• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu enam minggu (Sarwono, 2011). Masa nifas berlangsung selama enam minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2000).

Nifas dibagi dalam tiga periode, (Suherni, 2009), yaitu :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya enam minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih badan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

(2)

Alat-alat genetalia interna maupun eksterna pada masa nifas akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Di samping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi, karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma (Sarwono, 2011).

Masa nifas terkaitan erat dengan proses laktasi. Pada prosesnya keberhasilan laktasi dipengaruhi kesiapan ibu dari awal masa nifas yang bisa berhubungan dengan perubahan / adaptasi pada masa nifas. Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa untuk menjadi seorang ibu (Ambarwaty, 2009).

2.2 Payudara

(3)

Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis mayor berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari

jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla yang disebut cauda axillaris spence. Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain (Verarlls, 2010).

Payudara tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 los yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah (Verarlls, 2010).

Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil. Papilla mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm,

permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer (Verarlls, 2010).

(4)

laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini diransang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. Tubulus lactifer adalah saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli, dan ductus lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer sedangkan ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola (Verarlls, 2010).

2.3 Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan (Fitri, 2011). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Kustini, 2011). Perawatan payudara bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga dapat dengan mudah untuk proses menyusui (Sitti, 2009).

(5)

Namun bukan berarti tidak ada cara membuat payudara tetap terlihat indah dan kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan bayi mengkonsumsi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suherni, 2010).

Tujuan dilakukan perawatan payudara adalah memelihara kebersihan payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI. perawatan dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari untuk mendapatkan hasil dilakukan secara teratur dan sitematis, makanan dan minuman ibu yang seimbang dan sesuai dengan kesehatan ibu dan memakai BH (Bra) yang tidak terlalu ketat dan selalu bersih dan menyokong payudara.

Berikut ini kiat teknik pengurutan payudara yang dapat dipraktekkan sejak hari kedua usai persalinan. Cucilah tangan sebelum masase. Lalu tuangkan minyak kedua belah telapak tangan secukupnya. Lalu lakukan pengurutan seperti berikut: 1. Pengurutan Pertama

(6)

3) Pengurutan dilakukan dimulai tengah, lalu telapak tangan kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan kearah sisi kanan

4) Lakukan terus pengurutan dari tengah, keatas, kesamping dan kebawah 5) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara

2. Pengurutan Kedua

1) Sokong payudara kiri dengan satu tangan kiri sedang tangan kanan mengurut dengan buku-buku jari dari pangkal kearah puting susu.

2) Lakukan untuk payudara sebelah kanan

3) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara 3. Pengurutan ketiga

(7)

4. Pengurutan keempat

1) Pijat areola ke arah puting susu hingga keluar cairan ASI dan tampung dengan tempat yang bersih atau gelas.

2) Pengompresan

3) Kompres kedua payudara dengan dua handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan kompres air dingin 2 menit dan yang terakhir kompres lagi dengan air hangat 2 menit.

Kemudian pakailah BH (kutang) yang bersih dan sesuai untuk ibu menyusui. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan, proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna (Suherni, 2009). 2.3.1 Manfaat Perawatan Payudara

(8)

belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan merasakan geli atau perih pada payudaranya (Sitti, 2009).

Berbagai dampak negatif yang dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :

1. Puting susu masuk kedalam 2. Anak susah menyusui 3. ASI lama keluar 4. Produksi ASI terbatas

5. Pembengkakan pada payudara 6. Payudara meradang

7. Payudara kotor

8. Ibu belum siap menyusui

9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet.

2.4 Laktasi

(9)

bayi untuk dapat tumbuh – kembang (Manuaba, 2000). Laktasi atau menyusui yaitu proses pembentukan ASI yang melibatkan hormon prolaktin dan proses pengeluaran yang melibatkan hormon oksitosin (Prasetyono, 2012).

Keberhasilan laktasi dipengarusshi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Adapun produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi (Sarwono, 2010). Keadaan saat hamil membuat hormon prolaktin meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang begitu tinggi. Hari kedua atau ketiga setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis sehingga pengaruh prolaktin lebih besar. Alveoli mulai menghasilkan ASI saat kadar estrogen dan progesteron turun. Mekanisme ini yang membuat produksi ASI seorang ibu akan optimal dalam waktu sekitar 72 jam setelah melahirkan. Menyusui bayi setelah melahirkan sangatlah penting karena dengan menyusui lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin sehingga pembuatan ASI semakin lancar (Proverawati, 2010).

2.5 ASI

(10)

pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2013). Air Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Khasanah, 2011).

ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistem pencernaan bayi usia dini belum diberikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Anik, 2012).

2.5.1 Komposisi ASI

ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4-6 bulan kehidupan sehinnga dianjurkan agar pada masa ini hanya diberikan ASI. Komposisi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. (Khasanah, 2011).

Berikut kandungan gizi dalam ASI : 1. Kolostrum

(11)

kekuning-kuningan dan lebih kental, lebih banyak mengandung protein dan vitamin berfungsi untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.

2. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu)adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Jumlahnya meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).

3. Protein

Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan susu formula.

4. Taurin Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

5. Lemak berfungsi untuk pertumbuhan otak bayi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%.

6. Mineral

(12)

7. Vitamin yang terdapat dalam ASI adalah :

a. Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.

b. Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D juga berasal dari sinar matahari.

c. Vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah. d. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung

pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan.

e. Vitamin B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan terdapat dalam ASI.

8. Zat Kekebalan

Zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme diperoleh bayi baru lahir dari ibunya melalui plasenta, yang membantu melindungi bayi dari serangan penyakit (Purwanti, 2011).

2.5.2 Manfaat ASI

(13)

Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut :

1. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.

2. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.

3. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat penurunan berat badan. 4. Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.

5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula dan air panas.

6. ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara. Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi.

2. ASI mudah dicerna oleh bayi.

3. ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan penyakit lainnya. 4. ASI menurunkan resiko diare, infeksi saluran kemih dan menurunkan resiko

kematian bayi mendadak.

Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :

1. Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu formula

2. Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya perawatan kesehatan. 3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari menyusui

(14)

2.6 Produksi ASI

Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek. Pertama, reflek produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam saluran-saluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin

(oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi menghisap semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2011).

Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke

neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin sampai ke alveoli mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi dari sel akan memeras susu keluar dari alveoli masuk ke ductus yang akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, merasa sakit, atau malu ketika menyusui dan cemas (Kristiyanasari, 2012).

(15)

menunjukan gerakan yang berbeda, jika dibandingkan dengan pengisapan dot (Prasetyono, 2012).

Meningkatkan produksi ASI supaya optimal, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan ibu sebagai berikut :

1. Susui bayi lebih sering tanpa jadwal, paling sedikit 8 x dalam 24 jam, tiap – tiap payudara 10 – 15 menit.

2. Setiap menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian. Hal ini berguna agar bayi mendapat semua ASI yang tersedia dan untuk merangsang produksi ASI sesering mungkin.

3. Bayi hanya menyusu pada ibu, tidak dianjurkan menggunakan botol dot atau empongan. Hal ini karena mekanisme menyusu pada payudara ibu dengan menyusu menggunakan botol dot adalah berbeda (Khasanah, 2011).

2.6.1 Menilai Produksi ASI

(16)

yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang selama 2- 3 jam (Bobak, 2010).

Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah karakteristik dari BAB bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang berwarna hijau pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium, BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion. Pola eliminasi bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum ASI, umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola BABnya hanya 1 kali sehari, BAB berwarna putih pucat (Bobak, 2010).

2.6.2 Volume Produksi ASI

(17)

Volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama, dalam keadaan produksi ASI telah normal. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Suherni, 2010).

(18)

kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. (Prasetyono, 2011).

2.6.3 Cara Peningkatan Produksi ASI

Menyusui adalah pilihan yang tepat dan sehat untuk bayi, tapi kadang-kadang ingin meningkatkan produksi ASI buat bayinya stres, penyakit dan kelelahan bisa berdampak negatif terhadap produksi ASI saat menyusui. Cara untuk meningkatkan produksi ASI :

1. Menyusui bayi lebih sering, biarkan bayi mendapatkan ASI selama bayi inginkan bayi biasanya menyusui 6 kali tiap hari, tambahlah menjadi tujuh atau delapan kali ketika membiarkan bayi menyusui lebih sering, tubuh ibu akan menerima respon untuk menghasilkan lebih banyak susu.

2. Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui.

Pastikan bayi untuk menyusu pada payudara pertama selama mungkin, sampai bayi memperlambat atau berhenti menghisap, kemudian tawarkan payudara kedua. Periksa bahwa bibir bayi menempel dengan benar dan harus di bagian areola payudara dan juga diluar putting.

(19)

4. Melakukan diet yang benar untuk agar bisa terpenuhi. Seorang ibu menyusui membutuhkan lebih dari 2000 kalori per hari, atau 300-500 kalori diatas diet pra-kehamilan. Lanjutkan dengan vitamin kehamilan atau vitamin buat ibu menyusui. 5. Minum banyak air, seorang ibu menyusui harus mengkonsumsi sekitar 3 liter air

per hari. Mungkin terdengar seperti banyak, tapi menyusui pasti akan selalu merasa haus. Jumlah air yang tetap akan membantu meningkatkan produksi ASI. 6. Menggunakan suplemen herbal dapat menjadi cara yang paling baik untuk

meningkatkan produksi ASI.

7. Jika ibu menyusui telah mencoba semua dan masih perlu untuk meningkatkan suplai ASI, berbicara dengan dokter. Ada resep tersedia memiliki efek untuk meningkatkan produksi ASI (Tulus, 2011).

2.6.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI

Menurut Khasanah (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI sebagai berikut:

1. Makanan Ibu

(20)

Unsur gizi dalam satu liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam dua piring nasi ditambah satu butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan satu piring nasi untuk membuat satu liter ASI. Agar Ibu menghasilkan satu liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan satu butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. 2. Frekuensi Menyusui

Frekuensi Menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 5 kali atau lebih perhari selama 1 bulan awal menyusui.

3. Menyusui Sesuai Keinginan Bayi

Menyusui yang tidak di jadwal atau menyusui sesuai keinginan bayi (on demand),ternyata dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini

(21)

dibandingkan kapasitas ibu yang memproduksi ASI. Artinya ASI akan diproduksi sesuai kebutuhan bayi.

4. Umur Kehamilan

Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir belum cukup bulan belum dapat menyusu secara efektif. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh bayi. Akibatnya, ketika rangsangan menyusu berkurang, produksi ASI juga otomatis juga berkurang. 5. Berat Lahir

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berta lahir normal (bayi yang lahir lebih dari 2500 gr atau 2,5 kg). Bayi yang dengan berat lahir rendah memiliki kemampuan mengisap ASI, frekuensi, dan lama penyusuan yang lebih rendah, dibanding bayi berat lahir normal yang pada akhirnya akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

6. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

(22)

macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah: Reflek Prolaktin, Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection).

7. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

8. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandung Estrogen dan Progesteron

(23)

9. Perilaku Ibu

Perilaku ibu, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol bisa mempengaruhi produksi dan komposisi ASI. Merokok dapat mengurangi produksi ASI karena bisa mengurangi hormon prolaktin (hormon yang berperan dalam produksi ASI) sehingga berpotensi mengurangi produksi ASI.

10.Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar saluran ASI (Khasanah, 2010).

(24)

2.7 Kebutuhan Gizi Ibu Nifas

Gizi atau nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25% yang berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan, dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Kebutuhan ibu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang di konsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, dan proses memproduksi ASI, sebab ASI yang diproduksi ibu akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Masa nifas adalah masa menyusui oleh karena itu ibu menyusui harus makan makanan yang cukup agar mampu menghasilkan ASI yang cukup baik mutu maupun jumlahnya bagi bayinya, ibu menyusui memerlukan zat gizi lebih banyak daripada ibu hamil,banyaknya makanan ibu menyusui disesuaikan dengan umur bayi dan kebutuhan gizi , keadaan gizi baik pada ibu menyusui terletak pada penganekaragaman menu tiap hari. Menu makanan yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. 2.7.1 Pola Makan yang Sehat Selama Masa Nifas

(25)

minum paling sedikit 8 gelas (2 liter) sehari, me makan sayur berkuah dan sari buah. Teruskan kebiasaan makan beraneka ragam makanan sumber zat besi dan kapur dalam jumlah yang cukup setiap harinya (Krisnatuti, 2011).

Ibu nifas hendaknya mengusahakan mengkonsumsi daging khususnya daging sapi agar penurunan berat badan berjalan lebih cepat. Dan produksi ASI tetap lancar, karena daging sapi memiliki banyak serat yag dapat memperlancar buang air besar. Sehingga tanpa diet ibu tetap memiliki badan yang ideal. Selain itu sayur dan buah pun juga mengandung banyak serat yang dapat memperlancar air besar. (Iping, 2011).

Oleh karena itu, pola makan dengan menu seimbang sangat dianjurkan yang mana menu seimbang terdiri dari jumlah kalori serta zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Sebagai contoh makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur bayam, apel dan susu. Sedangkan jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh ibu nifas diantaranya adalah makanan yang mengandung zat aditif atau bahan pengawet makanan yang berkalori tinggi, daging atau makanan yang tidak diolah dengan sempurna serta makanan yang merangsang seperti makanan pedas (Krisnatuti, 2011).

2.7.2 Menyusun Menu Ibu Nifas dan Menyusui

(26)

1. Makanan sumber zat tenaga

Nasi, roti, mie, bihun, kentang, singkong,talas, tepung-tepungan, ubi, gula pasir, gula merah, Sirop dan lain-lain.

2. Makanan sumber zat pembangun

Daging ayam, daging sapi, hati sapi, ikan segar, ikan asin, kacang hijau, kacang merah, Kacang tolo, kacang kedelai, oncom, tempe, tahu, susu dan lain-lain. 3. Makanan sumber zat pengatur

Sayuran : bayam, buncis, daun singkong, kangkung, daun katuk, kacang panjang, ladu, sawi, Tauge, tomat, wortel dan lain-lain.

Buah : pisang ambon, pepaya, jeruk, apel, anggur, belimbing, mangga, salak, sawo, Jambu dan lain-lain.

4. Minyak, margarin, mentega, kelapa, santan, merupakan zat yang berasal dari lemak.

Menu ibu nifas untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam sehari, dapat dicontohkan seperti dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Per Hari Ibu Nifas

Waktu

Makan Bahan Makanan

(27)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Waktu

Makan Bahan Makanan

Bayi

Ibu menyusui umumnya makan 6 kali sehari sesuai dengan frekuensi menyusui bayi, karena setiap habis menyusui merasa lapar, selain cukup makan, dianjurkan pula banyak minum yang dapat mempengaruhi produksi ASI, misalnya minum air, susu dan jus buah sebanyak mungkin, serta perhatian pola makan dengan baik supaya produksi ASI lancar dalam masa laktasi (Krisnatuti, 2011).

(28)

bijinya sering disebut kelabat, kelabet atau klabet yang antara lain digunakan sebagai bumbu dapur untuk pembuatan gulai. Fenugreek sangat kaya akan fitoestrogen yang dapat melancarkan produksi ASI (Krisnatuti, 2011).

2.8 Kerangka Teori

(29)

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dibentuk kerangka teori penelitian yang dapat dijelaskan melalui gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI

Sumber : Kristiyanasari, 2011; Tulus, 2011; Kristinatuti, 2011; Sarwono, 2010; Khasanah 2011; Prasetyono, 2011

2.9 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan bagian dari kerangka teori yang ada, mengingat tidak semua variabel yang tercantum dalam kerangka teori dapat dilakukan pengukuran, karena keterbatasan dalam masalah waktu, biaya, tenaga, sehingga yang dipilih adalah variabel-variabel yang benar-benar mempunyai

Masa sebelum Hamil: Anatomi payudra saat lahir dan Pubertas

Karakteristik anak: Refleks mengisap

Masa Saat Hamil: • Anatomi payudara • Perawatan payudara • Kebiasaan makan • Kebiasaan alkohol dan

rokok

LAKTASI

Produksi ASI:

1.Bayi mendapatkan ASI sesuai

dengan kebutuhan minimal ≥ 8x dan lamanya ≥ 10 menit.

2.BAK bayi per-24 jam 6-8 kali 3.BAB bayi 2-5 kali

4.Bayi tertidur selama 2-3 jam Masa Nifas:

• Perawatan payudara

• IMD

(30)

hubungan perawatan payudara dan kebiasaan makan dengan produksi kelancaran ASI pada ibu masa nifas berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya.

Variabel independen dalam penelitian perawatan payudara dan kebiasaan makan, sedangkan variabel dependen adalah kelancaran produksi ASI pada ibu masa nifas, dapat dilihat dalam Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian. Perawatan payudara diukur mulai dari tindakan melakukan pengurutan pertama sampai ke empat. Serta memakai bra yang longgar yang sesuai dengan ibu menyusui.

Variabel Indenpenden Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Perawatan Payudara

Kebiasaan Makan

Gambar

Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Per Hari Ibu Nifas
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1  Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang penggunaan resep racikan oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua pasien, mengetahui profil kasus meliputi umur,

Output klaster ini berupa laporan pengabdian dalam bentuk dummy dan artikel jurnal sedangkan outcome-nya berupa artikel yang dimuat dalam jurnal nasional diterbitkan paling

Membedakan konsep sistem persamaan tiga variabel metode substitusi, metode gabungan, dan metode determinasi dan mampu menerapkan berbagai strategi yang efektif dalam

• Bursa Hong Kong serupa dengan indeks utama Asia lainnya, Hang Seng berhasil mencatatkan persetase penguatan harian terbesar dalam hampir 4 tahun, didukung oleh rencana

Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan pollard sebagai pengganti dedak padi dengan lama pengukusan yang berbeda terhadap sifat fisik dan ketahanan benturan

6 Wadah pemeliharaan larva ikan nila sultana Oreochromis niloticus: a) kolam pemeliharaan larva, b) saluran inlet, c) saluran outlet, d). kamalir dan e) kobakan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan dalam Konvensi Jenewa IV tahun 1949 mengenai perlindungan terhadap anak-anak dalam situasi

Untuk itu, dalam melakukan aktiviti harian, penerapan elemen kecekapan tenaga dapat dilakukan dengan mengamalkan budaya penjimatan penggunaan tenaga