14
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PENGURUS SERIKAT PEKERJA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGURUS SERIKAT PEKERJA YANG
DIATUR UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003
A. Serikat Pekerja dalam Suatu Perusahaan Manufaktur
Serikat pekerja atau serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
pekerja atau buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi
hak dan kepentingan pekerja atau buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan
keluarganya. Berdasarkan UU Ketenagakerjaan “Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk
dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat
bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.”
Serikat pekerja atau serikat buruh di lindungi dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.Dengan konsideran dalam rangka mewujudkan
kemerdekaan berserikat, pekerja atau buruh berhak membentuk dan mengembangkan serikat
pekerja atau serikat buruh yang bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung
jawab.Serikat pekerja atau serikat buruh merupakan saran untuk memperjuangkan, melindungi
dan membela kepentingan dan kesejahteraan pekerja atau buruh beserta keluarganya serta
mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.11
11
Serikat pekerja/buruh di Indonesia diatur dalam UU SP/SB. UU SP/SB didasarkan pada
Pasal 28 E perubahan Kedua UUD 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization)
Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat diratifikasi oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang
Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 98 Tahun 1949 mengenai
berlakunya dasar- dasar dari pada hak untuk berorganisasi dan untuk Berunding bersama.
Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi
dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya UU SP/SB, maka bidang perburuhan
sesungguhnya telah berubah secara radikal. Namun secara prinsip, organisasi buruh dibentuk
dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan hidup dan melindungi hak-hak buruh.12
Sejak beberapa dekade, kebebasan berorganisasi bagi para buruh telah
dipasung.Terpasungnya organisasi buruh di Indonesia ini berdampak luas termasuk tumpulnya
suara buruh dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan. Dalam bagian umum penjelasan atas
UU SP/SP, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat
penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kebebasan berserikat yang diinginkan oleh para pekerja dalam serikat pekerja tidak
diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan begitu saja, namun timbul karena adanya
perkembangan gerakan buruh di Indonesia sejak zaman penjajahan hingga keluarnya UU SP/SB
tentang serikat pekerja/serikat buruh. Efektif tidaknya undang-undang tersebut dalam praktek
berpulang kembali kepada bargaining position organisasi buruh itu sendiri.
12
Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat buruh merupakan
sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dalam menciptakan hubungan
industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.
Undang-Undang nomor 21 Tahun 2000 dijabarkan apa yang menjadi tujuan serikat
pekerja/ serikat buruh yaitu guna memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan,
serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya. Peran serikat
buruh dalam menyuarakan aspirasi dan partisipasi dalam pembangunan pada dasarnya termasuk
hak atas pembangunan. Partisipasi dalam pembangunan mengandung arti bahwa individu atau
kelompok akan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan hak berserikat yang terjamin. Secara
konseptual maka melalui serikat pekerja/serikat buruh diharapkan bahwa:
1. Dapat berpartisipasi secara efektif dalam perumusan kebijaksanaan dan keputusan serta
pelaksanaannya baik di tingkat lokal maupun nasional. sehingga aspirasi mereka benar-benar
diperhatikan.
2. Merumuskan dan melakukan tugas ekonomi, sosial, politik dan budaya atas dasar pilihan
sendiri berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan guna memperbaiki standard dan kualitas
kehidupan mereka serta melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya.
3. Berpartisipasi dalam memantau dan meninjau kembali proses pembangunan.
Adapun implikasi dari adanya UU SP/SB tentang serikat pekerja/serikat buruh adalah:
1. Bagi badan pemerintah di bidang perburuhan tingkat nasional dan propinsi: administrasi
peraturan termasuk, penerimaan surat pemberitahuan tentang pembentukan serikat,
memastikan dipenuhinya persyaratan pendaftaran oleh serikat mengeluarkan nomor
2. Bagi pekerja dan serikat memahami hak dan kewajibannya sehubungan dengan surat
pemberitahuan; mengembangkan AD/ART organisasi; administrasi dan laporan keuangan
yang tepat; dan peran serikat dalam mewakili anggota membuat PKB dan menyelesaikan
perselisihan industrial.
Untuk pengusaha memahami kewajiban mereka untuk tidak ikut campur dalam
pembentukan atau pengoperasian serikat, ataupun melakukan tindakan diskriminasi terhadap
anggota dan pengurus serikat, dan untuk berhubungan dengan serikat-serikat yang baru dalam
setiap masalah industrial dan perundingan.
Seorang pekerja yang bergabung ke dalam serikat pekerja pastilah mempunyai berapa
faktor atau sebab ia bergabung. Sebab para pekerja bergabung di dalam serikat pekerja seperti :13 1. Ketidakpuasan pada manajemen
Setiap pekerjaan memiliki potensi terjadinya ketidakpuasan. Serikat pekerja mencari
keputusan manajemen yang subjektif atau tidak adil kemudian menekankan pentingnya
keuntungan menjadi anggota serikat pekerja sebagai cara memecahkan masalah tersebut.
2. Kompensasi
Para karyawan ingin kompensasi mereka adil dan setara. Upah penting karen adapat
memenuhi kebutuhan dan kesenangan hidup. Jika para karyawan tidak puas dengan upahnya,
mereka mungkin mengandalkan serikat pekerja untuk membantu meningkatkan standar
hidup.Di masa lalu, para anggota serikat pekerja menerima ketidaksetaraan pembayaran jika
senioritas menjadi kriteria yang digunakan.
3. Keamanan pekerjaan
Biasanya para karyawan muda kurang begitu peduli pada keamanan pekerjaan dibandingkan
para karyawan tua.Jika perusahaan tidak memberi para karyawan rasa aman terkait
pekerjaannya, para karyawan mungkin berpaling pada serikat pekerja.
4. Sikap manajemen
Pada beberapa perusahaan, manajemen tidak peka terhadap kebutuhan para karyawannya.
Para karyawan dapat mempersepsikan bahwa mereka tidak memiliki pengaruh sama sekali
dalam masalah yang terkait dengan pekerjaan. Para supervisor mungkin gagal memberi
alasan untuk penugasan yang tidak biasa dan mungkin mengharapkan para karyawan
mendedikasikan hidupnya bagi perusahaan tanpa memberikan imbalan yang wajar.
5. Saluran sosial
Secara alamiah banyak orang memiliki kebutuhan sosial yang kuat.Mereka umumnya suka
berada bersama orang-orang lain nyang memiliki minat dan keinginan yang sama.
6. Peluang untuk kepemimpinan
Beberapa orang menginginkan peran kepemimpinan tapi tidak selalu mudah bagi seorang
karyawan operasi untuk melangkah ke dalam manajemen.Serikat pekerja memiliki jenjang
kepemimpinan yang dimulai dengan petugas serikat pekerja (union steward) dan
masing-masing anggota memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya.
7. Pembentukan serikat pekerja yang diwajibkan
Hukum hak untuk bekerja melarang manajemen dan serikat pekerja membuat kesepakatan
yang mewajibkan keanggotaan serikat pekerja sebagai persyaratan kerja.
8. Tekanan rekan kerja
Beberapa orang akan bergabung dengan serikat pekerja karena merasa didesak oleh anggota
9. Struktur serikat pekerja
Gerakan pekerja telah mengembangkan struktur organisasi yang bertingkat-tingkat. Setiap
tingkatan memiliki pengurus dan cara mengatur urusannya sendiri-sendiri. Elemen utama
organisasi serikat pekerja yaitu :
a. Serikat pekerja lokal
Bagi anggota perorangan serikat pekerja,ini merupakan tingkatan paling penting dalam
struktur pekerja terorganisasi.Melalui lokal,karyawan berhubungan dengan pemberi kerja
dalam basis harian.Organisasi tersebut dapat menjadi pusat organisasi dan aktivitas
politik dari para anggotanya.
b. Serikat pekerja nasional
Tingkatan paling kuat dalam struktur serikat pekerja adalah serikat pekerja
nasional.Terdiri dari serikat-serikat pekerja lokal yang terikat dengannya.Setiap serikat
pekerja lokal memberikan dukungan finansial kepada serikat pekerja nasional
berdasarkan ukuran keanggotaannya.
Serikat pekerja dalam memecahkan persoalan menuju suatu kemajuan dan peningkatan
yang diharapkan, hendaknya menata dan memperkuat dirinya melalui upaya :14
1. Menciptakan tingkat solidaritas yang tinggi dalam satu kesatuan diantara pekerja dengan
pekerja, pekerja dengan serikat pekerjanya, pekerja/serikat pekerja dengan manajemen.
2. Meyakinkan anggotanya untuk melaksanakan kewajibannya disamping haknya diorganisasi
dan diperusahaan, serta pemupukan dana organisasi.
3. Dana organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan anggaran belanja yang sudah
ditetapkan guna kepentingan peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengurus untuk
14
bidang pengetahuan terkait dengan keadaan dan kebutuhan ditempat bekerja, termasuk
pelaksanaan hubungan industrial.
4. Sumber daya manusia yang baik akan mampu berinteraksi dengan pihak manajemen secara
rasional dan obyektif.
Bagi perusahaan, keberadaan sebuah serikat buruh dapat mempengaruhi kemampuan
mereka mengelola sumber daya manusia mereka yang vital. Bagi para pekerja, serikat buruh
dapat membantu mereka untuk memperoleh apa yang mereka inginkan (misalnya kenaikan upah,
keamanan kerja) dari perusahaan mereka. Bagi manajemen, serikat pekerja dapat mengakibatkan
kurangnya fleksibilitas dalam penerimaan pekerja baru, penugasan - penugasan, dan perkenalan
metode kerja baru seperti otomatisasi, hilangnya kendali, praktek - praktek kerja yang tidak
efisien, struktur pekerjaan yag tidak fleksibel.
Tujuan serikat pekerja atau serikat buruh adalah memberikan perlindungan, pembelaan
hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya. Fungsi serikat pekerja diantaranya sebagai berikut :15
1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan
industrial.
2. Sebagai wakil pekerja atau buruh dalam lembaga kerjasama dibidang ketenagakerjaan sesuai
dengan tingkatan.
3. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan
sesuai perundang-undangan yang berlaku.
4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.
5. Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku.
15
Serikat pekerja memberikan kepada anggotanya hak-hak yang secara hukum tidak dapat
diperoleh tanpa adanya serikat buruh.Hal ini tentunya mendorong perusahaan yang mempunyai
serikat buruh untuk mempertimbangkan reaksi para pekerjanya terhadap banyak keputusan yang
diambilnya.Walaupun begitu, dalam beberapa kasus perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki
serikat buruh dan ingin tetap seperti itu, memberi pertimbangan dan tunjangan – tunjangan yang
lebih kepada para pekerjanya.Sebagai akibatnya, sebuah perusahaan yang mempunyai serikat
buruh mungkin atau mungkin tidak mengeluarkan biaya lebih daripada perusahaan yang tidak
memiliki serikat buruh.
Serikat pekerja membantu perusahaan melalui konsesi upah atau kerjasama dalam
usaha-usaha bersama di pekerjaan, seperti program kerja kelompok atau Scanlon Plan, yang
memungkinkan perusahaan melakukan usaha-usaha penyelamatan, terutama di masa-masa sulit,
namun tetap menguntungkan dan kompetitif. Hal ini terjadi pada industri-industri mobil, baja,
dan perusahaan penerbangan.Serikat buruh juga dapat membantu mengidentifikasi bahaya-
bahaya dalam pekerjaan dan meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerja.
Bilamana, paling tidak empat persyaratan diatas terpenuhi, serikat pekerja melalui
wakilnya akan mampu mencari cara terbaik menyampaikan usulan positif guna kepentingan
bersama. Perlu diyakini bahwa tercapainya hubungan industrial yang harmonis, dinamis,
berkeadilan dan bermartabat, hanya akan ada ditingkat perusahaan. Karenanya social dialogue
yang setara, sehat, terbuka, saling percaya dan dengan visi yang sama guna pertumbuhan
perusahaan sangat penting dan memegang peranan menentukan.
Manufaktur adalah suatu cabang
tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk
produksi dengan
dunia16
Manufaktur ada dalam segala bidang sistim ekonomi.Dalam ekonomi pasar bebas,
manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara
mendapatkan keuntungan. Perusahaan ialah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses
produksi barang atau jasa. Hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia tidak bisa digunakan
secara langsung dan harus melewati sebuah proses di suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan
ialah tempat melakukan proses sampai bisa langsung digunakan oleh manusia.
Untuk menghasilkan barang siap konsumsi, perusahaan memerlukan bahan–bahan dan
faktor pendukung lainnya, seperti bahan baku, bahan pembantu, peralatan dan tenaga kerja.
Untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu serta tenaga kerja dikeluarkan sejumlah
biaya yang disebut biaya produksi.
Hasil dari kegiatan produksi adalah barang atau jasa, barang atau jasa inilah yang akan
dijual untuk memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan. Jika hasil penjualan barang atau jasa
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut memperoleh keuntungan dan
sebalik jika hasil jumlah hasil penjualan barang atau jasa lebih kecil dari jumlah biaya yang
dikeluarkan maka perusaahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian dalam
menghasilkan barang perusahaan menggabungkan beberapa faktor produksi untuk mencapi
tujuan yaitu keuntungan.
Perusahaan merupakan kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa.
Perusahaan juga disebut tempat berlangsungnya proses produksi yang menggabungkan faktor –
faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Perusahaan merupakan alat dari badan
usaha untuk mencapai tujuan yaitu mencari keuntungan.Orang atau lembaga yang melakukan
usaha pada perusahaan disebut pengusaha, para pengusaha berusaha dibidang usaha yang
beragam.
Perusahaan manufaktur (manufacturing bussines) adalah perusahaan yang kegiatannya
membeli bahan baku kemudian mengolah bahan baku dengan mengeluarkan biaya-biaya lain
menjadi barang jadi yang siap untuk di jual.17
Dari definisi perusahaan manufaktur tersebut, dapat
diketahui bahwa dalam perusahaan manufaktur terdapat persediaan bahan baku dan persediaan
barang jadi. Pada akhir periode pada perusahaan manufaktur biasanya terdapat produk yang
belum selesai dikerjakan. Produk yang belum selesai dikerjakan dinamakan persediaan barang
dalam proses. Sehingga pada perusahaan manufaktur terdapat 3 unsur persediaan, yaitu
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan baku menjadi
barang jadi, kegiatan ini sering disebut sebagai proses produksi. Selama proses produksi tentunya
dibutuhkan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam proses
pengelolahan bahan baku menjadi barang jadi sehingga barang jadi siap untuk dijual.
Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah dalam memperjuangkan
hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh akan meningkatkan
bargaining baik secara individu maupun keseluruhan. serikat pekerja/serikat buruh dapat
mengawasi (control) pelaksanaan hak-hak pekerja di perusahaan. Oleh karena itu, peran serikat
pekerja sangat penting bagi pekerja.Suatu perusahaan biasanya terdapat organisasi serikat
pekerja/serikat buruh yang dalam pelaksanannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam
hubungan industrial.
Serikat pekerja dalam memecahkan persoalan menuju suatu kemajuan dan peningkatan
yang diharapkan, hendaknya menata dan memperkuat dirinya melalui upaya :18
1. Menciptakan tingkat solidaritas yang tinggi dalam satu kesatuan diantara pekerja dengan
pekerja, pekerja dengan serikat pekerjanya, pekerja/serikat pekerja dengan manajemen.
2. Meyakinkan anggotanya untuk melaksanakan kewajibannya disamping haknya diorganisasi
dan diperusahaan, serta pemupukan dana organisasi.
3. Dana organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan anggaran belanja yang sudah
ditetapkan guna kepentingan peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengurus untuk
bidang pengetahuan terkait dengan keadaan dan kebutuhan ditempat bekerja, termasuk
pelaksanaan hubungan industrial.
4. Sumber daya manusia yang baik akan mampu berinteraksi dengan pihak manajemen secara
rasional dan obyektif.
Sama hal seperti yang dijelaskan diatas serikat pekerja berada pada suatu perusahaan
lainnya juga sama dengannya halnya serikat pekerja didalam suatu perusahaan manufaktur yang
juga dapat membantu perusahaan manufaktur melalui konsesi upah atau kerjasama dalam
usaha-usaha bersama dipekerjaan. Serikat pekerja didalam suatu perusaha-usahaan manufaktur juga
dilindungi oleh UU SP/SB sebagaimana perlindungan terhadap serikat pekerja yang berada
diperusahaan lainnya.
Bagi perusahaan manufktur keberadaan suatu serikat pekerja dapat mempengaruhi
kemampuan mereka mengelola sumber daya manusia mereka yang vital.Serikat pekerja atau
serikat buruh didalam sebuah perusahaan manufaktur juga merupakan suatu serikat pekerja atau
18
serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja atau buruh satu di dalam perusahaan manufaktur
tersebut.
B. Hak dan Kewajiban Pengurus Serikat Pekerja dalam Perusahaan
Hak serikat pekerja tidak sama dengan hak-hak pekerja. Hal ini perlu dikemukakan sedari
awal sebab umumnya hak serikat pekerja (trade union rights) disamakan begitu saja dengan
hak-hak pekerja (worker’s rights). Hak-hak-hak pekerja selalu melekat pada setiap orang yang bekerja
dengan menerima gaji.Karena pekerjaannya di bawah perintah orang pemberi kerja maka
seorang pekerja perlu memperoleh jaminan perlindungan dari tindakan yang sewenang-wenang
dari orang yang membayar gajinya.
Hak pekerja tersebut muncul secara bersamaan ketika si pekerja mengikat dirinya pada
perusahaan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang biasanya langsung dapat dijadikan contoh
adalah hak atas upah, hak untuk mendapatkan cuti tahunan dan dapat di jalankan sesuai dengan
aturan yang berlaku, hak untuk mendapatkan kesamaan derajat dimata hukum, hak untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing masing, hak untuk mengemukakan
pendapat, dan lain-lain.
Hak serikat pekerja ini ada untuk menjamin jalannya dan berfungsinya organisasi pekerja
dalam membela para anggotanya. Perlu disadari bahwa ini karena pekerja tidak bisa berjuang
sendiri-sendiri. Perjuangan akan lebih berhasil apabila bersama-sama dalammembentuk
organisasinya. Hak serikat pekerja ini menjadi syarat utama keberhasilan perjuangan para
pekerja.Inilah pentingnya keberadaan serikat pekerja.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi
hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.
Serikat pekerja mempunyai hak-haknya. Hak-hak dari serikat pekerja tersebut
diantaranya :19
1. Kebebasan untuk bergabung dengan serikat buruh dan berpartisipasi di dalam aktifitas serikat
buruh di luar jam kerja.
Setiap pekerja memiliki hak untuk membentuk dan menjadi anggota sebuah serikat buruh.
Serikat buruh berhak menarik dan mengelola dana dan mempertanggungjawabankan
keuangan serikat, termasuk penyediaan dana untuk aktifitas mogok kerja (Pasal 104 UU
Ketenagakerjaan).
Serikat Buruh/Serikat Pekerja menyatakan bahwa perusahaan harus memberikan kesempatan
kepada pengurus dan anggota serikat pekerja/serikat buruh untuk melaksanakan aktifitas
serikat pekerja/serikat buruh selama jam kerja yang disetujui oleh kedua pihak dan atau
diatur di dalam perjanjian kerja bersama (Pasal 29 UU No.21/2000).
2. Kebebasan untuk berunding secara kolektif.
Sebuah perjanjian kesepakatan kerja bersama dibuat antara serikat buruh atau beberapa
serikat buruh yang sudah tercatat di lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab atas
urusan ketenagakerjaan dan pengusaha atau beberapa pengusaha (Pasal 116 ayat 1 UU
Ketenagakerjaan).
3. Hak mogok kerja
Mogok kerja harus dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat dari gagalnya
perundingan (Pasal 137 UU No.13/2003) “Sah” disini artinya adalah mengikuti procedural
yang diatur oleh Undang-Undang. “Tertib dan damai“ disini artinya adalah tidak
mengganggu keamanan dan ketertiban umum. “Akibat gagal perundingan” disini artinya
adalah : Upaya perundingan yang dilakukan menemui jalan buntu dan gagal mencapai
kesepakatan atau Perusahaan menolak untuk melakukan perundingan walaupun serikat
pekerja atau pekerja telah meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 kali dalam tenggang
waktu 14 hari.
Hak dan kewajiban serikat buruh telah diatur Pasal 25 sampai dengan Pasal 27 UU
SP/SB. Hak dan kewajiban serikat pekerja atau serikat buruh diantaranya:20 1. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
2. Mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial;
3. Mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;
4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan pekerja/buruh;
5. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Timbulnya kewajiban bagi seseorang adalah ketika dia melakukan suatu kesepakatan dan
didalamnya termuat hak dan kewajiban, ketika hak itu sudah menjadi keharusan yang diperoleh,
begitupun kewajiban adalah keharusan yang wajib dan harus di taati tanpa kecuali, karena saling
keterikatannya antara hak dan kewajiban itulah yang mendasari mengapa setiap kita menuntut
hak, kita pun jangan sampai lalai terhadap kewajiban, dan kewajiban sebagai pekerja pun telah
terbagi kedalam tiga bagian penting, yaitu :
20
1. Kewajiban ketaatan.
Kewajiban Ketaatan adalah kewajiban yang dibebankan kepada pekerja/buruh untuk
mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan atau telah disepakati oleh pekerja/serikat
pekerja dengan pengusaha.
2. Kewajiban konfidensialitas.
Kewajiban konfidensialitas adalah merupakan salah satu bentuk
kewajiban yang di berikan kepada pekerja, dalam artian pekerja mempunyai
kewajiban dalam hal untukdapat menjaga rahasia perusahaan.
3. Kewajiban loyalitas
Loyalitas pekerja terhadap organisasi memiliki makna
kesediaan pekerja untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu denga
n mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.Kesedian pekerja
untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang penting dalam
menunjang komitmen pekerja terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat
diupayakan bila pekerja merasakan adanya keamanan dan kepuasan didalam organisasi
tempat ia bergabung untuk bekerja.
Sedangkan kewajiban serikat buruh diatur Pasal 27 UU SP/SB. Dalam Pasal tersebut
disebutkan bahwa Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
berkewajiban:
1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan
kepentingannya.
3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga.
C. Pemutusan Hubungan Kerja Pengurus Serikat Pekerja yang Dilakukan Perusahaan
Pemutusan hubungan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (25) Undang-Undang
ketenagakerjaan adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu haltertentu mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.Salah satu bidang diantara
banyak bidang hukum perubahan yang sangat penting jika dikaitkan dengan perlindungan
pekerja adalah bidang pemutusan hubungan kerja, terutama pemutusan kerja oleh
majikan.Persoalan pemutusan hubungan kerja menjadi mengedepan jika perusahaan ingin
memutuskan (mengakhiri) hubungan kerja, Padahal pekerja masih ingin tetap bekerja.
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.Dalam melaksanakan
hubungan kerja terkadang terjadi perselisihan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha.21
Beberapa alasan yang menjadi penyebab terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja.
Alasan-alasan bagi perusahaan untuk melakukan PHK terhadap pengurus serikat pekerja mengacu
kepada UU Ketenagakerjaan diantaranya adalah :
Perselisihan yang terjadi antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam hubungan
kerja dapat menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja
adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya
hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
22
tanggal 2 Juli 2015).
1. Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat
Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 158 UU Ketenagakerjaan
inkonstitusional, maka pengusaha tidak lagi dapat langsung melakukan PHK apabila ada
dugaan pekerja melakukan kesalahan berat.Berdasarkan asas praduga tak bersalah, pengusaha
baru dapat melakukan PHK apabila pekerja terbukti melakukan kesalahan berat yang
termasuk tindak pidana. Atas putusan MK ini, Depnaker mengeluarkan surat edaran yang
berusaha memberikan penjelasan tentang akibat putusan tersebut. Pasal 158 ayat 1 berbunyi,
"Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan
pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut:
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan.
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja.
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja.
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha
di lingkungan kerja.
f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang- undangan dengan ceroboh atau sengaja merusak atau
membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
g. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan
h. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan
kecuali untuk kepentingan Negara.
i. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih."
Jenis kesalahan berat lainnya dapat diatur dalam PP/PKB, tetapi apabila terjadi PHK karena
kesalahan berat (dalam PP/PKB) tersebut, harus mendapat izin dari lembaga yang berwenang.
Demikian juga sebelum melakukan PHK, harus terlebih dahulu melalui mekanisme yang
ditentukan, misalnya dengan memberi surat peringatan (baik berturut- turut, atau surat
peringatan pertama dan terakhir) untuk jenis kesalahan berat yang ditentukan PP/PKB.
Namun perlu kita ketahui bahwa alasan PHK berupa kesalahan berat yang dimaksud pada
Pasal 158, ayat 1 harus didukung dengan bukti misalnya:
a. Pekerja/buruh tertangkap tangan.
b. Ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan.
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan
yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.
2. Pekerja/buruh melakukan diduga tindak pidana
Istilah tindak pidana adalah berasal dari kata istilah yang dikenal dalam Hukum Belanda yaitu
“Strafbaar Feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak
ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan Strafbaar Feit itu. Karena itu para
ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu.
Menurut wujud dan sifatnya, tindak pidana ini adalah perbuatan-perbuatan yang melawan
hukum. Perbuatan-perbuatan ini juga merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dengan
dan adil. Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan pidana ini adalah perbuatan yang anti sosial.
Pasal 160, ayat 1 menyebutkan, "Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib karena
diduga melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha, "
3. Pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja
Pasal 161 ayat 1 menyebutkan, "Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan
yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama,
pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang
bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut."
Dan jika mengabaikan surat peringatan atau peraturan yang diberikan oleh perusahaan ini
dapat menjadi sebuah alasan terjadinya pemutusan hubungan kerja.
4. Pekerja/buruh mengundurkan diri
Salah satu jenis pemutusan hubungan kerja yang inisiatifnya dari pekerja/buruh adalah
pengakhiran hubungan kerja karena pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri
dan dilakukan tanpa penetapan (izin). Syarat yang harus dipenuhi apabila seorang
pekerja/buruh mengundurkan diri agar mendapatkan hak-haknya dan mendapatkan surat
keterangan kerja/eksperience letter adalah permohonan tertulis harus diajukan
selambat-lambatnya 30 hari sebelum hari h tanggal pengunduran diri. Hal yang harus dilakukan
pekerja/buruh yang mengundurkan diri adalah sebagai berikut :
a. Pekerja/buruh tidak terikat dalam ikatan dinas.
b. Selama menunggu hari h, pekerja/buruh harus tetap melaksanakan kewajiban sampai
tanggal pengunduran diri dari yang ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan pengganti formasi untuk jabatan dimaskud atau dalam rangka transfer of
5. Pemutusan hubungan kerja karena terjadi perubahan status, pengabungan, peleburan, atau
perubahan kepemilikan perusahaan
Apabila terjadi PHK karena terjadi perubahan status, penggabungan (merger), peleburan
(konsolidasi) atau perubahan kepemilikan perusahaan (akuisisi), dan pekerja/buruh tidak
bersedia melanjutkan hubungan kerja maka terhadap pekerja/buruh berhak atas uang
pesangon satu kali dan uang pengganti hak. Apabila PHK yang terjadi disebabkan oleh
perubahan status, merger, atau konsolidasi, dan pengusaha tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja dengan pekerja/buruh berhak uang pesangon dua kali, uang penghargaan
masa kerja satu kali, dan uang pengganti hak. Pasal 163 ayat 1 menyebutkan, "pengusaha
dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dalam hal terjadi
perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan
pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja."
6. PHK karena likuidasi
Pasal 164, ayat 1 menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami
kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur)"
Kerugian perusahaan yang dimaksud harus dibuktikan dengan laporan keuangan 2 (dua) tahun
terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik.
7. Perusahaan melakukan efisiensi
Ini merupakan alasan pemutusan hubungan kerja yang sering digunakan.Pasal 164 ayat 3
menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
berturut-turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan
melakukan efisiensi."
8. Perusahaan mengalami pailit
Pasal 165 menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh karena perusahaan pailit,.." Kata pailit berasal dari bahasa Prancis failite yang
berarti kemacetan pembayaran. Kepailitan diartikan sebagai suatu proses di mana seorang
debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat
membayar utangnya. Harta debitur dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan
peraturan pemerintah.Dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan disebutkan
bahwa yang dimaksudkan dengan pailit adalah seseorang yang oleh suatu pengadilan
dinyatakan bankrut, dan yang aktivitasnya atau warisannya telah diperuntukkan untuk
membayar hutang-hutangnya ngertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk
membayar dari seorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.Ketidakmampuan
tersebut harus disertai suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara
sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga.Maksud dari pengajuan
permohonan tersebut sebagai bentuk pemenuhan asas publisitas dari keadaan tidak mampu
membayar.
9. Pekerja/buruh memasuki usia pensiun
Pasal 167 ayat 1 menyebutkan, "Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh karena memasuki usia pensiun..." Ini merupakan alasan PHK yang
normal.
Pasal 168, ayat 1 menyebutkan, "Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau
lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah
dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus
hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri."
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Pengusaha
dapat melakukan pemutusan hubungan kerja jika:23
1. Pekerja melanggar ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja dan/atau peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama dan pekerja yang bersangkutan telah diberikan tiga
surat peringatan, masing-masing dikeluarkan dalam jangka waktu enam bulan dari peringatan
sebelumnya secara berturut-turut.
2. Pengusaha melakukan perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan, dan
pengusaha tidak bersedia menerima pekerja tersebut kedalam perusahaan dengan status yang
baru.
3. Perusahaan tutup karena mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2 tahun atau
keadaan memaksa (force majeur).
4. Perusahaan pailit.
5. Pekerja meninggal dunia.
6. Pekerja memasuki usia pensiun.
7. Pekerja mangkir selama lima hari kerja berturut-turut tanpa keterangan tertulis yang
dilengkapi dengan bukti yang sah telah dipanggil oleh pengusaha dua kali secara patut dan
tertulis; atau
8. Pekerja melakukan kesalahan berat dan telah tetapkan dalam putusan hakim pidana yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pekerja dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika pengusaha melakukan perbuatan sebagai
berikut:
1. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja.
2. Membujuk dan/atau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3
4. Bulan berturut-turut atau lebih.
5. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja.
6. Memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan.
7. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan
pekerja sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.
Pekerja dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja jika pekerja
mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat
melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan.Pemutusan hubungan kerja
berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (25) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Salah satu bidang diantara banyak bidang hukum
perubahan yang sangat penting jika dikaitkan dengan perlindungan pekerja adalah bidang
hubungan kerja menjadi mengedepan jika perusahaan ingin memutuskan (mengakhiri) hubungan
kerja, Padahal pekerja masih ingin tetap bekerja.
Pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan tidak dapat dilakukan secara sepihak bila
pekerja tersebut melaksanakan dan mematuhikewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
perjanjian perubahan dan peraturan perusahaan.Mengedepannya persoalan ini terletak pada
keinginan majikan yang lazimnya serba kuat berhadapan dengan keinginan buruh yang lazimnya
serba lemah.Ketentuan-ketentuan mengenai berakhirnya hubungan kerja yang tercantum dalam
Bab VII-A Buku III KUH Perdata tidak cukup memberikan perlindungan kepada pekerja dari
keinginan majikan untuk memutuskan hubungan kerja.Padahal, hukum yang bersifat memaksa
(dwingendrecht) yang dapat mengekang keinginan majikan itu merupakan benteng perlindungan
terakhir agar pekerja tetap mempunyai pekerjaan, yang berarti menjamin kelangsungan
perolehan nafkah.
Suatu perusahaan yang akan mengakhiri (memutuskan) hubungan kerja dengan
pekerjanya terikat oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan. Keterikatan perusahaan terhadap
undang-undang ini salah satunya bertujuan agar pekerja tidak kehilangan pekerjaannya.Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan undang-undang tersebut.Ini salah satunya bertujuan
agar pekerja tidak kehilangan pekerjaannya.Hal ini sebagimana ditegaskan dalam penjelasan
undang tersebut. Garis besar pokok-pokok pikiran yang diwujudkan dalam
undang-undang ini adaah sebagai berikut :
1. Hal terpenting dan harus dipegang teguh dalam menghadapi masalah pemutusan hubungan
kerja adalah pengerahan segala daya upaya agar pemutusan hubungan kerja tidak terjadi,
bahkan agar beberapa hal dilarang. Suatu perusahaan harus sudah menampakkan usahanya
dengan sungguh-sungguh dan pemutusan hubungan kerja tetap tidak dapat dihindarkan,
maka pemutusan hubungan kerja mungkin dilaksanakan. Sebab dalam keadaan yang
demikian itu perusahaan masih berhadapan dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang.
2. Setelah semua upaya dikerahkan untuk meniadakan pemutusan hubungan kerja dilaksanakan
tetap mendatangkan hasil, perusahaan harus merundingkan maksudnya untuk memutuskan
hubungan kerja dengan serikat pekerja atau dengan pekerjanya sendiri. Undang-undang
dengan serikat pekerja atau dengan pekerjanya sendiri. Undang-undang memandang bahwa
hasil perundingan antara pihak yang berselisih sering lebih baik daripada penyelesaian yang
dipaksakan oleh pemerintah.
3. Apabila perundingan antara pihak-pihak yang berselisih tidak mendatangkan hasil yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak, maka pemerintah campur tangan dalam pemutusan
hubungan kerja yang akan dilakukan oleh perusahaan. Bentuk campur tangan ini berupa
pengawasan prefentif, yaitu untuk tiap-tiap pemutusan hubungan kerja oleh majikan
diperlukan izin dari instansi pemerintah (Departemen Tenaga Kerja). Pengawasan prefentif ini
pelaksanaannya diserahkan kepada panitia penyelesaian perselisihan perburuhan
daerah(selanjutnya disngkat Panitia Daerah).
4. Dalam undang-undang diadakan ketentuan-ketentuan yang bersifat formal tentang cara minta
izin, banding terhadap penolakan permintaan izin dan seterusnya.
Apabila terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran sebagai akibat tindakan
maka pemerintah berusaha meringakan beban burh dengan jalan mengusahakan secara aktif
penyaluran buruh ke perusahaanlain atau ke tempat-tempat kerja lainnya.24
Pemutusan hubungan kerja (PHK) sebenarnya jika dilihat dari Undang-Undang yang ada
sebenarnya tidak merupakan sesuatu yang melanggar hukum seperti yang dituliskan dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan yang mengatur dengan jelas perihal masalah Pemutusan
hubungan kerja (PHK).Pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dilakukan sesuai denga syarat
yang ada dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan25
dan ada beberapa regulasi dimana seseorang
tidak dapat dipecat dengan seenaknya saja oleh perusahaan.
Pemutusan hubungan kerja kepada pengurus serikat pekerja sebenarnya tidak sama
seperti pemutusan hubungan kerja kepada anggota serikat pekerja, dimana dalam pengurus
serikat pekerja di lindungi oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan dimana terdapat pada pasal
153 huruf g, yang menyatakan bahwa pengurus serikat pekerja tidak dapat dikenakan pemutusan
hubungan kerja oleh perusahaan, dan disini jelas perbedaan pengurus serikat pekerja dengan
anggota serikat pekerja.
Terdapat perbedaan antara pengurus serikat pekerja dengan anggota serikat pekerja dalam
menjalani pemutusan hubungan kerja antara pengurus serikat pekerja dengan anggota serikat
pekerja, dimana pengurus serikat pekerja mempunyai kesepakatan atas pengusaha atau bias
berdasarkan ketentuan yang di atur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama oleh sebab itu maka pengurus serikat pekerja lebih di lindungi Undang-Undang
ketenagakerjaan dari anggota serikat pekerja lainnya.
25
Pemutusan hubungan kerja dengan pengurus serikat pekerja tidak sama dengan serikat
pekerja lainnya, tetapi pengurus serikat pekerja bisa mempertahankan anggota serikat pekerjanya
dengan melihat kedekatan antara pengurus serikat pekerja dan perusahaan.
Terdapat berbagai macam alasan dalam proses terjadinya pemutusan hubungan kerja
(PHK) seperti yang diatas. Salah satu alasan tersebutlah yang terjadinya pemutusan hubungan