• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Mengenai Pemberian Kredit Modal Kerja Oleh Bank Melalui Mekanisme “Take Over” (Kajian Mengenai Prosedur Dan Jaminan Pada Bank Swasta Di Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Mengenai Pemberian Kredit Modal Kerja Oleh Bank Melalui Mekanisme “Take Over” (Kajian Mengenai Prosedur Dan Jaminan Pada Bank Swasta Di Medan)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi sangatlah membutuhkan modal yang cukup, agar usaha yang hendak dijalaninya itu tidak mengalami pasang-surut atau kegagalan disaat berproduksi. Permodalan adalah salah satu bentuk perbuatan bantuan yang bersumber dari berbagai pihak yang ikut mengembangkan suatu usaha tertentu, yang dengannya diharapkan dapat memperoleh keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya dan dapat dirasakan oleh yang bersangkutan maupun orang-orang yang terlibat didalamnya. Untuk mengatasi permodalan tersebut dapat diperoleh melalui bank.

Upaya pemerintah untuk menjadikan iklim perbankan Indonesia sebagai iklim perbankan yang sehat tidak hanya menjadikan bank sebagai Agent of Trust dari nasabahnya, tetapi juga mampu membentuk karakter bank yang bisa mendorong pembangunan ekonomi di negeri ini (Agent Of Development).1

Bank sebagai lembaga perantara keuangan diharapkan mampu melakukan mekanisme pengumpulan dana secara seimbang sesuai dengan ketentuan yang berlaku . Untuk mencapai hal itu maka perlu adanya kejelasan sistem operasional perbankan. Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam pemberian permodalan kepada siapa saja

1Rachmat Wahyudi Hidayat Deskripsi Dokumen:

http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=110700&lokasi=lokal diakses pada tanggal 19 Januari 2014.

(2)

yang memerlukannya. Bank merupakan salah satu financial intermediary. Sebagai lembaga perantara keuangan, bank memiliki fungsi menghimpun dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dan menyalurkanya kepada pihak yang memerlukan dana (lack of funds).2Perbankan Indonesia berfungsi ;3

1. Menghimpun dana dari masyarakat untuk simpan pinjam; Yang kegiatan ini dapat berbentuk tabungan atau deposito.

2. Untuk pengalokasian dana, kemana dan untuk apa digunakan dana tersebut. Pengalokasian ini biasanya dilakukan melalui pemberian kredit.

Bank dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menerangkan arti bank dimana disebutkan :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Menurut Heru Soepraptomo, “sebagai agen dari pembangunan, bank diharapkan kontribusi pada usaha meningkatkan tabungan nasional, menumbuhkan kegiatan usaha dan meningkatkan alokasi sumber-sumber perekonomian.”4

Perkembangan yang pesat di industri perbankan memaksa bank-bank untuk saling bersaing menawarkan berbagai produk dan jasanya. Pelayanan jasa bank

2 Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Refika

Aditama, 2010), hlm. 15. 3Ibid.

(3)

melalui penyaluran kredit kepada nasabah yang juga merupakan salah satu upaya bank untuk dapat dikatakan eksis di industri perbankan.

Asas perbankan Indonesia dapat diketahui dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan pada Pasal 2 : “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”. Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

Mengenai prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan, tidak ada penjelasan secara resmi, akan tetapi bank dan orang-orang yang terlibat didalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti, dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu bank dalam menjalankan usahanya harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari oleh itikad baik.

Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada debitur harus selalu berpedoman pada menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan.

(4)

objeknya adalah benda yang habis jikaverbruiklening termasuk di dalamnya uang.5 Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam ini, pihak penerima pinjaman menjadi pemilik yang dipinjam dan kemudian harus dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan. Karenanya perjanjian kredit ini merupakan perjanjian yang bersifat riil, yaitu bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh "penyerahan" uang oleh bank kepada nasabah".

Penyaluran kredit melalui mekanisme "take over" merupakan salah satu bentuk persaingan yang terjadi antar bank untuk mengambil alih nasabah/debitur dari bank lain untuk menjadi nasabah/debitur di bank tersebut (jika tidak dapat dikatakan sebagai merebut).Take over atau pengalihan kreditur pada dasarnya diperkenankan selama bank-bank yang melakukantake overtersebut memperhatikan prinsip-prinsip perbankan yang sehat serta aspek pelayanan kepada nasabahnya.

Penggolongan kredit bank dapatlah dilihat dari beberapa keadaan dalam lapangan dan istilah penggolongan kredit bank tersebut adalah untuk menunjukkan penggolongan kredit berdasarkan kolektibilitas kredit yang menggambarkan kualitas kredit tersebut.

Menurut Surat Keputusan (SK) Direktur Bank Indonesia No. 30/267/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah sebagai berikut :

1. Kredit Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria : a. Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat; b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai

5Rachmadi Usman, Penyelesaian Pengaduan Nasabah Dan Mediasi Perbankan, (Bandung,

(5)

2. Kredit dalam perhatian khusus, yaitu apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari; b. Kadang-kadang terjadi cerukan;

c. Mutasi rekening relatif rendah;

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang di perjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kredit kurang lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari;

b. Sering terjadi cerukan;

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;

d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; 4. Kredit diragukan, yaitu apabila memenuhi kreteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari;

b. Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen; c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari;

d. Terjadi kapitalisasi bunga,

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan.

5. Kredit Macet, apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai resiko sehingga bank dituntut ketelitian dalam menganalisa kredit yang diberikan untuk dapat meminimalkan potensi kerugian. Oleh sebab itu, maka bank wajib memperhatikan asas perkreditan yang sehat, diantaranya :6

1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis; 2. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit pada usaha yang sejak semula

telah dinilai tidak sehat dan akan menimbulkan kerugian;

3. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit;

6Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia(Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti,

(6)

4. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham.

Berdasarkan hal-hal yang tersebut diatas, maka dalam menyalurkan kreditnya, bank wajib melakukan analisa terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit disalurkan, bank harus melakukan pemantauan terhadap penggunaan fasilitas kredit dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya.

Pengambilan sikap dalam melakukan penyaluran kredit oleh bank, maka bank harus terlebih dahulu menganalisa calon debitur, dan untuk mendapatkan debitur yangbankable, bank dapat menerapkan beberapa prinsip yaitu :

1. Prinsip 5 C (The five C’s of Credit Analysis), antara lain :7 a. Character ( watak )

Sasaran penilaian terhadap calon debitur adalah sifat – sifat dari calon debitur seperti kejujuran, ketaatannya, perilaku maupun gaya hidup dari calon debitur tersebut.

Analisa terhadap karakter calon debitur dapat dilakukan melalui wawancara,trade checkingdanbank checking.

b. Capasity( kemampuan )

Sasaran penilaian terhadap calon debitur adalah kemampuan calon debitur dalam mengelola usaha dan kinerja dan prospek masa depan dari usaha itu sendiri.

c. Capital( permodalan )

Kreditur atau bank perlu melihat berapa banyak bagian modal yang dapat disediakan oleh calon debitor, karena ini merupakan “komitmen” dari yang bersangkutan terhadap jumlah yang diperlukan secara menyeluruh. Kredit yang diberikan oleh bank pada prinsipnya hanya merupakan modal tambahan. Pada prinsipnya dalam memberikan kredit usaha bank hanya memberikan tujuh puluh persen ( 70% ) dari kebutuhan modal kerja. Jadi calon debitur harus mempunyai modal sendiri minimal tiga puluh persen ( 30% ) dari kebutuhan modal kerjanya.

d. Collateral( jaminan / agunan )

Bank dalam menyalurkan dana untuk kredit harus didasarkan pada adanya suatu jaminan. Jaminan diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa

(7)

debitur sanggup mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian. Oleh karena itu nilai jaminan yang diberikan harus memenuhi atau mengcover

minimal seratus persen ( 100% ) dari jumlah kredit. e. Condition of Economy ( kondisi perekonomian )

Penilaian diutamakan mengenai situasi atau kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang mempengaruhi keadaan perkonomian pada kurun waktu tertentu yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha debitur. Keadaan perekonomian disini adalah perekonomian global, perekonomian negara dan debitur.

2. Prinsip 4 P, yaitu :8

a. Personality(kepribadian)

Kepribadian calon debitur merupakan segi–segi yang subjektif, tetapi menjadi suatu yang penting dalam penentuan pemberian kredit sehingga perlu dikumpulkan data–data mengenai calon debitur tersebut.

b. Purpose(tujuan)

Penilaian segi purpose atau tujuan yaitu menyangkut tujuan penggunaan kredit tersebut apakah untuk digunakan pada kegiatan yang bersifat konsumtif atau produktif atau dipakai untuk kegiatan yang bersifat atau mengandung unsur spekulatif.

c. Prospect(masa depan)

Yang dimaksud prospect dalam hal ini adalah masa depan dari usaha yang mendapat pembiayaan bank tersebut. Adapun unsur – unsur yang dapat menjadi penilaian mengenai prospect tersebut diantaranya ; bidang usaha, pengelolaan bidang usaha, kebijakan pemerintah dan sebagainya.

d. Payment(pembayaran)

Hal yang menjadi perhatian untuk payment misalnya, kelancaran aliran dana (Cash flow).

3. Prinsip 3 R, yaitu :9 a. Returns

Yang dimaksud returns adalah hasil yang akan dicapai atau diperoleh dari kegiatan yang mendapat pembiayaan tersebut.

b. Repayment Capacity

Penilaian kesanggupan membayar kembali kredit yang diberikan apakah calon debitur benar–benar memiliki kemampuan mengembalikan kredit bank. Hal ini harus dianalisa dari segi segi aliran kas, keuntungan yang akan diperoleh dan watak dari calon debitur.

c. Risk Bearing Ability

(8)

Yang dimaksud dalam hal ini adalah perhitungan besarnya kemampuan calon debitur dalam menghadapi resiko yang tidak terduga.

Prinsip 5C, 4P dan 3R pada dasarnya mempunyai titik singgung yang berkaitan satu sama lainnya. Gambaran atas semua itu akan menunjukkan suatu kualitas kredit. Kualitas kredit itu sendiri ditetapkan berdasarkan faktor penilaian berupa prospek usaha, kinerja (perfomance) calon debitur, dan kemampuan membayar.10

Selanjutnya Mariam Darus Badruzzaman menganalisis landasan hukum perkreditan berdasarkan Undang-Undang pokok Perbankan 1967 dihubungkan dengan perjanjian pinjaman mengganti yang tercantum dalam Pasal 1754 KUH Perdata sampai saat ini pengaturan perjanjian kredit didalam pengaturan hukum masih bersifat sporadis.11

Kredit modal kerja adalah fasilitas kredit jangka pendek yang diberikan dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk membiayai kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun. Kredit Modal Kerja merupakan kredit untuk perorangan atau badan usaha lainnya sebagai tambahan permodalan untuk pengembangan usaha yang telah berjalan, minimal 3 (tiga) tahun, dan memiliki perizinan usaha (Surat Izin Usaha Perdagangan /SIUP, Tanda Daftar Perusahaan/TDP, Surat Izin Tempat Usaha/ SITU, Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP). Sesuai dengan namanya, tentu kredit yang diberikan ini bertujuan sebagai modal. Namun bukan dalam pengertian bahwa

10Ibid, hlm. 511.

(9)

modal tersebut adalah modal awal. Bank-bank swasta memberikan kredit modal kerja kepada debitur hanya sebagai cadangan modal saja, jadi debitur harus mempunyai modal awal sendiri dalam menjalankan usahanya.

Kredit modal kerja memiliki fokus utama untuk mendukung kemajuan usaha debitur untuk terus mengembangkan bisnis mereka melalui berbagai kredit modal kerja yang disediakan. Selanjutnya kemitraan adalah merupakan sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.12 Kredit modal kerja ini tentu saja menguntungkan kedua belah pihak sehingga apa-apa saja yang hendak diusahakan dengan terjalinnya kemitraan antara kreditur dengan debitur pasti akan memperoleh kemudahan atau ringannya suatu usaha yang dimaksud.

Tujuan yang dapat dilihat dalam persekutuan atau perseroan menggabungkan diri dengan orang lain antara lain yaitu;13

1. Dengan bekerja sama antara pengusaha perorangan yang satu dengan pengusaha perorangan yang lain akan memudahkan dalam mencapai tujuan bersama yaitu mendapatkan provit yang sebesar-besarnya.

2. Penggabungan berusaha antara pengusaha perorangan akan memperkuat modal bersama, jaringan, pengetahuan atau manajemen berusaha, pemasaran, tekhnis produk dan lain-lain.

3. Resiko rugi berusaha dapat ditanggung bersama dan keuntungan yang diperoleh dapat dinikmati bersama.

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan atau relationship pengusaha dengan pihak bank secara lebih konkrit dapat ditemukan dampak positifnya yaitu :14

12Ian Linton,Kemitraan, (Jakarta: Harlimy, 1997), hlm. 10.

(10)

1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat; 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan;

3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil; 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional; 5. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Kredit modal kerja diberikan untuk jangka waktu maksimal satu tahun dengan nilai pencairan kredit maksimal 70 % ( tujuh puluh persen ) dari total kebutuhan modal kerja 30% ( tiga puluh persen ) dibiayai sendiri dengan jaminan usaha itu sendiri; jaminan tambahan disertakan hanya jika dibutuhkan saja. Namun, kebijakan setiap lembaga keuangan tentu berbeda-beda. Banyak bank-bank yang berani menarik debitur bank lain dengan jaminan yang nilainya tidak relevan yang hanya dengan jaminan yang mengcover pinjaman hanya 30% ( tiga puluh persen), akad kredit tercipta dan langsung dapat terealisasi kreditnya. Pada Bank Permata dan Bank Danamon misalnya, berani memberikan pinjaman kredit dengan jaminan barang yang nilainya dibawah rasio. selain itu pula ada bank-bank lain yang juga melakukan tawaran yang sama misalnya jika debitur itu adalah seorang yang terpandang, kredibilitasnya bagus, terkenal dan diketahui memiliki banyak usahanya yang maju maka apapun ditawarkan oleh pihak bank untuk menarik debitur tersebut.

Dalam praktek perbankan, pernah terjadi keadaan dimana Bank Permata melakukan take over kredit modal kerja dari Bank CIMB Niaga, dengan jaminan yang nilainya sama namun debitur bisa memperoleh kredit yang lebih besar, sehingga kredit tersebut memiliki security ratio yang rendah, lalu pada saat akad

14

(11)

kredit katakanlah tanggal 25, Bank Permata melakukan take over ke CIMB Niaga ,dimana sebelumnya Bank Permata sudah melakukanconfirmasike debitur apakah di Bank CIMB Niaga sudah mengetahui akan dilakukantake overkredit serta sudah

standby dokumen asli dari jaminan kredit tersebut untuk diambil hari ini apa belum, debitur mengatakan semuanya sudah dipersiapkan oleh Bank CIMB Niaga akan tetapi pada saat sorenya yang bersangkutan (pihakBusinessBank Permata dan debitur serta legal officer) ke Bank CIMB Niaga ternyata apapun belum dipersiapkan dan bahkan officer dari Bank CIMB Niaga dan semua officer Bank CIMB Niaga sudah tidak berada di kantor karena acara perayaan ulang tahun Bank CIMB Niaga ketika itu, kebetulan tanggal 25 itu adalah jumat maka pihak Bank CIMB Niaga menginformasikan bahwa pelunasan baru dapat dilakukan senin tanggal 28. Jika seperti ini, maka akad kredit di Bank Permata otomatis menjadi batal sementara uang kas dari Bank Permata sudah dikirim ke rekening debitur di Bank CIMB Niaga, bentuk akad kredit diatas batal karena roya tidak bisa dibuat

back dateke tanggal 25 (roya tertanggal 28) yang pada akhirnya pihak business

Bank Permata meminta persetujuan direksi untuk penggunaan uang kas cabang tersebut.

(12)

saldo terutangnya untuk pelunasan fasilitasnya oleh bank yang melakukan take over

kredit (Bank Permata) maka seharusnya petugas Bank CIMB Niaga harus segera melakukan proses pelunasan fasilitas kreditnya seketika itu juga, pada saat posisi saldo rekening pinjaman debitur telah positif dan tidak berhak untuk menahan jaminan asli. Karena pelunasan dilakukan seluruhnya oleh Bank Permata maka jaminan asli telah menjadi hak Bank Permata sepenuhnya. (Hal ini dapat dilihat dari Pasal 1402 (1) dan Pasal 1403 BW).

Berangkat dari adanya latar belakang mengenai perjanjian kredit diatas yang telah menimbulkan hak dan kewajiban dalam praktek yang ada dalam masyarakat pada bank-bank swasta, hal inilah yang akan diteliti dalam kajian ini sehingga ditetapkan dengan judul : “Analisa Mengenai Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Oleh Bank Melalui Mekanisme “Take Over” (Kajian Mengenai Prosedur dan Jaminan Pada Bank Swasta di Medan).

B. Perumusan Masalah

Untuk membatasi adanya perluasan masalah, pengertian yang kabur dan pembahasan masalah yang tidak sesuai dengan persoalan, maka diperlukan suatu perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme peralihan kredit (take over) pada bank swasta nasional dalam pemberian fasilitas modal kerja bagi pengusaha kecil maupun menengah?

(13)

3. Bagaimana solusi terhadap penurunan kinerja usaha pengusaha kecil maupun menengah terkait pinjaman kreditnya kepada bank ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme peralihan kredit (take over) pada bank swasta nasional dalam pemberian fasilitas modal kerja bagi pengusaha kecil maupun menengah.

2. Untuk mengetahui bagaimana bank swasta nasional melakukan analisis terhadap kegiatan usaha pengusaha kecil dan menengah yang layak untuk di

take over.

3. Untuk mengetahui bagaimana solusi terhadap penurunan kinerja usaha pengusaha kecil maupun menengah terkait pinjaman kreditnya kepada bank .

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun praktis baik dikalangan praktisi akademik maupun pada kalangan masyarakat yaitu :

1. Secara Teoritis

(14)

b. Memperkaya khasanah perpustakaan hukum khususnya di bidang Hukum Keperdataan.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam menyelesaikan masalah terhadap pelaksanaan pemberian fasilitas kredit modal kerja.

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat/nasabah pada bank-bank khususnya memberikan informasi ilmiah mengenai pelaksanaan pemberian fasilitas kredit dan menggambarkan dan menjelaskan mekanisme peralihan kredit (take over) modal kerja.

E. Keaslian Penelitian

(15)

1. Tesis atas nama Bekti Krestiantoro, (B4A006086) dengan judul: “Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Hak Tanggungan di PT. BRI (Persero) Tbk Cabang Demak” Program Pascasarjana Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro.

Rumusan Masalah ;

a. Bagaimanakah penyelesaian kredit bermasalah dalam perjanjian kredit pada lembaga perbankan dengan jaminan hak tanggungan ?

b. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah dalam perjanjian kredit tersebut ?

c. Bagaimanakah pelaksanaan eksekusi hak tanggungan apabila debitor wanprestasi dalam perjanjian kredit tersebut ?

2. Tesis atas nama Joseph Christianto (B4B 008 151) dengan judul; “Mekanisme Peralihan Kredit (Take Over) Pada PT Bank Mayapada Internasional Tbk Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong” Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 2010.

Rumusan Masalah ;

a. Bagaimana mekanisme peralihan kredit (take over) pada PT Bank Mayapada Internasional Tbk Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong?

(16)

3. Sekripsi atas nama Angelita Christa Mary Priscilla (050200339) dengan judul; “Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Take Over Bank Gagal” Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2009. Rumusan Masalah ;

a. Bagaimanakah pengaturan hukum atas Bank Gagal?

b. Bagaimanakah keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang ada di Indonesia?

c. Bagaimanakah kewenangan LPS dalam Take Over Bank Gagal?

Berdasarkan penelusuran tersebut maka dapat dipastikan penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.15 Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia.16

Bagi suatu penelitian, teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut;17

15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986), hlm. 126.

16HR. Otje Salman dan Anton F. Susanto,Teori Hukum,(Bandung: Refika Aditama, 2005),

hlm. 22.

(17)

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi. c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui

serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti’

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadi fakta tersebut mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau suatu proses tertentu terjadi.18

Berkenaan dengan penelitian ini, maka teori yang digunakan untuk analisis adalah teori kepastian hukum.

Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adanya aturan yang tidak bersifat umum yang membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena adanya aturan hukum yang bersifat umum itu maka individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.19

18JJJ. M. Wisman,Penelitian Ilmu Sosial, Jilid 1, ( Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 1996), hlm. 203.

19Peter Mahmud Marzuki,Pengantar Ilmu Hukum(Jakarta: Kencana Pranada Media Group,

(18)

Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum

(rechtzekerheit) dalam pergaulan manusia dan hubungan-hubungannya dalam pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu terhadap pihak yang lain.20 Kepastian hukum menunjukkan kepahaman dalam pengertian tidak menimbulkan keragu-raguan (multitafsir), dan logis dalam artian menjadi suatu sistem norma dengan norma lain, sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Hukum pada hakikatnya adalah bersifat abstrak, meskipun pada manifestasinya dapat berwujud konkrit. Oleh karenannya pertanyaan tentang apakah hukum itu senantiasa merupakan pertanyaan yang jawabannya tidak mungkin satu. Dengan kata lain, persepsi setiap orang mengenai hukum itu beraneka ragam, tergantung pada sudut pandang masing-masing.

Tujuan hukum menurut hukum konvensional adalah mewujudkan keadilan

(rechtsgerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum

(rechtzekerheit).21 Penulisan ini berupaya guna menganalisis secara hukum terhadap proses pelaksanaan pemberian fasilitas kredit modal kerja oleh bank (khususnya bank swasta di Medan) melalui mekanismetake over.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpan dan menyalurkannya kepada masyarakat kembali berupa kredit dalam

20M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum, (Program Studi Ilmu Hukum

Sekolah Pasca Sarjana USU),hlm. 17.

21Ahmad Ali,Menguak Takbir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),(Jakarta: PT.

(19)

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank sebagai satu lembaga keuangan yang beroperasi tidak ubahnya seperti perusahaan lainnya, yaitu bertujuan mencari keuntungan.

Seluruh kalangan masyarakat (pelaku usaha ataupun bukan) tidak terlepas dari kebutuhan jasa bank, karena apapun yang berhubungan dengan uang baik fisik maupun nonfisik tidak terlepas dari kebutuhan jasa bank. Bagi pelaku usaha, bank merupakan media perputaran uang, media keluar masuknya uang dengan pihak-pihak yang terlibat seperti supplier (pemasok), buyer ( pembeli), relasi dan lainnya.

Salah satu fungsi bank adalah menyalurkan kredit baik kepada perseorangan maupun badan usaha. Karena bank mengelola dana milik masyarakat, bank mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengembalikan kembali dana tersebut kepada si pemilik dana pada saat jatuh tempo (deposito) atau setiap saat (tabungan, giro). Oleh sebab itu, bank harus menganut prinsip kehati-hatian dalam memberikan pinjaman kepada calon debitur. Pemerintah sangat mendorong,mendukung dan membantu sektor UKM (Usaha Kecil Menengah atau SME “Small Medium Enterprise”), agar UKM menjadi penopang tatanan perekonomian Indonesia. Maknanya bahwa pemerintah menginginkan agar perekonomian Indonesia berkembang terutama melalui sektor UKM. Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam menjamin pengembangan UKM adalah akses penjaminan dalam penyediaan pembiayaan yang meliputi kredit perbankan.

(20)

(arus kas) dapat terjaga. Kredit Modal Kerja merupakan kredit untuk perorangan atau badan usaha lainnya sebagai tambahan permodalan untuk pengembangan usaha yang telah berjalan. Harus diperhatikan ,bahwa kredit modal kerja yang diberikan oleh bank hanya sebagai tambahan modal saja, jadi usaha yang akan dibiayai itu harus mempunyai modal sendiri atau modal utamanya.

Dalam dunia bisnis kredit mempunyai banyak arti, salah satunya adalah kredit dalam artian seperti kredit yang diberikan oleh suatu bank kepada nasabahnya. Dalam dunia bisnis pada umunya, kata “ kredit” diartikan sebagai “ kesanggupan akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang dan atau jasa dengan perjanjian akan membayarnya kelak”.22

Dalam menyalurkan kredit bank selain yang terpenting adalah analisa kelayakan calon debitur berdasarkan prinsip kehati-hatian, bank juga perlu suatu keamanan dan kepastian agar kredit yang diberikannya dapat dikembalikan sesuai kesepakatan antara bank dan debitur yaitu berupa jaminan atau agunan. Oleh karena itu dalam proses pemberian kredit ada perjanjian yang dapat disertai dengan perikatan jaminan hutang kebendaan untuk mendapatkan kepastian atas kredit yang diberikan kepada debitur dapat diterima kembali dengan menjual jaminan hutang kebendaan tersebut.

22A.Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi,Keuangan,Perdagangan, (Jakarta,Pradnya

(21)

Bank-bank selaku pemberi kredit saling bersaing secara terbuka dalam menawarkan jasa kreditnya. Saat ini bank-bank menggunakan strategi dalam menarik debitur unggulan dengan cara mendapatkan debitur yang berasal dari bank lain yang memiliki track record perkreditan yang baik, sehingga bank memiliki debitur yang berkualitas dan dapat meminimalkan kemungkinan kredit bermasalah. Strategi tersebut adalah peralihan kredit atau dalam praktek perbankan dilapangan lebih dikenal dengan istilah “take over”.

Adapun bagan alur pikir dari peralihan kredit (take over) adalah sebagai berikut:23

Skema 1.

Alur Peralihan Kredit (take Over).

Keterangan :

Bank X (bank yang ditake over / Bank take over (BTO) memberikan fasilitas kredit kepada debitur. Bank berharap kemitraan dengan debitur dapat berlangsung dengan baik sehingga dapat terjalin lama, minimal sampai dengan masa akhir kredit seperti yang telah disepakati dalam perjanjian kredit. Namun untuk mengantisipasi kreditnya

23 Wawancara dengan Ferry Janes,(Team Leader Small And Medium Enterprise Bank

Permata Medan) , Tanggal 23 Oktober 2014.

kredit

BANK X

DEBITUR

BANK Y

(22)

supaya tidak dilunasi sebelum berakhirnya kredit, maka bank-bank menetapkan aturanpenaltyatau denda jika pelunasan dipercepat.

Bank Y (selaku bank yang men-take over) melihat bahwa debitur dari bank X berpotensi (usahanya bagus,track record serta kolektibilitas bagus) dan ada peluang untuk mengajak debitur memindahkan kreditnya ke bank Y. Debitur kemudian memberikan data-data untuk diproses kreditnya kepadaaccount officerbank Y. Bank Y menyetujui permohonan kredit debitur. Kemudian dilakukan akad kredit antara bank Y dan debitur hingga dilakukan pencairan kredit. Dengan hasil pencairan tersebutlah kredit debitur pada bank x dilunasi oleh bank y. Setelah pelunasan dilakukan maka seluruh jaminan debitur pada bank X beralih kepada bank Y. Peralihan fasilitas kredit berikut jaminannya, dalam praktek perbankan dinamakan peralihan kredit atautake over.

Diproyeksikan kepada tuntutan kepastian hukum dalam menyelenggarakan pinjaman kredit oleh bank, apabila kepastian hukum itu hadir dalam setiap peraturan pada umumnya dan khususnya bagi perbankan nasional, maka hukum akan berguna bagi hukum itu sendiri dan untuk masyarakat. Untuk itu hukum harus mendapatkan pembenarannya dan didukung sepenuhnya oleh fakta empiris.24 Hal ini tidak bisa dinafikan karena kebutuhan untuk menentukan hukum itu adalah terus dan bahkan berkembang, dan konsekuensi penemuan dan aplikasi hukum itu akan mempengaruhi kepentingan masyarakat.25

24 Wawancara dengan Jane Atten,(Senior Relationship Manager Bank Danamon Cabang

Medan Diponegoro ), Pada Tanggal 08 November 2014.( Diolah).

25Moh. Dahlan,Abdullah Ahmed An-Naim; Epistemologi Hukum Islam, (Yogjakarta, Pustaka

(23)

Seluruh bank swasta yang ikut andil dalam pembangunan perbankan nasional di Indonesia, harus benar-benar melaksanakan regulasi dari ketentuan perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti dengan ketentuan baru yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)26. Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas bank dalam penerapan pinjaman kredit terhadap debiturnya, sehingga para debitur yang membangun kerja sama dengan bank yang bersangkutan dapat benar-benar merasakan manfaat bantuan modal usaha dari bank lewat produk pinjaman kredit, maka keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat (debitur) dapat dijaga untuk mencapai kemakmuran bersama.27

Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan

microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK berkoordinasi dengan BI untuk melakukan himbauan moral kepada perbankan.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara

26Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen dan bebas dari campur

tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,

pemeriksaan dan penyidikan di sektor jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK.

(24)

abstraksi dan realitas.28 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi operasional.29

Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.

Analisa adalah merupakan analisis yaitu penyelidikan suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.30

Faciliteit (dalam bahasa Belanda)/ Fasilitas yaitu kelonggaran, Kemudahan, dan Keluasan.31

Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan.32 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.33 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

28Mariam Darus Badrulzaman,

Mencari Sistem Hukum Benda Nasional,(Bandung: Alumni, 1983), hlm. 19.

29Masri Singarimbun dkk,Metode Penelitian Survei,(Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 34. 30Daryanto, Bahasa Indonesia Modern, (Surabaya: Apollo, 1994), hlm. 21.

31Yan Pramadya Puspa,Kamus Hukum, (Semarang : Aneka Ilmu, 1977), hlm. 371. 32Daryanto, Op.Cit,hlm. 74.

33Pasal 1 Butir (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998Tentang. Perubahan Atas UU

(25)

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.34

Kredit modal kerja yaitu kredit yang diberikan bank baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara para pihak yang bersangkutan. Kredit modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-hari.35

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.36

Mekanisme adalah hal cara bekerjanya pesawat/mesin; teori bahwa segala sesuatunya dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip mekanik atau dengan hukum yang mengatur materi dan gerak.37

Take over adalah peralihan kredit. Peralihan kredit ( take over ) merupakan suatu istilah yang dipakai dalam dunia perbankan dalam hal beralihnya kredit seseorang atau badan usaha dari suatu bank ke bank lainnya. Jadi terjadi perubahan pada krediturnya.

34 Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

35 Chatamarrasjid, Ais, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Edisi Revisi, Ditinjau

Menurut Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Dan Undang-Undang No.3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, ( Jakarta : Kencana, 2011). hlm. 60.

36Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

37Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),

(26)

Entrepeuner ( bahasa inggris ) / pengusaha yaitu orang yang mengusahakan (perdagangan, industri, dan sebagainya ); saudagar; usahawan .38

Usaha kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang yang dimiliki,dikuasai,atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar,yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) .39

Usaha menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang yang dimiliki,dikuasai,atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar,yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

38 Adi Goenawan MA, Kamus Lengkap 10 Milyar Inggris – Indonesia, (Jakarta: Penabur

Ilmu, 2001), hlm. 133.

39 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

(27)

Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).40

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.41 Dengan demikian maka tanpa metode seorang peneliti tak akan mungkin mampu untuk menemukan, merumuskan, menganalisa maupun memecahkan masalah-masalah tertentu untuk mengungkapkan kebenaran. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum kepustakaan. Menggunakan pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian ini adalah hukum atau kaedah (norm). Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti sempit (value), Peraturan hukum konkret. Penelitian yang berobjekan hukum normatif berupa asas-asas hukum, sistem hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum serta sejarah hukum.42

Pengkajian dan penelitian hukum normatif, dijabarkan kedalam enam langkah; pertama, memaparkan selengkap mungkin fakta-fakta dari peristiwa yang menimbulkan masalah; kedua, mengidentifikasi sumber hukum yang dapat aplikasikan; ketiga, menganalisis sumber-sumber hukum untuk menetapkan aturan-aturan hukum yang aplikabel dan kebijakan (policy) yang melandasi aturan-aturan

40Ibid.

41 Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1997), hlm. 16.

42Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(28)

hukum; keempat, mesintesiskan aturan-aturan hukum kedalam suatu struktur yang koheren;kelima, menelah fakta-fakta yang diperoleh untuk memilah, menstrukturkan, dan mengkualifikasi fakta-fakta yang relevan sehingga menampilkan peristiwa hukumnya; dan keenam, menerapkan struktur aturan-aturan tadi pada fakta-fakta yang relevan untuk menetapkan hak dan kewajiban yang diciptakan oleh fakta-fakta tersebut, dengan mengacu pada kebijakan yang melandasi aturan-aturan tersebut.43

Disamping itu penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan yuridis empiris dengan mengadakan wawancara terhadap relationship officer maupun

relationship manager dari beberapa bank swasta di Medan. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat kenyataan langsung yang terjadi pada debitur dan bank di dalam praktek perbankan khususnya mengenai pemberian fasilitas kredit modal kerja oleh bank melalui mekanismetakeover pada beberapa bank swasta di Medan.

2. Sifat Penelitian

Sebagai suatu hasil karya ilmiah yang memenuhi nilai-nilai ilmiah, maka menurut sifatnya penelitian yang dilaksanakan ini dikatagorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriftif-analisis, maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum dipublikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain.44

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis sebab penelitian ini akan menggambarkan dan melukiskan azas-azas dan peraturan-peraturan yang

43 B. Arif Sidarta, Guru Besar Hukum pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung,

(“Penelitian Hukum Normatif : Analisis Filosofis dan Dogmatik” Dalam Acara Workshop Nasional Mengenai Pemutakhiran Metodologi Penelitian Hukum Yang Diselenggarakan Oleh “Forum Kajian Dinamika Hukum” Yang Bekerja Sama Dengan “Ombudsman” ): Media Pengawasan Hukum” Pada Tanggal 20-21 Maret 2006 di Royal Corner Hotel, Bandung.

44Bambang Sunggono,Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(29)

berhubungan dengan tujuan penelitian yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan tentang fakta dan kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian setelah itu diadakan telah secara kritis, dalam arti memberikan penjelasan-penjelasan atas fakta atau gejala tersebut, baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi dan berdasarkan pada aspek yuridis dengan demikian akan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini didasarkan pada data primer atau data dasar (primary data atau basic data). Data primer diperoleh langsung dari beberapa bank swasta di Medan yaitu Bank Permata, Bank Danamon, Bank HSBC, dan Bank QNB Kesawan.

(30)

bank-bank menerapkan aturan intern bahwa setiap pegawai bank wajib menjaga kerahasiaan bank.

4. Alat Pengumpul Data

1. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen lain yang terkait dengan judul ini. Data yang diperoleh disebut data sekunder, yang terdiri dari :45

a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat , yaitu : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/69/Kep/Dir Tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan,Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 27/162/Kep/Dir Tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/Kep/Dir tanggal 27 Februari 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

45Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia

(31)

26/4/BPPP/1993 Tanggal 29 Mei 1993 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan Peraturan Internal (Memorandum) dari Bank Danamon No.B.01.042/MI/SMEC-CR/0910 Tanggal 1 September 2010 tentang Prosedur Operasional Kredit SMEC-penambahan untuk ambil alih fasilitas kredit.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer antara lain berupa tulisan atau pendapat para pakar hukum .

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, surat kabar, internet serta makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara, yaitu yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.46 Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu;

46Joko Subagyo,Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

(32)

1. PT. Bank Permata Tbk , SME Banking Regional IV, wawancara dilakukan tanggal 23 Oktober 2014 terhadap 2 ( dua ) orang Team Leader dari SME BankingPermata Bank Medan.

2. PT. Bank Danamon Tbk ,Commercial Banking Region VI, wawancara dilakukan tanggal 08 November 2014 terhadap 1 ( satu ) orang Senior Relationship Manager Relationship Manager Commercial Banking Bank Danamon Region VI

Medan.

3. PT. Bank HSBC Tbk Cabang Medan, wawancara dilakukan tanggal 12 Oktober 2014 terhadap 1 ( satu) orangRelationship Manager Commercial BankingHSBC Medan.

4. PT. Bank QNB Kesawan Tbk Cabang Utama Medan, wawancara dilakukan tanggal 12 Oktober 2014 terhadap 1 (satu) orangSenior Relationship Manager Commercial BankingBank QNB Kesawan Cabang Utama Medan.

Wawancara yang dilakukan penulis terhadap informan-informan tersebut karena mereka mengetahui dan menguasai tentang permasalahan yang diangkat dalam tulisan tesis ini agar lebih terang dan jelas tujuan yang dimaksudkan.

Alat yang digunakan dalam wawancara yaitu menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini.

5. Analisis Data

(33)

optimal.47 Analisis data juga merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan. Sampel penelitian menurut Suharsimi adalah merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.48Dalam membahas penelitian ini, penulis berusaha mencari bahan yang ada relevansinya dengan permasalahan yang akan dibahas, sehingga dapat mendukung demi terwujudnya suatu tulisan yang berbentuk ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan.

Data yang telah dikumpulkan, kemudian dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif karena penelitian ini tidak hanya bermaksud mengungkapkan atau melukiskan data sebagaimana adanya, tetapi juga bermaksud melukiskan realitas dari kebijakan legislatif sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya data tersebut baik data primer dan sekunder, dengan menggunakan metode deduktif sehingga dapat diperoleh yang tepat, setidak-tidaknya mendekati kebenaran ilmiah yang penulis harapkan dalam tulisan ini.49

47Bambang Waluyo,Penelitian Hukum Dalam Peraktek,(Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 77.

48 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Referensi

Dokumen terkait

1) Penguatan UMKM ke depan hendaknya memberi perhatian pada perkuatan modal usaha, fasilitasi sarana dan prasarana, penyiapan pasar grosir.pusat pemasaran produk UMKM,

TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA SCRAPBOOK DALAM MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 8.. BENJENG

12 Gaya magnet dapat menarik benda – benda yang terbuat dari besi atau baja 13 Gaya listrik statis dapat menarik benda – benda tertentu. 14 Macam –

Sijunjung UPTD

Selain itu, dengan menggunakan teknologi komputer online (internet) mendapatkan banyak keuntungan dalam hal promosi, sehingga akan menarik banyak konsumen dan akan mendapatkan laba

Tujuan dari pembuatan apliaksi pembelajaran mengenal Hewan darat, udara dan laut untuk anak-anak yang berusia 3 sampai 5 tahun adalah untuk mempermudah anak dalam, pembelajaran

INFORMASI STOK BENIH KEDELAI (Minggu ke II Bulan Juni Tahun 2014). No Kab/ Kota Produsen Varietas Alamat /

Rangkaian Lampu Penujuk Arah ini Adalah Sebuah Rangkaian Lampu Kedap-kedip Sederhana yang Menggunakan 2 (dua) buah IC, Dimana Outputnya diperlihathan Pada Lampu Pijar yang