Nama : Rudi Darussalam
DAMPAK PENGGUNAAN ENERGI TERHADAP LINGKUNGAN BESERTA SOLUSINYA
Abstrak
Permasalahan energi, lingkungan dan pemanasan global menjadi semakin mencuat di era globalisasi. Dimana Penggunaan energi dapat mencemarkan lingkungan karena adanya limbah padat, limbah cair, dan polutan akibat emisi. Makalah ini membahas tentang dampak dari penggunaan energi khususnya emisi CO2 yang erat kaitannya dengan pemanasan global (global warming) dan solusi untuk mengurangi dampak dari penggunaan energi. Kyoto
Protocol membuat suatu terobosan untuk membantu negara maju dalam mengurangi emisi GRK
(Gas Rumah Kaca) dengan menggunakan mekanisme perdagangan emisi yang sering disebut
flexible mechanism. Mekanisme ini memungkinkan kerjasama yang dapat saling menguntungkan
antara negara maju dengan negara berkembang. Selain itu, diuraikan juga tentang solusi dari dampak penggunaan energi ditinjau dari sisi pemerintah sebagai pemberi kebijakan, penyedia jasa energi listrik (PLN) dan pengguna/konsumen energi listrik
Kata Kunci : Energi, Emisi CO2, Perdagangan Emisi, Pemanasan Global.
I. PENDAHULUAN
Sektor energi merupakan sektor yang penting karena selain sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi juga sebagai komoditi ekspor. Tetapi pertumbuhan perekonomian ini juga dapat membawa dampak yang negatif bagi sumber daya alam seperti air, udara, dan tanah. Dampak negatif tersebut dapat berupa pencemaran sebagai akibat dari penggunaan energi. Penggunaan energi dapat mencemarkan lingkungan karena adanya limbah padat, limbah cair, dan polutan akibat emisi dari pembakaran energi fosilseperti: partikel, SO2, NOx, dan Carbon Dioxide (CO2).
Masalah pemanasan global mendapat perhatian dunia setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diadakan oleh PBB pada bulan Juni 1992 di Rio de Janeiro yang lebih dikenal sebagai KTT Bumi (Earth Summit). Setelah KTT Bumi telah diadakan beberapa pertemuan internasional dan hasil yang penting adalah Rapat Tahunan COP (Conference Of the Party) III di Kyoto pada tahun 1997 yang diadakan oleh UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate Change).
emission permit) yang memperbolehkan negara berkembang menjual emisi yang masih rendah kepada negara maju yang kelebihan emisi
I.1 Dampak Penggunaan Energi
Penggunaan energi fosil akan menghasilkan emisi seperti: partikel, SO2, NOx, dan CO2. Emisi partikel, SO2, dan NOx adalah bahan polutan yang berhubungan langsung dengan kesehatan manusia. Disamping itu, masyarakat internasional juga menaruh perhatian terhadap isu lingkungan global seperti terjadinya pemanasan global. Emisi CO2 merupakan sumber terbesar yang bertanggung jawab terhadap terjadinya pemanasan global. Emisi CO2 tidak berhubungan langsung dengan kesehatan.
Berdasarkan hasil proyeksi penggunaan energi dapat dibuat proyeksi emisi CO2
berdasarkan tetapan emisi yang dikeluarkan oleh IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change). Pada Gambar 3 ditunjukkan proyeksi emisi CO2 karena penggunaan energi di Indonesia selama kurun waktu 1995 - 2025. Pada tahun 1995 total emisi CO2 sebesar 156 juta ton per tahun dan meningkat menjadi 1.077 juta ton per tahun pada tahun 2025 atau meningkat rata-rata sebesar 6,6 % per tahun dalam kurun waktu 30 tahun.
Gambar 1. Proyeksi Emisi CO2
I.2 Pemanasan global
Radiasi sinar matahari yang terjebak akan memberi kehangatan bagai makhluk hidup di bumi. Efek ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk. Justru dengan efek ini memberikan kesempatan adanya kehidupan di bumi. Kalau tidak ada efek rumah kaca maka suhu rata-rata permukaan bumi bukanlah 15 oC seperti sekarang tetapi –18 oC. Yang menjadi masalah adalah jumlah GRK ini bertambah secara berlebihan sehingga bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan secara global. GRK yang bertambah secara berlebihan ini akan menahan lebih banyak radiasi dari pada yang dibutuhkan oleh kehidupan di bumi, sehingga terjadi gejala yang disebut pemanasan global. Dampak dari pemasan global ini antara lain yaitu: suhu air laut naik, perubahan pola iklim seperti curah hujan, perubahan frekuensi dan intensitas badai, dan tinggi permukaan air laut naik karena mencairnya es di kutub.
Secara lengkap GRK yang menjadi sebab terjadinya pemanasan global ditunjukkan pada Tabel 1. Setiap GRK mempunyai potensi pemanasan global (Global Warming Potential - GWP) yang diukur secara relatif berdasarkan emisi CO2 dengan nilai 1. Makin besar nilai GWP makin bersifat merusak.
Tabel 1. Gas Rumah Kaca dan Pemanasan Global
I.3 Upaya yang telah dilakukan
Penanganan permasalahan yang ditimbulkan dari isu lingkungan, tercatat beberapa upaya yang telah dilakukan oleh negara-negara di dunia internasional. Upaya-upaya tersebut kebanyakan berupa konferensi yaitu pertemuan negara-negara dari seluruh belahan dunia. Konferensi yang menjadi media negara-negara dalam mengatasi isu lingkungan antara lain :
4. REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), 5. The Global Commission on Economy and Climate,
Upaya-upaya diatas dilakukan secara bersama oleh negara-negara internasional. Masalah lain yang ditimbulkan adalah upaya bersama ini sering kali menemui titik buntu, ketika satu kepentingan negara bertentangan dengan negara lain, sementara itu efek lingkungan yang terjadi terus berlanjut alih-alih perundingan yang alot belum menemui jalan tengah. Maka dari itu selain melalui konferensi internasional, upaya mengatasi isu ini juga dilakukan oleh negara-negara yang tergabung dalam suatu kawasan tertentu, Uni Eropa misalnya, mereka menerapkan peraturan pajak emisi penerbangan. Peraturan ini diterapkan oleh Uni Eropa untuk mengurangi emisi karbon sebagai dampak dari perindustrian pesawat terbang. Konsekuensi yang harus diterima adalah meningkatnya harga tiket pesawat, namun hal ini pantas dilakukan, karena emisi dari penerbangan menyumbang 10 kilo ton karbon dioksida pertahunnya, sehingga menjadi polutan udara yang utama. Peraturan ini mengikat keseluruhan 27 negara-negara Uni Eropa, yang kemudian akan mengkalkulasikan jumlah pajak emisi yang harus dibayar pertahunnya, untuk selanjutnya disalurkan sebagai dana upaya perubahan iklim.
I.4 Mekanisme perdagangan Emisi
Kyoto Protocol membuat suatu terobosan untuk membantu negara maju dalam mengurangi emisi GRK dengan menggunakan mekanisme yang sering disebut flexible mechanism. Mekanisme tersebut adalah:
- Joint Implementation (JI) yang merupakan perjanjian bilateral antara dua institusi untuk menjalankan proyek mitigasi emisi GRK. Proyek dalam JI hanya dapat dilakukan antar negara maju dan salah satu proyek percontohan adalah Activities Implemented Joinly (AIJ).
- International Emission Trading (IET) yang mengacu pada pertukaran kredit emisi atau batas emisi yang diijinkan antar negara maju dan baru bisa dilakukan setelah tahun 2008. IET mempunyai implikasi bahwa yang bisa ditukarkan adalah total emisi GRK yang dapat dikurangi untuk satu negara dengan satu negara lainnya.
- Clean Development Mechanism (CDM) yang merupakan proyek kerjasama antara Negara maju yang akan mengurangi emisi GRK-nya dengan negara berkembang. Baik institusi swasta maupun publik di suatu negara dapat menggunakan mekanisme ini. Bila dibandingkan dengan dua mekanisme sebelumnya maka CDM merupakan alternatif yang dapat digunakan oleh negara berkembang untuk mendapatkan manfaat dari adanya pemanasan global.
II. Diskusi dan pembahasan
Solusi untuk mengurangi dampak dari penggunaan energi diantaranya dengan :
listrik tenaga surya dan air dapat dikatakan bebas dari emisi GRK, sedangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya menghasilkan seperenam dari emisi GRK yang dihasilkan dari penggunaan gas alam untuk pembangkit listrik.
2. Pemerintah membuat regulasi tentang jual-beli energi listrik dari penyedia jasa energi listrik (PLN) kepada pengguna/konsumen. Jual-beli energi listrik tidak hanya dibatasi pada tegangan menegah / tegangan tinggi saja tetapi bisa juga dilakukan oleh pengguna tegangan rendah. Sehingga minat masyarakat terhadap energi listrik semakin tinggi.
3. Pemerintah dapat memberikan subsidi kepada konsumen yang memasang energi listrik terbarukan. Sehubungan harga teknologi energi listrik terbarukan terbilang masih mahal.
4. Kewajiban pemasangan solar cell/energi terbarukan lainnya di rumah-rumah khususnya untuk tipe rumah mewah atau menengah ke atas sehingga dapat mengurangi beban listrik dari PLN.
5. Dari sisi konsumen dapat melakukan penghematan energi baik dari sisi pemakaian energi listrik maupun dari sisi penggunaan peralatan listrik yang lebih efisien. 6. Teknologi mitigasi, dimana teknologi ini dikembangkan untuk memperoleh level
emisi tertentu dengan menambahkan teknologi pada peralatan tertentu.
III. Kesimpulan
Dengan memanfaatkan fleksible mechanism yaitu CDM maka diharapkan negara berkembang, khususnya Indonesia dapat mengambil manfaat dari makanisme tersebut dengan mengembangkan energi terbarukan. Pengembangan energi terbarukan disamping dapat mengurangi emisi GRK juga mempunyai keuntungan yaitu mengurangi biaya investasi bagi negara berkembang, transfer teknologi, dan memperoleh teknologi yang ramah lingkungan.
Dari sisi pemerintah dapat membuat regulasi tentang jual-beli listrik dari penyedia jasa energi listrik (PLN) terhadap konsumen. Dari sisi penyedia jasa energi listrik (PLN) dapat membangun energi listrik terbarukan untuk mengurangi dampak penggunaan energi terhadap lingkungan serta dari sisi pengguna/konsumen dapat melakukan penghematan energi baik dari sisi pemakaian energi listrik maupun dari sisi penggunaan peralatan listrik yang lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus sugiyono. 2002. Penggunaan energi dan pemanasan global: prospek bagi indonesia. Researchgate.
3. Sugiyono, A. (1999) Energy Supply Optimization with Considering the Economic Crisis in Indonesia, Proceeding of the 8th Scientific Meeting, Indonesia Student Association in Japan, Osaka.