• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Brand Image Terhadap Intensi Membeli Produk IPhone pada Siswa-Siswi SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Brand Image Terhadap Intensi Membeli Produk IPhone pada Siswa-Siswi SMA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mencapai kesuksesan perusahaan harus memenuhi syarat

yang harus dipenuhi agar dapat mencapai sukses dalam persaingan.

Misalnya seperti mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan harus

berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang di

inginkan konsumen dengan harga yang sesuai. Dengan demikian, setiap

perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar

sasarannya, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai

organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para

konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2008).

Perilaku konsumen harus diketahui perusahaan sebagai strategi

dalam menarik pasar. Menurut Kotler (2009), strategi pemasaran merupakan

alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan

dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan

melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk

melayani pasar sasaran tersebut. Dengan demikian, strategi pemasaran yang

(2)

Intensi merupakan suatu indikasi dari kesiapan seseorang untuk

menunjukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari perilaku

(Ajzen, 2006). Howard dan Sheth (dalam Mangkunegara, 2002) mengatakan

bahwa intensi membeli adalah prediksi yang meliputi kapan, dimana, dan

bagaimana konsumen bertindak terhadap suatu merek. Dimana hasil akhir

dari intensi membeli ini adalah merencanakan membeli merek tersebut atau

tidak.

Ajzen (1991) menjelaskan bahwa intensitas intensi dipengaruhi oleh

adanya evaluasi terhadap konsekuensi atribut yang diharapkan atau

konsekuensi atribut yang tidak diharapkan seperti biaya atau resiko

berperilaku. Siwi (2002) menyatakan bahwa adanya evaluasi positif bahwa

suatu produk tertentu secara efektif maka individu tersebut akan lebih berani

mencoba untuk mewujudkan niatnya membeli produk tersebut. Sebaliknya

apabila individu tersebut mempunyai evaluasi penilaian negatif terhadap

produk tertentu maka ia kurang berani mencoba untuk mewujudkan niatnya

membeli produk tersebut. Disinilah kita melihat sejauh mana merek dapat

mempengaruhi penilaian konsumen dengan brand image dari produk

tersebut.

Brand image merupakan gambaran atau kesan yang ditimbulkan

oleh suatu merek dalam benak pelanggan (Kotler, 2007). Penempatan citra

merek dibenak konsumen harus dilakukan secara terus-menerus agar citra

merek yang tercipta tetap kuat dan dapat diterima secara positif. Ketika

(3)

merek tersebut akan selalu diingat dan kemungkinan konsumen untuk

membeli merek yang bersangkutan sangat besar. Faktor-faktor pendukung

terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek

(Kotler & Keller, 2008) yaitu keunggulan asosiasi merek, kekuatan asosiasi

merek, dan keunikan asosiasi merek.

Ketika membangun brand image, produsen harus membangun brand

image yang positif. Sebab semakin positif sikap seorang konsumen terhadap

suatu merek, semakin tinggi pula intensi membeli konsumen terjadi (Seock,

2003). Jadi jelas lah bahwa salah satu cara yang dapat digunakan oleh

perusahaan dalam meningkatkan intensi membeli merek yang mereka

pasarkan adalah dengan membangun citra merek yang positif. Penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Auda (2009) menyatakan bahwa ada

pengaruh positif citra merek terhadap intensi membeli. Semakin tinggi citra

merek, maka semakin tinggi pula tingkat intensi membeli. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat citra merek, maka semakin rendah pula tingkat

intensi membeli.

Salah satu industri yang tumbuh pesat saat ini adalah teknologi,

khususnya pada perusahaan smartphone. Smartphone adalah telepon

genggam berkemampuan tingkat tinggi, dengan fungsi yang menyerupai

komputer. Smartphone dapat juga diartikan sebagai telepon dengan

perangkat lunak serta memiliki sistem operasi hubungan standar dan dasar

(4)

surat elektronik, internet dan penyajian buku elektronik (e-book) serta

penghubung VGA.

Beberapa tahun sebelumnya smartphone hanya dimiliki oleh

kalangan menengah atas secara terbatas, ketika ponsel jenis ini masih

didominasi merek seperti Nokia, Sony Ericsson dan HP. Kondisi

meningkatnya penggunaan smartphone seperti diawali ketika Apple Inc

meluncurkan iPhone untuk pertama kalinya pada 2007. Tidak bisa

dipungkiri bahwa OS Android adalah pesaing iPhone yang kini lebih sukses

dengan penguasaan pasar smartphone berdasarkan OS nya hingga 50%

lebih di AS dan beberapa Negara Eropa. Akan tetapi jika berbicara merek,

iPhone masih menjadi juara di AS, Eropa, Australia dan sebagian Negara

maju di Asia. Di Amerika Serikat, iPhone diketahui sebagai smartphone

dengan tingkat kepuasan tertinggi dari para penggunanya, dibanding

smartphone lainnya (J.D.Power, 2012). Berdasarkan survei terbaru yang

dilakukan sebuah lembaga GFK yang dikutip oleh Reuters, iPhone masih

memegang nilai loyalitas tertinggi. Pengguna ponsel Android menunjukan

60% masih akan membeli ponsel berbasis sama pada masa mendatang, 80%

pengguna iPhone setia dengan merek tersebut untuk ponsel pada masa

mendatang dan hanya 48% pengguna Blackberry yang masih akan membeli

Blackberry lagi sebagai pengganti Blackberry nya saat ini.

Saat ini, salah satu smartphone unggulan yang sangat diminati

adalah iPhone. IPhone memiliki daya tarik sendiri kepada konsumen karena

(5)

Indonesia, persentase pengguna iPhone meningkat paling besar (Newsletter,

2011), meskipun sempat terjadi penyalipan oleh Android, tapi dengan

munculnya iPhone 4s menjadikan Apple tetap bertahan pada posisi pertama

(IDC, 2012). Dari sisi lain untuk posisi brand iPhone sendiri di Indonesia

belum menjadi Top Brand melainkan produk yang menjadi Top Brand

adalah Blackberry, Nokia dan Samsung. Untuk brand iPhone sendiri dari

tahun 2012-2014 berada dibawah Blackberry, Nokia dan Samsung. Namun

berdasarkan hasil pengamatan, Apple merupakan vendor ponsel paling top

selama tahun 2011 dengan pangsa pasar di Indonesia sebesar 19 persen

(Antara, 2015).

Di Indonesia, para pengguna iPhone menyatakan bahwa perangkat

iPhone terbuat dari bahan metal dan kaca sehingga memberikan kesan

premium dan juga berkelas (Teknokompas, 2014). Namun beberapa juga

menyatakan bahwa harga jual iPhone sangat mahal (Makemac, 2013).

Pada masa sekarang ini, pengguna iPhone di Indonesia tidak hanya

digunakan oleh masyarakat luas. Saat ini dapat kita lihat penggunaan iPhone

sudah menjadi pusat perhatian konsumen, khususnya siswa-siswi SMA.

Para siswa-siswi SMA memilih produk iPhone karena berbagai hal, yaitu

brand image yang sudah dipercaya oleh konsumen (Teknokompas, 2015)

aplikasi-aplikasi serta fitur yang terdapat pada produk iPhone dapat

membantu konsumen dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dapat

membantu siswa-siswi SMA dalam mengerjakan tugas sekolah dan dapat

(6)

berkomunikasi. Dalam mengerjakan tugas sekolah, siswa-siswi SMA

dituntut untuk menggunakan internet, sehingga siswa-siswi tersebut

memerlukan teknologi.

Hal ini juga didukung dengan generational theory yang

dikembangkan di Amerika dan negara-negara barat, generasi yang lahir

mulai dari pertengahan tahun 1990 sampai sekarang ini yang disebut dengan

generasi Z. Generasi Z sangat kental dan intens berkaitan dengan teknologi,

generasi ini lahir dalam lingkungan yang media sosialnya sudah bertambah

dengan media sosial maya seperti path, instagram, facebook, twitter,

youtube, maupun line (Iswadi, 2014). Dimana untuk melengkapinya

dibutuhkan lah smartphone yang tepat.

Berikut pernyataan siswi SMA subjek L yang menggunakan iPhone.

“ Iya kak, karena hasil kameranya jernih dan bagus, terus kalo mau searching/googling loading nya selalu cepat.” (Komunikasi Personal, 2015)

Hal ini sejalan dengan pendapat konsumen lainnya, yaitu tidak ada

nya jam pasir, cepat, dan mudah untuk mengakses social media (Makemac,

2013). Brand image iPhone di Indonesia sendiri sudah dipercaya oleh

konsumen beberapa tahun belakangan ini (Teknokompas, 2015) padahal

layanan iPhone sudah berada sejak tahun 2004 di Indonesia. Kemudahan

untuk mengakses informasi yang cepat serta fitur-fitur tertentu yang hanya

dimiliki oleh iPhone ini menyebabkan masyarakat mulai tertarik untuk

menggunakannya. Jumlah pengguna layanan iPhone di Indonesia

(7)

penggunaan iPhone di Indonesia adalah masyarakat menengah ke atas,

sekarang ini para mahasiswa, siswa-siswi SMA, pelajar SMP pun sudah

banyak menggunakannya (Haryanthi, 2015). Selain itu, siswa-siswi SMA

subjek O dan R juga menyatakan:

“Model nya selalu berkelas kak, tampilan nya elegan, dan yang paling penting baterainya enggak boros kayak smartphone lainnya.”

(Komunikasi Personal, 2015)

“Paling suka sama aplikasinya yang banyak, dan belum tentu ada di smartphone lainnya.”

(Komunikasi Personal, 2015)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melihat apakah ada

pengaruh brand image terhadap intensi membeli produk iPhone dikalangan

siswa-siswi SMA.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

brand image terhadap intensi membeli produk iPhone dikalangan

siswa-siswi SMA?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

pengaruh brand image terhadap intensi membeli produk iPhone dikalangan

(8)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang baik dari segi

teoritis maupun praktis, yaitu:

I. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

Ilmu Psikologi, khususnya dibidang Psikologi Industri Organisasi,

terutama mengenai intensi membeli dan brand image.

II. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan

bagi perusahaan mengenai brand image iPhone dimata siswa-siswi

SMA.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

(9)

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan

dalam penelitian, antara lain teori mengenai intensi membeli, dan brand

image.

BAB III : Metode Penelitian

Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisi tentang

identifikasi variabel, definisi operasional variabel, subjek penelitian, jenis

penelitian, metode dan alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

ukur, prosedur pelaksanaan penelitian serta metode analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum subjek penelitian,

hasil penelitian, hasil utama penelitian, menginterpretasikan data-data

empirik, dan pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian serta berisi

Referensi

Dokumen terkait

Program ini diharapkan dapat berfungsi untuk penggunanya seperti mahasiswa maupun mahasiswi sehingga dapat memahami materi dengan mudah, jelas, dan tidak menjenuhkan, e-Learning

[r]

Pengembangan aplikasi ini dilakukan melalui beberapa tahap, yakni tahap pengumpulan data, tahap perancangan aplikasi, tahap pembuatan program serta tahap implementasi program.

[r]

Dengan mengamati benda-benda di sekitar siswa dapat memilih jenis tas, wadah atau tempat yang digunakan untuk menaruh benda atau sekelompok benda sesuai dengan beratnya 3..

[r]

Tujuan penetitian ini untuk meningkatkan hasil belajar fisika konsep fluida pada siswa kelas Xl IPA.. 54414 ff 5 Yogyakarta tahun ajaran 20'l't/20i2 nelalui modei

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy)3. Bukti