• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa S1 Keperawatan USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa S1 Keperawatan USU"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga

2.1.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan

dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian

dari keluarga (Friedman, 2010).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi

interaksi antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari bahasa

Sansekerta kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok

kerabat (Padila, 2012).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

suami, istri, dan anak, yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan yang

erat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Interaksi yang baik antara anak dan

orang tua merupakan hal penting dalam masa perkembangan anak. Interaksi

yang baik ditentukan oleh kualitas pemahamaan dari anak dan orang tua untuk

mencapai kebutuhan keluarga (Soetjiningsih, 2012).

2.1.2. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) terdapat empat fungsi

keluarga meliputi :

2.1.2.1Fungsi afektif

Fungsi afektif adalah fungsi upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih

(2)

keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif

di dalam keluarga tidak terpenuhi. Fungsi afektif berhubungan erat dengan

fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi

afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari

seluruh anggota keluarga yang dapat mempertahankan makna yang positif,

mempelajari dan mengembangkan fungsi afektif melalui interaksi serta

hubungan dalam keluarga.

Setyowati (2008) ada beberapa komponen yang perlu dipenuhi oleh

keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif yaitu : Pertama, saling mengasuh

seperti cinta kasih, kehangatan saling menerima, saling mendukung antar

anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota

yang lain. Hubungan yang tercipta dalam keluarga merupakan modal dasar

dalam memberi hubungan dengan orang lain di luar keluarga/masyarakat.

Kedua, saling menghargai merupakan usaha mempertahankan sikap positif

dengan anggota keluarga yang mengakui keberadaan dan hak setiap anggota

keluarga. Ketiga, ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak

pasangan sepakat melalui hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai

aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses

identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat berkembang dan meniru

(3)

2.1.2.2Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga memiliki tanggung

jawab utama dalam mengubah seorang bayi dalam hitungan tahun menjadi

makhluk sosial yang mampu berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Selain

itu, sosialisasi seharusnya tidak sekedar dianggap berhubungan dengan pola

perawatan bayi dan anak, tetapi lebih kepada proses seumur hidup yang

meliputi internalisasi sekumpulan nilai dan norma yang tepat agar dapat

menjadi seorang remaja, suami/istri, orangtua, seorang pegawai yang baru

kerja, kakek/nenek, mahasiswa, dan pensiunan (Friedman, 2010).

2.1.2.3 Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga. Menjamin kontinuitas antar generasi

keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat

Leslie & Korman (1989 dalam Friedman, 2010). Pernikahan dan keluarga

dirancang untuk mengatur dan mengendalikan perilaku seksual serta

reproduksi. Sekarang, fungsi reproduksi telah dipisahkan dari keluarga.

2.1.2.4 Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi, mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

(4)

keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang, dan material dalam

alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan (Setiadi, 2008).

2.1.2.5 Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi. Fungsi fisik keluarga dipengaruhi oleh orang tua yang

menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan

perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang

mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual)

merupakan fungsi keluarga yang paling relevan (Friedman ,2010).

2.1.3. Tahapan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010) adalah :

2.1.3.1. Tahap 1 : Keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah

keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari

keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Adapun tugas

perkembangan keluarga yaitu :

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).

2.1.3.2. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi

(5)

pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya

berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai

mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran

mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada

mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.

Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).

b. Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan

peran-peran orangtua dan kakek-nenek.

2.1.3.3. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang,

keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah,

istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga

menjadi lebih majemuk dan berbeda. Adapun tugas perkembangan keluarga

yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,

privasi, keamanan.

(6)

c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan

anak-anak yang lain.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

2.1.3.4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai

masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.

Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan

keluarga di akhir tahap ini. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :

a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan

b. Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia

c. Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat

d. Meningkatkan komunikasi terbuka

2.1.3.5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus

kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,

meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih

awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau

20 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :

a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

(7)

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak

2.1.3.6. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak

pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,

ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak

panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau

berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.

Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua

d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

2.1.3.7. Tahap VII : Orang tua pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan

dari bagi orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini

biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir

pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian. Adapun

tugas perkembangan keluarga yaitu :

(8)

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan

anak-anak

c. Meningkatkan keakraban pasangan

2.1.3.8. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu

atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah

satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.

Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

b. Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll

c. Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

e. Melakukan “ Life Review”

2.2. Konsep Dukungan Keluarga

2.2.1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap tiap

tiap anggota keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

dibutuhkan (Friedman, 2010).

Suparyanto (2012) juga mengatakan bahwa dukungan keluarga yaitu

informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan

oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau

(9)

atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya. Dalam hal ini orang yang

merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega

diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

2.2.2. Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial dipandang

oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa

dukungan sosial keluarga internal seperti dukungan dari orang tua, suami/istri

atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal

(Friedman, 2010).

2.2.3. Jenis Dukungan Keluarga

Friedman (2010) mengatakan ada beberapa jenis dukungan keluarga yaitu

sebagai berikut :

a. Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat

dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus

pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,

(10)

b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing

dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,

perhatian.

c. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,

istrahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istrahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek- aspek dari

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

2.2.4. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai

tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam sebuah tahap siklus

kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi

dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

Wijaya dan Pratitis (2012) berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa

(11)

berupa material, padahal yang lebih dibutuhkan oleh para mahasiswa adalah

dukungan emosional berupa saran, perhatian dan arahan untuk mengatasi

permasalahan perkuliahan agar menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena

dilihat dari kesulitan yang paling banyak dihadapi mahasiswa adalah masalah

pada pendidikannya yaitu sistem pengajaran dan materi perkuliahan.

Mahasiswa dengan dukungan sosial yang tinggi akan mempunyai pikiran

lebih positif terhadap situasi yang sulit, seperti saat mengerjakan tugas-tugas

kuliah bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat dukungan

rendah. Mahasiswa juga meyakini bahwa orang tua selalu ada untuk

membantu, serta dapat mengatasi peristiwa yang berpotensi menimbulkan

stress dengan cara lebih efektif.

2.3.Konsep Motivasi

2.3.1. Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan.

Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan

sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh

faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang

(12)

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi

dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing namun intinya sama,

yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke

dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Bahri, 2011).

2.3.2. Teori Motivasi

Menurut Sardiman (2012), ada beberapa teori yang mengatakan

tentang motivasi antara lain :

1. Teori Kebutuhan

Dalam teori kebutuhan (Maslow’s Model), kebutuhan utama dalam

urutan kebutuhan, karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini

digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi

agar individu tersebut termotivasi untuk kerja. Pada umumnya, sebagian

besar perhatian pada kebutuhan aktualisasi diri, termotivasi untuk

mengembangkan potensi diri seseorang secara menyeluruh. Kebutuhan

tersebut adalah :

a. kebutuhan fisiologis , seperi lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat;

b. kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari

rasa takut dan kecemasan;

c. kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, asa diterima dalam suatu

masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok);

d. kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,

(13)

2. Teori Insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti

tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu terkait

dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap

adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah

Mc. Dougall.

3. Teori Fisiologis

Teori ini juga disebut “Behaviour theories”. Menurut teori ini

semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan

kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut

sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman,

udara dan lain-lain yang diperlukn untuk kepentingan tubuh seseorang.

Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk

mempertahankan hidup, struggle for survival.

4. Teori Psikoanalitik

Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada

unsur- unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan

manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni iq dan ego. Tokoh

(14)

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur atau faktor yang

mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Cita-cita / aspirasi pembelajar

b. Kemampuan pembelajar

c. Kondisi pembelajar

d. Kondisi lingkungan pembelajar

e. Unsur-unsur dinamis belajar / pembelajaran

f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

2.3.4. Fungsi Motivasi

Motivasi berfungsi untuk mendorong timbulnya tingkah laku atau

perbuatan karena tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya

belajar, sebagai pengarah yang artinya mengarahkan perbuatan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, dan motivasi juga berfungsi sebagai

penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Sardiman (2012),

menyebutkan beberapa fungsi motivasi, yaitu :

Pertama, motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat yang

dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dan motivasi

akan menuntut individu untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.

Kedua, motivasi sebagai penentu arah perbuatan yang akan menuntun

seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan

(15)

Ketiga, motivasi sebagai proses seleksi perbuatan yang akan

memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan

mana yang harus dilakukan.

Keempat, motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi yang

dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.

2.3.5. Ciri-ciri Motivasi

Menurut Sardiman (2012) Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang

dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,

keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak

criminal, amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

(16)

Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti di atas, berarti orang itu

selalu memiliki motivasi yang cukup kuat.

2.3.6. Peranan Motivasi

Menurut Eveline dan Hartini (2010), terdapat dua peranan penting

motivasi dalam belajar, yakni :

a. Motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi

mencapai satu tujuan.

b. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah,

semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang

mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk

melaksanakan kegiatan belajar.

2.4. Konsep Prestasi Belajar

2.4.1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

merupakan penguasaan pengetahuan atas ketrampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran lazimnya ditujukan dengan tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru.

Winkel (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

(17)

Arif Gunarso (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar

adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan

usaha-usaha belajar. Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar.

Prestasi merupakan kecakapan nyata dan dapat diukur, bersifat

sementara dan dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.

Prestasi adalah sebagai tingkat kemampuan aktual siswa yang diukur berupa

penguasaan pengetahuan, kemampuan, kebiasaan dan sikap sebagai hasil dari

proses belajar di sekolah yang dilaporkan dalam bentuk rapot.

Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa perlu diadakan suatu

evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses belajar dan

pembelajaran itu berlangsung secara efektif. Efektifitas proses belajar tersebut

akan tampak pada kemampuan mahasiswa menguasai materi pelajaran.

2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2009), faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu :

1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan / kondisi

jasmani dan rohani siswa

2. Faktor eksternal (faktor dari siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

(18)

2.4.3. Indikator Prestasi Belajar

Menurut Syah (2009) “Pengungkapan hasil belajar meliputi segala

ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar

siswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah,

khususnya ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar

itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok untuk

memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah garis-garis besar

indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.

2.4.4. Pengukuran Prestasi Belajar

Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang

tidak dapat ditinggalkan. Menilai/mengukur prestasi belajar, merupakan salah

satu dari kompenen pembelajaran itu sendiri. mengukur merupakan salah satu

proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai/mengukur prestasi

belajar bidang akademik dicatat dalam sebuah Kartu Hasil Studi (KHS) dan di

rangkum dalam sebuah Transkrip Nilai mahasiswa. Dari transkrip nilai dapat

diketahui sejauhmana prestasi belajar mahasiswa, apakah mahasiswa tersebut

berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Pengukuran prestasi belajar

adalah pemberian angka atau skala tertentu suatu aturan atau formula tertentu

terhadap penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

melalui pembelajaran. Pengukuran ini digunakan oleh seorang pendidik untuk

melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan

instrumen tes maupun non test.

(19)

2.4.5. Tujuan Pengukuran dan Penilaian Prestasi Belajar

Menurut Sudrajat (2008) tujuan pengukuran dan penilaian prestasi

belajar yaitu:

a. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan

kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik

lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam

urutan dibandingkan dengan yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk

grading ini cenderung membandingkan peserta didik yang satu dengan

yang lainnya sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma

(norm-referenced assessment).

b. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta

didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Dalam hal ini,

fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di

bidang tertentu.

c. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah

menguasai kompetensi.

d. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar

peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,

membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan

program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

e. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar

(20)

dikembangkan. Ini akan membantu tenaga pengajar menentukan apakah

seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.

f. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi

yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang

pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari

Referensi

Dokumen terkait

Database atau sering juga disebut “ basis data adalah sekumpulan informasi yang disimpan dalam komputer secara sistematik dan merupakan sumber. informasi yang dapat

Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial yang dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya

[r]

Nilai wajar dari aset tidak lancar lain-lain tidak dapat diukur dengan handal karena tidak adanya jangka waktu realisasi yang jelas, sehingga metode penilaian tidak praktis untuk

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Komunitas Go River dan KOPASUDE merupakan komunitas yang berperan dalam melestarikan Sungai Deli dengan program-program yang

The SMRTC (Seoul Metropolitan Rapid Transit Corporation) has converted a big portion of its debt (30.6%) into the metro railroad bond. But the Seoul government converted

[r]

The exploitations are done to mislead the hearers or to get good political bargaining position and to obey the quantity maxim and politeness principle. The exploitations are also