji人 memiliki makna yang sama dengan kanji人 yang dibaca sebagai jin namun menurut Martin dalam Vance (2004:96) adalah gagasan yang baik

(20)

Menurut Vance (2004: 96), kata yang dibentuk dengan nin menunjuk pada orang yang terlibat dalam suatu kegiatan seperti yang disebutkan kata dasarnya.

Dalam penggunaannya, sufiks nin digunakan untuk menunjukkan pelaku dari suatu kegiatan.

Contoh: / 傍聴人/ bouchou-nin/ „pendengar‟

Kata dasarnya adalah / 傍聴/ bouchou/ „mendengarkan‟

裁 傍聴人 許 い

Saiban de bouchou-nin ga memo o toru koto ha yurusarete iru.

Para pendengar diijinkan membuat catatan di pengadilan.

Cakupan pemakaian nin bertumpang tindih dengan sha. Dalam kasus-kasus seperti / 行 人/ hakkou-nin atau / 行 者/ hakkou-sha / „penerbit‟, beberapa kata dasar bergabung dengan yang mana saja, dan tidak ada perbedaan arti yang jelas. Namun walau bagaimanapun, -sha hampir selalu ditambahkan pada kata-kata dasar yang berasal dari bahasa Cina, sedangkan nin bergabung secara bebas dengan kata-kata dasar asli bahasa Jepang.

Makna Sufiks sei–

Menurut Nelson (2006: 616), kanji生 dapat dibaca sho, sei, nama. Kanji

(21)

Menurut Vance (2004: 111), kata yang dibentuk dengan sei mengacu kepada pelajar atau orang yang mempelajari sesuatu dari jenis yang disebutkan kata dasarnya.

Contoh: / 聴講生/ choukou-sei/ „auditor‟

Kata dasarnya adalah / 聴講/ choukou/ „pengauditan‟

あ 教授 講義 聴講生 出席 い

Ano kyouju no kougi ni ha choukou-sei ga takusan shusseki shite iru.

Banyak auditor sedang menghadiri kuliah profesor itu.

Makna Sufiks –sha –

Menurut Nelson (2006: 729) dapat dibaca sha dan mono. Kanji 者 memiliki makna orang, benda, seseorang, agen, perantara, aktor, pemain.

Menurut Vance (2004: 118), kata yang dibentuk dengan sha mengacu pada orang seperti yang ditunjukkan kata dasarnya.

Dalam penggunaannya, sufiks sha dapat digunakan dalam kasus:

- Menunjukkan pelaku dari sebuah perbuatan atau kegiatan.

Contoh: / 視聴者/ shichou-sha / „penonton dan pendengar‟

Kata dasarnya adalah / 視聴/ shichou / „melihat dan mendengar‟

(22)

Shinchou-sha no hagaki o yomu terebi bangumi ni ninki ga atsumatte kita.

Acara televisi di mana kartu pos dari penontonnya dibacakan telah menjadi populer.

- Beberapa kata dengan sha memiliki kata dasar yang mengacu pada atribut.

Contoh: / 重傷者/ juushou-sha/ „orang yang terluka parah‟

Kata dasarnya adalah / 重傷/ juushou/ „luka parah‟

事故 重傷者 3人

Kono jiko de juushou-sha ga sannin deta.

Tiga orang terluka parah dalam kecelakaan ini.

- Memiliki pengertian suatu perbuatan tetapi tidak mengacu kepada si pelaku.

Contoh: / 容疑者/ yougi-sha / „orang yang dicurigai‟

Kata dasarnya adalah / 容疑/ yougi / „kecurigaan‟

容疑者 ま 逮捕

Yougi-sha ha mamonaku taiho sareta.

Orang yang dicurigai itu segera ditahan.

(23)

tidak seperti –nin, -sha bergabung secara hampir eksklusif dengan kata-kata dasar

yang berasal dari bahasa Cina.

Makna Sufiks –shi –

Menurut Nelson (2006: 280), kanji士 dapat dibaca sebagai shi. Kanji士 memiliki makna samurai, laki-laki, pria yang baik, sarjana, ksatria, dan sebagai akhiran dapat digunakan untuk gelar akademis.

Menurut Vance (2004: 121), kata yang dibentuk dengan shi mengacu kepada orang yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keahlian khusus.

Dalam penggunaannya, sufiks shi dapat digunakan dalam kasus:

- Mengandung arti lisensi dari jenis tertentu, kata dasarnya pada khususnya mengacu pada kegiatan yang terlibat dalam pekerjaan itu.

Contoh: / 操縦士/ soujuu-shi / „pilot‟

Kata dasarnya adalah / 操縦/ soujuu/ „operasi, penyetiran‟

ンボ機 ベ ン操縦士 無事 着陸

Janbo-ki ha beteran soujuu-shi no okage de buji ni chakuriku shita.

Berkat pilot veteran itu, jumbo jet-nya mendarat dengan selamat.

- Dapat digunakan untuk mengacu pada bidang keahlian tertentu,

(24)

Kata dasarnya adalah / 栄養/ eiyou/ „nutrisi‟

次女 病院 栄養士 い

Jijo ha byouin de eiyoushi o shite iru.

Putri keduanya bekerja sebagai ahli gizi di sebuah rumah sakit.

- Beberapa elemen lainnya umumnya digunakan dalam kata-kata yang mengacu pada orang yang melakukan pekerjaan.

Kata-kata dengan –shi berbeda dalam hal bahwa mereka merupakan istilah

penghormatan, dan adalah tidak umum shi digunakan dalam tempat elemen-elemen lain ini untuk memberikan nuansa penghormatan.

Makna Sufiks –shi

Menurut Nelson (2006: 73), kanji 師 dapat dibaca sebagai shi dan memiliki makna guru, tuan, majikan, teladan, tentara.

Menurut Vance (2004: 123), kata yang dibentuk dengan shi mengacu pada orang yang pekerjaan atau kegiatannya menuntut pengetahuan atau keahlian khusus.

Dalam cakupan pemakaiannya, sufiks shi dapat digunakan dalam kasus:

- Mengacu pada orang yang kegiatannya tidak diinginkan atau ilegal.

Contoh: / 詐欺師/ sagi-shi / „penipu‟

(25)

そ 詐欺師 逮捕

Sono sagi-shi ha yatto taiho sareta.

Penipu itu akhirnya ditahan.

- Mengacu pada kegiatan itu sendiri.

Contoh: / マッサー 師/ massaaji-shi/ „pembawa pesan‟

Kata dasarnya adalah / マッサー / massaaji / „pesan‟

ー ッパ カン ナビア マッサー 師 いい いう

Yoroppa de ha sukanjinabia no massaaji-shi ga ii to iu.

Di eropa, katanya pembawa pesan berkebangsaan Skandinavia itu bagus.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya perbedaan hukuman tersebut karena muhsan seharusnya bisa lebih menjaga diri untuk melakukan perbuatan tercela itu, apalagi kalau masih dalam ikatan

Saya mengesahkan bahawa Jawatankuasa Peperiksaan bagi Suzilynda Sukimin telah mengadakan peperiksaan akhir pada 10 Jun 2008 untuk menilai tesis Master Sains beliau yang

Mokhamad Zorgy Fhasa Perdana, 1201989, Pengaruh Customer Orientation of Service Employee Melalui Program “ Wow 5ervice ” Terhadap Customer Retention di Hotel Gino

Fitur,Menyimpan dan melihat informasi setiap sapi dalam kelompok, Mengingatkan pengguna pada moment penting seperti waktu injeksi obat, waktu kawin,dll, Semua data dapat

Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.. Jakarta

Alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan tersebut adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari empat rasio, yaitu : rasio likuiditas, rasio

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Jumlah Konsumsi Vitamin A Dengan Pengeluaran ASI pada ibu post partum

Berdasarkan hasil penelitian dengan data yang diperoleh maka dapat ditemukan beberapa catatatan penting akan peningkatan yang terjadi dari proses pemberian