• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK CIPTA Perspektif Hukum Positif dan H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAK CIPTA Perspektif Hukum Positif dan H"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HAK CIPTA

Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Masail Fiqih Al-Haditsah Dosen : M. Yusuf Amin, S.H. I., M. S. I.

Disusun Oleh :

Fahrul Abas (2014010230)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL-

QUR’AN (UNSIQ)

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir-akhir ini sering terjadi pelanggaran hak cipta dalam bidang ilmu, seni, dan sastra. Pelanggaran terhadap hak cipta terutama yang berupa pembajakan buku-buku, kaset-kaset yang berisi music, lagu, film dari dalam dan luar negeri sudah tentu menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Tidak hanya menimpa kepada para pemegang hak cipta (pengarang, penerbit, pencipta musik/lagu, perusahaan film dan perusahaan rekaman kaset dan lain-lain), melainan juga Negara yang dirugikan karena tidak memperoleh pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh. Pembajakan terhadap intelectual property (karya ilmiah) dapat mematikan gairah kreatifitas para pecipta untuk berkarya yang sangat diperlukan untuk kecerdasan kehidupan bangsa.

Demikian pula pembajakan hak cipta dapat merusak tatanan sosial, ekonomi, dan hukum di negara kita. Karena itu tepat sekali telah diundangkan UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimaksudkan untuk melindungi hak cipta dan membangkitkan semangat dan minat yang lebih besar untuk melahirkan ciptaan baru di bidang ilmu seni dan sastra.

Indonesia dikenal sebagai salah satu 'surga' peredaran barang-barang bajakan dan ilegal. Segala barang bajakan dan tiruan dapat ditemukan dengan mudah di negeri ini. Di banyak pusat perniagaan aneka produk bajakan alias palsu seperti: barang elektronik, buku, kaset musik, film, software, hingga obat palsu sekalipun dijual bebas. Dengan adanya perlindungan melalui perundang-undangan hak cipta, maka setiap orang yang menciptakan karya intelektual dapat melindungi karyanya dengan aman dan terlepas dari plagiarisme. Masalah terkait hak cipta juga diatur dalam Islam. Itulah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu mengenai hak cipta menurut hukum positif dan hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hak Cipta?

2. Bagaimana Hak Cipta menurut hukum positif? 3. Bagaimana Gak Cipta menurut hukum Islam? C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hak cipta;

(3)

2 BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eklusif hak (hak yang semata-mata diperuntukan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pilihan lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya) bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan-peraturan yang berlaku.

Di Indonesia, pengaturan hak cipta diatur dalam UU No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta (UUHC). Sifat kebendaan hak cipta yaitu benda bergerak tidak berwujud. Hak cipta ini bisa beralih dari satu orang ke orang lain tapi tidak bisa secara lisan harus dengan bukti otentik secara tertulis baik tanpa atau dengan akta notaris.

Pencipta adalah orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan pada Direktorat Jendral HKI (Hak Kekeyaan Intelektual) atau orang yangnamanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan. Hak pencipta dibagi 2, yaitu:

1. Hak ekonomi (economy right) adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi bagi penciptanya atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat atas ciptaan serta produk hak terkait.

2. Hak moral ( moral right) adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun walaupun hak ekonomi pada hak cipta atau hak terkait telah dialihkan, kecuali dengan persetujuan pencipta dengan persetujuan ahli warisnya dalam pencipta telah meninggal dunia.1 B. Hak Cipta menurut hukum Positif

Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah " hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku " (pasal 1 butir 1).2

Negara harus menjaga hak tersebut dan mengenakan hukuman bagi setiap orang yang melanggarnya dengan hukuman penjara sehingga puluhan tahun, baik ketika penciptanya masih hidup atau telah mati. Undang-undang yang dilegalisasi juga mesti mencakup undang-undang perlindungan bagi perusahaan-perusahaan pemegang hak paten. Maksud dari karya cipta adalah “ pemikiran atau pengetahuan yang diciptakan oleh seseorang dan belum ditemui oleh orang lain sebelumnya ”. Bagian terpenting dari karya-karya cipta tersebut adalah pengetahuan yang boleh dimanfaatkan dalam

(4)

3

perindustrian serta produksi barang dan jasa (usaha) dan apa yang sekarang ini disebut

sebagai “teknologi”.

Berdasarkan hal di atas, orang-orang kapitalis Barat menganggap pengetahuan

individu sebagai ‘harta’ yang boleh dimiliki dan bagi orang yang diajar atau mendapat pengetahuan tersebut tidak dibolehkan memanfaatkannya, kecuali atas izin pemilik dan ahli warisnya, sesuai dengan standard-standard tertentu. Contohnya, jika seseorang membeli buku atau disket yang mengandungi pemikiran baru, maka ia berhak memanfaatkan sebatas apa yang dibelinya saja, seperti membaca atau mendengarnya. Dia dilarang, berdasarkan Undang-undang Perlindungan Hak Cipta, untuk memanfaatkannya dalam perkara-perkara lain seperti mencetak dan menyalin untuk dijualbelikan atau disewakan. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslian dalam lapangan ilmu penetahuan, seni atau sastra (Pasal 1 butir 3).

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak (Pasal 1 butir 4). Dari ketentuan diatas terlihat, bagi seseorang yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh UUHC, mempunyai hak khusus terhadap satu hasil karya cipta. Sebagai hak khusus pencipta atau pemegang hak cipta mempunyai beberapa hak diantaranya ialah:

1. Memperbanyak Ciptaanya, artinya pencipta atau pemegang hak cipta dapat menambah jumlah ciptaan dengan perbuatan yang sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan-ciptaan tersebut dengan mempergunakan bahan-bahan yang sama termasuk mengalih wujudkan ciptaan.

2. Mengumumkan Ciptaan, artinya pencipta atau pemegang hak cipta dapat menyiarkan dengan menggunakan alat apapun, sehingga ciptaan dapat didengar, dibaca atau dilihat oleh orang lain.

3. Memperbanyak Haknya, artinya hak cipta sebagai hak kebendaan, maka pencipta atau pemegang hak cipta dapat menggugat pihak yang melanggar hak ciptaannya.3

Di dalam UU No. 19 Tahun 2002 ditegaskan bahwa suatu perbuatan dianggap pelanggaran hak cipta jika melakukan pelanggaran terhadap hak eksklusif yang merupakan hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya ciptanya.

Sehingga berdasarkan ketentuan undang-undang ini, maka pihak yang melanggar dapat digugat secara keperdataan ke pengadilan niaga. Hal ini sebagaimana dibunyikan pada ketentuan Pasal 56 ayat (1), (2), dan (3) sebagai berikut:

1. Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptaannya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu.

2. Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari

(5)

4

penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.

3. Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan Pengumuman dan/atau Perbanyakan Ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta. Sementara itu dari sisi pidana pihak yang melakukan pelanggaran hak cipta dapat dikenai sanksi pidana berupa pidana penjara dan/atau pidana denda. Maksimal pidana penjara selama 7 tahun dan minimal 2 tahun, sedangkan pidana dendanya maksimal Rp. 5 miliar rupiah dan minimal Rp. 150 juta rupiah.4

C. Hak Cipta Menurut Hukum Islam

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang mewajibkan menyebar luaskan ilmu dan ajaran ajaran agama seperti dalam surat Al-Maidah ayat 67, Yusuf ayat 108. Dan disamping itu terdapat pula beberapa ayat yang melarang (haram), mengutuk dan mengancm dengan adzab neraka pada hari akhirat nanti kepada orang-orang yang menyembunyikan ilmu, ajaran agama dan mengkomersilkan agama untuk kepentingan kehidupan dunia seperti Ali Imran ayat 187, Al-Baqarah ayat 159-160 dan ayat 174-175.5

Yang dimaksud dengan ilmu yang wajib dipelajari (fardlu ‘ain) dan wajib pula disebarkan ialah pokok-pokok ajaran islam tentang aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Di luar itu, hukumnya bisa berubah tergantung pada urgensinya bagi setiap individu dan umat.

Mengenai hak cipta seperti karya tulis, menurut pandangan Islam tetap pada penulisnya, sebab karya tulis itu merupakan hasil usaha yang halal melalui kemampuan berpikir dan menulis sehingga karya tulis itu dilindungi hukum. Sehingga bisa dikenakan sanksi hukuman terhadap siapapun yang berani melanggar hak cipta seseorang. Misalnya, dengan cara pencurian, penyerobotan, penggelapan, pembajakan, plagiat, dan sebagainya.

Seseorang diberi hak untuk mempertahankan hak miliknya dari gangguan orang lain. Bahkan jika dia mati di dalam membela dan mempertahankan hak miliknya itu dipandang sebagai syahid, suatu penghargaan dari Allah.6

Islam sangat menghargai karya tulis yang bermanfaat untuk kepentingan agama dan umat, sebab ia termasuk amal saleh yang pahalanya terus menerus bagi penulisnya sekalipun ia telah meninggal.

Karena hak cipta merupakan hak milik pribadi, maka agama melarang oang yang tidak berhak (bukan pemilik hak cipta) menfotokopi, baik untuk kepentingan pribadi maupununtuk kepentingan bisnis. Demikian pula menterjemahkannya ke dalam bahasa lain dan sebagainya dilarang, kecuali dengan izin penulisnya atau penerbit yang diberi hak untuk menerbitkannya.

4http://saepulohahmat02.blogspot.co.id/2012/11/hak-cipta-perspektif-hukum-di-indonesia.html?m=1

5Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Gunung Agung, 1994, h. 211.

(6)

5

Perbuatan memfotokopi, mencetak, menterjemahkan, membaca dan sebagainya terhadap karya tulis seseorang tanpa izin penulis sebagai pemilik hak cipta atau ahli warisnya yang sah atau penerbit yang diberi wewenang oleh penulisnya, adalah perbuatan tidak etis dan dilarang oleh islam. Sebab perbuatan semacan itu bisa termasuk kategori pencurian, kalau dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan diambil dari tempat penyimpanan karya tulis itu; atau disebut perampasan atau perampokan kalau dilakukan dengan terang-terangan dan kekerasan; atau pencopetan kalau dilakuan dengan sembunyi-sembunyi dan di luar tempat penyimpanannya yang semestinya; atau penggelapan/khianat kalau dilakukan dengan melanggar amanat/perjanjiannya, misalnya penerbit mencetak 10.000 eksemplar padahal menurut perjanjian hanya mencetak 5.000 eksemplar, atau ghasab kalau dilakukan dengan cara dan motif selain tersebut di atas.7

Adapun dalil-dalil syar’i yang dijadikan dasar melarang pelanggaran hak cipta dengan perbuatan-perbuatan tersebut di atas antara lain:

1. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 188

ا

َ

Janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil.

2. Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu

3. Hadits Nabi riwayat Al-Darruquthni dari Anas (hadits marfu’)

اقاا ٍمق ْسُ اٍئق ْ ااا

ُل َما ُلق َََل

اق قسْفَناْ قما ٍ ْىقطقبا

ذل

ا

Tidak halal harta sorang muslim kecuali dengan kerelaan dirinya

(7)

6

Nabi bertanya:“ apakah kamu tahu siapakah orang yang bangkrut itu?” jawab

mereka (shahabat):” orang bangkrut dikalangan kita adalah orang yang sudah tidak punya uang dan barang sama sekali. ” kemudian Nabi bersabda: “sebenarnya orang yang bangkrut (amalnya) dari umatku itu adalah orang yang pada hari kiamat nanti membawa berbagai amalan yang baik, seperti sholat, puasa dan zakat. Dan iapun membawa pula berbagai amalan yang jelek, seperti memaki-maki, menuduh, memakan harta orang lain, membunuh dan memukul orang. Maka amalan-amalan baiknya diberikan kepada orang-orang yang pernah di zhalimi, dan apabila hal itu belum cukup memadai, maka amalan-amalan jelek dari mereka yang pernah di zhalimi itu ditransfer kepada si zhalim. Kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka.

Ayat dan kedua hadits di atas mengingatkan umat Islam agar tidak memakai atau menggunakan hak orang lain dan tidak pula memakan harta orang lain kecuali dengan persetujuan. Dan pelanggaran terhadap orang lain termasuk hak cipta bisa termasuk kategori muflis, yakni orang yang bangkrut amalnya nanti di akhirat.

Islam menghormati hak milik pribadi, tetapi hak milik pribadi itu bersifat social, karena hak milik pribadi pada hakikatnya adalah hak milik Allah yang diamanatkan kepada orang yang kebetulan memlikinya. Karenanya, karya tulis itupun harus bisa dimanfaatkan oleh umat, tidak boleh dirusak, dibakar atau disembunyikan oleh pemiliknya.

Penulis atau penerbit tidak dilarang oleh agama mencantumkam:” Dilarang mengutip dan atau memperbanyak dalam bentuk apapun bila tidak ada izin tertulis dari penulis atau penerbit”. Sebab pernyataan tersebut dilakukan hanya bertujuan untuk melindungi hak ciptanya dari usaha pembajakan, plagiat dan sebagainya yang menurut peraturan perundang-undangan di Negara kita juga dilindungi (UU No. 6 Tahun 1982 jo UU No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta). Jadi, pernyataan tersebut jelas bukan bermaksud untuk menyembunyikan ilmunya, sebab siapapun dapat memperbanyak, mencetak dan sebagainya setelah mendapat izin atau mengadakan perjanjian dengan penulis atau ahli waris atau penerbitnya.8

(8)

7 BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hak Cipta merupakan sebuah penghargaan untuk seseorang yang telah menciptakan sebuah karya dari hasil kerja kerasnya baik itu untuk kepentingan umum maupun kepentingan pribadi.

Hak Cipta akan memberikan rasa aman terhadap seseorang yang menjadi pencipta sebuah karya. Melindungi karya mereka agar tidak bisa ditiru oleh orang lain.Hal tersebut berlaku jika karya cipta yang diciptakan berupa bentuk prototype dan bukan bentuk karya ilmiah,

(9)

8

DAFTAR PUSTAKA

Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah,

Jakarta : Gunung Agung, 1994 Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam,

Jakarta: Salemba, 2004

http://bookish15.blogspot.com/2015/07/makalah-hak-cipta.html

http://muyassaroh93.blogspot.com/2013/12/hak-cipta-dalam-perspektif-islam-dan.html

http://saepulohahmat02.blogspot.co.id/2012/11/hak-cipta-perspektif-hukum-di-indonesia.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

Secara definisi, sebuah tabel berada pada bentuk normal ketiga (3NF) jika tabel sudah berada pada 2NF dan setiap kolom yang bukan kunci tidak tergantung secara transitif pada

Dari nilai net present value, benefit cost ratio, dan internal rate of return dapat disimpulkan bahwa usaha jasa bengkel resmi sepeda motor memenuhi kriteria layak

Hasil kegiatan dari tahun 2010 menunjukkan bahwa: (1) Pemberian pupuk urea di Serang dan Cianjur secara umum menyebabkan peningkatan populasi bakteri pelarut P dan K , (2)

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan

(1) Apabila Wajib Retribusi tidak membayar, atau kurang membayar retribusi terutang sampai saat jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14,

Saya tidak mempunyai data yang cukup untuk menjawab pertanyaan ini, namun dari pengamatan saya yang terbatas saya mempunyai kesan bahwa kerja sama pendidikan tinggi Indonesia

Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada pencipta, yaitu "seorang atau beberapa orang secara bersama- sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan

Untuk mengetahui kadar antioksidan pada buah kiwi, dilakukan serangkaian analisis... Analisis kuantitatif berupa penentuan aktivitas antioksidan, kadar flavonoid kadar fenolik