• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Ketentuan Pasal 155 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dalam Pengurusan Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Ketentuan Pasal 155 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dalam Pengurusan Perusahaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perseroan Terbatas sebagai badan usaha berbentuk badan hukum,

merupakan badan usaha yang banyak dipilih oleh masyarakat dalam menjalankan

kegiatan usaha. Salah satu faktor yang menyebabkan dipilihnya Perseroan

Terbatas sebagai wadah dalam menjalankan kegiatan usaha adalah adanya prinsip

separate entity dan limited liability yang dikenal di dalam Perseroan Terbatas.

Prinsip separate entity merupakan suatu prinsip umum di dalam Perseroan

Terbatas, yang mengatakan bahwa dimata hukum, antara Perseroan Terbatas

dengan pemiliknya maupun pengurusnya merupakan dua subjek hukum yang

terpisah.2

Selain prinsip separate entity yang dikenal di dalam Perseroan Terbatas,

dikenal suatu prinsip umum yang juga menjadi faktor pembeda antara Perseroan

Terbatas sebagai badan hukum, dengan badan usaha lainnya yag tidak berbentuk

badan hukum, yakini adanya pertanggungjawaban yang terbatas (limited liability),

maksud dari prinsip ini adalah tanggung jawab pemegang saham sebagai pemilik

perusahan, hanya terbatas pada jumlah saham yang disetorkan kepada perusahan,

artinya pemegang saham, tidak terikat secara langsung terhadap

perikatan-perikatan yang dilakukan perusahan, untuk dan atas nama perusahan, sehingga

apabila kedepan terjadi suatu upaya hukum berupa gugatan maupun tuntutan

terhadap perusahan untuk memenuhi kewajibannya berupa pembayaran ganti rugi

2

(2)

maupun pembayaran utang, harta maupun pribadi dari pemegang saham selaku

pemilik perusahan tidak boleh dan tidak dapat diikut sertakan didalam proses

hukum tersebut, serta didalam pemenuhan kewajiban perusahan berupa

pembayaran utang kepada pihak ketiga, harta kekayan dari pemegang saham tidak

boleh dan tidak dapat digunakan untuk melakukan kewajiban pembayaran utang

tersebut, karena antara perusahan dengan pemegang saham, dimata hukum

merupakan dua entitas hukum yang berbeda.

Pengaturan mengenai Perseroan Terbatas diatur di dalam peraturan

perundang-undangan. Undang-undang yang mengatur mengenai Perseroan

Terbatas saat ini diatur didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT).

Dalam Pasal 1 angka 1 UUPT, dikatakan bahwa Perseroan Terbatas

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Ketentuan dalam Pasal 1 angka 1

UUPT tersebut, merupakan penegasan dan sekaligus merupakan bentuk

pengakuan, bahwa Perseoran Terbatas, merupakan badan usaha yang berbadan

hukum. Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, memiliki karakteristik

tersendiri, yaitu:

1. Memiliki harta kekayan tersendiri.

2. Adanya organ/pengurus yang mengelola harta kekayan tersebut untuk

(3)

3. Adanya pemisahan tanggungjawab antara badan hukum dengan organ yang

didalamnya.3

Perseroan Terbatas yang merupakan subjek hukum yang bersifat abstrak,

tidak dapat melakukan kegiatannya secara mandiri, Perseroan Terbatas

membutuhkan organ-organ yang bekerja untuk dan atas nama Perseroan Terbatas.

Organ-organ yang terdapat didalam Perseroan Terbatas terdiri dari RUPS,

direksi, dan dewan komisaris.

Direksi adalah organ yang bertugas menjalankan pengurusan perusahan

sehari-hari. Direksi yang diberikan kewenangan untuk mengurus dan mewakili

perusahan, dalam menjalankan kewajibannya tersebut harus tunduk pada

undang-undang dan Anggaran Dasar Perusahan, serta harus membuat kebijakan-kebijakan

yang tepat demi kepentingan perusahan. Dengan kata lain, hukum memberikan

kewenangan kepada direksi untuk mengurus perusahaan, namun secara tidak

langsung hukum juga memberikan batasan dalam menjalankan kewenangan yang

dimiliki oleh direksi, yakini tindakan yang dilakukan oleh direksi dalam mengurus

perusahaan tidak boleh melampaui kewenangan yang diterimanya, yang berasal

dari peraturan-perundang-undangan dan juga Anggaran Dasar Perusahaan.

Direksi dan perusahan merupakan dua subjek hukum yang berbeda.

Direksi sebagai subjek hukum natural persoon, bekerja untuk dan atas nama

perusahan serta demi kepentingan perusahan, yang juga merupakan subjek hukum

(recht persoon). Dalam menjalankan pengurusannya, direksi dapat dikenakan

pertanggungjawaban secara pidana. Pertanggungjawaban secara pidana oleh

3Mahrus Alim, Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi (Jakarta : PT RajaGrafindo

(4)

direksi, yang berkaitan dengan tugasnya dalam hal menjalankan pengurusan

terhadap perusahan menjadi suatu problem tersendiri, baik bagi perusahan

maupun bagi teori separate entity itu sendiri.

Ketentuan Pasal 155 UUPT, merupakan dasar hukum untuk meminta

pertanggungjawaban secara pidana kepada direksi. Dalam Pasal 155 UUPT,

dengan jelas mengatakan bahwa ketentuan mengenai tanggung jawab direksi

dan/atau dewan komisaris atas kesalahan dan kelalaiannya yang diatur dalam

undang-undang ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam undang-undang

tentang hukum pidana.

Pada Pasal 97 UUPT juga memberikan pengaturan yang mendekati

dengan Pasal 155 UUPT, namun didalam Pasal 97 UUPT merupakan jalan bagi

pengenaan pertanggungjawaban secara perdata kepada direksi. Disebutkan secara

jelas dalam pasal tersebut, bahwa apabila direksi bersalah atau lalai dalam

menjalankan tanggung jawabnya dan mengakibatkan kerugian bagi perusahan,

pemegang saham dapat menggugatnya secara keperdataan. Hal ini memberi suatu

aturan yang jauh lebih jelas dibandingkan Pasal 155 UUPT, dikarenakan dalam

pasal ini diberitahu suatu batasan tentang kapan suatu kesalahan dan kelalaian

direksi dapat digugat, yakni apabila kesalahan dan kelalaian tersebut

mengakibatkan kerugian bagi perusahan, dan diberitahu siapa yang menggugat,

tetapi didalam Pasal 155 UUPT, juga memberikan ruang masuk bagi penyidik

untuk memproses direksi secara pidana tanpa adanya suatu batasan yang jelas

kapan proses pidana itu dapat diterapkan, dan kesalahan maupun kelalaian yang

(5)

Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum yang tidak memijiki jiwa,

dan secara langsung juga tidak memiliki kesadaran, dalam melakukan tindak

pidana. Dalam hal demikian, terdapat suatu teori yang mengatakan bahwa

Perseroan Terbatas melakukan perbuatan-perbuatan hukum diwakili oleh

organ-organnya. Salah satu organ Perseroan Terbatas adalah direksi. Dengan kata lain

perbuatan yang dilakukan perusahaan diwakili oleh direksi atau pegawainya.4

Lalu apabila terjadi suatu pelanggaran hukum, apakah pelanggaran itu dipandang

sebagai pelanggaran yang dilakukan oleh direksi atau pelanggaran yang dilakukan

perusahaan. Untuk menjawab hal tersebut, harus diberikan suatu tolak ukur

maupun batasan, mengenai kapan suatu perbuatan dapat diakatakan perbuatan

direksi, ataupun kapan suatu perbuatan yang dilakukan direksi tersebut

sesungguhnya merupakan perbuatan perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu adanya suatu penelitian ilmiah yang

membahas mengenai persoalan yang diterangkan diatas. Agar didalam

pembebanan tanggung jawab kepada direksi maupun Perseroan Terbatas adanya

suatu batasan yang jelas, baik secara teori hukum, maupun dalam penegakan

hukum. Dan hal ini menjadi penting untuk memberikan perlindungan dan

kepastian hukum kepada direksi sebagai pengurus perusahan, agar tidak secara

mudah dan cepat dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana, atas setiap

kebijakan-kebijakan bisnis yang dibuatnya, dalam hal melakukan pengurusan

perusahaan.

(6)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat beberapa permasalahan

yang akan dibahas didalam penulisan ini, antara lain :

1. Bagaimana pengurusan perusahaan berdasarkan UUPT?

2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban direksi atas kesalahan dan kelalaian

dalam pengurusan perusahaan berdasarkan UUPT?

3. Bagaimanakah implementasi Pasal 155 UUPT terhadap direksi dalam

pengurusan perusahan?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui pengurusan perusahaan berdasarkan UUPT.

2. Untuk mengetahui perihal bentuk pertanggungjawaban direksi atas kesalahan

dan kelalaian dalam pengurusan perusahaan berdasarkan UUPT

3. Untuk dapat mengetahui implementasi Pasal 155 UUPT terhadap direksi

dalam pengurusan perusahan.

Manfaat yang didapatkan dari penulisan karya imiah ini adalah:

1. Secara teoristis

Secara teoristis, manfaat yang didapatkan dari penulisan karya ilmiah ini

adalah dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca mengenai

Perseroan Terbatas, serta memberikan pengetahuan mengenai pengurusan

terhadap Perseroan Terbatas tersebut, yang didasarkan pada UUPT serta

memberikan pengetahuan mengenai adanya bentuk perluasan

(7)

pidana, serta memberikan gambaran perihal akibat dari adanya Pasal 155 UUPT

sebagai pasal yang memungkinkan adanya bentuk perluasan tanggung jawab

tersebut.

2. Secara praktis

Manfaat secara praktis yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini

adalah sebagai bahan bacaan ataupun sebagai salah satu refrensi bagi masyarakat

maupun kepada mahasiswa secara khususnya, untuk menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan mengenai persoalan didalam Perseroan Terbatas, dan secara

khusus, karya ilmiah ini menyajikan suatu bahan bacaan mengenai permasalahan

terhadap penerapan Pasal 155 UUPT yang atas pasal tersebut, tanggung jawab

direksi dapat bergeser, tidak hanya pada ranah perdata, namun juga menuju

kepada pertanggungjawaban pidana. Sekiranya karya ilmiah ini dapat dijadikan

sebagai salah satau sumber jawaban, terhadap polemik yang berkaitan dengan

pertanggungjawaban pidana oleh direksi atas kerugian yang dialami oleh

Perseroan Terbatas.

D. Keaslian Penulisan

Karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah yang lahir dari buah pikiran

penulis sendiri, tanpa ada kemiripan maupun unsur plagiat terhadap karya ilmiah

yang lain, yang pernah ada, sehingga keaslian dari penulisan karya ilmiah ini

dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Penulisan karya ilmiah ini

merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh penulis untuk mendapatkan

suatu gelar akademik Sarjana Hukum yang akan penulis dapatkan dari Universitas

(8)

Judul karya ilmiah ini telah diperiksa oleh pihak Perpustakaan Fakultas

Hukum, Universitas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum

Fakultas Hukum USU. Berdasarkan hasil pemeriksan yang dilakukan oleh pihak

Perpustakan dan berdasarkan surat yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh

pihak Perpustakan Fakultas Hukum USU, menyatakan bahwa judul skripsi yang

penulis angkat tidak pernah dibahas atau diangkat pada tahun-tahun sebelumnya,

namun ada beberapa judul skripsi yang memiliki kesaman dalam redaksi

judulnya, antara lain;

1.“Doktrin Piercing The Corporate Veil terhadap Tanggung Jawab Direksi

dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007” oleh Hendrik dengan Nomor

Induk Mahasiswa 040200231.

2.“Pembelan Direksi dalam Pengelolan Perseroan Menurut Undang-Undnag 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas” oleh Sri Cipta dengan Nomor Induk

Mahasiswa 030200087.

Dalam Karya Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah

tertulis atau dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang

dan mencantumkannya di dalam catatan kaki maupun didalam daftar pustaka.

Dengan demikian, judul beserta pembahasan yang tertuang didalam Skripsi ini

adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

E. Tinjauan Pustaka

Pasal 1 angka 1 UUPT menyatakan bahwa Perseroan Terbatas yang

(9)

persekutuan modal, didirkan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta pelaksanannya.

Perseroan Terbatas merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata,

yaitu Perseroan dan Terbatas. Perseroan merujuk kepada modal Perseroan

Terbatas yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Adapun kata terbatas

merujuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas

pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.5

Pasal 1 angka 5 UUPT menyatakan bahwa direksi adalah organ Perseroan

Terbatas yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan

Perseroan Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas, sesuai dengan maksud

dan tujuan Perseroan Terbatas serta mewakili Perseroan Terbatas baik di dalam

maupun di luar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar. Berdasarkan ketentuan

tersebut diketahui bahwa setiap anggota direksi memiliki wewenang dan tanggun

jawab untuk mengurus Perseroan Terbatas serta mewakili Perseroan Terbatas,

baik didalam maupun diluar pengadilan.

Anggota direksi dalam menjalankan tanggung jawab untuk mengurus dan

mewakili Perseroan Terbatas, memiliki kewajiban berupa menjalankan tanggung

jawabnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.6

Pasal 155 UUPT menyatakan bahwa ketentuan mengenai tanggung jawab

direksi dan/atau dewan komisaris atas kesalahan dan kelalaiannya yang diatur

5Kurniawan, Hukum Perusahaan Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak

Berbadan Hukum Di Indonesia (Yogyakarta: Genta Publishing, 2014), hlm. 57.

(10)

dalam undang ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam

undang-undang Hukum Pidana.

Melalui ketentuan didalam pasal 155 UUPT memberikan ruang kepada

direksi untuk dipertanggungjawabkan secara pidana. Pertanggungjawaban pidana

dapat diterapkan kepada seseorang apabila terbukti melakukan tindakan yang

melanggar hukum, serta telah melakukannya secara sengaja ataupun tidak sengaja,

dan orang yang melakukan tindakan yang melanggar hukum tersebut dapat

dihukum.7

F. Metode Penelitian

Sebagai suatu karya ilmiah, penulisan Skripsi ini harus didasarkan kepada

data yang benar dan akurat, data tersebut digunakan sebagai bahan untuk

mengembangkan pemikiran mengenai permasalahan yang diangkat didalam Karya

Ilmiah ini, dan sebagai refrensi dalam penulisan Karya Ilmiah ini. Dalam

memperoleh data-data tersebut, penulis menggunakan metode-metode berikut.

1. Spesifikasi penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian hukum normatif karena penelitian ini mencari data sekunder yang

mengacu kepada peraturan-peraturan yang ada sesuai dengan bidang kajian ilmu

hukum dengan jalan meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analistis yang bertujuan untuk

memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai bidang hukum perusahan serta

7

(11)

organ-organ yang menjankan pengurusan perusahan. Penilitian ini akan

menberikan suatu gambaran tentang kepengurursan perusahan yang dilakukan

oleh direksi, yang sering sekali seperti dibayang-bayangi oleh peraturan

perundang-undanag yang dapat memberikan jeratan pidana pada direksi dalam

mengeluarkan kebijakannya yang beratas namakan perusahan.

2. Data penelitian

Data hukum yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah ini merupakan

data sekunder yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah ini

berasal dari peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Perseroan

Terbatas yakni berasal dari UUPT.

b. Bahan hukum sekunder

Dalam penelitian ilmiah yang objek kajian masuk kepada ranah hukum,

sepertinya akan sangat sulit apabila hanya menggunakan bahan hukum primer

yang terdiri dari undang-undang saja, disebabkan karena kurangnya penjelesan

yang lebih menyeluruh dan mendalam tentang objek kajian yang diteliti. Oleh

sebab itu dalam penelitian ilmiah ini digunakan beberapa bahan hukum sekunder

yang memiliki hubungan dengan objek kajian yang diteliti dan dibahas dalam

penelitian ini, bahan hukum sekunder tersebut berasal dari buku-buku, artikel,

maupun dari berbagai surat kabar maupun majalah, baik yang berbentuk cetak

maupun elektronik, yang kesemuanya itu dapat dimanfaatkan dalam penulisan

(12)

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini dilakukan dengan

mempergunakan studi pustaka, yang berfokus kepada dokumen hukum yang

memiliki hubungan dengan hukum positif Indonesia yang mengatur tentang

Perseroan Terbatas yang terdapat didalam UUPT.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari data kepustakan, dianalisi dengan deskriptif

kualitatif. Metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan secara

menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Metode kualitatif

yaitu metode analisa data yang mengelompokan dan menyeleksi data yang

diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan

teori yang diperoleh dari penelitian kepustakan sehingga diperoleh jawaban atas

permasalah yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

Kerangka atau sistematika yang terdapat didalam Karya Ilmiah ini terdiri

dari;

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penulis dalam

memilih judul atau topik ini untuk dibahas dan diangkat sebagai suatu

karya ilmiah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan

beberapa permasalahan yang akan dibahas dan dijawab dalam karya

ilmiah ini. Selanjutnya akan dibahas tentang tujuan serta manfaat

(13)

praktis, yang ditujukan bagi masyarakat secara umum, maupun pada

praktisi hukum dan para perorangan yang menduduki jabatan struktural

di perusahan. Metode penelitian hukum yang digunakan adalah metode

yang berkaitan dengan metode pendekatan, spesifikasi penelitian,

teknik pengumpulan data dan analisi data yang dipergunakan untuk

menggambarkan objek penelitian. Selanjutnya dalam bab ini diuaraikan

analisi isi untuk mencari kesimpulan serta saran sebagai tindak lanjut

dari kesimpulan penellitian kemudia ditutup dengan sistematikan

penulisan.

BAB II PENGURUSAN PERUSAHAN BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kedudukan Perseroan Terbatas

sebagai salah satu badan usaha yang berbadan hukum, serta

pengaturannya didalam peraturang perundang-undangan, serta melalui

peraturan perundang-undangan tersebut akan diketahui dan dijelaskan

mengenai organ-organ yang terdapat didalam Perseroan Terbatas, serta

pembahasan mengenai pengurusan perusahaan yang dilakukan oleh

direksi.

BAB III PERTANGGUNG JAWABAN DIREKSI ATAS KESALAHAN DAN

KELALAIAN DALAM PENGURUSAN PERUSAHAAN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

(14)

Pada bab ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai tanggung jawab

direksi terhadap Perseroan Terbatas sebagaimana yang diatur didalam

UUPT, selanjutnya dijelaskan mengenai pertanggungjawaban direksi

secara perdata atas kesalahan dan kelalaiannya dalam pengurusan

perusahaan, dan selanjutnya dijelaskan mengenai Bussiness Judment

Rule sebagai pembebasan pertanggunjawaban oleh direksi.

BAB IV IMPLEMENTASI PASAL 155 UNDANG-UNDANG NOMOR 40

TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS TERHADAP

DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERUSAHAAN

Pada bab ini akan mengenai Pasal 155 UUPT sebagai ketentuan hukum

yang membenarkan diminta pertanggungjawaban direksi secara pidana,

serta dibahas mengenai batasan kesalahan dan kelalaian direksi yang

dapat dipertanggungjawabkan secara pidana, serta akan dijelaskan

mengenai dampak ketentuan Pasal 155 UUPT terhadap direksi dalam

Referensi

Dokumen terkait

Pada masyarakat yang menetap di Nagari Talang, ditemukan bahwa masyarakat yang memahami adat manyanda ini dengan baik hanyalah golongan tua, berbeda dengan mereka yang

Uji yang dilaksanakan adalah pengujian sifat fisis tanah terdiri dari pengujian berat jenis, batas-batas Atterberg dan saringan, serta pengujian sifat mekanis yang mencakup

Bagi peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pemenang pelelangan ini sesuai ketentuan dalam Perpres 54/2010, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara

PENDEKATAN SAINTIFIK DISERTAI DENGAN STRATEGI PETA KONSEP PADA MATERI BILANGAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI SE-KOTA.. METRO TAHUN

Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah (1) bagaimana kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru PAI dalam praktikum materi ibadah praktis, (2)

Berdasarkan hasil uji secara visual dapat disimpulkan bahwa perbedaan kemasan wadah tembus cahaya (TC) dan wadah tidak tembus cahaya (TTC) tidak berpengaruh

The main contributions of this paper are the follows: (1) extend the phase congruency model to build the orientation representation of this model; (2) develop a novel

Namun agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan biaya variabel dan biaya tetap pada biaya semivariabel manajer harus menggunakan metode yang tepat untuk mendapatkan hasil