Makalah
INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS
DISUSUN:
Purnama Indah Lase
NIM :
0705162007
Dosen Pengampu :
Dr. Jafar, MA
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum alam adalah ciptaan tuhan dan wahyu juga berasal dari tuhan, maka ilmu pengetahuan modern yang bedasar pada hukum alam dan islam sebenarnya yang bedasar pada hukum alam dan islam sebenarnya yang bedasar pada wahyu, tidak boleh dan tak mungkin bertentangan. Islam mesti dengan sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dan ilmu pengetahuan modern mesti sesuai dengan islam.
Integrasi sains dan agama dapat dilakukan dengan mengambil inti filosofi ilmu-ilmu keagamaan fundamental islam sebagai paradigm sains masa depan. Dengan demikian, baik nalar sains maupun agama tidak lagi ada jarak yang senjang yang mengantarai keduanya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1.Bagaimana integrasi dalam sejarah islam?
2. Bagaimana integrasi dalam ranah ontologi?
3. Bagaimana integrasi dalam ranah epistemologi?
4. Bagaimana integrasi dalam ranah aksiologi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.Integrasi dalam sejarah islam 2. Integrasi dalam ranah ontologi 3. Integrasi dalam ranah epistemologi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Integrasi dalam sejarah islam
Dalam sejarah islam ,ditemukan seorang ahli astronomi, ahli biologi, ahli matematika dan ahli arsitektur yang mumpuni dalaam bidang ilmu-ilmu keislaman seperti tauhid , fikih, hadis , tafsir, dan tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis dalam bidang ilmu-ilmu kealaman, para pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik, dan kajian-kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religious dan spiritual. Tidak sebatas integrasi belaka , mereka malah mampu menguasai berbagaidisiplin ilmu yang terdiri atas ilmu rasional dan ilmu-ilmu kewahyuan ,sehingga integrasi menjadi sangat mudah dilakukan.
Para filsuf dari mazab Peripateik merupakan pemikr Muslim yang berhasil menginegrasi filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumberkan kepada Al- Qur’an dan Hadis,lantaran
tema-tem filsafat Yunanni diislamisasikan dan disesuaikan dengan pradigma islam. Tidak sebatas integrasi semata mereka malah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu yang terdiri atas ilmu-ilmu raiona dan ilmu-ilmu kewahyuan, sehingga integrasi menjadi sangat mudah dilakukan.
Al- Jahiz (w.869) adalah ahli dalam bidang sastra arab, biologi, zoology, sejarah, filsafat, psikologi, teologi dan politik.
Al- kindi (w.873) menguasai seluruh cabang filsafat seperti metafisika, etika logika psikologi, kedokteran, farmakologi, matematika dan meteorologi.
Al-Razi (w.925) adalah ahli dalam bidang filsafat, kimia, matematika, sastra, dan kedokteran.
Ibn Thufail (w.1185) juga seorang ahli filsafat, kedokteran dan hukum islam.
Umar Khayyam (w.1131) adalah matematikawan, asstronom , filsuf , musisi, dokter, fisikawan, psikologi dan botanis.
Al- ghazali (w.1111) adalah seorang teolog, filsuf, dan sufi.
Diantara prestasi besar mereka sebagai ilmuan muslim adalah kemampuan mereka menguasai dan mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu empiric, dan ilmu-ilmu kewahyuan. Secara keilmuan, mereka menguasai banyak disiplin ilmu dan secara personal mereka berperan sebagai seorang saintis muslim yang berpola hidup religious dan sufistik. Menguasai ilmu-ilmu religious adalah dampak dari keyakinan bahwa ilmu-ilmu religious merupakan ilmu-ilmu fardh al ain’ yang wajib dikuasai dan diamalkan setiap muslim dan apapun profesi mereka. Sedangkan kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu rasional dan empiric adalah bahwa semua ilmu tersebut dikategorikan sebagai ilmu fardh al-kifayah yang diwajibkan sebagian muslim; atau kkemungkinan tidak lebih dari sekedar profesi dan minat mereka untuk menguasai dan mengembangkannya atas dasar perintah agama.
kegiatan akademik mereka.Meskipun mereka seorang filsuf dan saintis, perilaku hidup mereka merupakan realisasi terhadao teori mereka mengenai filsafat dan sufisme. Dapat disimpulkan bahwa mereka sukses mengintegrasikan antara dua jenis ilmu tersebut dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka sehari-hari.
2. Integrasi dalam ranah ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani, ont yang bermakna keberadaan dan logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia,sehingga ontologi bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi dapat dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan karakteristik esensial keberadaan. Para sufi awal memang lebih banyak memfokuskan kepada masalah kedekatan kepada Allah Swt., tetapi belakangan inimereka meluaskan objek kajian tasawuf sampai kepada persoalan wujud, selain tasawuf juga mulai bersinggungan dengan filsafat, sehingga mereka tidak saja membahas dan menyibak hakikat wujudnya, tetapi juga wujud alam dan manusia.
3. Integrasi dalam ranah epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani, episteme yang bermakna pengetahuanan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplansi, sehingga epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui. Runes menjelaskan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang menelusuri asal, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Kajian-kajian ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam epistemologi islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian tasawuf mengandalkan metode irfani yang biasa disebut metode takjiyah al-nafs.
4. Integrasi dalam ranah aksiologi
moral, serta tanggungjawab sosial ilmuwan. Kajian aksiologi lebih ditujukan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu dan etika akademik ilmuwan. Nilai-nilai luhur tasawuf dapat menjadi landasan etis seorang ilmuwan dalam pengembangan sains dan teknologi. Konsep al-maqamat dan al-ahwal dapat menjadi semacam etika profesi seorang saintis sebagai ilmuwan muslim.1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Integrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru. Sebab, para ilmuwan muslim klasik telah mengerjakan proyek keilmuwan tersebut sepanjang masa keemasan islam. Paling tidak, secara akademik mereka menguasai seluruh disiplin ilmu yang berkembang pesat pada masa mereka, baik ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu empirik, maupun ilmu-ilmu kewahyuan. Mereka bahkan mengintegrasikan kedua jenis ilmu tersebut, dan keduanya saling mendukung kegiatan akademik mereka.Meskipun mereka seorang filsuf dan saintis, perilaku hidup mereka merupakan realisasi terhadao teori mereka mengenai filsafat dan sufisme. Dapat disimpulkan bahwa mereka sukses mengintegrasikan antara dua jenis ilmu tersebut dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka sehari-hari.
Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani, ont yang bermakna keberadaan dan logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia,sehingga ontologi bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan karakteristik esensial keberadaan.
Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani, episteme yang bermakna pengetahuanan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplansi, sehingga epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui. Runes menjelaskan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang menelusuri asal, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.