• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 409 K Pdt.Sus-Phi 2014 Terkait Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja Pada Perusahaan Manufaktur"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

14

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PENGURUS SERIKAT PEKERJA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGURUS SERIKAT PEKERJA YANG

DIATUR UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

A. Serikat Pekerja dalam Suatu Perusahaan Manufaktur

Serikat pekerja atau serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk

pekerja atau buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,

mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi

hak dan kepentingan pekerja atau buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan

keluarganya. Berdasarkan UU Ketenagakerjaan “Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk

dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat

bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela

serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan

pekerja/buruh dan keluarganya.”

Serikat pekerja atau serikat buruh di lindungi dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.Dengan konsideran dalam rangka mewujudkan

kemerdekaan berserikat, pekerja atau buruh berhak membentuk dan mengembangkan serikat

pekerja atau serikat buruh yang bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung

jawab.Serikat pekerja atau serikat buruh merupakan saran untuk memperjuangkan, melindungi

dan membela kepentingan dan kesejahteraan pekerja atau buruh beserta keluarganya serta

mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.11

11

(2)

Serikat pekerja/buruh di Indonesia diatur dalam UU SP/SB. UU SP/SB didasarkan pada

Pasal 28 E perubahan Kedua UUD 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization)

Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat diratifikasi oleh

Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang

Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 98 Tahun 1949 mengenai

berlakunya dasar- dasar dari pada hak untuk berorganisasi dan untuk Berunding bersama.

Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi

dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya UU SP/SB, maka bidang perburuhan

sesungguhnya telah berubah secara radikal. Namun secara prinsip, organisasi buruh dibentuk

dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat

kesejahteraan hidup dan melindungi hak-hak buruh.12

Sejak beberapa dekade, kebebasan berorganisasi bagi para buruh telah

dipasung.Terpasungnya organisasi buruh di Indonesia ini berdampak luas termasuk tumpulnya

suara buruh dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan. Dalam bagian umum penjelasan atas

UU SP/SP, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat

penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan

keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kebebasan berserikat yang diinginkan oleh para pekerja dalam serikat pekerja tidak

diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan begitu saja, namun timbul karena adanya

perkembangan gerakan buruh di Indonesia sejak zaman penjajahan hingga keluarnya UU SP/SB

tentang serikat pekerja/serikat buruh. Efektif tidaknya undang-undang tersebut dalam praktek

berpulang kembali kepada bargaining position organisasi buruh itu sendiri.

12

(3)

Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat buruh merupakan

sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dalam menciptakan hubungan

industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.

Undang-Undang nomor 21 Tahun 2000 dijabarkan apa yang menjadi tujuan serikat

pekerja/ serikat buruh yaitu guna memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan,

serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya. Peran serikat

buruh dalam menyuarakan aspirasi dan partisipasi dalam pembangunan pada dasarnya termasuk

hak atas pembangunan. Partisipasi dalam pembangunan mengandung arti bahwa individu atau

kelompok akan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan hak berserikat yang terjamin. Secara

konseptual maka melalui serikat pekerja/serikat buruh diharapkan bahwa:

1. Dapat berpartisipasi secara efektif dalam perumusan kebijaksanaan dan keputusan serta

pelaksanaannya baik di tingkat lokal maupun nasional. sehingga aspirasi mereka benar-benar

diperhatikan.

2. Merumuskan dan melakukan tugas ekonomi, sosial, politik dan budaya atas dasar pilihan

sendiri berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan guna memperbaiki standard dan kualitas

kehidupan mereka serta melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya.

3. Berpartisipasi dalam memantau dan meninjau kembali proses pembangunan.

Adapun implikasi dari adanya UU SP/SB tentang serikat pekerja/serikat buruh adalah:

1. Bagi badan pemerintah di bidang perburuhan tingkat nasional dan propinsi: administrasi

peraturan termasuk, penerimaan surat pemberitahuan tentang pembentukan serikat,

memastikan dipenuhinya persyaratan pendaftaran oleh serikat mengeluarkan nomor

(4)

2. Bagi pekerja dan serikat memahami hak dan kewajibannya sehubungan dengan surat

pemberitahuan; mengembangkan AD/ART organisasi; administrasi dan laporan keuangan

yang tepat; dan peran serikat dalam mewakili anggota membuat PKB dan menyelesaikan

perselisihan industrial.

Untuk pengusaha memahami kewajiban mereka untuk tidak ikut campur dalam

pembentukan atau pengoperasian serikat, ataupun melakukan tindakan diskriminasi terhadap

anggota dan pengurus serikat, dan untuk berhubungan dengan serikat-serikat yang baru dalam

setiap masalah industrial dan perundingan.

Seorang pekerja yang bergabung ke dalam serikat pekerja pastilah mempunyai berapa

faktor atau sebab ia bergabung. Sebab para pekerja bergabung di dalam serikat pekerja seperti :13 1. Ketidakpuasan pada manajemen

Setiap pekerjaan memiliki potensi terjadinya ketidakpuasan. Serikat pekerja mencari

keputusan manajemen yang subjektif atau tidak adil kemudian menekankan pentingnya

keuntungan menjadi anggota serikat pekerja sebagai cara memecahkan masalah tersebut.

2. Kompensasi

Para karyawan ingin kompensasi mereka adil dan setara. Upah penting karen adapat

memenuhi kebutuhan dan kesenangan hidup. Jika para karyawan tidak puas dengan upahnya,

mereka mungkin mengandalkan serikat pekerja untuk membantu meningkatkan standar

hidup.Di masa lalu, para anggota serikat pekerja menerima ketidaksetaraan pembayaran jika

senioritas menjadi kriteria yang digunakan.

3. Keamanan pekerjaan

(5)

Biasanya para karyawan muda kurang begitu peduli pada keamanan pekerjaan dibandingkan

para karyawan tua.Jika perusahaan tidak memberi para karyawan rasa aman terkait

pekerjaannya, para karyawan mungkin berpaling pada serikat pekerja.

4. Sikap manajemen

Pada beberapa perusahaan, manajemen tidak peka terhadap kebutuhan para karyawannya.

Para karyawan dapat mempersepsikan bahwa mereka tidak memiliki pengaruh sama sekali

dalam masalah yang terkait dengan pekerjaan. Para supervisor mungkin gagal memberi

alasan untuk penugasan yang tidak biasa dan mungkin mengharapkan para karyawan

mendedikasikan hidupnya bagi perusahaan tanpa memberikan imbalan yang wajar.

5. Saluran sosial

Secara alamiah banyak orang memiliki kebutuhan sosial yang kuat.Mereka umumnya suka

berada bersama orang-orang lain nyang memiliki minat dan keinginan yang sama.

6. Peluang untuk kepemimpinan

Beberapa orang menginginkan peran kepemimpinan tapi tidak selalu mudah bagi seorang

karyawan operasi untuk melangkah ke dalam manajemen.Serikat pekerja memiliki jenjang

kepemimpinan yang dimulai dengan petugas serikat pekerja (union steward) dan

masing-masing anggota memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya.

7. Pembentukan serikat pekerja yang diwajibkan

Hukum hak untuk bekerja melarang manajemen dan serikat pekerja membuat kesepakatan

yang mewajibkan keanggotaan serikat pekerja sebagai persyaratan kerja.

8. Tekanan rekan kerja

Beberapa orang akan bergabung dengan serikat pekerja karena merasa didesak oleh anggota

(6)

9. Struktur serikat pekerja

Gerakan pekerja telah mengembangkan struktur organisasi yang bertingkat-tingkat. Setiap

tingkatan memiliki pengurus dan cara mengatur urusannya sendiri-sendiri. Elemen utama

organisasi serikat pekerja yaitu :

a. Serikat pekerja lokal

Bagi anggota perorangan serikat pekerja,ini merupakan tingkatan paling penting dalam

struktur pekerja terorganisasi.Melalui lokal,karyawan berhubungan dengan pemberi kerja

dalam basis harian.Organisasi tersebut dapat menjadi pusat organisasi dan aktivitas

politik dari para anggotanya.

b. Serikat pekerja nasional

Tingkatan paling kuat dalam struktur serikat pekerja adalah serikat pekerja

nasional.Terdiri dari serikat-serikat pekerja lokal yang terikat dengannya.Setiap serikat

pekerja lokal memberikan dukungan finansial kepada serikat pekerja nasional

berdasarkan ukuran keanggotaannya.

Serikat pekerja dalam memecahkan persoalan menuju suatu kemajuan dan peningkatan

yang diharapkan, hendaknya menata dan memperkuat dirinya melalui upaya :14

1. Menciptakan tingkat solidaritas yang tinggi dalam satu kesatuan diantara pekerja dengan

pekerja, pekerja dengan serikat pekerjanya, pekerja/serikat pekerja dengan manajemen.

2. Meyakinkan anggotanya untuk melaksanakan kewajibannya disamping haknya diorganisasi

dan diperusahaan, serta pemupukan dana organisasi.

3. Dana organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan anggaran belanja yang sudah

ditetapkan guna kepentingan peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengurus untuk

14

(7)

bidang pengetahuan terkait dengan keadaan dan kebutuhan ditempat bekerja, termasuk

pelaksanaan hubungan industrial.

4. Sumber daya manusia yang baik akan mampu berinteraksi dengan pihak manajemen secara

rasional dan obyektif.

Bagi perusahaan, keberadaan sebuah serikat buruh dapat mempengaruhi kemampuan

mereka mengelola sumber daya manusia mereka yang vital. Bagi para pekerja, serikat buruh

dapat membantu mereka untuk memperoleh apa yang mereka inginkan (misalnya kenaikan upah,

keamanan kerja) dari perusahaan mereka. Bagi manajemen, serikat pekerja dapat mengakibatkan

kurangnya fleksibilitas dalam penerimaan pekerja baru, penugasan - penugasan, dan perkenalan

metode kerja baru seperti otomatisasi, hilangnya kendali, praktek - praktek kerja yang tidak

efisien, struktur pekerjaan yag tidak fleksibel.

Tujuan serikat pekerja atau serikat buruh adalah memberikan perlindungan, pembelaan

hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan

keluarganya. Fungsi serikat pekerja diantaranya sebagai berikut :15

1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan

industrial.

2. Sebagai wakil pekerja atau buruh dalam lembaga kerjasama dibidang ketenagakerjaan sesuai

dengan tingkatan.

3. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan

sesuai perundang-undangan yang berlaku.

4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.

5. Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja sesuai dengan

Undang-Undang yang berlaku.

15

(8)

Serikat pekerja memberikan kepada anggotanya hak-hak yang secara hukum tidak dapat

diperoleh tanpa adanya serikat buruh.Hal ini tentunya mendorong perusahaan yang mempunyai

serikat buruh untuk mempertimbangkan reaksi para pekerjanya terhadap banyak keputusan yang

diambilnya.Walaupun begitu, dalam beberapa kasus perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki

serikat buruh dan ingin tetap seperti itu, memberi pertimbangan dan tunjangan – tunjangan yang

lebih kepada para pekerjanya.Sebagai akibatnya, sebuah perusahaan yang mempunyai serikat

buruh mungkin atau mungkin tidak mengeluarkan biaya lebih daripada perusahaan yang tidak

memiliki serikat buruh.

Serikat pekerja membantu perusahaan melalui konsesi upah atau kerjasama dalam

usaha-usaha bersama di pekerjaan, seperti program kerja kelompok atau Scanlon Plan, yang

memungkinkan perusahaan melakukan usaha-usaha penyelamatan, terutama di masa-masa sulit,

namun tetap menguntungkan dan kompetitif. Hal ini terjadi pada industri-industri mobil, baja,

dan perusahaan penerbangan.Serikat buruh juga dapat membantu mengidentifikasi bahaya-

bahaya dalam pekerjaan dan meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerja.

Bilamana, paling tidak empat persyaratan diatas terpenuhi, serikat pekerja melalui

wakilnya akan mampu mencari cara terbaik menyampaikan usulan positif guna kepentingan

bersama. Perlu diyakini bahwa tercapainya hubungan industrial yang harmonis, dinamis,

berkeadilan dan bermartabat, hanya akan ada ditingkat perusahaan. Karenanya social dialogue

yang setara, sehat, terbuka, saling percaya dan dengan visi yang sama guna pertumbuhan

perusahaan sangat penting dan memegang peranan menentukan.

Manufaktur adalah suatu cabang

tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk

(9)

produksi dengan

dunia16

Manufaktur ada dalam segala bidang sistim ekonomi.Dalam ekonomi pasar bebas,

manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara

mendapatkan keuntungan. Perusahaan ialah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses

produksi barang atau jasa. Hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia tidak bisa digunakan

secara langsung dan harus melewati sebuah proses di suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan

ialah tempat melakukan proses sampai bisa langsung digunakan oleh manusia.

Untuk menghasilkan barang siap konsumsi, perusahaan memerlukan bahan–bahan dan

faktor pendukung lainnya, seperti bahan baku, bahan pembantu, peralatan dan tenaga kerja.

Untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu serta tenaga kerja dikeluarkan sejumlah

biaya yang disebut biaya produksi.

Hasil dari kegiatan produksi adalah barang atau jasa, barang atau jasa inilah yang akan

dijual untuk memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan. Jika hasil penjualan barang atau jasa

lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut memperoleh keuntungan dan

sebalik jika hasil jumlah hasil penjualan barang atau jasa lebih kecil dari jumlah biaya yang

dikeluarkan maka perusaahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian dalam

menghasilkan barang perusahaan menggabungkan beberapa faktor produksi untuk mencapi

tujuan yaitu keuntungan.

Perusahaan merupakan kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa.

Perusahaan juga disebut tempat berlangsungnya proses produksi yang menggabungkan faktor –

faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Perusahaan merupakan alat dari badan

(10)

usaha untuk mencapai tujuan yaitu mencari keuntungan.Orang atau lembaga yang melakukan

usaha pada perusahaan disebut pengusaha, para pengusaha berusaha dibidang usaha yang

beragam.

Perusahaan manufaktur (manufacturing bussines) adalah perusahaan yang kegiatannya

membeli bahan baku kemudian mengolah bahan baku dengan mengeluarkan biaya-biaya lain

menjadi barang jadi yang siap untuk di jual.17

Dari definisi perusahaan manufaktur tersebut, dapat

diketahui bahwa dalam perusahaan manufaktur terdapat persediaan bahan baku dan persediaan

barang jadi. Pada akhir periode pada perusahaan manufaktur biasanya terdapat produk yang

belum selesai dikerjakan. Produk yang belum selesai dikerjakan dinamakan persediaan barang

dalam proses. Sehingga pada perusahaan manufaktur terdapat 3 unsur persediaan, yaitu

persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan baku menjadi

barang jadi, kegiatan ini sering disebut sebagai proses produksi. Selama proses produksi tentunya

dibutuhkan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam proses

pengelolahan bahan baku menjadi barang jadi sehingga barang jadi siap untuk dijual.

Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah dalam memperjuangkan

hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh akan meningkatkan

bargaining baik secara individu maupun keseluruhan. serikat pekerja/serikat buruh dapat

mengawasi (control) pelaksanaan hak-hak pekerja di perusahaan. Oleh karena itu, peran serikat

pekerja sangat penting bagi pekerja.Suatu perusahaan biasanya terdapat organisasi serikat

pekerja/serikat buruh yang dalam pelaksanannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam

hubungan industrial.

(11)

Serikat pekerja dalam memecahkan persoalan menuju suatu kemajuan dan peningkatan

yang diharapkan, hendaknya menata dan memperkuat dirinya melalui upaya :18

1. Menciptakan tingkat solidaritas yang tinggi dalam satu kesatuan diantara pekerja dengan

pekerja, pekerja dengan serikat pekerjanya, pekerja/serikat pekerja dengan manajemen.

2. Meyakinkan anggotanya untuk melaksanakan kewajibannya disamping haknya diorganisasi

dan diperusahaan, serta pemupukan dana organisasi.

3. Dana organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan anggaran belanja yang sudah

ditetapkan guna kepentingan peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengurus untuk

bidang pengetahuan terkait dengan keadaan dan kebutuhan ditempat bekerja, termasuk

pelaksanaan hubungan industrial.

4. Sumber daya manusia yang baik akan mampu berinteraksi dengan pihak manajemen secara

rasional dan obyektif.

Sama hal seperti yang dijelaskan diatas serikat pekerja berada pada suatu perusahaan

lainnya juga sama dengannya halnya serikat pekerja didalam suatu perusahaan manufaktur yang

juga dapat membantu perusahaan manufaktur melalui konsesi upah atau kerjasama dalam

usaha-usaha bersama dipekerjaan. Serikat pekerja didalam suatu perusaha-usahaan manufaktur juga

dilindungi oleh UU SP/SB sebagaimana perlindungan terhadap serikat pekerja yang berada

diperusahaan lainnya.

Bagi perusahaan manufktur keberadaan suatu serikat pekerja dapat mempengaruhi

kemampuan mereka mengelola sumber daya manusia mereka yang vital.Serikat pekerja atau

serikat buruh didalam sebuah perusahaan manufaktur juga merupakan suatu serikat pekerja atau

18

(12)

serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja atau buruh satu di dalam perusahaan manufaktur

tersebut.

B. Hak dan Kewajiban Pengurus Serikat Pekerja dalam Perusahaan

Hak serikat pekerja tidak sama dengan hak-hak pekerja. Hal ini perlu dikemukakan sedari

awal sebab umumnya hak serikat pekerja (trade union rights) disamakan begitu saja dengan

hak-hak pekerja (worker’s rights). Hak-hak-hak pekerja selalu melekat pada setiap orang yang bekerja

dengan menerima gaji.Karena pekerjaannya di bawah perintah orang pemberi kerja maka

seorang pekerja perlu memperoleh jaminan perlindungan dari tindakan yang sewenang-wenang

dari orang yang membayar gajinya.

Hak pekerja tersebut muncul secara bersamaan ketika si pekerja mengikat dirinya pada

perusahaan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang biasanya langsung dapat dijadikan contoh

adalah hak atas upah, hak untuk mendapatkan cuti tahunan dan dapat di jalankan sesuai dengan

aturan yang berlaku, hak untuk mendapatkan kesamaan derajat dimata hukum, hak untuk

menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing masing, hak untuk mengemukakan

pendapat, dan lain-lain.

Hak serikat pekerja ini ada untuk menjamin jalannya dan berfungsinya organisasi pekerja

dalam membela para anggotanya. Perlu disadari bahwa ini karena pekerja tidak bisa berjuang

sendiri-sendiri. Perjuangan akan lebih berhasil apabila bersama-sama dalammembentuk

organisasinya. Hak serikat pekerja ini menjadi syarat utama keberhasilan perjuangan para

pekerja.Inilah pentingnya keberadaan serikat pekerja.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,

(13)

pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,

mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi

hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan

keluarganya.

Serikat pekerja mempunyai hak-haknya. Hak-hak dari serikat pekerja tersebut

diantaranya :19

1. Kebebasan untuk bergabung dengan serikat buruh dan berpartisipasi di dalam aktifitas serikat

buruh di luar jam kerja.

Setiap pekerja memiliki hak untuk membentuk dan menjadi anggota sebuah serikat buruh.

Serikat buruh berhak menarik dan mengelola dana dan mempertanggungjawabankan

keuangan serikat, termasuk penyediaan dana untuk aktifitas mogok kerja (Pasal 104 UU

Ketenagakerjaan).

Serikat Buruh/Serikat Pekerja menyatakan bahwa perusahaan harus memberikan kesempatan

kepada pengurus dan anggota serikat pekerja/serikat buruh untuk melaksanakan aktifitas

serikat pekerja/serikat buruh selama jam kerja yang disetujui oleh kedua pihak dan atau

diatur di dalam perjanjian kerja bersama (Pasal 29 UU No.21/2000).

2. Kebebasan untuk berunding secara kolektif.

Sebuah perjanjian kesepakatan kerja bersama dibuat antara serikat buruh atau beberapa

serikat buruh yang sudah tercatat di lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab atas

urusan ketenagakerjaan dan pengusaha atau beberapa pengusaha (Pasal 116 ayat 1 UU

Ketenagakerjaan).

3. Hak mogok kerja

(14)

Mogok kerja harus dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat dari gagalnya

perundingan (Pasal 137 UU No.13/2003) “Sah” disini artinya adalah mengikuti procedural

yang diatur oleh Undang-Undang. “Tertib dan damai“ disini artinya adalah tidak

mengganggu keamanan dan ketertiban umum. “Akibat gagal perundingan” disini artinya

adalah : Upaya perundingan yang dilakukan menemui jalan buntu dan gagal mencapai

kesepakatan atau Perusahaan menolak untuk melakukan perundingan walaupun serikat

pekerja atau pekerja telah meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 kali dalam tenggang

waktu 14 hari.

Hak dan kewajiban serikat buruh telah diatur Pasal 25 sampai dengan Pasal 27 UU

SP/SB. Hak dan kewajiban serikat pekerja atau serikat buruh diantaranya:20 1. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;

2. Mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial;

3. Mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;

4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan

kesejahteraan pekerja/buruh;

5. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Timbulnya kewajiban bagi seseorang adalah ketika dia melakukan suatu kesepakatan dan

didalamnya termuat hak dan kewajiban, ketika hak itu sudah menjadi keharusan yang diperoleh,

begitupun kewajiban adalah keharusan yang wajib dan harus di taati tanpa kecuali, karena saling

keterikatannya antara hak dan kewajiban itulah yang mendasari mengapa setiap kita menuntut

hak, kita pun jangan sampai lalai terhadap kewajiban, dan kewajiban sebagai pekerja pun telah

terbagi kedalam tiga bagian penting, yaitu :

20

(15)

1. Kewajiban ketaatan.

Kewajiban Ketaatan adalah kewajiban yang dibebankan kepada pekerja/buruh untuk

mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan atau telah disepakati oleh pekerja/serikat

pekerja dengan pengusaha.

2. Kewajiban konfidensialitas.

Kewajiban konfidensialitas adalah merupakan salah satu bentuk

kewajiban yang di berikan kepada pekerja, dalam artian pekerja mempunyai

kewajiban dalam hal untukdapat menjaga rahasia perusahaan.

3. Kewajiban loyalitas

Loyalitas pekerja terhadap organisasi memiliki makna

kesediaan pekerja untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu denga

n mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.Kesedian pekerja

untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang penting dalam

menunjang komitmen pekerja terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat

diupayakan bila pekerja merasakan adanya keamanan dan kepuasan didalam organisasi

tempat ia bergabung untuk bekerja.

Sedangkan kewajiban serikat buruh diatur Pasal 27 UU SP/SB. Dalam Pasal tersebut

disebutkan bahwa Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

berkewajiban:

1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan

kepentingannya.

(16)

3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran

dasar dan anggaran rumah tangga.

C. Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja yang Dilakukan Perusahaan

Pemutusan hubungan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (25) Undang-Undang

ketenagakerjaan adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu haltertentu mengakibatkan

berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.Salah satu bidang diantara

banyak bidang hukum perubahan yang sangat penting jika dikaitkan dengan perlindungan

pekerja adalah bidang pemutusan hubungan kerja, terutama pemutusan kerja oleh

majikan.Persoalan pemutusan hubungan kerja menjadi mengedepan jika perusahaan ingin

memutuskan (mengakhiri) hubungan kerja, Padahal pekerja masih ingin tetap bekerja.

Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan

perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.Dalam melaksanakan

hubungan kerja terkadang terjadi perselisihan antara pekerja/buruh dengan

pengusaha.21

Beberapa alasan yang menjadi penyebab terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja.

Alasan-alasan bagi perusahaan untuk melakukan PHK terhadap pengurus serikat pekerja mengacu

kepada UU Ketenagakerjaan diantaranya adalah :

Perselisihan yang terjadi antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam hubungan

kerja dapat menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja

adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya

hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

22

tanggal 2 Juli 2015).

(17)

1. Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat

Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 158 UU Ketenagakerjaan

inkonstitusional, maka pengusaha tidak lagi dapat langsung melakukan PHK apabila ada

dugaan pekerja melakukan kesalahan berat.Berdasarkan asas praduga tak bersalah, pengusaha

baru dapat melakukan PHK apabila pekerja terbukti melakukan kesalahan berat yang

termasuk tindak pidana. Atas putusan MK ini, Depnaker mengeluarkan surat edaran yang

berusaha memberikan penjelasan tentang akibat putusan tersebut. Pasal 158 ayat 1 berbunyi,

"Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan

pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut:

a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik

perusahaan.

b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan.

c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan

narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja.

d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja.

e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha

di lingkungan kerja.

f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan peraturan perundang- undangan dengan ceroboh atau sengaja merusak atau

membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian

bagi perusahaan.

g. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan

(18)

h. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan

kecuali untuk kepentingan Negara.

i. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih."

Jenis kesalahan berat lainnya dapat diatur dalam PP/PKB, tetapi apabila terjadi PHK karena

kesalahan berat (dalam PP/PKB) tersebut, harus mendapat izin dari lembaga yang berwenang.

Demikian juga sebelum melakukan PHK, harus terlebih dahulu melalui mekanisme yang

ditentukan, misalnya dengan memberi surat peringatan (baik berturut- turut, atau surat

peringatan pertama dan terakhir) untuk jenis kesalahan berat yang ditentukan PP/PKB.

Namun perlu kita ketahui bahwa alasan PHK berupa kesalahan berat yang dimaksud pada

Pasal 158, ayat 1 harus didukung dengan bukti misalnya:

a. Pekerja/buruh tertangkap tangan.

b. Ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan.

c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan

yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.

2. Pekerja/buruh melakukan diduga tindak pidana

Istilah tindak pidana adalah berasal dari kata istilah yang dikenal dalam Hukum Belanda yaitu

“Strafbaar Feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak

ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan Strafbaar Feit itu. Karena itu para

ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu.

Menurut wujud dan sifatnya, tindak pidana ini adalah perbuatan-perbuatan yang melawan

hukum. Perbuatan-perbuatan ini juga merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dengan

(19)

dan adil. Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan pidana ini adalah perbuatan yang anti sosial.

Pasal 160, ayat 1 menyebutkan, "Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib karena

diduga melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha, "

3. Pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja

Pasal 161 ayat 1 menyebutkan, "Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan

yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama,

pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang

bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut."

Dan jika mengabaikan surat peringatan atau peraturan yang diberikan oleh perusahaan ini

dapat menjadi sebuah alasan terjadinya pemutusan hubungan kerja.

4. Pekerja/buruh mengundurkan diri

Salah satu jenis pemutusan hubungan kerja yang inisiatifnya dari pekerja/buruh adalah

pengakhiran hubungan kerja karena pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri

dan dilakukan tanpa penetapan (izin). Syarat yang harus dipenuhi apabila seorang

pekerja/buruh mengundurkan diri agar mendapatkan hak-haknya dan mendapatkan surat

keterangan kerja/eksperience letter adalah permohonan tertulis harus diajukan

selambat-lambatnya 30 hari sebelum hari h tanggal pengunduran diri. Hal yang harus dilakukan

pekerja/buruh yang mengundurkan diri adalah sebagai berikut :

a. Pekerja/buruh tidak terikat dalam ikatan dinas.

b. Selama menunggu hari h, pekerja/buruh harus tetap melaksanakan kewajiban sampai

tanggal pengunduran diri dari yang ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk

mempersiapkan pengganti formasi untuk jabatan dimaskud atau dalam rangka transfer of

(20)

5. Pemutusan hubungan kerja karena terjadi perubahan status, pengabungan, peleburan, atau

perubahan kepemilikan perusahaan

Apabila terjadi PHK karena terjadi perubahan status, penggabungan (merger), peleburan

(konsolidasi) atau perubahan kepemilikan perusahaan (akuisisi), dan pekerja/buruh tidak

bersedia melanjutkan hubungan kerja maka terhadap pekerja/buruh berhak atas uang

pesangon satu kali dan uang pengganti hak. Apabila PHK yang terjadi disebabkan oleh

perubahan status, merger, atau konsolidasi, dan pengusaha tidak bersedia melanjutkan

hubungan kerja dengan pekerja/buruh berhak uang pesangon dua kali, uang penghargaan

masa kerja satu kali, dan uang pengganti hak. Pasal 163 ayat 1 menyebutkan, "pengusaha

dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dalam hal terjadi

perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan

pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja."

6. PHK karena likuidasi

Pasal 164, ayat 1 menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami

kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur)"

Kerugian perusahaan yang dimaksud harus dibuktikan dengan laporan keuangan 2 (dua) tahun

terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik.

7. Perusahaan melakukan efisiensi

Ini merupakan alasan pemutusan hubungan kerja yang sering digunakan.Pasal 164 ayat 3

menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap

(21)

berturut-turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan

melakukan efisiensi."

8. Perusahaan mengalami pailit

Pasal 165 menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap

pekerja/buruh karena perusahaan pailit,.." Kata pailit berasal dari bahasa Prancis failite yang

berarti kemacetan pembayaran. Kepailitan diartikan sebagai suatu proses di mana seorang

debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh

pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat

membayar utangnya. Harta debitur dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan

peraturan pemerintah.Dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan disebutkan

bahwa yang dimaksudkan dengan pailit adalah seseorang yang oleh suatu pengadilan

dinyatakan bankrut, dan yang aktivitasnya atau warisannya telah diperuntukkan untuk

membayar hutang-hutangnya ngertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk

membayar dari seorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.Ketidakmampuan

tersebut harus disertai suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara

sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga.Maksud dari pengajuan

permohonan tersebut sebagai bentuk pemenuhan asas publisitas dari keadaan tidak mampu

membayar.

9. Pekerja/buruh memasuki usia pensiun

Pasal 167 ayat 1 menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh karena memasuki usia pensiun..." Ini merupakan alasan PHK yang

normal.

(22)

Pasal 168, ayat 1 menyebutkan, "Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau

lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah

dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus

hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri."

Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu

yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Pengusaha

dapat melakukan pemutusan hubungan kerja jika:23

1. Pekerja melanggar ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja dan/atau peraturan

perusahaan atau perjanjian kerja bersama dan pekerja yang bersangkutan telah diberikan tiga

surat peringatan, masing-masing dikeluarkan dalam jangka waktu enam bulan dari peringatan

sebelumnya secara berturut-turut.

2. Pengusaha melakukan perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan, dan

pengusaha tidak bersedia menerima pekerja tersebut kedalam perusahaan dengan status yang

baru.

3. Perusahaan tutup karena mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2 tahun atau

keadaan memaksa (force majeur).

4. Perusahaan pailit.

5. Pekerja meninggal dunia.

6. Pekerja memasuki usia pensiun.

7. Pekerja mangkir selama lima hari kerja berturut-turut tanpa keterangan tertulis yang

dilengkapi dengan bukti yang sah telah dipanggil oleh pengusaha dua kali secara patut dan

tertulis; atau

(23)

8. Pekerja melakukan kesalahan berat dan telah tetapkan dalam putusan hakim pidana yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pekerja dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga

penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika pengusaha melakukan perbuatan sebagai

berikut:

1. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja.

2. Membujuk dan/atau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.

3. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3

4. Bulan berturut-turut atau lebih.

5. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja.

6. Memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan.

7. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan

pekerja sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.

Pekerja dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja jika pekerja

mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat

melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan.Pemutusan hubungan kerja

berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (25) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah

pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu mengakibatkan berakhirnya hak dan

kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Salah satu bidang diantara banyak bidang hukum

perubahan yang sangat penting jika dikaitkan dengan perlindungan pekerja adalah bidang

(24)

hubungan kerja menjadi mengedepan jika perusahaan ingin memutuskan (mengakhiri) hubungan

kerja, Padahal pekerja masih ingin tetap bekerja.

Pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan tidak dapat dilakukan secara sepihak bila

pekerja tersebut melaksanakan dan mematuhikewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,

perjanjian perubahan dan peraturan perusahaan.Mengedepannya persoalan ini terletak pada

keinginan majikan yang lazimnya serba kuat berhadapan dengan keinginan buruh yang lazimnya

serba lemah.Ketentuan-ketentuan mengenai berakhirnya hubungan kerja yang tercantum dalam

Bab VII-A Buku III KUH Perdata tidak cukup memberikan perlindungan kepada pekerja dari

keinginan majikan untuk memutuskan hubungan kerja.Padahal, hukum yang bersifat memaksa

(dwingendrecht) yang dapat mengekang keinginan majikan itu merupakan benteng perlindungan

terakhir agar pekerja tetap mempunyai pekerjaan, yang berarti menjamin kelangsungan

perolehan nafkah.

Suatu perusahaan yang akan mengakhiri (memutuskan) hubungan kerja dengan

pekerjanya terikat oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan. Keterikatan perusahaan terhadap

undang-undang ini salah satunya bertujuan agar pekerja tidak kehilangan pekerjaannya.Hal ini

sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan undang-undang tersebut.Ini salah satunya bertujuan

agar pekerja tidak kehilangan pekerjaannya.Hal ini sebagimana ditegaskan dalam penjelasan

undang tersebut. Garis besar pokok-pokok pikiran yang diwujudkan dalam

undang-undang ini adaah sebagai berikut :

1. Hal terpenting dan harus dipegang teguh dalam menghadapi masalah pemutusan hubungan

kerja adalah pengerahan segala daya upaya agar pemutusan hubungan kerja tidak terjadi,

bahkan agar beberapa hal dilarang. Suatu perusahaan harus sudah menampakkan usahanya

(25)

dengan sungguh-sungguh dan pemutusan hubungan kerja tetap tidak dapat dihindarkan,

maka pemutusan hubungan kerja mungkin dilaksanakan. Sebab dalam keadaan yang

demikian itu perusahaan masih berhadapan dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh

undang-undang.

2. Setelah semua upaya dikerahkan untuk meniadakan pemutusan hubungan kerja dilaksanakan

tetap mendatangkan hasil, perusahaan harus merundingkan maksudnya untuk memutuskan

hubungan kerja dengan serikat pekerja atau dengan pekerjanya sendiri. Undang-undang

dengan serikat pekerja atau dengan pekerjanya sendiri. Undang-undang memandang bahwa

hasil perundingan antara pihak yang berselisih sering lebih baik daripada penyelesaian yang

dipaksakan oleh pemerintah.

3. Apabila perundingan antara pihak-pihak yang berselisih tidak mendatangkan hasil yang dapat

diterima oleh kedua belah pihak, maka pemerintah campur tangan dalam pemutusan

hubungan kerja yang akan dilakukan oleh perusahaan. Bentuk campur tangan ini berupa

pengawasan prefentif, yaitu untuk tiap-tiap pemutusan hubungan kerja oleh majikan

diperlukan izin dari instansi pemerintah (Departemen Tenaga Kerja). Pengawasan prefentif ini

pelaksanaannya diserahkan kepada panitia penyelesaian perselisihan perburuhan

daerah(selanjutnya disngkat Panitia Daerah).

4. Dalam undang-undang diadakan ketentuan-ketentuan yang bersifat formal tentang cara minta

izin, banding terhadap penolakan permintaan izin dan seterusnya.

Apabila terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran sebagai akibat tindakan

(26)

maka pemerintah berusaha meringakan beban burh dengan jalan mengusahakan secara aktif

penyaluran buruh ke perusahaanlain atau ke tempat-tempat kerja lainnya.24

Pemutusan hubungan kerja (PHK) sebenarnya jika dilihat dari Undang-Undang yang ada

sebenarnya tidak merupakan sesuatu yang melanggar hukum seperti yang dituliskan dalam

Undang-Undang Ketenagakerjaan yang mengatur dengan jelas perihal masalah Pemutusan

hubungan kerja (PHK).Pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dilakukan sesuai denga syarat

yang ada dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan25

dan ada beberapa regulasi dimana seseorang

tidak dapat dipecat dengan seenaknya saja oleh perusahaan.

Pemutusan hubungan kerja kepada pengurus serikat pekerja sebenarnya tidak sama

seperti pemutusan hubungan kerja kepada anggota serikat pekerja, dimana dalam pengurus

serikat pekerja di lindungi oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan dimana terdapat pada pasal

153 huruf g, yang menyatakan bahwa pengurus serikat pekerja tidak dapat dikenakan pemutusan

hubungan kerja oleh perusahaan, dan disini jelas perbedaan pengurus serikat pekerja dengan

anggota serikat pekerja.

Terdapat perbedaan antara pengurus serikat pekerja dengan anggota serikat pekerja dalam

menjalani pemutusan hubungan kerja antara pengurus serikat pekerja dengan anggota serikat

pekerja, dimana pengurus serikat pekerja mempunyai kesepakatan atas pengusaha atau bias

berdasarkan ketentuan yang di atur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian

kerja bersama oleh sebab itu maka pengurus serikat pekerja lebih di lindungi Undang-Undang

ketenagakerjaan dari anggota serikat pekerja lainnya.

25

(27)

Pemutusan hubungan kerja dengan pengurus serikat pekerja tidak sama dengan serikat

pekerja lainnya, tetapi pengurus serikat pekerja bisa mempertahankan anggota serikat pekerjanya

dengan melihat kedekatan antara pengurus serikat pekerja dan perusahaan.

Terdapat berbagai macam alasan dalam proses terjadinya pemutusan hubungan kerja

(PHK) seperti yang diatas. Salah satu alasan tersebutlah yang terjadinya pemutusan hubungan

Referensi

Dokumen terkait

adalah

Judul : “ Perbandingan Keefektifan Pengunaan Alat Peraga Pada Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Terhadap

Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel.. Penelitian tidak menuntut

pendidikan Islam, sekaligus dapat dijadikan bahan informasi dan acuan bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan sistem pembelajaran pada

Jumlah cabang merupakan karakter yang sangat mempengaruhi produksi kedelai.Semakin banyak jumlah cabang diketahui semakin tinggi pula produksi.Pada penelitian ini

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan

Gambar IV.2 Flow Map Diagram pada Sistem yang sedang berjalan Start Data Properti Kavling, Ruko dan Perumahan Proses Legalitas Properti Proses Teknis Properti Stop

Cloud/awan merupakan metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan computer, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan