• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Berbagai Konsentrasi Edible Coa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Berbagai Konsentrasi Edible Coa"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI EDIBLE COATING CINCAU TERHADAP SIFAT KIMIA DAN KERUSAKAN MIKROBIOLOGI

TOMAT (Lycopersium esculentum)

Usulan Penelitian

Diusulkan oleh: Dita Jahidah 20120210124

Program Studi Agroteknologi

Kepada

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

Usulan Penelitian

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI EDIBLE COATING CINCAU TERHADAP SIFAT KIMIA DAN KERUSAKANMIKROBIOLOGI TOMAT

(Lycopersium esculentum)

Yang Diajukan Oleh : Dita Jahidah 20120210124

Program Studi Agroteknologi

telah disetujui/disahkan oleh : Pembimbing Utama

... Tanggal ... Pembimbing Pendamping

... Tanggal ...

Mengetahui :

Ketua Program Studi Agroteknologi

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tomat merupakan komoditas hortikultura yang memiliki potensial ekonomis tinggi. Tomat dikenal sebagai buah yang kaya akan kandungan vitamin dan mineral. Selain mengandung vitamin C, tomat juga memiliki beberapa jenis kandungan mineral seperti kalsium dan fosfor serta kalori sebesar 20 kal/ 100 gr tomat. Disamping itu, kandungan lycopenenya sangat berguna sebagai antioksidan yang dapat mencegah perkembangan penyakit kanker (Mutiarawati, 2009)

Berdasarkan data produksi tomat selama 15 tahun terakhir (1997-2011) yang bersumber dari BPS (Badan Pusat Statistik), tomat mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Produksi tomat pada tahun 1997 sebesar 460.361 ton, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 954.046 ton. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi lebih dari 100 % yang artinya tomat memiliki potensi bisnis yang menjanjikan (Pantastico, 1993).

Di Indonesia pengembangan budidaya tanaman tomat mendapat prioritas perhatian sejak tahun 1961, secara statistik potensi pasar buah tomat diproyeksikan mengalami peningkatan permintaan sayuran rata-rata pertahun sekitar 3,6 % - 4 % dalam periode 1988-2010. Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, ternyata produksi tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Taiwan (21 ton/ha), Saudi Arabia (13,4 ton/ha) dan India (9,5 ton/ ha)). Pada tahun 2002 produksi tomat dunia mencapai 109 juta ton. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa Amerika adalah negara produsen tomat terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 10%, diikuti oleh Turki dengan kontribusi sekitar 8%, sedangkan kontribusi Indonesia terhadap produksi tomat dunia hanya sekitar 0,5% (Pantastico, 1993).

(4)

tangan konsumen. Kerusakan itu diantaranya kerusakan mekanis, biologis dan mikrobiologi. Tingkat kerusakan pascapanen buah dan sayur baik mekanis, biologis dan mikrobiologi mencapai 22% sampai 78%. Kehilangan produksi tomat di negara berkembang mencapai 50%, yang terjadi sejak panen, penanganan yang kurang baik, keterlambatan hasil sampai di konsumen, cara bongkar/muat yang kasar dan penggunaan kemasan yang tidak memadai serta keadaan yang tidak menguntungkan selama pengangkutan. Dengan keadaan produksi buah tomat yang demikian maka diperlukan penanganan pasca panen yang tepat agar buah tomat memiliki kualitas yang tetap terjaga mengingat setelah panen buah masih melangsungkan proses hidup (metabolisme). Sehingga proses pembusukan cepat terjadi. Penanganan pascapanen buah tomat hingga saat ini umumnya masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal. Hal ini ditandai dengan penggunaan teknologi yang masih rendah dan dilakukan secara sederhana ditingkat produsen sehingga kualitas dan umur simpan buah tomat rendah (Pantastico, 1993).

(5)

mikrobiologi tomat karena dari penampilan fisiknya baik kemungkinan dalamnya juga baik.

Konsep edible coating (pelapisan) pada buah-buahan dan sayuran dipergunakan untuk memperlambat kehilangan uap air, memperbaiki penampakan dengan mengkilapkan permukaan, sebagai carrier terhadap fungisida atau zat pengatur tumbuh, dan sebagai barrier terhadap pertukaran gas dalam komoditas dengan udara luar (Hadiyantoro, 2012).

B. Rumusan Masalah

Pada konsentrasi berapa edible coating cincau dapat berpengaruh terhadap sifat kimia dan mikrobiologi.

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh gel cincau terhadap sifat fisik kimia dan kerusakan mikrobiologi.

2. Untuk menentukan konsentrasi gel cincau yang tepat untuk memperbaiki sifat kimia dan mengurangi kerusakan mikrobiologi.

(6)

A. Pasca Panen Tomat

Tomat merupakan komoditi yang memiliki masa simpan / pasca panen yang pendek, akibatnya apabila produksi tomat di suatu daerah melimpah atau terjadi panen raya maka dapat diperkirakan bahwa akan banyak buah tomat yang terbuang karena tidak terserap oleh pasar dan harjga jualnya akan sangat rendah. bahkan di daerah sentra kita akan melihat hamparan tomat yang terbuang di pinggir jalan dan buah tomat yang dibiarkan busuk di batang. Jika hal ini terus terjadi tentulah akan sangat merugikan bagi petani. Untuk itu perlu diupayakan agar tomat ini dapat memiliki masa simpan yang lebih lama dan nilai jual yang lebih tinggi. Salah satu upaya untuk meningkatkan masa simpan dan nilai jual yang lebih tinggi dapat diusahakan dengan cara pengolahan pasca panen tomat (Mutiarawati, 2009).

Tomat merupakan buah yang memiliki pola respirasi klimakterik. Buah yang bersifat klimakterik, respirasi akan terus meningkat seiring dengan semakin matangnya buah tersebut sehingga mengakibatkan susut bobot buah juga semakin meningkat terutama ketika buah tersebut telah mencapai puncak klimakteriknya. Penanganan pasca panen buah tomat yang tepat harus memerhatikan beberapa hal seperti penanganan panen, sortasi dan pencucian, pemutuan, pelilinan, labelling dan pengemasan serta penyimpanan. Secara lengkap dijelaskan sebagai berikut: 1. Panen

Panen yang tepat adalah pada saat buah telah masak dan belum memasuki fase akhir pemasakan buah. Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara panen merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu tomat (Mutiarawati, 2009).

2. Sortasi dan grading

(7)

pemanenan, kriteria buah yang dipetik disesuaikan dengan tujuan konsumsi atau tujuan pemasaran. Kriteria panen yang paling mudah untuk menentukan saat pemetikan adalah kriteria visual yaitu warna kulit buah. Hal ini dikarenakan tingkat pemasakan buah tomat berkorelasi positif dengan warnanya. Semakin masak buah tomat maka semakin merah warnanya, sebaliknya semakin muda maka semakin hijau warnanya. Terhadap buah-buah tomat tersebut kemudian dilakukan grading sesuai dengan warna dan ukurannya untuk tujuan pasar tertentu atau untuk pemilahan konsumen yang berbeda. Grading menurut warna lebih bertujuan untuk lama pendistribusian tomat ke konsumen. Semakin hijau buah tomat maka semakin jauh jarak transportasi yang dapat ditempuh. Sedangkan grading ukuran lebih berdasarkan permintaan pasar. Pasar swalayan biasanya lebih meminta keseragaman ukuran daripada pasar tradisional. Tomat dengan ukuran yang sama akan di packing dalam satu kemasan (Mutiarawati, 2009).

3. Pelilinan

(8)

tidak boleh menggunakan air sadah karena garam-garam yang terkandung dalam air tersebut dapat merusak emulsi lilin. Aplikasinya dapat dilakukan dengan penyemprotan, pencelupan atau pengolesan (Mutiarawati, 2009). 4. Pengemasan

Pengemasan buah bertujuan melindungi buah dari luka, memudahkan pengelolaan (penyimpanann, pengangkutan, distribusi), mempertahankan mutu, mempermudah perlakuan khusus dan memberikan estetika yang menarik konsumen. Pengemasan harus menggunakan wadah yang efisien dan tidak menurunkan mutu. Bahan wadah untuk pengemasan dapat bermacam-macam, mulai dari karung goni, keranjang bambu, kotak kayu, plastik, kardus, stirofoam sampai jala-jala plastik. Kemasan-kemasan ini berbeda bentuk dan penggunaanya tergantung dari tujuan pengemasan. Ada kemasan yang khusus untuk pemanenan, untuk penyimpanan, untuk distribusi dan ada pula yang digunakan untuk kemasan konsumen. Untuk kemasan yang digunakan untuk penyimpanan di gudang, harus digunakan wadah yang kuat dan dengan penataan yang sedemikian rupa karena biasanya dilakukan penumpukan.

Selain pengemasan dengan kotak kayu dan kardus, sekarang banyak digunakan penyimpanan dengan menggunakan bahan plastik. Sifat-sifat plastik yang digunakan juga berbeda-beda terutama sifat permeabilitasnya yang memungkinkan zat-zat dapat keluar atau masuk ke dalam kemasan plastik ini. Menurut Batu dan Thomson (1998), plastik jenis polyethylene 50 mikron dan polypropylene 25 mikron adalah yang terbaik dengan umur simpan tomat hijau sampai 30 hingga berwarna merah dan 60 hari hingga melunak pada penyimpanan suhu 13º C.

(9)

5. Penyimpanan

Penyimpanan buah tomat bertujuan untuk memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan finansial dan mempertahankan kualitas jeruk yang disimpan. Prinsip dari perlakuan penyimpanan yaitu mengendalikan laju respirasi dan transpirasi, mengendalikan atau mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki oleh konsumen. Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan). Tomat yang disimpan hendaknya bebas dari lecet kulit, memar, busuk dan kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu ruang penyimpanan dijaga agar stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah tomat adalah 10-15 0C (Mutiarawati, 2009).

B. Edible Coating

Edible coating merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu dari buah-buahan pada suhu ruang (Pantastico, 1997). Edible coating adalah lapisan tipis yang bertujuan untuk memberikan penahanan yang selektif terhadap perpindahan massa. Edible coating dapat dibuat dari tiga jenis bahan yang berbeda yaitu hidrokoloid (protein dan polisakarida), lipida, dan komposit (Mulyadi, 2012).

1. Gel Cincau

(10)

tipis-tipis mempunyai sifat amat rekat terhadap cetakan dan tembus pandang, sehingga berpotensi untuk dibuat sebagai edible film. Komponen utama ekstrak cincau hijau yang membentuk gel adalah polisakarida pektin yang bermetoksi rendah. Karena kandungan utamanya adalah pektin maka ekstrak cincau hijau dapat dianggap sebagai sumber serat pangan yang baik (Arinda, 2012).

2. Sifat Kimia

Tomat masih melakukan proses hidup, salah satunya adalah respirasi. Respirasi memainkan peranan penting dalam kehidupan pascapanen buah dan sayuran segar. Respirasi merupakan proses metabolisme yang memegang peranan utama dalam perubahan kimiawi maupun perubahan-perubahan yang menjurus ke arah kerusakan/pembusukan. Hal ini dikarenakan pada saat respirasi terjadi perombakan kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan selama proses respirasi dihasilkan panas yang pada batas tertentu akan mempercepat terjadinya proses-proses yang mengarah padakerusakan/pembusukan. Dari hasil respirasi ini tersedia energi dan istilah laju respirasi digunakan untuk mendeskripsikan secara keseluruhan laju perubahan yang di sebabkan oleh proses ini. Laju respirasi merupakan aktivitas metabolic jaringan yang sering digunakan sebagai indikator untuk menentukan laju kemunduran mutu dan kesegaran buah. Semakin cepat laju respirasi pascapanennya, maka akan semakin cepat kemunduran mutunya (Anonim, 2013).

3. Kerusakan mikrobiologi

Kerusakan pangan disebabkan oleh pertubuhan dan aktivitas mikroba, terutama bakteri, ragi dan kapang. Mikroba penyebab kebusukan pangan dapat ditemukan di tanah, air, uadara, di atas kulit/ bulu, dan di dalam usus ternak. Beberapa mikroba juga seing ditemukan di atas permukaan kulit buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

(11)

kontaminasi secara spontan dari udara maka di dalam pangan tersebut terdapat pertumbuhan dari beberapa jenis mikroba.

Bakteri, ragi, dan kapang dapat tumbuh dengan baik pada keadaan yang hangat dan lembab. Mnurut kisaran suhu pertumbuhan, bakteri dapat dikelompokkan ke dalam bakteri termofilik (45-550C), bakteri mesofilik (20-450C). Spora dari kebanyakan bakteri dapat mempertahankan diri pada suhu mendidih. Pada suhu yang lebih randah, spora akan membelah diri dan berkembang biak. Beberapa bakteri dan kapang yang membutuhkan oksigen untuktumbuh disebut bakteri aeroik sebaliknya, bakteri lainnya tidak akan tumbuh/mati jika ada oksigen, yang demikian disebut bakteri anaerobik (Anonim, 2013).

C. Hipotesis

Dengan perlakuan konsentrasi 5 % diduga dapat memperbaiki sifat kimia dan mengurangi kerusakan mikrobiologi tomat.

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(12)

Bahan yang digunakan antara lain : gel cincau (Stephania hernandifolia), Alat yang digunakan antara lain :blender, saringan, pemanas (kompor gas), ruang pendingin, pH meter, gelas ukur, erlenmeyer, gelas piala, timbangan dan alat-alat laboratorium lainnya.

C. Metode Penelitian

Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan rancangan percobaan faktor tunggal dengan perlakuan edible coating cincau pada konsentrasi yang berbeda. Edible coating cincau konsentrasi 7,5%, 5%, 2,5%. Masing-masing perlakuan dengan 3 ulangan. Setiap kombinasi perlakuan berjumlah 19 buah tomat yang terdiri dari 3 sampel perlakuan dan 16 sampel korban, sehingga total buah tomat yang diperlukan untuk 3 kombinasi perlakuan yaitu 57 buah tomat. Faktor-faktor perlakuan yang dilakukan sebagai berikut:

A. Cincau konsentrasi 7,5% B. Cincau konsentrasi 5% C. Cincau konsentrasi 2,5%

D. Cara Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu sterilisasi alat, persiapan bahan-bahan penelitian, pembuatan tepung tanaman cincau, pembuatan gel cincau, pelapisan buah, penyimpanan.

1. Sterilisasi

(13)

Bahan yang digunakan antara lain : buah tomat, gel cincau (Stephania hernandifolia), larutan amilum, aquades, larutan iodium. Buah tomat yang disiapkan dicuci bersih dan dieringkan menggunakan lap bersih.

3. Pembuatan formulasi gel cincau

Pembuatan bubuk cincau diawali dengan mencuci daun cincau segar dengan air dingin, kemudian dikeringkan dengan oven 50oC selama 18 jam atau dijemur dari jam 08.00 sampai 15.00 selama tiga hari (total 21 jam). Kemudian daun yang sudah kering tersebut digiling dan diayak dengan ayakan berdiameter 0.5 milimeter. Jika akan dibuat gel cincau, bubuk cincau dimasukkan ke dalam kantung kain yang berfungsi sebagai penyaring, kemudian ditambah air, diekstrak dengan cara pengadukan selama 2.5 menit lalu diperas. Air yang digunakan ialah air yang telah dimasak dan didinginkan sampai suhu kamar (Koswara, 2008).

4. Setelah dilakukan pelapisan dan penyimpanan, kemudian diuji berdasarkan susut bobot, tingkat kekerasan, perubahan warna, uji mikrobiologi, kadar vitamin c, dan laju respirasi.

E. Parameter yang Diamati 1. Susut bobot

Susut bobot buah adalah kehilangan air dari dalam buah diakibatkan oleh proses respirasi dan transpirasi pada buah tersebut. Meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan perombakan senyawa seperti karbohidrat dalam buah dan menghasilkan CO2, energi dan air yang menguap melalui permukaan kulit buah yang menyebabkan kehilangan bobot pada buah.

(14)

Susut Berat=a−b

Salah satu tanda buah yang sudah matang adalah tekstur yang lebih lunak. Tekstur merupakan karakteristik yang penting untuk analisis permukaan buah. Nilai kekerasan tekstur akan semakin menurun seiring dengan proses pematangan buah, sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari buah tomat yang disimpan.

Pengamatan kekerasan buah dilakukan pada hari 0, 3, 6, ke-9, dan ke-12 penyimpanan diukur menggunakan pnetrometer fruit. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan pucuk alat pada tiga bagian buah yaitu bagian ujung, tengah dan pangkal buah dan hasilnya dirata-rata yang dinyatakan dalam satuan gram/detik.

3. Perubahan warna buah tomat

Pematangan buah merupakan proses yang sangat kompleks dan terprogram secara genetik yang diawali dengan perubahan warna. Perubahan warna dapat terjadi baik oleh proses perombakan maupun proses sintetik. Sisntesis likopen dan perombakan klorofil merupakan ciri perubahan warna pada buah tomat. Perubahan warna buah tomat dari hijau menjadi merah menunjukkan bahwa buah tomat mengalami pematangan. Pengukuran warna buah menggunakan musel colour chard.

4. Kadar Vitamin C

(15)

biru konstan. Kadar vitamin C dinyatakan dengan satuan persen dan penghitungan kadar vitamin C menggunakan rumus :

vitaminC= a x b

0,01x0,08x100 Berat sampel(mg)

Keterangan :

a : volume titrasi sampel seluruhnya (ml) b : konsentrasi larutan Iod (N)

5. Uji Mikrobiologi

Uji mikrobiologi dilakukan pada terakhir yaitu hari ke-12. Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung total mikrobia menggunakan metode plate count. Langkah-langkah dalam uji mikrobiologi sebagai berikut (Jutono dkk, 1980 dalam Hadiyantoro, 2012) :

a. Membuat medium MEA sebanyak 1 liter. Bahan yang digunakan malt/ekstrak daging 3 gram, pepton 5 gram, aquades 1000 ml dan agar 15 gram. Memasukkan dan mencampur bahan-bahan tersebut dalam erlenmeyer steril. Memanaskan hingga larutan mendidih. Mendinginkan larutan kemudian mengukur pH 5,5 dengan menambahkan NaOH 1 N. Menambahkan aquades sampai volume tepat 1000 ml. Menyeterilkan larutan dengan autoklaf pada tekanan 1 atm selama 20 menit.

b. Menyiapkan sampel

1) Menimbang bahan (buah) yang telah dihaluskan sebanyak 1 gram, kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril, gojog homogen dengan vortex.

2) Mengencerkan 10-2, mengambil 1 ml hasil penyaringan pada langkah pertama, kemudian memasukkan dalam botol suntik berisi 99 ml aquades steril dan menggojog sampai homogen.

(16)

4) Mengencerkan 10-5, mengambil 1 ml hasil pengenceran 10-4, kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril dan menggojog sampai homogen.

5) Mengencerkan 10-6, mengambil 1 ml hasil pengenceran 10-5, kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril dan menggojog sampai homogen.

6) Mengencerkan 10-7, mengambil 1 ml hasil pengenceran 10-6, kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril dan menggojog sampai homogen.

c. Menyiapkan petridish yang telah diisi medium MEA ± 10 ml dan memberi label masing-masing petridish untuk pengenceran 10-6, 10-7 dan 10-8.

d. Menginokulasikan maisng-masing suspensi hasil pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-7 sebanyak 0,1 ml pada petridish yang berisi medium MEA.

e. Meratakan suspensi mikroba dengan drgalsky steril.

f. Menginkubasikan petridish yang berisi suspensi mikroba selama 2 hari pada suhu kamar.

g. Jumlah mikroba yang tumbuh pada petridish dihitung dengan coloni counter.

Penghitungan mikroba dengan metode plate count harus memenuhi beberapa syarat berikut :

a. Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni.

b. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah petridish (spreader).

c. Perbandingan jumlah koloni dari pengenceran yang berturut-turut natara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya. Jika sama atau lebih kecil 2 maka hasilnya dirata-rata dan jika lebih besar dari 2 maka yang dipakai adalah jumlah koloni dari hasil pengenceran sebelumnya.

(17)

Pengukuran laju respirasi diukur setiap dua hari sekali yaitu pada hari ke-o, ke-2, ke-4, ke-6, ke-8, ke-10, ke-12.

Rumus laju respirasi: ml blangko−ml contoh xNaClx NaOH Berat sampel(mg)

F. Analisis data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif, yaitu metode penganalisisan data yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan data sehingga memberikan gambaran menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi. Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata, di lanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan (DMRT) dengan taraf 5 %.

G. Jadwal Penelitian

Kegiata n

September Oktober November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan

pelaksanaan kegiatan

Persiapan bahan dan alat

Pembuatan gel cincau

(18)

Pengumpulan data

Analisa dan pembuatan laporan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/10/jhptump-a-nengmelime-451-2-babii.pdf

Anonim. 2013. Kerusakan mikrobiologi pangan.www. lmuthp.wordpress.com/serba-serbi/3-mikrobiologi-pangan/

Arinda. 2012. Ekstraksi Dan Karakterisasi Pektin Cincau Hijau (Premna Oblongifolia. Merr) Untuk Pembuatan Edible Film. http://eprints.uns.ac.id/267/1/161902608201011271.pdf

Hasanah U. 2009. Pemanfaatan Gel Lidah Buaya Sebagai Edible Coating Untuk Memperpanjang Umur Simpan Paprika (Capsicum Annum

Varietas Sunny).

(19)

Hadiyantoro, D. W. 2012. Penggunaan Edible Coating Gel Lidah Buaya Untuk Memperpanjang Umur Simpan dan Mempertahankan Kualitas Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Milli) Var. Martha. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 55 hal. Mutiarawati. 2009. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA). hal 507-516.

Roiyana M, Izzati M, dan Prihastanti E. 2012. Potensi Dan Efisiensi Senyawa Hidrokoloid Nabati Sebagai Bahan Penunda Pematangan Buah. eprints.undip.ac.id/38819/2/5._royanna.pdf. Diakses 9 Mei 2014.

Pantastico R. B. 1993. Fisiologi Pascapanen : Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sirossiris. 2012. Hidrokoloid dan Gum.

http://lordbroken.wordpress.com/2011/11/08/hidrokoloid-dan-gum/. Diakses 9 Mei 2014

Sinaga, R.M. 1984. Penelitian Mutu Fisis Buah Beberapa Varitas Tomat. Buletin Penelitian Hortikultura. Balai Penelitian Hortikultura. Lembang. 11 (4) : 32-37.Tannenbaum, S.R. 1976.

(20)

LAMPIRAN Layout penelitian

Keterangan:

- Masing-masing perlakuan terdapat 3 ulangan dan 16 korban C2

B2 A1

B1 A2 C3

(21)

- Total buah per perlakuan yaitu 19 buah tomat - Korban tidak ditampilkan di layout

Referensi

Dokumen terkait

Berikut beberapa akibat atau efek yang diterima anak, jika ia diterima dengan baik, yaitu: Merasa aman dan senang, Mengembangkan konsep diri yang menyenangkan karena orang

Dalam hal ini, maka desain untuk menarik minat para konsumen/pembeli pun sangat penting, pada awalnya para konsumen pasti akan tertuju pada bentuk promosi, cover,

Pertanyaan ketiga dan terakhir datang dari Cakra dari UPN Veteran Jakarta, yang bertanya apakah terdapat peluang bagi mahasiswa yang bukan lulusan HI dan sastra

Volume 8, Nomor 2 Januari 2011 Jurnal Administrasi Bisnis 9 saat ini, sentra usaha kecil makanan ringan ini menjadi usaha tetap kelompok ini untuk menopang kehidupan

Jadi, pendapatan maksimum yang diperoleh Cahyo tiap bulan

Agama Kota Malang faktor-faktor terjadinya dispensasi pernikahan anak di bawah umur ada dua yaitu karena sudah hamil duluan sebelum menikah dan karena sudah pacaran

figur. 3) Bertindak sesuai dengan norma hukum: guru PPKn mengadakan suatu pembinaan peserta didik yang bekerjasama dengan pihak kepolisian. 4) Bertindak sesuai dengan