Kerangka teori merupakan kemampuan seorang peneliti dalam
mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori teori
yang mendukung permasalahan penelitian.
Menurut Jogiyanto (2004: 39) teori adalah kumpulan dari konsep, definisi,
dan proposisi-proposisi yang sistematis yang digunakan untuk menjelaskan dan
memprediksi fenomena atau fakta. Menurut Effendy (2004: 224) teori berguna
menjadi titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti
masalah. Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, meramalkan,
memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara
sistematis.Untuk memberi kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan
beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori teori yang
digunakan adalah Store Atmosphere dan Keputusan Pembelian Konsumen.
2.1 Store Atmosphere
2.1.1Pengertian Store Atmosphere
Menurut Berman & Evan (2004:462) atmospehere refers to the store’s physical characteristics that are used to develop an image and to draw customers,
yang berarti suasana toko merupakan karakteristik fisik toko yang digunakan
untuk membangun kesan dan menarik pelanggan.
stimulate customers perceptual and emotional responses and ultimately to affect their purchase behavior, yang berarti suasana toko merupakan penciptaan suasana toko melalui visual, penataan, cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan
lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan
emosi konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Christina Widhya Utami
(2010: 255) “Suasana Toko (Store Atmosphere) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan,
warna, temperatur, musik, aroma secara menyeluruh akan menciptakann citra
dalam bentuk konsumen”. Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan oleh
ritel, ritel berupaya untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait dengan
layanan, harga maupun ketersediaan barang dagangan. Sutisna (2001:164)
mengatakan store atmosphere adalah “penataan ruang dalam (instore) dan ruang luar (outstore) yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pelanggan”.
Menurut Gilbert dalam Foster (2008:61) mendefinisikan store atmosphere
merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, store atmosphere dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat
menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. Benyamin Molan (2004:
570) “Suasana toko (store atmosphere) merupakan unsur lain dalam perasenjataan produk. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang membuat
orang bergerak di dalamnya dengan susah dan mudah”.
keseluruhan dari karakteristik fisik toko yang direncanakan seperti arsitektur, tata
letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma secara
menyeluruh yang berada di ruang dalam toko (instore) dan ruang luar toko
(outstore) akan menciptakan lingkungan yang member kenyamanan bagi
konsumen dan memberi efek emosional khusus yang dapat menyebabkan
konsumen melakukan tindakan pembelian.
2.1.2 Tujuan dan Dampak Store Atmosphere
Menurut Lamb & McDaniel (2001:105) tujuan dari store atmosphere
(suasana toko) adalah sebagai berikut:
a. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko, dan jati diri toko yang nantinya dapat menciptakan ketertarikan dari konsumen dan tertanam dalam benak konsumen.
b. Tata letak toko yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu-lintas pelanggan dan perilaku berbelanja.
Dampak dari store atmosphere (suasana toko) terhadap emosi konsumen ditunjukkan dengan perilaku tertentu, Peter dan Olson (2002:251) menjelaskan
dampak suasana toko yang diungkapkan dengan perilaku tertentu, yaitu:
a. Senang (pleasure), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa senang, suka cita, atau puas di dalam toko. Penentu yang sangat kuat dari perilaku pendekatan penghindaran di dalam toko, termasuk didalamnya perilaku berbelanja.
b. Bergairah (arousal), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa luap, waspada, aktif di dalam toko. Dapat meningkatkan lamanya waktu yang diluangkan di dalam toko serta keinginan untuk berinteraksi dengan pramuniaga. Rangsangan yang menyebabkan kegairahan pertama-tam adalah kenyamanan, pencahayaan yang terang dan musik yang mengalun. c. Menguasai (dominance), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa dikontrol atau bebas berbuat sesuatu di dalam toko.
2.1.3 Elemen Store Atmosphere
Menurut Barry dan Evans (2004: 455), “Atmosphere can be divided into several elements: exterior, general interior, store layout, and displays.” Elemen
Store atmosphere ini meliputi : bagian luar toko, bagian dalam toko, tata letak ruangan, dan pajangan (interior point of interest display), akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini:
1) Exterior (bagian luar toko)
Karakteristik exterior mempunyai pangaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi dari
exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk kedalam toko. Element-elemen
exterior ini terdiri dari sub elemen-sub elemen sebagai berikut:
a.Storefront (Bagian Muka Toko)
Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan nama,
pintu masuk, dan konstruksi bangunan. Store front harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan
citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang baru sering menilai toko
dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga merupakan exterior
merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk
a.Marquee (Simbol)
Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan
informasi lainya. Supaya efektif, marquee harus diletakan diluar, terlihat berbeda, dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.
c.Entrance (Pintu Masuk)
Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat
mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan
mengurangi lalu lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk
mempunyai tiga masalah utama yang harus diputuskan:
a). Jumlah pintu masuk, disesuaikan dengan besar kecilnya
bangunan salah satu faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah
masalah keamanan.
b). Jenis pintu masuk yang akan digunakan, apakah akan menggunakan pintu otomatis atau pintu tarik dorong.
c). Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda dibandingkan dengan pintu masuk yang
sempit, kecil, dan berdesak-desakan. Menghindari kemacetan arus lalu
d.Display Window (Tampilan Jendela)
Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko denganmemajang barang-barang yang mencerminkan keunikan
toko tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat
jendela pajangan yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah
barang yang dipajang, warna, bentuk,dan frekuensi penggantiannya.
e. Height and Size Building (Tinggi dan UkuranGedung)
Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut.
Misalnya, tinggi langit - langit toko dapat membuat ruangan seolah - olah
lebih luas.
f.Uniqueness (Keunikan)
Keunikan suatu toko bisa dihasilakan daridesain bangunan toko
yang lain dari yang lain.
g.Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)
Citra toko dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat
dimana toko itu berada.
h.Parking (Tempat Parkir)
Tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen.
Tempat parkir yang luas, aman, gratis dan mempunyai yang dekat dengan
toko akan menciptakan atmosphere yang positif bagi toko.
2) General Interior (bagian dalam toko)
jumlah penjualan. Penataan yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian
pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa, dan
memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan pembelian. Ketika konsumen
masuk ke dalam toko, ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi mereka
pada toko tersebut. Elemen-elemen general interior terdiri dari: a. Flooring (Lantai)
Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet) ukuran, desain, dan
warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi
mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.
b.Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)
Warna dan tata cahaya dapat memberikan image pada pelanggan. Warna cerah dan terang akan memberikan image berbeda dengan warna lembut dan kurang terang. Tata cahaya bisa memberikan dampak langsung
maupun tidak langsung. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan
warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih
menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang
sebenarnya.
c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik)
Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan
ini dilakukan akanmemberikan suasana yang lebih santai pada konsumen,
khusunya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan
menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stres sambil menikmati
d. Fixture (Penempatan)
Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus
dilakukan denganbaik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan.
Karena penempatan meja yang sesuai dan nyaman dapat menciptakan
image yang berbeda pula.
e. Wall Texture (Tekstur Tembok)
Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen
dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.
f. Temperature (Suhu Udara)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara dalam
ruangan jangan terlalu panas atau dingin.
g. Width of Aisles (Lebar Gang)
Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar
konsumen merasa nyaman dan betah berada di toko.
h. Dead Area
Dead Area merupakan ruang di dalam toko dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misalnya : pintu
masuk, toilet, dan sudut ruangan.
i. Personel (Pramusaji)
Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat dan
j. Service Level
Macam-macam tingkat pelayanan menurut Kotler (2000 : 180)
adalah self service, self selection, limited service, dan full service.
k.Price (Harga)
Pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar harga yang
diberikan agar konsumen dapat mengetahui harga dari pangkas dan produk
tersebut dan penentuan harga untuk pangkas dan produk.
l. Cash Refister (Kasir)
Pengelola toko harus memutuskan penempatan lokasi kasir yang
mudah dijangkau oleh konsumen.
m. Technology Modernization (Teknologi)
Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih
mungkin. Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih
mungkin dan cepat, baik pembayaran secara tunai atau menggunakan
pembayaran cara lain, seperti kartu kredit atau debet.
n. Cleanliness (Kebersihan)
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen
untuk makan di tempat tersebut.
3) Layout Ruangan (Tata Letak Toko)
Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan
seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang layout
adalah sebagai berikut:
a. Allocation of floor space for selling, personnel, and customers.
Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk:
a) Selling Space (Ruangan Penjualan)
Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara
konsumen dan pramusaji.
b) Personnel Space (Ruangan Pegawai)
Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji
seperti tempat beristirahat atau makan.
c) Customers Space (Ruangan Pelanggan)
Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan
konsumen seperti toilet, ruang tunggu.
b.Traffic Flow (Arus Lalu Lintas)
Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu:
a) Grid Layout (Pola Lurus)
Penempatan fixture dalam satu lorong utama yang panjang. b) Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar)
Terdiri dari gang utama yang dimulai dari pintu masuk,
mengelilingi seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk lingkaran atau
c) Spine Layout (Pola Berlawanan Arah)
Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai belakang toko, membawa pengunjung dalam dua arah.
d) Free-flow Layout (Pola Arus Bebas)
Pola yang paling sederhana dimana fixture dan barang-barang diletakan dengan bebas.
4) Interior Point of Interest Display (Dekorasi Pemikat Dalam Toko)
Interior point of interest display mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan informasi kepada konsumen dan menambah store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior point of interest display terdiri dari :
a. Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema)
Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendisain dekorasi toko
sesuai tema tertentu.
b. Wall Decoration (Dekorasi Ruangan)
Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan kombinasi dari
gambar atau poster yan ditempel, warna tembok, dan sebagainya yang
dapat meningkatkan suasana toko. Menurut Levi dan Weitz (2000: 45),
Ketika peritel hendak menata atau mendekorasi ulang sebuah toko manajer
harus memperhatikan tiga tujuan dari atmosphere berikut:
1. Atmosphere harus konsisten dengan citra toko dan strategi secara keseluruhan.
3. Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer
harus mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain
tertentu yang sebaik-baikanya sesuai dengan dana yang
dianggarkan.
2.2 Kualitas Pelayanan
Sebuah organisasi bisnis memerlukan usaha untuk memberikan kesan
yang terbaik terhadap konsumen yang membeli produknya dan untuk menciptkan
kesan yang baik terhadap perusahaan maka perusahaan diharuskan menetapkan
standar kualitas pelyanan yang sesuai dengan keinginan dari konsumen. Dengan
penerapan kualitas pelayanan yang baik maka akan menciptakan rasa nyaman
bagi konsumen dan menimbulkan rasa untuk membeli kembali produk yang dijual
oleh organisasi bisnis.
2.2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan
Menurut Sugiarto(2002:36) adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan orang lain ( konsumen, pelanggan, klien, tamu, dan lain
-ain) yang tingkat pemuasannnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani
dan orang yang dilayani.
Mengacu pada pengertian kualitas pelayanan tersebut, menurut Koetler
dalam wisnalmawati (2005:156) makna konsep kualitas pelayanan adalah suatu
daya tanggap dari jasa yang diberikan perusahaan. Kualitas perusahaan harus
dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini
berarti bahwa kualitas yang baik bukanlah berdasarkan persepsi penyediaan jasa
2.3.2 Unsur – unsur Kualitas Pelayanan
Salah satu faktor yang menentukan tingkat kebrhasilan perusahaan dalah
kemampuan perusahaan dalam meberikan kualitas pelayanan kepada pelanggan.
Menurut Parasuraman,Zeithaml dan Berry (1998:89) keberhasilan perusahaan
dalam memberikan kualitas pelayanan kepada para pelanggan meliputi lima
dimensi pelayanan, yaitu:
a. Tangible atua bukti fisik b. Reliablity atau keandalan
c. Responsiveness atau ketanggapan d. Assurance atau jaminan dan kepastian e. Emphaty
Sugiato (2002:49) agar konsumen melaksanakan keputusan
pembelian maka penyedia jasa perlu menguasai lima unsur
CTARN yaitu :
a. Kecepatan adalah penggunaan waktu pelayanan yang digunakan
oleh penyedia jasa untuk memenuhi keinginan konsumen.
b. Ketepatan adalah pengefisiensian segala unsur – unsur kegiatan
penyediaan jasa.
c. Keamanan adalah tindakan yang dilakukan oleh penyedia jasa
kepada konsumen untuk memberikan rasa aman.
d. Keramahan adalah sikap yang harus dimiliki oleh penyedia jasa
e. Kenyamanan adalah rasa yang diciptakan oleh penyedia jasa
untuk membuat konsumen lebih tenang dan nyaman dalam
melaksanakan tindakan pembelian.
2.3 Keputusan Pembelian Konsumen
2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen
Kegiatan pemasaran merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan
bisnis, dalam kegiatan pemasaran suatu organisasi bisnis memperoleh informasi
tentang prilaku konsumen. Dewasa ini dalam menentukan pilihan konsumen harus
mengambil keputusan yang diikuti dengan pembelian dan keputusan yang diambil
sudah melewati proses berbagai alternatif yang dianggap paling baik dan tepat.
Schiffman & Kanuk dalam Sumarwan (2002:289) mendefinisikan suatu
keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif.
Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki
pilihan alternatif. Adapun Amirullah (2002:62) mendefinisikan keputusan
konsumen adalah suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap
berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih alternatif yang
diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Peter & Olson (1999:178) membagi pengambilan keputusan menjadi dua
bagian yaitu:
a. Pengambilan keputusan ekstensif (extensive decision making) merupakan pengambilan keputusan yang melibatkan sejumblah besar perilaku pencarian
yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi alternatif pilihan dan mencari criteria
b. Pengambilan keputusan terbatas (united decision making) merupakan pengambilan keputusan yang hanya melibatkan sedikit upaya pencarian
informasi dan alternatif yang dipertimbangkan.
Berasarkan pengertian dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
keptusan pembelian merupakan suatu proses dimana konsumen melakukan
penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih
alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
2.3.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler & Keller (2009: 184), proses keputusan pembelian
konsumen terdiri dari lima tahap yang meliputi :
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah
atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal.
Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal
seseorang−rasa lapar, haus, ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan
atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal, sehingga memicu
pemikiran untk melakukan pembelian.
2. Pencarian Informasi
Konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan
(pencarian Internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan
keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).
3. Evaluasi Alternatif
Konsumen mengevaluasi pilihan berkenan dengan manfaat yang
diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih.
4. Keputusan Pembelian
Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau mengganti
yang dapat diterima bila perlu.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi
kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Faktor-faktor yang mempengarui keputusan pembelian konsumen terdiri
dari faktor internal dan eksternal. Menurut Hawkins (Supranto, J. & Limakrisna,
Nandan, 2007: 3) , faktor internal meliputi: persepsi, pembelajaran, memori,
motivasi, kepribadian, emosi, sikap, sedangkan factor eksternal meliputi: budaya,
sub budaya, demografis, status sosial, kelompok rujukan, keluarga.
1. Faktor-faktor internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu yang memiliki
pengaruh yang sangat penting terhadap keputusan individu. Pengaruh yang
dimaksud adalah berkaitan dengan penilaian individu terhadap suatu alternatif
produk yang ada yang mengarahkan seseorang untuk mengambil keputusan
a. Persepsi
Menurut Kotler (2005: 216) persepsi adalah proses yang digunakan
individu untuk memilih, mengorganisasi dan mengartikan masukan informasi
guna menciptakan suatu gambaran yang berarti dari lingkungan sekitarnya.
b. Pembelajaran
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 115) pembelajaran merupakan
istilah yang dipergunakan untuk menguraikan proses dengan mana memori dan
perilaku diubah sebagai suatu hasil dari proses informasi secara sadar dan tak
sadar .
c.Memori
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 129) memori merupakan seluruh
akumulasi pembelajaran pengalaman sebelumnya. Terdiri dari dua komponen,
yaitu memori jangka pendek dan panjang. Memori jangka pendek merupakan
porsi/ bagian dari seluruh memori yang pada saat terkirim (currently) diaktifkan atau dipergunakan
d.Motivasi
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 93) motivasi merupakan kekuatan
yang enejik yang menggerakkan perilaku dan memberikan tujuan dan arah
e. Kepribadian
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 104) Kepribadian (personality)
merupakan suatu karakteristik individu mengenai kecendrungan merespon
lintas situasi yang mirip. Kepribadian konsumen menunjukkan dan
mengarahkan perilaku yang dipilih untuk mencapai tujuan dalam situasi yang
berbeda.
f. Emosi
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 108) emosi adalah perasaan yang
secara relatif tidak terkontrol yang mempengaruhi perilaku secara kuat.
Perasaan tersebut dapat berupa kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, dan
sebagainya.
g. Sikap
Menurut Sumarwan (2004: 136) Sikap merupakan ungkapan perasaan
konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan dan
manfaat dari objek tersebut.
2. Faktor-faktor eksternal
a. Budaya
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 21) budaya (culture) adalah keseluruhan yang kompleks (complex whole) meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan
b.Sub budaya
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 47) sub budaya merupakan
segmen atau bagian dari masyarakat, sub budaya dan kelas sosial merupakan
kelompok sosial dimana anggota-anggotanya sama-sama memiliki makna
budaya yang sama, akan tetapi keduanya merupakan bagian dari masyarakat
yang lebih luas, jadi akan dipengaruhi oleh budaya secara keseluruhan.
c. Demografis
Menurut Supranto & Limakrisna (2007: 49) demografis merupakan
suatu akibat dan suatu sebab dari nilai budaya dan kultural.
d. Kelas Sosial
Menurut Ujang (2002: 219) kelas sosial adalah pembagian masyarakat
ke dalam kelas-kelas yang berbeda atau strata yang berbeda. Perbedaan kelas
atau strata akan akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan,
pemilikan harta benda, gaya hidup, nilai-nilai yang dianut.
e. Kelompok Rujukan/ Acuan
Menurut Ujang (2002: 250) kelompok rujukan/acuan adalah seorang
individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku
seseorang. Kelompok rujukan/ atau acuan digunakan oleh seseorang sebagai
dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons
f. Keluarga
Menurut Ujang (2002: 227)Keluarga adalah sebuah kelompok yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah
(keturunan: anakatau cucu), dan adopsi.
2.4 Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian
Store atmospehere (suasana toko) yang disesuaikan dengan karakteristik pribadi seseorang akan menciptakan respon yang berbeda-beda. Dalam proses
keputusan pembelian konsumen tidak hanya memberi respon terhadap barang dan
jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon terhadap
lingkungan pembelian yang diciptakan oleh pengecer. Store atmosphere (suasana toko) selain dapat mempengaruhi perilaku konsumen juga dapat mempengaruhi
perilaku dan respon psikologis pekerja toko itu sendiri.
Seorang konsumen menentukan jenis toko yang dikunjunginya atau
memilih barang yang akan dibelinya berdasarkan teori pengambilan keputusan
konsumen yang telah dijelaskan sebelumnya. Konsumen mengevaluasi alternatif
ritel dan saluran pemasaran lain agar dapat memenuhi kebutuhannya seperti
katalog atau iklan. Peritel berusaha untuk mempengaruhi konsumen agar
melakukan pembelian suatu barang atau jasa yang ditawarkan. Menurut Levy &
Weitz (2001:556) mengemukakan bahwa ” customer purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere “ yang artinya perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh suasana toko.
store for a long time, motivate them to make unplanned, impuls purchases, and provide them with a satisfying shopping experience” (Levy & Weitz, 2001:491).
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa store atmosphere (suasana toko) bertujuan untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung,
memudahkan mereka untuk mencari barang yang dibutuhkan, mempertahankan
mereka untuk berlama-lama berada di dalam toko, memotivasi mereka untuk
Sulaksana (2008 : 53) menjelaskan bahawa Store atmosphere (suasana toko) berusaha untuk mempengaruhi keadaan emosional dalam toko yang
mungkin tidak disadari sepenuhnya oleh konsumen di saat mereka berbelanja.
Keadaan emosional ini biasanya melekat agak lama dan mempengaruhi perilaku
dalam toko secara tidak disadari. Stimuli lingkungan mempengaruhi emosi
konsumen, yang selanjutnya mengarah pada perilaku penghindaran atau perilaku
pendekatan. Perilaku pendekatan berarti pergerakan ke arah lingkungan stimuli,
sebaliknya perilaku penghindaran berarti pergeseran menjauhi berbagai
lingkungan.
2.5 Peneliti Terdahulu
Adapun peneliti terdahulu yang menjadi referensi bagi peneliti
melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hadi Rubiayanti Dewi dari fakultas ekonomi Universitas Widyatama
pembelian konsumen di China Emporium Factory Outlet Bandung. Putra Eko Nandi dari Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang pada tahun 2011
dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Store Atmosphere (Suasana Toko)dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen di Wadezig Distro Kota Padang”
menunjukan bahwa store atmosphere di Wadezig Distro Kota Padang memiliki pengaruh yang signifikan dan simultan terhadap minat beli konsumen.
Baros Sela Wan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara pada tahun 2013 dengan judul penelitian “Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Pada Ranch57 Café & Resto Medan” menunjukan bahwa store atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Ranch57 Café & Resto Medan. Govan Suvi
dari Universitas Petra Surabaya pada tahun 2005 dengan judul penelitian
“Analisa Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Pada Resto Nine” dimana Suvi Govan membagi store atmosphere menjadi dua bagian yaitu:
instore atmosphere dan outstore atmosphere, dari hasil pembagian tersebut didapat kesimpulan bawa instore atmosphere lebih mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dibandingkan outstore atmosphere di Resto Nine.
Irawan Ardi Achmad dari Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya
Malang pada tahun 2010 dengan judul “Pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian (studi pada konsumen yang berbelanja di Giant
Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu
Peneliti Sumber Judul Penelitian Hasil Penelitian Dewi Rubiyanti
Hadi (2004)
Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian pada China Emporium Factory Outlet Bandung Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya pengaruh store atmosphere
terhadap keputusan
pembelian adalah 28% dan
sisahnya 72 % dipengaruhi oleh faktor – faktor lain. Dengan demikian semakin baik
store atmosphere
yang ada di China Emporium Factory Outlet Bandung akan semakin berpengaruh terhadap keputusan membeli konsumen. Wan Sheilla Asmarina Baros (2013) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Store Atmosphere
Terhadap Keputusan Pembelian Pada Ranch57 Café & Resto Medan Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel store atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 61,3 % sedangkan 28,7% dipengaruhi oleh faktor – faktor lainnya, dengan demikian store atmosphere
signifikan
terhadap variabel keputusan
pembelian pada Ranch57 Café & Resto Medan Achmad Ardi Irawan (2010) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
Pengaruh store atmosphere
terhadap keputusan pembelian (studi pada konsumen yang berbelanja di Giant Hypermarket, Mall Olympic Garden Malang Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel store atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian positif dan signifikan pada Giant Hypermarket, Mall Olympic Garden Malang Suvi Govan (2005) Universitas Petra Surabaya Analisa Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Pada Resto Nine Hasil penelitian menunjukkan bahwa instore atmosphere lebih mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Resto Nine dibandingkan outstore atmosphere.