• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN IMPOR IKAN INDONESIA. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBIJAKAN IMPOR IKAN INDONESIA. docx"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN IMPOR IKAN INDONESIA : TINJAUAN EKONOMI POLITIK

Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah ekonomi politik pembangunan

NANA NAJIYAH 15/388797/PSP/050402

Dosen pengampu : Prof. Muhtar Mas’oed

Dr. Wahyu Riawanti

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

I. LATAR BELAKANG

Ikan telah menjadi sumber utama protein hewani bagi lebih dari satu miliar manusia selain sebagai juga penyedia lapangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan terhadap perikanan juga meningkat selama 30 tahun terakhir dengan rata-rata pertahun naik sebesar 1,5% sampai tahun 2020 yang akan datang (Fauzi, 2005). Potensi kelautan indonesia yang besar tidak hanya menjadi tempat ikan bagi sektor perikanan, tetapi juga menyimpan sumberdaya mineral untuk industri dan memiliki keindahan untuk pengembangan pariwisata. Tiga kegiatan ekonomi ini saja bisa sebagai contoh, bidang mampu menyerap puluhan juta tenaga kerja, menghasilkan devisa dan menumbuhkan mata rantai kegiatan dari hulu ke hilir (Baiquni, 2005).

Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah pulau sebanyak 17.508 dengan panjang garis pantai 81.000 kilometer. Dengan demikian, indonesia memiliki potensi kelautan yang juga banyak. Sektor kelautan yang didefinisikan di indonesia sebagai sektor yang mencangkup perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim, perhubungan laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan (Fauzi, 2005).

Masih menurut Fauzi (2005), sebenarnya sudah sejak tahun 2005 kebijakan dibidang perikanan dan kelautan dilakukan melalui konsultasi publik yang diharapkan akan mengatasi permasalahan juga kendala sektor kelautan dan perikanan. Adanya jurang besar antara kebijakan yang telah ditentukan dan implementasi kebijakan di lapangan merupakan masalah klise yang menjadi kelemahan pengelolaan sumber daya laut secara transparan di indonesia. Maka tidak heran jika timbul ketidakpuasan dari stakeholder atas permasalahan ini. Besarnya harapan masyarakat terutama nelayan indonesia dengan adanya perubahan yang lebih baik mengenai implementasi kebijakan perikanan dan kelautan indonesia seharusnya disadari oleh pemerintah pusat dengan cepat dan tanggap. Penekanan pada prinsip transparasi dan akuntabilitas pengelolaan potensi kelautan dan perikanan indonesia harus menjadi langkah awal untuk perubahan yang digadang-gadang oleh setiap menteri kelautan dan perikanan.

(3)

pada tahun 2015 kemiskinan masyarakat pesisir yang mana didalamnya terdapat nelayan

menunjukan tingkat kemiskinan sebesar 32,4 %

http://ekbis.sindonews.com/read/1013402/34/ini-masalah-utama-kemiskinan-masyarakat-pesisir-1434457234 . Sebenarnya, terdapat perubahan dari sektor perikanan selama beberapa tahun ini setelah dijabat oleh menteri kelautan dan perikan, Susi Pudjiastuti. Data positif berupa kenaikan 3,75% yakni dari tahun 2009 semula 4.812.235 ton 5.779.990 ton di tahun 2014. Dilansir oleh BPS pada april 2016 angka deflasi 0,45% disumbangkan oleh kelompok bahan makanan ikan segar dan ikan olahan. Akan tetapi, pada bulan juni 2016 publik dikejutkan oleh temuan adanya kebijakan impor ikan yang dilakukan oleh menteri kelautan dan perikanan sebanyak 72.802 ton berupa ikan makarel, sarden, tuna, cakalang, tongkol, kepiting rajungan, kerang dan salmon (Data catatan bulan april Izin Pemasukan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan) . Atas temuan data tersebut, anggota DPR RI mengkritik kebijakan impor ikan khususnya ikan cakalang sebanyak 2.000 ton oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tanggapan dari Susi Pudjiastuti selaku menteri kelautan dan perikanan bahwa impor ikan memang setiap tahunnya selalu ada dan data tahun 2016 menunjukkan penurunan impor dibandingkan impor yang dilakukan tahun sebelumnya. Kebijakan impor ikan tersebut juga diakibatkan oleh sistem logistik belum berjalan baik yang menjadikan kekurangan bahan baku industri pengolahan didalam negeri dan selanjutnya kebijakan impor ikan tidak akan diperlebar dengan cara transparansi ke publik http://finance.detik.com/read/2016/06/08/140041/3228216/4/dikritik-dpr-soal-impor-2000-ton-ikan-cakalang-ini-respons-susi.

(4)

tindakan pemakluman memberlakukan impor ikan dengan mengatasnamakan ‘kekurangan bahan baku industri’ dan tentu saja impor ikan tidak terlepas ada unsur politis didalamnya. Bagaimanapun, sistem politik di Indonesia masih dikuasai oleh pemegang kebijakan terutama kebijakan di sektor pangan yang seringkali terintervensi dengan kehadiran importir skala besar. Begitupun dengan kebijakan impor ikan yang merupakan hasil dari kepentingan importir yang berorientasi profit semata yang bekerja sama dengan oknum pemerintah tanpa memandang jauh akibat dari kebijakan yang dibuat ini.

II. PEMBAHASAN

Selama kepemimpinan Susi Pudjiastuti ini telah terjadi kebijakan perikanan seperti moratorium kapal penangkap ikan berukuran 30 Gross Tonnage , transparasi data impor dan ekspor ikan, pemberian bantuan logistik pada nelayan dan yang paling menyita perhatian yakni penenggelaman kapan illegal asing di laut indonesia. Semua hal diatas, semata dilakukan untuk membangkitkan industri pengelolaan ikan dan mengembangkan sumberdaya ikan secara maksimal guna tercapainya tujuan Nawacita yang dicanangkan oleh presiden Jokowi, “memperkuat jati diri sebagai negara maritim”. Atas dasar itu, pencapaian nilai ekspor mencapai 1 milliar dolar dengan komoditas udang, tuna dan cumi menjadi komoditas terbesar penyumbang nilai ekspor indonesia. Peningkatan nilai ekspor ini semata didukung oleh kebijakan kementerian kelautan dan perikanan memberantas illegal fishing sehingga mampu mendongkrak produksi perikanan di indonesia mencapai 50.32 juta ton pada tahun 2015. Banyak optimisme dari berbagai pihak atas pencapaian ini jika diteruskan untuk jangka panjang kedepan. Dampak positif peningkatan produksi ikan telah membuat Susi Pudjiastuti mengklaim pada tahun 2015 tidak ada alasan untuk impor ikan konsumsi, kalaupun harus dilakukan impor ikan itu ditujukan untuk sektor industri yang akan diawasi secara ketat.

(5)

pengelohan ikan dan sarana pendingin. Hambatan ini membuat distribusi logistik yang macet dari laut ke sentra industri pengolahan sehingga industri pengolahan ikan mengalami kekurangan bahan baku. Lalu karena semua hal yang telah disebutkan diatas, pemerintah melakukan impor ikan dengan alasan hasil tangkapan nelayan tidak mencukupi kebutuhan industri. Bagaimana distribusi tidak berjalan macet jika kapal pengangkut hasil produksi ikan sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan ikan. Dari data sepanjang januari-juni 2016, 20 kapal pengangkut dibutuhkan tetapi kementerian kelautan dan perikanan baru menerbitkan ijin kapal pengangkut sebanyak 3 unit https://www.tempo.co/read/opiniKT/2016/06/10/12472/ironi-impor-ikan

Pemerintah, dalam hal ini kementerian kelautan dan perikanan sudah seharusnya memberikan bimbingan akan ‘melek’ teknologi di kalangan nelayan. UU No. 45 tahun 2009 bisa dijadikan sebagai jalan keluar atas permasalahan nelayan diatas, sampai saat ini belum ada peraturan pelakasanaan UU no. 45 tahun 2009 tentang perikanan. Selain UU tersebut bisa dijadikan landasan hukum untuk perlindungan nelayan, termasuk didalamya kesejahteraan nelayan dalam kegiatan produksi, pengolahan dan perdagangan, di UU tersebut bisa diatur tentang pelatihan teknologi kapal berbasis cold stroge bagi nelayan-nelayan indonesia juga pelatihan teknik penangkapan, penanganan dan penyimpanan ikan diatas kapal yang akan sangat berpengaruh dengan cepatnya pembusukan ikan. Ada UU inilah, diagendakan juga prosedur yang memudahkan nelayan mengembangkan modal UMKM dengan KUR di bank-bank. Dengan UU tersebut juga diatur asuransi dan pendidikan nelayan dapat terjamin karena resiko kerja nelayan yang dekat dengan kematian dilaut.

(6)

Dirjen pemasaran dan pengolahan hasil perikanan P2PHP kementerian kelautan dan perikanan menyebutkan setidaknya ada tiga faktor menyebabkan indonesia harus melakukan impor, yakni :

1. Kurangnya pemenuhan kebutuhan

Dengan alasan pemenuhan kebutuhan bahan baku industri maka kebijakan impor ikan tetap diberlakukan. Meskipun demikian, diperlukan kehatian-kehatian bagi pemerintah untuk menelusuri asal ikan, pembatasan jenis dan volume ikan impor demi melindungi kestabilan harga ikan lokal.

2. Masalah cuaca

Cuaca adalah faktor utama kelancaran nelayan ketika memutuskan untuk berlayar. Permasalahan cuaca ini berpengaruh besar atas pendapatan yang akan dinikmati oleh nelayan, dengan resiko besar berhadapan dengan kematian, nelayan indonesia harus dibekali strategi menghadapi perubahan cuaca ditengah laut yang difasilitasi teknologi kapal sehingga mampu menghadapi perubahan cuaca.

3. Tidak tersedianya produk ikan tertentu dalam kelautan indonesia

Ikan salmon memiliki pangsa pasar di Indonesia, tetapi laut indonesia tidak dapat memproduksi jenis ikan ini, sehingga kebijakan impor ikan salmon masih sah saja dilakukan.

Dengan berbagai faktor diatas, kebijakan impor hanya bagi sektor produk ikan yang tidak tersedia di dalam laut Indonesia. Untuk permasalahan minimnya stok produksi ikan, indonesia telah dapat memenuhi kebutuhan produksi ikan, kendalanya hanya pada teknis distribusi logistik ikan yang tidak difasilitasi dengan teknologi pengawetan ikan yang berakibat stok ikan membusuk. Hal ini memang akan membutuhkan waktu yang lama akan tetapi tetap mungkin bisa dilakukan jika saja pemerintah lebih melonggarkan ijin kapal pengakut sehingga armada kapal untuk mendistribusikan ikan dari laut ke sentra pengolahan ikan bisa berjalan dengan lancar. Upaya ini sekaligus membantu nelayan melindungi harga jual ikan lokal agar tidak terlalu merugi jika dibandingkan dengan harga produksi yang telah dikeluarkan oleh nelayan cukup besar.

(7)

Berdasarkan pendekatan ekonomi politik dalam kasus impor ikan merupakan pertemuan antara bidang ekonomi dan politik dalam hal alokasi sumber daya ekonomi dan politik yang terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga implementasi dari kebijakan yang didasarkan dengan pendekatan ekonomi politik mempertimbangkan struktur kekuasaan dan sosial yang hidup dalam masyarakat, khususnya target masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan impor ikan.

Lebih 90% produksi perikanan indonesia masih didominasi nelayan skala kecil dan kebutuhan produksi masih diperlukan untuk kepentingan ketahanan pangan di negara ini, sehingga regulasi yang segera dilakukan adalah melindungi nelayan dan industri perikanan dengan memberlakukan pengasawan dan pembatasan volume ikan asing di pasar lokal. Pertanyaan bagaimana membenahi industi ikan didalam negeri dengan tetap melakukan pengawasan ketat terhadap produk ikan impor dapat dijawab dengan menyiapkan industri perikanan dalam negeri yang lebih kompetitif baik secara harga maupun kualitas mutu.

Dari sisi kebijakan, impor ikan disebabkan kegagalan nelayan dalam pendistribusian logistik ke sentra pengolahan ikan. Langkah politik untuk menjalankan kebijakan impor harus ditegaskan dengan pengawasan yang ketat. Kesungguhan pemerintah untuk menegakkan supremasi hukum akan sangat signifikasian pengaruhnya terhadap iklim usaha sebagai salah satu syarat penting berputarnya roda perkonomian dan tegaknya mekanisme pasar (Arifin dan Didik, 2001). Kebijakan yang tegas dengan memberi aturan yang jelas atas mekanisme prosedur jenis dan volume ikan juga harus dipayungi dengan UU tentang perikanan yang menjelaskan secara menyeluruh tentang tata pelaksanaannya. Momentum kebijakan impor ikan adalah langkah awal pemerintah menggarap kebijakan yang berbasis pengembangan kesejahteraan nelayan. Kebijakan memberantas illegal fishing yang sedang berjalan memang sepatutnya diapresiasi tetapi juga harus dibarengi dengan sarana yang mendukung untuk menangkap hasil produksi ikan yang melimpah. Dengan pengelolaan ikan yang dibantu oleh teknologi bisa membuat indonesia bebas impor ikan karena kebijakan impor sejatinya dibuat tidak untuk jangka panjang.

.

(8)

Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini. 2001. Ekonomi politik dan kebijakan publik. Jakarta: Grasindo

Baiquni, M. 2005. Membangun pusat-pusat dipinggiran otonomi di negara kepulauan. Yogyakarta : ideAs dan PKPEK

Fauzi, Akhmad. 2005. Kebijakan perikanan dan kelautan. Isu, sintensis daan Gagasan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Nasution, M. Arif, Badaruddin dan Subhilhar. 2005. Isu-isu kelautan dari kemiskinan hingga bajak laut. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Yustika, Ahmad ERANI. 2014. Ekonomi politik kajian teoritis dan analisis empiris.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/08/163601426/dikritik.dpr.menteri.susi.bant ah.impor.ikan.diperluas. diakses pada tanggal 20 juni 2016 pukul 13.20 WIB

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/10/073000926/Hasil.Tangkapan.Nelayan.Ta k.Penuhi.Syarat.Industri.Susi.Akui.RI.Masih.Impor.Ikan diakses pada tanggal 20 juni 2016 pukul 13.00 WIB

http://ekbis.sindonews.com/read/1013402/34/ini-masalah-utama-kemiskinan-masyarakat-pesisir-1434457234 diakses pada tanggal 19 juni 2016 pukul 11.00 WIB

http://industri.bisnis.com/read/20131009/99/168164/ini-3-alasan-indonesia-masih-impor-ikan diakses pada tanggal 19 juni 2016 pukul 12.00 WIB

http://finance.detik.com/read/2016/06/08/140041/3228216/4/dikritik-dpr-soal-impor-2000-ton-ikan-cakalang-ini-respons-susi diakses pada tanggal 21 juni 2016 pukul 11.30 WIB

http://www.mongabay.co.id/2015/05/19/hasil-moratorium-kapal-eks-asing-perikanan-indonesia-mulai-menggeliat/ diakses pada tanggal 22 juni 2016 pukul 15.00 WIB

https://www.tempo.co/read/opiniKT/2016/06/10/12472/ironi-impor-ikan diakses pada tanggal 20 juni 2016 pukul 12.00 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan pencapaian sasaran strategis Sumber Daya Kelautan Yang Berkelanjutan diperoleh dari pencapaian indikator Persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi

Intervensi pemerintah berupa kebijakan tarif impor tidak hanya berpengaruh pada perubahan perilaku permintaan, penawaran, harga dan impor kedelai nasional, tetapi

Dalam rangka relokasi industri (bedol pabrik) dan investasi baru yang dilakukan secara menyeluruh atas impor BMTB yang tidak termasuk dalam Lampiran Peraturan Menteri ini,

Skripsi berjudul Status Gizi Anak Usia Balita pada Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan Non Kadarzi di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember telah

Efektifitas periklanan dapat diukur dari seberapa besar dampak komunikasi yang disampaikan melalui iklan yang tujuannya untuk mengetahui potensi iklan pada

(3) Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), apabila PDKPM belum mampu rnelaksanakan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan di bidang Penanaman

organik pada air limbah pencucian kendaraan bermotor akan diserap oleh permukaan karbon aktif sehingga jumlah bahan organik dalam air limbah

Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan Pembimbing I atas bimbingan, dukungan, saran, dan bantuan yang telah