• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT AS D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT AS D"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT (AS) DI BIDANG EKONOMI

Grand Theory: Liberalisme

Liberalisme menawarkan konsep dan pemikiran yang berbeda dengan realisme. Jika realisme merujuk pada realitas dan sikap pesimis. Maka Liberalisme menggolarakan optimisme dan perdamaian. Walaupun sering dikritik sebagai teori yang bersifat ‘utopianisme’, namun liberalisme mampu menjawab kritikan yang dilontarkan kaum realisme.

Liberalisme memiliki klaim yang kuat dalam catatan sejarah sebagai alternative realis-yang dianggap menjadi teori dominan dalam hubungan internasional-. Pada abad ke dua puluh, pemikiran Liberalisme telah memepengaruhi policy-making dikalangan para elit di beberapa negara barat setelah Perang Dunia I1.

Beberapa aumsi dasar liberalisme2:

1. Pandangan positif tentang sifat manusia

2. Keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif daripada konfliktual

3. Percaya terhadap kemajuan

4. Kerjasama Internasional dapat membawa kedamaian

5. Pusat perhatian tertuju pada individu, sehingga negara dipandang sebagai pelayan bagi kepentingan-kepentingan individu. Negara harus mampu menjadi wadah berkumpulnya keinginan individu, bukan malah menjadi penguasa rakyat. Untuk menunjang keadaan ini dibutuhkan institusi demokrasi.3

6. Bertumpu pada kebebasan individu yang menghendaki modernisasi dan menggunakan rasionalitasnya untuk mengadakan kerjasama untuk mendapatkan keuntungan baik di lingkungan domestik maupun internasional. Liberalisme berakar dari pemikiran idealisme berasumsi bahwa harus ada sebuah organisasi internasional yang akan memayungi negara-negara untuk memelihara perdamaian.

1 John Baylis and Steve Smith, The Globalization of World Politics: an introduction to international relations (New York: Oxford University Press,2001) Pg. 163

2 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal.139

(2)

Theory: Interdependensi4

Interdependesi berarti ketergantungan timbal balik: rakyat dan pemetintah dipengaruhi oleh apa yang terjadi di mana pun, oleh tindakan rekannya di negara lain. Dengan demikian, tingkat tertinggi hubungan transnasional antara negara berarti tingkat tertinggi interdependensi. Hal itu juga mencerminkan proses modernisasi, yang biasa meningkatkan tingkat interdependensi di antara negara.

Bagi negara-negara industrialis pembangunan ekonomi dan perdagangan luar negeri adalah alat-alat dalam mencapai keunggulan dan kesejahteraan yang lebih mencukupi dan dengan sedikit biaya. Pembagian tenaga kerja yang tinggi dalam perekonomian internasional meningkatkan interdependensi antara negara, dan hal itu menekan dan mengurangi konflik kekerasan antar negara.

Interdependensi yang lebih besar dalam bentuk hubungan transnasional antarnegara dapat mewujudkan perdamaian. Kerjasama teknik dan ekonomi akan meluas ketika para partisipan mendapatkan keuntungan timbal balik yang dapat diperoleh dari kerjasama tersebut.

Dalam teori interdependensi kompleks, hubungan yang terjadi di dalam hubungan internasional tidak didominasi oleh hubungan antar negara tapi juga muncul hubungan antara negara dengan aktor-aktor lainnya (NGO, individu, MNC, dan sebagainya). Negara-negAra juga lebih tertarik dengan politik tingkat rendah yaitu yaitu maslaah ekonomi dan sosial dan kurang hirau dengan politik tingkat tinggi, yaitu militer.

Konsep: Mutual Interest, Timbal Balik atau Reciprocity, Insentif5

Kerjasama internasional dianggap mampu menciptakan hubungan antarnegara yang harmonis karena pola-pola kerjasama yang diterapkan secara terus-menerus dapat memahami perilaku antarbangsa, sekaligus mengikis intenstas ketegangan yang ada sehingga tercipta integrasi antarbangsa. Sebab kerjasama internasiona berisikan seperangkat aturan, prinsip-prinsip, norma-norma dan prosedur pembuat keputusan yang mengatur jalannya rezim internasional.

4 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional hal. 147-154

(3)

Mutual gain atau Mutual Interest adalah suatu keadaan dimana masing-masing pihak menemukan kesamaan dalam kepentingan mereka dan berusaha untuk memperoleh kepentingan bersama tersebut. Perumusuhan antar manusia akan berakhir kalau saja mereka memiliki kesamaan. Maka kesamaan merupkan solusi untuk mengikuti perbedaan–perbedaan yang terjadi sehingga ketegangan antarnegara dapat berkurang. Dengan begitu, kesamaan tujuan atau kepentingan bersama merupakan hak yang wajib dalam kerjasama. Meski tidak dipungkiri bahwa dalam kerjasama selalu terdapa benturan kepentingan masing-masing negara, namun selama tujuan bersama dapat disepakati sejauh itu pula kerjasama dapat terus berjalan.

Kepentingan bersama juga bermakna sebagai titik tengah yang mempertemukan berbagai kepentingan nasional diantara masing-masing negara atau dengan kata lain, kepentingan bersama merupakan representasi kepentingan antarnegara. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kepentingan bersama dalam sebuah kerjasama mampu mengikis terjadinya perbedaan dan benturan kepentingan masing-masing negara. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri pula bahwa setiap negara tetap berusaha untuk memaksimalkan keuntungannya. Sebab, sifat alamiah negara untuk selalu bertindak rasional dengan memperhitungkan biaya dan mafaat yang akan diperoleh melalui keputusan yang telah diambilnya.

Negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional, namun bukan satu-satunya aktor yang signifikan. Negara merupakan aktor rasional atau signifikan karena selalu melihat cara untuk memaksimalkan kepentingan dalam semua isu-isu area. Maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama merupakan peluang bagi negara untuk saling memaksimalkan kepentingan nasionalnya diantara tujuan bersama atau kepentingan bersama.

(4)

interaksi yang terjadi anara dua negara atau lebih, baik positif maupun negatif kedual hal tersebut mempengaruhi jalannya kerjasama.

Selanjutnya adalah adanya insentif dalam kerjasama. Dalam hubungan kerjasama tidak hanya dipengaruhi oleh timbal balik semata, keberadaan insentif juga mampu mempengaruhi jalannya kerjasama yang ada. Sebab insetif merupakan rangsangan yang dilakukan oleh suatu negara untuk menarik minat negara lain, yang bertujuan mempengaruhi dan memperkuat hubungan kerjasama yang tealh dibangun sebelumnya, sehingga tercipta hubungan yang saling mempengaruhi atau terinterdependensi.

Studi Kasus: Kerjasama US-Cina Di Bidang Ekonomi

AS-Cina menandatangani Fact Sheet on Strengthening U.S.-China Economic Relations: Building on the climate accord, yang telah diumukan oleh kedua presiden yaitu Barack Obama dan Xi Jinping dan the S&ED pada July 2013. Kedua negara menegaskan komitmen mereka untuk bekerjasama demi kepentingan negara dan mengatasi tantangan ekonomi global. Kerjasama tersebut dalam bidang energi dan perubahan iklim, inovasi, dan makanan dan keamanan obat, semuanya dimuat dalam Track Ekonomi AS-China Dialog Strategis dan Ekonomi (S&ED). Dalam rangka untuk lebih mendukung pertumbuhan domestik dan global yang kuat, meningkatkan perdagangan terbuka dan investasi, meningkatkan aturan internasional dan ekonomi global pemerintahan, serta mendorong stabilitas pasar keuangan dan reformasi. 6

AS dan Cina menggelar pertemuan Joint Commission on Commerce and Trade (JCCT) di Beijing pada Desember 2013. Pertemuan ini juga berhasil menjadikan Cina sebagai anggota World Trade Organization’s Government Procurement Agreement (GPA).7

Analisis:

Keberadaan Cina sebagai the raising power di Asia, tidak malah serta merta membuat Amerika Serikat untuk menyerangnya. Hal ini bertentangan dengan apa yang selama ini diprediksikan oleh pada realis, yaitu security dilemma, di mana kemanan bagi satu negara

6 http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2013/12/05/joint-fact-sheet-strengthening-us-china-economic-relations diakses pada2-1-2014 pukul 02:41 WIB

(5)

adalah ketidakamanan bagi negara lain. Sehingga hubungan antar negara cenderung diwarnai konflik, saling curiga dan perang.

Nyatanya hubungan AS-Cina berlangsung baik. Hal ini karena Amerika Serikat melihat bahwa kerja sama dengan Cina akan mendatangkan keuntungan (mutual gain), menghindarkan keduanya dari berperang dan malah mendorong terjadinya perdamaian antara kedua negara super power ini.

Interdependensi diantara keduanya terlihat dan terjalin, disebabkan oleh mutual interest, keduanya sama-sama menginginkan adanya peningkatan ekonomi. Adanya insentif, mutual gain dan reciprocity. Hubungan perdagangan dan ekonomi antara AS-Cina telah menunjukan peningkatan yang dramatis. Perdagangan AS-CINA di tahun 2007 menunjukan US$386.7 milyar, naik sekitar 12.7 persen dari 2006. Dalam hal investasi, di penghujung Juli 2007, perusahaan AS berinvestasi di Cina sebanyak 53.754 projek senilai US$55.42 milyar, dan perusahaan Cina berinvestasi US$3 milyar di AS.8

Perdagangan dan kerjasama ekonomi telah menghasilkan manfaat besar dan nyata bagi Amerika Serikat, hal serupa juga berlaku bagi Cina. Pada tahun 2009 Cina menjadi pasar terbesar ketiga bagi ekspor AS. Perusahaan-perusahaan Amerika telah secara kumulatif menginvestasikan lebih dari US$ 62,2 milyar pada 58.000 proyek di China dan menuai keuntungan. Keuntungan mereka di China sebesar hampir $ 8 miliar pada 2008.9

Sejak pecahnya krisis keuangan internasional, Cina telah mendukung upaya rakyat Amerika untuk mengatasi krisis. Di satu sisi, Cina telah meningkatkan impor dari AS. Sementara ekspor AS secara keseluruhan turun 17,9 % pada tahun 2009, namun ekspor ke China hampir tidak menurun.10

Di sisi lain, nilai - untuk - uang, barang padat karya yang diimpor dari China telah membantu menjaga biaya hidup Amerika bahkan ketika keadaan menjadi semakin sulit. Tanpa barang-barang konsumsi dari China, indeks harga AS akan naik tambahan dua persen setiap tahun. Hubungan dagang dan ekonomi AS-Cina bergerak dalam bidang jasa, investasi serta barang-barang . Dari tahun 2004 hingga 2008, surplus AS di layanan dengan China tumbuh fenomenal 35,4 % per tahun , jauh melebihi pertumbuhan surplus China terhdap AS. 11

8 Ron Huisken, Rising China: Power and Reassurance, ,(Australia: ANU Press, 2009) Hal.21-22

9 http://www.china-embassy.org/eng/xw/t675646.htm diakses pada 1-2-2014 pukul 10:46 WIB

10http://www.china-embassy.org/eng/xw/t675646.htm diakses pada 1-2-2014 pukul 10:46 WIB

(6)

Pada tahun 2008, total penjualan barang-barang Amerika di pasar Cina, termasuk barang-barang yang diekspor dari AS ke Cina sebesar $ 224.7 milyar. Jumlah ini hampir sama dengan nilai barang China yang diekspor ke Amerika Serikat pada tahun 2008, yang tercatat sebesar $ 252,3.12 Kedua negara hampir seimbang dalam hal penjualan.

Hubungan antara AS-Cina lebih terkesan saling melengkapi dibanding saling berkonfrontasi satu sama lain.13Studi futuristik mengenai hubungan AS-Cina 2022

mengindikasikan hubungan optimis dan positif terkait estimasi perdagangan diantara keduanya.14

POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT (AS) DI BIDANG MILITER

Grand Theory: Realisme

Realisme merupakan salah satu teori induk dalam Hubungan Internasional. Realisme pula yang paling banyak membahas kajian politik internasional. Awal kemunculan realisme adalah sebagai kritik yang diarahkan kepada ‘utopianisme’ dari liberalisme. Ia telah memunculkan warna baru dalam khazanah keilmuan Hubungan Internasional.

Menurut E.H. Carr realisme adalah pendekatan yang lebih menekankan realitas kekuasaan politk internasional daripada pendekatan yang menjadikan ‘suatu harapan mengenai bagaimana dunia seharusnya’. Dengan kata lain, lebih cenderung pada kenyataan daripada yang seharusnya. Realisme mempertahankan pandangan bahwa pencarian kekuasaan dan keamanan adalah logika dominan dalam politik global 15.

Beberapa asumsi dasar realisme16:

1. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk selfish (mementingkan diri sendiri). Negara, layaknya manusia, bertingkah-laku mementingkan diri sendiri.

12 http://www.china-embassy.org/eng/xw/t675646.htm diakses pada 1-2-2014 pukul 10:46 WIB

13 Byung-Duck Hwang et al, The Rise of China to the G2 AND Strategy for Peaceful Unification (Part II), (Hancheonro (Suyudong) Gangbuk-gu: Korea Institute for National Unification 1307 Research Abstract, 2011) bisa diakses juga di www.kinu.or.kr

14

Mutual Trust and Multilateral Approach Vital for Success US-China 2022(Excerpts)

Dalam http://cib.shangbao.net.cn/299/2013/0627/215065.html diakses pada 1-2-2014 pukul 12:07 WIB

15 Scott Burchill and Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, (Bandung: Nusa Media, 2009) Hal.91-110

(7)

2. Negara merupakan aktor utama. Studi Hubungan Internasional, dengan demikian, merupakan studi tentang negara-negara dan tindakan atau aksi mereka. Dua hal penting tentang negara-negara adalah:

a. Negara itu berdaulat. Kedaulatan adalah konsep kunci dalam Hubungan Internasional.

b. Negara dimotivasi oleh kepentingan nasional. Mereka mengarahkan kebijakan luar negeri untuk meraih kepentingan nasional.

c. Menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara17

3. Kekuasaan merupakan kunci untuk memahami tingkah laku internasional dan motivasi Negara.

4. Hubungan internasional sebenarnya penuh konflik. Karena konfliktual, maka hanya bisa diselesaikan melalui perang18

5. Menunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara

Dasar normatif realisme adalah keamanan nasional dan kelangsungan hidup Negara. Inilah nilai-nilai yang menggerakkan doktrin kaum realis dan kebijakan luar negeri kaum realis.

Theory: Foreign Policy19

KJ Holsti mengeluarkan argumen bahwa kebijakan luar negeri adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional yang dituangkan dalam terminology kepentingan nasional. Terdapat lima landasan pembuatan sumber kebijakan luar negeri AS, kelima landasan itu adalah:

1. External Sources (sumber eksternal) meliputi atribut-atribut yang ada pada sistem internasional

17Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional hal. 88

18Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional hal. 88

(8)

2. Societal Sources (sumber masyarakat) yaitu suatu karakteristik sosial domestic dan sistem politk yang membentuk orientasi masyarakat terhadap dunia. 3. Governmental Sources (sumber pemerintah) meliputi seluruh elemen dari

struktur pemerintahan.

4. Real Sources (sumber peranan), role disini terkait dengan peranan atau status dari pemerintah sebagai pembuat keputusan.

5. Individual Sources (sumber individu) meliputi nilai-nilai dari seorang pemimpin atau pengambil keputusan

Konsep: Power

Power diartikan Thomas Hobbes sebagai ”present means to obtain some future apparent good” atau segala daya (kekuatan) yang dimiliki sekarang untuk mencapai hal-hal yang baik di masa yang akan datang.20 Wujud dari power dapat berupa kepemilikan

yang tampak (tangible) seperti kepemilikan persenjataan, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, atau yang tidak tampak seperti moral yang baik, kemampuan intelektual, dan penampilan yang menarik. Semua ini dapat diperoleh seseorang untuk memperoleh otoritas.21

Definisi power juga dikemukakan oleh KJ. Holsti bahwa power adalah bagian dari hubungan politik yang mengutamakan satu proses, yaitu bagaimana suatu negara mempengaruhi negara lain. 22

Studi Kasus: Penempatan Jet Siluman di Korea Selatan23

Militer AS, Senin (1/4/2013), mengatakan, pihaknya telah mengerahkan sejumlah jet tempur siluman ke Korea Selatan sebagai bagian dari latihan militer gabungan yang

20

21Siti Muti’ah Setiawati. Irak di Bawah Kekuasaan Amerika. Pusat Pengkajian Masalah Timur Tengah (PPMTT) Universitas Gajah Mada. Hal. 23

22 Holsti, K.J. 1964. “The Concept of Power in the Study of International Relations”, Background, Vol. 7, No.4. Hal. 194.

(9)

sedang berlangsung yang telah memicu ancaman pembalasan serangan bersenjata dari Korea Utara.

Analisis:

Dalam menjalankan kebijakan luar negerinya, AS menggunaka material power berupa kekuatan militer. Kebijakan luar negeri AS untuk mengerahkan sejumlah jet tempur siluman dan melakukan latihan gabungan militer berdasarkan beberapa factor:

1. Faktor Domestik: Kepentingan Ekonomi AS di Korea Selatan24

Beberapa tahun terakhir Kongrea AS mengalihkan tujuan mereka untuk mewujudkan kerjasama Korea-U.S. Free Trade Agreement (KORUS FTA), ini merupakan FTA kedua terbesar bagi Amerika Serikat setela North America Free Trade Agreement (NAFTA). penandatanganan KORUS FTA dilaksanakan pada 2007.

Pada Desember 2010, AS dan Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka telah sepakat untuk memodifikasi perjanjian. Korea Selatan menyetujui permintaan AS dalam masalah industri mesin dan menerima beberapa kelonggaran sebagai gantinya.

2. Faktor Internasional: Aliansi

Sejak tahun 2008, hubungan antara AS-Korea Selatan semakin membaik dan merupakan hubungan terbaik mereka selama beberapa dekade. Pada pertengahan 2010, Pemerintahan Obama, Korea Selatan telah dinobatkan sebagai aliansi terdekat Amerika Serikat di Asia Timur. Kedekataan antara Seoul dan Washington juga turut didukung oleh Presiden asal Korea Selatan yaitu Presiden Lee.25

3. Faktor Internasional: Deterrence and Arm Races

AS menempatkan 28.500 pasukannya di Korea Selatan sejak 2009. AS-Korea Selatan telah bersepakat untuk menjadikan aliansi keduanya dalam menghadapi serangan Korea Utara dalam lingkup regional maupun global. Washington dan Seoul telah mengumumkan "Strategic Alliance 2015" untuk menempatkan kembali pasukan AS di Peninsula dan meningkatkan kapabilitas Korea Selatan

24Mark E. Manyin, et al, U.S.-South Korea Relations, (Congressional Research Service: May 15, 2012), bisa juga diakses www.crs.gov

(10)

dalam hal militer.26Penempatan militer AS di Korea Selatan agar menjadi deterrence sehingga Korea Utara tidak akan menyerang Korea Selatan.

POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT (AS) DI BIDANG POLITIK

Grand Theory: Realisme

Dominasi realisme dalam HI sepanjang paruh kedua bad keduapuluh, khususnya di Amerika Serikat. Realisme sendiri naik ke posisi keunggulan akademik di 1940 dan 1950an yang secara efektif mengkritik idealisme liberal masa antarperang. Argumen utama realisme klasik adalah 1. Pandangan pesimis atas sifat manusia; 2. Keyakinan bahwa hubungan internasional pada dasarnya konfliktual dan bahwa konflik internasional pada akhirnya diselesaikan melalui perang; 3. Menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara; 4. Skeptisisme dasar bahwa terdapat kemajuan dalam politik internasional seperti yangterjadi dalam kehidupan politik domestik.27

Sumbangsih dari realisme klasik adalah memberikan pengetahuan mengenai peran utama power dalam semua jenis dan batasan atas power itu sendiri sehingga menimbulkan self-defeating.28

Theory: National Interest29

Hans J Morgenthau mengemukakan mengenai kepentingan nasional yaitu, the concept of the national intereset, then contains two elements, one that is logically required and in that sense necessary, and one that is variable and determined by circumstance.

Menurutnya kepentingan nasional terdiri dari dua elemen yaitu didasarkan pada pemenuhan sendiri atau kebutuhan dalam negeri itu sendiri dan kedua mempertimbangkan lingkungan strategis sekitarnya atau kondisi luar dari negaranya.

26 Mark E. Manyin, et al, U.S.-South Korea Relations

27Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional hal. 88

28Steve Smith et al, International Relations Theories: Discipline and Diversity: chapter 3: Classical Realism, Richard Ned Lebow,(New York: Oxford University Press,2007) Hal.52

(11)

Sehingga pemenuhan dalam negeri dapat dilakukan dengan cara mempertahankan kedaulatan wilayah negara, stabilitas politik dalam negeri, menjaga identitas budaya dari ancaman negara lain. Sedangkan yang dimaksud dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan strategis adalah dengan cara menciptakan perdamaian dunia melalui diplomasi.

Miroslav Nincic mengungkapkan tiga asumsi dasar kepentingan nasional, yaitu pertama kepentingan tersebut bersifat vital yang dalam pencapaiannya harus menjadi prioritas utama pemerintah dan masyarakat. Kedua kepentingan tersebut berkaitan dengan lingkungan internasional, jadi pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga kepentingan tersebut harus tidak memihak kepada salah satu instansi ataupun kelompok manapun melainkan harus mewakili dari sleuruh aspirasi masyarakat.

Konsep: Power

Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional dengan power, di mana power menjadi sebuah alat yang dapat mengembangkan dam memelihara control suatu hubungan negara dengan negara lain.30

Power adalah kemampuan untuk mendapatkan apa yang kamu mau, mencapai apa yang kau cita-citakan dengan cara mengontrol lingkungan. Morgenthau melihat power sebagai sebuah hubungan psikologis antara yang menggunakan dan digunakan. Power adalah alat yang dipakai sekaligus tujuan yang dicari oleh sebuah negara.31

Influence berarti menjadikan seseorang untuk melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan. Sebuah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Power menunjukan kemampian untuk menetukan hasil apa uang diinginkan. Influence menyiratkan kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan menetukan hasil.32

Salah satu bentuk power adalah influence atau pengaruh. Cara mempengaruhi menggunakan kekerasan, penderitaan dengan cara non-kekerasan, hukuman, memberikan

30Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.35

31Diktat Kuliah Friane Aurora, Konsep-Konsep Penting Terkait Negara Sebagai Aktor Hubungan Internasional, FISIP UIN, (Jakarta: April 2012)

(12)

hadiah, menawarkan hadiah, persuasive atau meyakinkan seseorang.33 Dengan

mempengaruhi dapat menaikan posisi seseorang dalam struktur sosial dan politik.

Studi Kasus: Keterlibatan AS dalam konflik Libya34

Keterlibatan AS di Libya terlihat dari pernyataan Presinden AS Barack Obama, dan juga pengiriman pasukan serta mengajak aliansya negara-negara Eropa juga melibatkan NATO dalam konflik di Libya.

Awalnya, tujuan operasi itu sarat dengan kemanusiaan yaitu untuk mencegah Gaddafi dari melaksanakan ancamannya, yang diterbitkan pada bulan Februari 2011, yaitu untuk "menyerang [pemberontak] dalam sarang mereka" dan "membersihkan Libya rumah demi rumah." Pada bulan Maret, Presiden Obama menyatakan, "Kami tidak akan menggunakan kekuatan untuk melampaui tujuan-khusus, perlindungan didefinisikan dengan baik warga sipil di Libya.” Obama juga menyebutkan harus ada perubahan rezim di Libya.Obama mengatakan, "Dalam beberapa pekan mendatang, kami akan terus membantu rakyat Libya dengan kemanusiaan dan bantuan ekonomi sehingga mereka dapat memenuhi aspirasi mereka secara damai."

Pada April 2011, Obama, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan janji bersama, mereka menyatakan bahwa perubahan rezim harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan kemanusiaan. Mereka menyatakan, "Gaddafi harus pergi, dan pergi untuk selamanya, "sehingga" transisi asli dari kediktatoran ke proses konstitusional inklusif benar-benar dapat dimulai, dipimpin oleh generasi baru pemimpin. "

Selain itu, mereka menambahkan bahwa NATO akan menggunakan kekuatannya untuk mempromosikan tujuan-tujuan ini: "Selama Gaddafi berkuasa, NATO harus mempertahankan operasinya sehingga bahwa warga sipil tetap dilindungi dan tekanan pada rezim membangun.

Analisis:

AS menggunakan powernya yaitu sebagai negara super power, merasa bertanggung jawab atas konflik yang terjadi di Libya. AS juga menggunakan aliansinya –Perancis,

33Friane Aurora, Konsep-Konsep Penting Terkait Negara Sebagai Aktor Hubungan Internasional,

(13)

Inggris dan NATO- untuk membantunya mewujudkan kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. AS melakukan pengaruh secara persuasive kepada warga Libya dengan menggunaka term kemanusiaan, demokrasi dan hak asasi manusia. Hal tersebut bisa dilihat dari pernyataan Obama.

Kepentingan AS di Timur Tengah pasca perang dingin:

1. Kepentingan nasional Amerika atas akses bebas ke minyak Timur Tengah Menjaga akses terhadap minyak selalu menjadi prioritas utama.35Sejak

berakhirnya berkahirnya PD II, minyak Timur Tengah menjadi sangat penting bagi kebutuhan perang Amerika dan Eropa untuk bahan bakar pesawat, kapal, tank dan truk.36

Minyak Timur Tengah diperlukan sekali. Pertama, biaya produksinya yang rendah sebagai contoh hanya sekitar 12 persen daripada harus di produksi di Alaska, Kedua Sumber daya Timur Tengah belum sepenuhnya dieksplorasi dan pengeboran berlanjut untuk menemukan cadangan minyak. Ketiga, cadagan Timur Tengah lebih banyak jika dibandingkan dengan hitungan produksi, sepuluh kali dibanding AS , yang memberikan pengaruh yang cukup besar dan power di pasar minyak dunia. Perhatian utama AS terhadap Timur Tengah adaah sumber daya ekonomis yang terdapat di kawasan tersebut. 37

Ketergantungan AS terhadap minyak meningkat sejak pertengahan 1970an. Pasca Perang Dingin impor minyak AS berkisar antara 45 ddan 52 persen. Total konsumsi adalah 46 persen, 23 diimpor dari Persian Gulf, 63 persen dari Arab Saudi. Kepentingan AS bukan hanya tertumpu pada impor langsung namun juga pada fakta bahwa partner dagangnya, Eropa juga tergantung terhadap minyak Timur Tengah sekita 38 persen, Jepang lebih dari 75 persen. 38

2. Kepentingan AS dalam menyebarluaskan demokrasi dan HAM

35Dennis Ross, The Middle East Predicament, Foreign Affairs: January/February 2005. Volume 84 Number 1. New York hal. 61

36Modigs Ronny, United States Foreign Policy in the Middle East After the Cold War,(Kansas: Fort Leavenworth, 2003) Hal.4-5

37Noam Chomsky, After the Cold War: U. S. Foreign Policy in the Middle East, Cultural Critique, No. 19, The Economies of War. University of Minnesota, 1991, PressStable URL: http://www.jstor.org/stable/1354305 hal. 17

(14)

Pada akhir Perang Dingin kepentingan nasional AS yang baru mulai bermunculan di kawasana Timur Tengah. Salah satunya adalah kebutuhan akan stabilitas di suatu kawasan merupakan kepentingan nasional AS selama periode tersebut, keamanan aliansi yang negara-negara Arab yang ramah, penyebaran demokrasi dan promosi HAM bagi orang-orang di kawasan Timur Tengah.39

Pasca kejadian serangan teroris 11 September 2001, Amerika Serika semakin meningkatkan promos demokrasi ke Timur Tengah dan Afrika Utara. Amerika telah melakukan banyak kerjasama dengan Timur Tengah, sebut saja Middle East Partnership Initiative (MEPI), the Middle EastFree Trade Area (MEFTA) dan the Broader Middle East and North Africa Initiative (BMENA). Bahkan, AS telah memasukan strategi promosi demokrasi dalam National Security Presidential Directive 58 dengan judul Institutionalising the Freedom Agenda, dan ditandatanganinya Advance Democracy Act 2007 ke dalam hukum.40

AS bahkah telah mendkelarasikan bahwa promosi demokrasi akan menjadi prioritas sama dengan tujuan kebijakan luar negerinya, mempromosikan demokrasi dan HAM ke seluruh penjuru dunia.

3. Kepentingan nasional AS lainnya adalah untuk mencegah gerakan ekstrimis Islam dalam gerakan revolusi yang belum selesai dan menjatuhkan pemerintahan yang totaliter dan dictator. Hal tersebut tidak mungkin dapat terjadi jika tanpa campur tangan pemimpin Washington.41

POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT (AS) DI BIDANG IDEOLOGI

Grand Theory: Realisme

Menurut E.H. Carr realisme adalah pendekatan yang lebih menekankan realitas kekuasaan politk internasional daripada pendekatan yang menjadikan ‘suatu harapan

39 Modigs Ronny, United States Foreign Policy in the Middle East After the Cold War. Hal.8

40Oz Hassan, American Democracy Promotion and the ‘Arab Spring’, diakses di www.lse.ac.uk/IDEAS/publications/reports/pdf/SR009/hassan.pdf pada 1-2-2014 pukul 11:46 WIB

(15)

mengenai bagaimana dunia seharusnya’. Dengan kata lain, lebih cenderung pada kenyataan daripada yang seharusnya. Realisme mempertahankan pandangan bahwa pencarian kekuasaan dan keamanan adalah logika dominan dalam politik global. Realisme klasik yang diwakili oleh Thucydides dan Morgenthau memberikan konsep dan pemahaman mengenai tragdei dan self-restrain.42

Theory: Balance of Power

Prinsip keseimbangan kekuasaan (balance of power) akan membuka peluang bagi terbentuknya sebuah sistem keamanan kolektif, di mana tindakan agresi individual akan berhadapan dengan kekuatan kolektif opini dunia dan militer.43

Realis kontemporer mempertimbangkan kapabilitas militer dan aliansi sebagai hal yang paling mendasar bagi keamanan. Thucydides dan realis klasik lebih umum menyatakan bahwa kekuatan militer dan aliansi seperti dua sisi mata pedang, di satu sisi mereka bisa memprakarsai perang di satu sisi mencegah adanya perang. Dalam bukunya, History of the Peloponnesian War, Thucydides menggambarkan bagaimana balance of power bisa menjadi penyebab timbulnya perang.44

Thucydides dan Morgentahu memahami bahwa politik merupakan sebuah perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang unilateral. Perbedaan antara politik domestic dan hubungan internasional berada pada derajat bukan macamnya. Kapabilitas militer dan aliansi bisa menjadi penjaga dalam hubungan internasional yang berat dan jungkir balik, namun tidak bisa menjadi pemelihara adanya kedamaian atau independen atas aktor.45

Konsep: Aliansi

Aliansi dapat memicu perlombaan senjata dan menyebabkan destabilisasi counteralliances. Ada tiga jenis aliansi menurut Bruce Bueno de Mesquita. Neutrality atau aliansi pakta non-agresi adalah sebuah aliansi di mana masing-masing pihak berjanji untuk tidak daling menyerang satu sama lain. Enteters, Menuntut komitmen yang lebih. Penandatanganan pakta berarti sebuah negara berjanji untuk saling konsultasi satu sama 42Steve Smith et al, International Relations Theories Hal.52-53

43Scoot Burchill dan Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, h.91

44Steve Smith et al, International Relations Theories Hal.56-57

(16)

lain jika ada negara aliansinya terserang. Defense pacts, memuat beberapa hal teknis yang spesifik, di mana aliansi akan menelong negara anggota aliansi yang ikut terserang.46

Mekanisme untuk terbentuknya the balance of power adalah membentuk aliansi.47

Aliansi didefinisikan sebagai sebuah hubungan kerjasama keamanan yang forma atau informal antara dua atau lebih Negara-negarayang berdaulat48

Apa yang menyebabkan negara memilih untuk beraliansi atau tetap pada posisi netral? Aliansi didefinisikan sebagai komitmen formal untuk memberikan kontribusi bantuan militer ketika salah satu anggota aliansi diserang. Ketika memutuskan untuk masuk sebuah aliansi atau netral sebuah negara harus mempertimbangkan keuntungan dari aliansi tersebut (memperpanjang deterrence pada masa damai, bantuan militer ketika perang) dengan resiko terlibat perang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepenitngan negara tersebut secara langsung. Netralitas akan mengurangi resiko terlibatnya suatu negara dalam perang negara lain dengan resiko tidak memiliki aliansi yang mampu menjadi pelindungnya atas serangan negara lain. Pilihan suatu negara untuk mengikuti alians tergantung pandangannya apakah aliansi tersebut dapat menjaga keamana negara tersebut. 49

Studi Kasus: AS Membentuk Aliansi Pertahanan (NATO)

North Atlantic Treaty Organization bermula dari Treaty of Brussels pada Maret 1948 yang diikuti oleh lima negara Eropa yaitu Belgia, Perancis, Luxemburg, Belanda dan Inggris serta tujuh negara lainnya. Treaty of Brussels merupakan perjanjian mengenai collective-security, budaya dan sosial. Perjanjian ini juga dibentuk pasca penyerangan Soviet ke Czechoslovakia. Juni 1948 negara-negara Eropa lainnya seperti Kanada, Denmark, Iceland, Italia, Norwegia, Portugal dan Amerika Serikat bergabung dalam the “Brussels Five” untuk membentuk new collective security organization. Gerakan ini terjadi setelah Soviet mulai memasuki Jerman. Pada akhirnya negara-negara Eropa mulai

46Diktat Kuliah Debbie Affianty,Determinants of Foreign Policy Decision Making: International or External Factors, FISIP UIN Syahrif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: April 2013)

47Dikutip dari Diktat perkuliah Debbie Affianty, Strategies for Survival: Offense-Defense and Alliances

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Desember 2012)

48Stephen M. Walt, Origins of Alliances. Ithaca: Cornell University Press, 1987, bias diakses di http://www.olivialau.org/ir/archive/wal19.pdf

(17)

merasa bahwa demokrasi merupakan cara yang ampuh untuk melawan pengaruh Stalin. Akhirnya pada 4 April 1949 dibentuklah NATO di Washington D.C.50

Analisis:

Dibentuknya NATO adalah untuk membendung pengaruh Uni Soviet dengan ideology komunisnya, terutama terhadap negara-negara di Eropa. Kenyatan bahwa NATO digunakan oleh AS sebagai alat untuk menyebarkan ideologinya yaitu demokrasi dapat dilihat pada tahun ketiga sejak pembentukannya, NATO lebih diwarnai oleh aliansi politik daripada militer. Fakta menarik dari NATO adalah bahwa NATO merupakan aliansi demokratis, di mana ia dijalankan menurut dari anggota-anggotanya. Tahun 1990an NATO memiliki misi untuk mempromosikan stabilitas di non-NATO Europe dan untuk membangun institusi yang berkaitan dengan negara di Eropa Tengah dan Timur.51.

Keanggotan NATO bertambah hingga 28 anggota negara. Hal ini dikarenakan perekrutan NATO yang berbeda dengan Pakta Warsawa. Keanggotan NATO bebas, tidak ada paksaan. Setiap anggota diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif. Selain itu adanya praktik democracy-friendly effect. 52

Tujuan dibentuknya NATO adalah untuk menghalau pengaruh Josef Stalin dari USSR yang semakin meluas, mengembalikan dan menjaga keamanan di area Atlantik Utara, menjadi deterrence yang ampuh dan efektif dari ancaman musuh, mempertahankan dan mempromosikan demokrasi ke anggota-anggotanya. Hal ini dapat dilihat dari prasayarat yang diberikan NATO kepada calon anggotanya, yaitu supremasi sipil yang kuat dan transparasi keuangan. Selain hal yang berkaitan dengan militer NATO juga memiliki beberapa tujuan yang termaktub dalam artikel 2, yaitu memperkuat institusi yang bebas dan mempromosikan kestabilan politik dan materi lewat perdagangan internasional dan kerjasama ekonomi.53

Masa depan hubungan transatlantic bagi kebanyakan Bangsa Eropa (dan beberapa Amerika) tidak hanya mengisyaratkan kerjasama yang lebih baik antara EU dan NATO, tapi juga menjadikan kerjasama antara EU dan NATO lebih efektif. AS lebih dekat

50Zoltan Barany, NATO at Sixty (Journal of Democracy: Vol.20, No.2, 2009), hal.108

51Zoltan Barany, NATO at Sixty hal.109

52Zoltan Barany, NATO at Sixty hal.109-122

(18)

dengan EU mengenai isu-isu, seperti perdagangan, perubahan iklim hingga kebijakan keamanan seperti program nuklir di Iran.54

Secara politik, NATO mempromosikan nilai-nilai demokrasi, mendorong pelaksanaan konsultasi dan kerjasama pertahanan serta isu keamanan untuk membangun kepercayaan (trust) dan mencegah konflik dalam jangka panjang. Secara militer, NATO berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan secara damai (peaceful resolution of disputes). Jika upaya diplomatik gagal dilakukan maka dibutuhkan kapasitas militer untuk penyelesaian masalah tersebut. Hal ini mengacu pada Article 5 of the Washington Treaty.55Maka dapat

digaris bawahi dari tujuan tersebut tugas NATO adalah collective defense, crisis management, dan cooperative security through partnership.

NATO memberikan kesempatan khusus pada negara anggotanya untuk berkonsultasi dan mengambil keputusan terhadap isu keamanan pada semua level dan beragam bidang. Keputusan NATO merupakan ekspresi kolektif dari 28 negara anggota selama setiap keputusan tersebut diambil berdasarkan konsensus. Setiap hari, ratusan orang sipil dan ahli militer mendatangi markas besar NATO untuk saling memberi informasi, ide dan membatu mempersiapkan keputusan jika dibutuhkan melalui kerjasama dengan delegasi nasional dan staf NATO.56

Tahun 1989-90an memasuki masa pasar bebas dan keterbukaan serta demokrasi hingga timbul peranyaan apakah NATO masih dibutuhkan? Pada tahun 1991, NATO dan Eropa mengalami rejuvenasi dengan disahkannya North Atlantic Security Council, lalu pada tahun 1997 berganti nama menjadi Euro Atlantic Partnership Council. Integrasi ini dilandaskan oleh banyaknya negara yang berdemokrasi dan hubungan ini dipandang sebagai hubungan yang strategis bagi masa depan politik, keamanan sekutu dan kawasan, terbuki dengan masuknya negara non member - negara mediterania yaitu Algeria, Mesir, Israel, Yordania, Mauritania, Tunisia dan Maroko.57

54Zoltan Barany, NATO at Sixty, hal.122

55Dikutip dari Makalah Sarah Astrried et al, Hubungan Euro-Atlantic dan NATO, mata kuliah studi kawasan Eropa, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: November 2013) atau bisa diakses di www.nato.int

56Dikutip dari Makalah Sarah Astrried et al, Hubungan Euro-Atlantic dan NATO, mata kuliah studi kawasan Eropa, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: November 2013)

(19)

Daftar Pustaka

Atik Fadilatul Husna, Skripsidengan judul “Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barack Obama,: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional (Jakarta: April, 2012)

Amitai Etzioni, The Lessons of Libya,( Military Review: January-February 2012)

Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Byung-Duck Hwang et al, The Rise of China to the G2 AND Strategy for Peaceful Unification (Part II), (Hancheonro (Suyudong) Gangbuk-gu: Korea Institute for National Unification 1307 Research Abstract, 2011) bisa diakses juga di www.kinu.or.kr

Dennis Ross, The Middle East Predicament, Foreign Affairs: January/February 2005. Volume 84 Number 1. New York

Diana Raesha, Skripsi,“Kerjasama Pemerintah Cina dan Nigeria dalam Bidang Energi Minyak Periode 2003-2010”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politi, Program Studi Hubungan Internasional (Jakarta: Januari 2013),

Diktat perkuliah Debbie Affianty, Strategies for Survival: Offense-Defense and Alliances FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Desember 2012)

Diktat Kuliah Debbie Affianty,Determinants of Foreign Policy Decision Making: International or External Factors, FISIP UIN Syahrif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: April 2013)

Diktat Kuliah Friane Aurora, Konsep-Konsep Penting Terkait Negara Sebagai Aktor Hubungan Internasional, FISIP UIN, (Jakarta: April 2012)

(20)

Jill Steans and Lloyd Pettiford, Hubungan Internasiona: Prespektif dan Tema (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009)

John Baylis and Steve Smith, The Globalization of World Politics: an introduction to international relations (New York: Oxford University Press,2001)

K.J Holsti, 1964. “The Concept of Power in the Study of International Relations”, Background, Vol. 7, No.4

Mark E. Manyin, et al, U.S.-South Korea Relations, (Congressional Research Service: May 15, 2012), bisa juga diakses www.crs.gov

Modigs Ronny, United States Foreign Policy in the Middle East After the Cold War, (Kansas: Fort Leavenworth, 2003

Noam Chomsky, After the Cold War: U. S. Foreign Policy in the Middle East, Cultural Critique, No. 19, The Economies of War. University of Minnesota, 1991, PressStable URL: http://www.jstor.org/stable/1354305

Oz Hassan, American Democracy Promotion and the ‘Arab Spring’, diakses di www.lse.ac.uk/IDEAS/publications/reports/pdf/SR009/hassan.pdf pada 1-2-2014 pukul 11:46 WIB

Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)

Ron Huisken, Rising China: Power and Reassurance, ,(Australia: ANU Press, 2009)

Sarah Astrried et al, Paper Writing, Hubungan Euro-Atlantic dan NATO, mata kuliah studi kawasan Eropa, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: November 2013)

Siti Muti’ah Setiawati. Irak di Bawah Kekuasaan Amerika. Pusat Pengkajian Masalah Timur Tengah (PPMTT) Universitas Gajah Mada

Scott Burchill and Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, (Bandung: Nusa Media, 2009

(21)

Steve Smith et al, International Relations Theories: Discipline and Diversity: chapter 3: Classical Realism, Richard Ned Lebow,(New York: Oxford University Press,2007)

Zoltan Barany, NATO at Sixty (Journal of Democracy: Vol.20, No.2, 2009

http://tekno.kompas.com/read/2013/04/01/10142650/as.kerahkan.jet.tempur.siluman.f-22.ke.korsel diakses pada 4-4-2013

Mutual Trust and Multilateral Approach Vital for Success US-China 2022(Excerpts)

Dalam http://cib.shangbao.net.cn/299/2013/0627/215065.html diakses pada 1-2-2014 pukul 12:07 WIB

http://www.china-embassy.org/eng/xw/t675646.htm diakses pada 1-2-2014 pukul 10:46 WIB

http://thediplomat.com/2013/12/u-s-china-trade-talks-deja-vu/ diakses pada 2-1-2014 pukul 02:39 WIB

http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2013/12/05/joint-fact-sheet-strengthening-us-china-economic-relations diakses pada2-1-2014 pukul 02:41 WIB

Referensi

Dokumen terkait

- Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

penelitian yang berjudul “Determinan Efisiensi Bank BUMD Regional Sumatera Berdasarkan Data Employment Analyis (DEA) studi kasus: Bank Aceh, Bank Nagari(sumbar), dan Bank

Menurut Harahap (2004:190), Analisis Laporan Keuangan mengurai pos- pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat

Ketika kata-kata masyarakat mengalami proses evolusi menjadi kewarganegaraan, seperti yang dikatakan di atas bahwa tanggung jawab individu akan negara muncul, manusia tidak

sesuatu yang berkaitan dengan uraian tugas yang telah ditetapkan. - Tanggung

Secara amnya, jika dilihat purata min bagi setiap bahagian seperti dalam jadual 7, dapat digambarkan bahawa persepsi pelajar terhadap aktiviti kokurikulum berada dalam

Penelitian ini membuktikan, bahwa untuk memprediksi distress keuangan perusahaan publik sektor non keuangan Indonesia dapat menggunakan beberapa rasio keuangan satu tahun

Hasil analisa menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah