• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Escherichia coli dan Zat Pewarna pada Minuman Bubble Drink yang Bermerek dan yang Tidak Bermerek Dibeberapa Pusat Jajanan di Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kandungan Escherichia coli dan Zat Pewarna pada Minuman Bubble Drink yang Bermerek dan yang Tidak Bermerek Dibeberapa Pusat Jajanan di Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Higiene Dan Sanitasi

2.1.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi

Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia berserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).

Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya Higienenya sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedianya air bersih,maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

2.1.2 Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

(2)

1. Menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit

2. Mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. 3. Mengurangi kerusakan/pemborosan makanan.

Di dalam upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut Chandra (2007 ) :

1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi. 2. Kebersihan individu dalam pengolahan makanan.

3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan, penyajian dan penyimpanan.

6. Pencucian dan pembersihan peralatan alat perlengkapan. 2.1.3 Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan

(3)

Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan.

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pest isida (Kusmayadi, 2008).

Prinsip 2 : Penyimpanan Bahan Makanan.

Proses penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak membunuh bakteri melainkan menghambat pertumbuhan (berkembang biak bakteri). Apabila makanan dikeluarkan dari dalam freezer dan temperatur menjadi tinggi, maka bakteri akan mulai memperbanyak diri kembali. Bakteri baru berhenti tumbuh apabila makanan disimpan pada temperatur di bawah 30C Moehyi (1992). Dalam penyimpanan bahan makanan hal – hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi syarat.

2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga : a. Mudah untuk mengambilnya.

(4)

c. Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin. d. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat

digunakan untuk riwayat kelur masuk barang dengan system FIFO (First In Firs Out).

Prinsip 3 :Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene sanitasi Depkes RI (2004). Dalam proses pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan penjamah makanan Kusmayadi (2008).

1. Penjamah Makanan

(5)

a. Tidak menderita penyakit mudah menular, missal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya.

b. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya) c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian. d. Memakai celemek dan tutup kepala.

e. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

f. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan.

g. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian lainnya).

h. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup hidung atau mulut.

2. Persiapan Tempat Pengolahan

Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi standar dan persyaratan hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan.Beberapa hal yang penting dalam persiapan tempat pengolahan adalah :

a. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan sempurna.

b. Lantai, dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan kemungkinan pencemaran terhadap makanan.

(6)

d. Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa sungkup (hood) atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan.

e. Ruangan bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang cukup potensial pada makanan.

3. Peralatan Masak.

Peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan,seperti pisau, sendok, kuali, wajan dan lain-lainnya perlu diperhatikan : a. Bahan peralatan

Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan seperti cadmium,plumbum, zincum, cuprum, stibium atau arsenicum. Logam ini beracun yang dapat berakumulasi sebagai penyakit kemih dan kanker.

b. Keutuhan peralatan

Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores atau retak karena akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi. c. Fungsi

(7)

d. Letak

Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat masing-masing (rak penyimpanan peralatan) sehingga memudahkan waktu mempergunakannya / mengambil.

4. Peralatan Makanan

Peralatan Makanan dapat dipergunakan seperti : piring, mangkuk, sendok atau garpu harus dalam keadaan bersih. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

a. Bentuk peralatan utuh, tidak rusak, cacat, retak atau berlekuk-lekuk tidak rata.

b. Peralatan yang sudah bersih dilarang dipegang di bagian tempat makanan, minuman atau menempel dimulut, karena akan terjadi pencemaran mikroba melalui jari tangan.

c. Peralatan yang sudah retak, gompel atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dicuci sempurna.

d. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai.

e. Wadah Penyimpanan Makanan dan Minuman.

(8)

Prinsip 4 : Penyimpanan Makanan Masak

Menyimpanan makanan yang sudah masak di tempat-tempat yang tidak terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya. Adapun karakteristik dari pada pertumbuhan bakteri pada makanan masak yang harus dipantau dan dijaga adalah kadar air makanan, jenis makanan, suhu makanan.

1. Wadah

Setelah selesai proses pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, maka akan dilakukan pengemasan atau pewadahan. Makanan dan minuman yang disajikan harus dengan wadah yang bersih dan aman bagi kesehatan dan atau tutup makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan (Depkes RI, 2003).

2. Suhu

a. Makanan kering di simpan dalam suhu kamar (250C – 300C). b. Makanan basah harus segar disajikan pada suhu diatas 600C.

c. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu dibawah 100C

Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu berada pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C atau diatas 600C. Suhu 100C –600C sangat berbahaya, (danger zone).

Prinsip 5: Pengangkutan Makanan

(9)

titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam proses pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang ,suhu dan kendaraan pengangkutan itu sendiri. (Kusmayadi, 2008).

Prinsip 6 : Penyajian/Penjaja Makanan

Penyajian/penjaja makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan. Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta selalu senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya, tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan (Purawidjaja, 1995).

Untuk meningkatkan mutu makanan jajanan, perlengkapan/sarana penjaja disarankan juga memenuhi syarat kesehatan, antara lain Depkes RI (2003) :

a. Mudah dibersihkan.

b. Harus terlindungi dari debu dan pencemar. c. Tersedia tempat untuk :

1. Air bersih

2. Penyimpanan bahan makanan 3. Penyimpanan makanan jadi/siap 4. Penyimpanan peralatan

(10)

Selain itu dalam penyajian/penjajaan makanan hal yang juga harus diperhatikan adalah lokasi penjualan yang mana juga harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain:

a. Lokasi usaha harus jauh atau minimal 500 meter dari sumber pencemar. b. Lokasi usaha terhindar dari serangga.

c. Lokasi usaha dilengkapi tempat pembuangan sampah yang tertutup. d. Lokasi usaha dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih, tempat penampungan

sampah, saluran pembuangan air limbah, dan sebagainya. 2.1.4 Aspek Hygiene Sanitasi

Aspek hygiene sanitasi adalah aspek pokok dari hygiene sanitasi makanan/minuman yang mempengaruhi keamanan makanan/minuman tersebut. Depkes (2004) menyatakan bahwa ada 4 bagian aspek hygiene sanitasi makanan yaitu :

1. Kontaminasi

Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing kedalam makanan yang tidak dikehendaki atau diinginkan. Kontaminasi dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu :

a. pencemaran mikroba seperti bakteri, jamur, cendawan;

b. pencemaran fisik seperti rambut, debu tanah, serangga dan kotoran lainnya;

(11)

d. pencemaran radioaktif seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma dan sebagainya.

Ada 2 cara yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada makanan yaitu a. Kontaminasi langsung

Kontaminasi langsung pada makanan dapat terjadi karena adanya kontak langsung makanan dengan lingkungannya. Sumber kontaminasi dapat berupa bahan kimia dan biologi seperti bakteri yang terkandung dalam udara, tanah, dan air.

b. Kontaminasi silang

Kontaminasi silang merupakan perpindahan mikroorganisme ke makanan melalui suatu media. Penyebab utama kontaminasi ini adalah manusia sebagai pengolah makanan yang mampu memindahkan kontaminan yang bersifat biologis, kimiawi dan fisik kedalam makanan ketika makanan tersebut diproses, dipersiapkan, diolah atau disajikan.

2. Keracunan

Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan kesehatan lain akibat mengonsumsi makanan yang tidak hygienis. Terjadinya keracunan pada makanan disebabkan karena makanan tersebut telah mengandung unsur-unsur seperti fisik, kimia dan biologi yang sangat membahayakan kesehatan.

3. Pembusukan

(12)

tidak normal. Pembusukan dapat terjadi karena pengaruh fisik, enzim dan mikroba. Pembusukan karena mikroba disebabkan oleh bakteri atau cendawan yang tumbuh dan berkembang biak di dalam makanan sehingga merusak komposisi makanan yang menyebabkan makanan menjadi basi, berubah rasa, bau serta warnanya.

4. Pemalsuan

Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan yang secara sengaja dilakukan dengan cara menambah atau mengganti bahan makanan dengan tujuan meningkatkan tampilan makanan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga hal tersebut memberikan dampak buruk pada konsumen Depkes (2004).

Manfaat penerapan hygiene dan sanitasi makanan yaitu : b. Menyediakan makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi c. Mencegah penyakit menular

d. Mencegah kecelakaan akibat kerja

e. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap f. Menghindari pencemaran

g. Mengurangi jumlah (persentase) sakit

h. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman.

(13)

a. mandi dengan teratur, bersih dan sehat sebelum memasuki ruangan dapur, b. mencuci tangan sebelum dan sesudah menjamah makanan,

c. kuku dipotong pendek dan tidak di cat (kutex), d. rambut pendek dan bersih,

e. selalu memakai karpus (topi khusus juru masak) atau penutup kepala lainnya,

f. wajah; tidak menggunakan kosmetik secara berlebihan,

g. hidung; tidak meraba-raba hidung sambil bekerja dan tidak menyeka wajah dengan menggunakan tangan tetapi menggunakan sapu tangan, h. mulut; menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak merokok saat mengolah

makanan, jangan batuk menghadap makanan, tidak mencicipi makanan langsung dari alat memasak,

i. Kaki; mempergunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai, kaos kaki diganti setiap hari, kuku jari harus dipotong pendek (Rachman, 2010) 2.2 Kualitas Air

2.2.1 Persyaratan Kualitas Air Minum

(14)

kualitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi persyaratan kuantitas apabila air tersebut mempunyai jumlah yang cukup untuk dipergunakan sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.

Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, secara garis besar persyaratan kualitas air minum dapat digolongkan dengan empat syarat, yaitu : 1. Syarat Fisika

Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), suhu udara maksimal ± 3 ºC dari suhu udara sekitar dan jumlah zat padat terlarut maksimal 500 mg/l.

2. Syarat Kimia

Air minum yang dikonsumsi tidak mengandung zat-zat kimia organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas minimum dan maksimum (6,5 - 8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

3. Syarat Mikrobiologi

Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi Escherichia coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum.

4. Syarat Radioaktif

Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan. 2.2.2 Peranan Air Terhadap Kesehatan

(15)

pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, air yang dimafaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit, Soemirat (2009). Air dapat bertindak sebagai tempat berkembang biak mikrobiologis dan juga sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikrobiologis berpindah kepada manusia (Soemirat, 2009). 2.3 Minuman

2.3.1 Pengertian minuman

Minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, kualitas minuman harus terjamin agar konsumen sebagai pemakaian produk minuman dapat terhindar dari penyakit akibat minum terlebih minuman yang mengandung bahan tambahan makanan seperti bahan pengawet makanan. Definisi minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat menghilangkan rasa haus. Minuman kesehatan adalah segala sesuatu yang dikonsumsi yang dapat menghilangkan rasa haus dan dahaga juga mempunya efek menguntungkan terhadap kesehatan (Winarti, 2006)

2.3.2 Jenis-jenis Minuman

(16)

1. Minuman kemasan

Minuman kemasan merupakan minuman olahan yang pada umumnya

mengandung bahan tambahan pangan baik dari segi fisik maupun rasa yang

dikemas dan siap untuk dikonsumsi.

Berikut ada beberapa contoh minuman kemasan :

a. Coca cola

b. Teh botol

c. Frutea d. Nescafe e. Indomilk

f. Mizone

g. Buavita

h. Jelly drink,

i. Dan lain-lain

2. Minuman yang disajikan langsung

Minuman jenis ini pada dasarnya dibuat atau diracik langsung dan bisa dinikmati langsung oleh konsumen pada saat minuman selesai diracik. Minuman ini bisa juga disajikan pada saat hangat atau dingin. Berikut beberapa contoh minuman yang disajikan langsung :

(17)

e. Es sirup f. Jus g. Susu h. Ice blend

i. Bubble drink

2.4 Bubble Drink

Bubble Drink diambil dari bahasa inggris yang artinya minuman berisi

bubble atau sejenis butiran hitam yang padat tapi kenyal, besarnya seperti

kelereng kecil. Minuman Buble drink adalah minuman yang diracik dengan bahan dasar pada umumnya berbentuk serbuk yang memiliki banyak rasa seperti green tea, coklat, vanilla, taro, dan rasa buah-buahan seperti strawberri, mangga, dan banyak pilihan rasa lainnya. Serbuk tersebut ditambahkan air kemudian dikocok atau diblender sesuai rasa yang diinginkan. Biasanya juga dilakukan penambahan

gula dan dicampurkan es batu. Yang membuat minuman ini digemari lagi adalah

buble drink diberikan tambahan atau topping seperti pearl, jelly, aloevera, red

been dan lainnya.

Bubble Drink sekarang sedang menjadi trend di Indonesia termasuk di

Medan. Sehingga tidak heran jika banyak penjual Bubble drink yang berlokasi di mal-mal sampai di pinggir jalan di kota Medan dengan berbagai desain toko dan alat penyajian yang mereka gunakan menambah daya tarik para konsumen.

2.4.1 Sejarah Bubble Drink

(18)

sebuah kedai teh bernama Chun Shui Tang di Taichung, Taiwan. Kedai tersebut dimiliki oleh seorang yang bernama Lih Han Chieh. Pada tahun 80-an, teh yang disajikan hangat sangat populer di Taiwan. Lalu, Lih Han Chieh melakukan inovasi dengan menyajikan teh secara dingin. Ternyata, inovasi tersebut berhasil yang membuat kedainya berkembang pesat dan sangat terkenal di Taiwan. Dari situlah, teh juga dapat disajikan secara dingin yang sering dikenal dengan es teh. Lalu sekitar tahun 1988, seorang manajer pengembangan produk Chun Shui Tang bernama Lin Hsiu Hui, yang gemar mengonsumsi teh dingin, membawa sebuah makanan penutup khas Taiwan yaitu puding manis tapioka yang disebut fen

yuansaat tengah berada di rapat staf. Saat itu, Lin iseng memasukkan fen

yuantersebut ke dalam teh dinginnya dan membagikannya kepada rekan-rekan rapatnya. Ternyata orang-orang dalam ruangan rapat sangat menyukai minuman teh dingin yang disajikan dengan puding manis tapioka tersebut.

Teh dingin denganfen yuanini menjadi sangat populer di kedai Chun Shui

Tang. Bahkan yang terlaris di antara menu teh dingin lainnya. Menurut Lin, 80 sampai 90 persen penjualan Chun Shui Tang adalah menu yang dikenal

denganbubble tea tersebut. Orang-orang Taiwan pun bangga akan minuman khas

buatan lokal ini. Kios bubble tea pun mulai menjamur di Taiwan, dan meluas ke negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea, Cina, dan juga ke seluruh dunia. Menu bubble tea ini pun kemudian dikembangkan menjadibubble milk tea, yaitu

dicampur dengan susu.

(19)

teh untuk menyebarkan budaya minum teh. Lin juga mengakui bahwa Chun Shui Tang hanya menggunakan susu produksi Taiwan paling baik dan juga bola-bola tapioka akan dibuang jika dimasak lebih dari 3 jam. Bubble tea yang dibuat Lin juga tidak diblender seperti kedai bubble tea lainnya, tetapi dikocok langsung dengan tangan agar menjaga cita rasa teh sendiri. Mochi kacang merah menjadi inovasi terbaru Lin untuk menemani bubble milk tea rasa kacang merah. Sampai saat ini, bola-bola tapioka tersebut tidak hanya disajikan di dalam teh atau teh susu saja, tetapi juga dikembangkan penyajiannya seperti yang kita kenal sekarang ini.

2.4.2 Cara membuat Bubble Drink

Bahan Bubble Drink :

1. Bubuk coklat, milk tea, Vanilla, taro, green tea, dll (sesuai selera anda) 2. Gula secukupnya

3. Air secukupnya 4. Es batu secukupnya

5. Topping Bubble

Alat yang digunakan : 1. Gelas atau blender 2. Sendok

3. Cup dan sedotan Cara Pembuatan :

(20)

3. Tambahkan air secukupnya

4. Tambahkan es batu secukupnya lalu guncangkan sampai merata 5. Sediakan cangkir lalu isi dengan buble

6. Buble drink Siap dinikmati 2.5 Escherichia coli

Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli, merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. E. coli ini sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa seperti E. coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia (Arisman, 2009).

(21)

Escherichia coli tumbuh pada suhu antara 10 - 40 °C, dengan suhu optimum 37°C dan mati pada suhu 60 °C selama 30 menit, tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama. Escherichia coli relatif peka terhadap panas, segera hancur oleh suhu pasteurisasi dan pemanasan. E.coli dalam jumlah yang banyak bersama-sama tinja, akan mencemari lingkungan. E. Coli thermotoleran adalah strain E.coli yang dapat hidup pada suhu biakan 44,5°C dan

merupakan indikator pencemaran air dan makanan oleh tinja. E.coli merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motile. Sel E.coli mempunyai ukuran panjang 2,0 –6,0 μm dan lebar 1,1 -1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritikus.

Tabel 2.1 Parameter Wajib Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

No. Jenis Parameter Satuan Batas Maksimum

Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan Escherichia coli

(22)

2.5.1 Bakteri Indikator Polusi

Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan (Fardiaz, 2006).

Mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator polusi kotoran adalah bakteri yang tergolong dalam Escherichia coli, streptokokus fekal, dan Clostridium perfringens. Adapun alasan memilih mikroorganisme ini menjadi

indikator, adalah sebagai berikut :

1. Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran karena terdapat dalam jumlah besar dalam kotoran manusia dan hewan, dimana bakteri tersebut merupakan bakteri komensal di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan.

2. Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas. 3. Bakteri indikator harus selalu terdapat didalam contoh dimana ditemukan

mikroorganisme pathogen enterik.

(23)

5. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus sangat spesifik yang berarti tidak memberikan hasil positif yang salah, dan sangat sensitif yang berarti dapat mendeteksi adanya bakteri indikator dalam jumlah yang sangat kecil.

6. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus relatif mudah dikerjakan.

7. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus aman yang berarti tidak boleh membahayakan bagi kesehatan orang yang melakukannya. 8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi, yang berarti kirakira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme patogen yang terdapat didalam air.

8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi, yang berarti kirakira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme patogen yang terdapat didalam air.

Syarat-syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat klorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Sifat masing-masing bakteri indikator perlu diketahui untuk dapat melakukan uji yang tepat Fardiaz (2006).

Selain itu, ada beberapa alasan Escherichia coli dijadikan sebagai indikator pencemaran (polusi), yaitu :

(24)

b. Pemeriksaan laboratorium untuk meneliti Escherichia coli tidak berbahaya dan sederhana.

c. Bakteri Escherichia coli tahan terhadap cahaya dibandingkan dengan bakteri lain.

2.5.2 Tempat hidup Escherichia coli

Bakteri Esherichia Coli sebenarnya sangat mudah dijumpai pada tempat kotor dan biasanya bakteri ini terdapat pula pada kotoran makhluk hidup tak terkecuali kotoran manusia. Untuk air kotor yang telah terkontaminasi dan tidak bersih seperti air kotor akibat pencemaran dari limbah domestik dan limbah industri, biasanya juga memiliki kandungan bakteri Esherichia Coli. Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas Pelczar dan Chan (2005). Kecepatan berkembang biak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978).

Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Escherichia coli tumbuh pada suhu antara 10 - 40 °C, dengan suhu optimum 37°C dan mati pada suhu 60 °C selama 30 menit, tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama. Escherichia coli relatif peka terhadap panas, segera hancur oleh suhu pasteurisasi

(25)

Berikut adalah sumber penyebaran bakteri Esherichia Coli yang menjadi tempat hidupnya :

a. Daging

Escherichia coli umumnya terdapat dalam daging. Daging bisa

terkontaminasi selama pengolahan dan ketika tidak dimasak sampai matang. Direkomendasikan memasak daging dengan suhu minimal 70 derajat Celsius untuk membunuh bakteri. Ada baiknya menyimpan daging dalam freezer sebelum digunakan untuk memastikan tidak terjadi kontaminasi dan mencegah peningkatan populasi E. coli yang mungkin sudah ada sebelumnya di dalam daging.

b. Susu dan Keju

Produk susu juga berpotensi terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli. Selalu lakukan Pasteurisasi pada produk susu, keju dan masak telur sampai matang untuk mencegah kontaminasi Escherichia coli. Pasteurisasi merupakan proses memanaskan semua produk susu pada suhu tertentu untuk membunuh bakteri yang ada.

c. Buah dan Sayuran

(26)

d. Kolam Renang, Danau, Sungai, dll

Escherichia coli juga dapat bertahan hidup pada sumber-sumber air yang

terkontaminasi seperti danau, kolam renang, dan kolam. Hindari kolam dan danau yang juga digunakan oleh hewan ternak karena risiko terkontaminasi Escherichia coli akan semakin besar.

2.5.3 Dampak Escherichia coli Bagi Kesehatan

Escherichia coli atau sering disebut dengan nama E. coli adalah sejenis bakteri yang umum ditemukan di dalam usus manusia yang sehat. Bakteri E. coli sendiri terdapat beberapa jenis. dan kebanyakan dari bakteri ini tidak berbahaya. Meski demikian, sebagian di antaranya bisa menyebabkan keracunan makanan dan infeksi yang cukup serius. Orang yang terinfeksi bakteri E coli bisa mengalami masalah pencernaan sehingga menyebabkan tubuh lemah, karena mengalami dehidrasi berat. Dehidrasi ini bisa membahayakan, jika penderita tak mendapatkan cairan tubuh pengganti, misalnya dari minum banyak air secara terus-menerus.

Bakteri E coli bisa berbahaya dan menimbulkan dampak yang paling

(27)

secara normal, serta pertahanan alami tubuh yang kuat akhirnya bisa menangkal bakteri E Coli.

Selain beberapa hal yang disebutkan di atas, ada hal-hal yang menjadi dampak E. Coli bagi kesehatan yang sering terjadi, diantaranya :

1. Infeksi saluran kemih

2. Penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejalanya yaitu sering kencing, disuria, hermaturia, dan piura. Kebanyakan infeksi ini disebabkan oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe antigen O.

3. Diare

4. Bakteri Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda seperti yang sudah diutarakan. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar yang encer dengan frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam kotoran. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. 5. Sepsis

(28)

rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih.

7. Meningitis

8. Escherichia coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada bayi. Bakteri Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen KI. Mekanisme virulensi yang berhubungan dengan antigen KI tidak diketahui (Tambunan, 2010)

2.5.4 Pengendalian Escherichia coli

Ada sejumlah cara untuk mengurangi resiko terkena infeksi usus akibat E. coli, diantaranya :

a. Mencuci tangan hingga bersih sebelum memasak, menyajikan, atau mengonsumsi makanan.

b. Mencuci tangan setelah menyentuh binatang atau bekerja di lingkungan dengan banyak binatang.

c. Hindari kontaminasi silang dengan mengupayakan memakai peralatan masak dan peralatan makan yang bersih.

d. Jauhkan daging mentah dari makanan dan benda bersih lainnya. e. Hindari mengonsumsi susu mentah.

f. Jangan menyiapkan atau memasak makanan jika Anda sedang diare. g. Sering mencuci tangan terutama setelah berada di lingkungan publik dan

setelah keluar dari toilet.

(29)

a. Periksakan diri kedokter agar dilakukan pemeriksaan secara fisik, termasuk memeriksa tinja bisa dilakukan untuk memastikan E.coli .

b. Biasanya infeksi dari jenis bakteri E coli yang paling umum bisa sembuh sendiri dalam beberapa hari. Dan tujuan pengobatan hanyalah untuk membuat penderita merasa lebih baik dan terhindar dari dehidrasi.

c. Infeksi bakteri E. coli yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan biasanya tidak ditangani dengan antibiotik karena bisa meningkatkan risiko komplikasi yang lebih serius. Yang terpenting dalam menangani kondisi ini adalah dengan meminum banyak air putih untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare dan muntah-muntah. Selain itu Anda juga disarankan untuk istirahat secukupnya.

d. Jika penderita mengalami diare atau muntah-muntah yang parah, serta tidak bisa minum atau dapat menyimpan cairan yang cukup dalam tubuh, mungkin perlu diberikan cairan melalui vena/infus . Sehingga penderita harus dirawat dokter diruang gawat darurat .

e. Penderita mungkin perlu berhenti minum pil diuretik saat mengalami diare. Jangan pernah berhenti atau mencoba berganti obat tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.

(30)

2.6 Bahan Tambahan Pangan

Makanan yang kita makan sehari-hari tentu saja juga mempunyai risiko menjadi tidak aman untuk dikonsumsi, karena kemungkinan dicemari bahan-bahan yang berbahaya seperti mikroba, bahan-bahan kimia atau benda-benda lainnya yang dapat meracuni, atau dapat mengakibatkan kecelakaan. Karena itu, tindakan-tindakan untuk mencegah timbulnya bahaya dalam makanan, bahan kimia, fisik maupun mikrobiologi, dalam seluruh rantai pangan harus dipahami sepenuhnya. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan terhadap bahan pangan, yang kemudian dikenal dengan nama bahan tambahan pangan (Syah, 2005).

Bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan minuman dalam proses pengolahann, pengemasan dan atau penyimpanan dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama (Hardinsyah dan Sumali, 2001).

(31)

teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2009).

2.6.1 Jenis Bahan Tambahan Pangan

Pada umumnya bahan tambahan Pangan dibagi mejadi dua golongan besar, yaitu dengan sengaja ditambahkan dan tidak sengaja ditambahkan Cahyadi (2009) :

1. Dengan sengaja ditambahkan (Intentional Additives)

Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.

2. Tidak sengaja ditambahkan

(32)

2.6.2 Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Pangan

Adapun tujuan penambahan bahan tambahan pangan secara umum adalah (Saparinto, 2006) :

a. Meningkatkan nilai gizi makanan.

b. Memperbaiki nilai estetika dan sensori makanan. c. Memperpanjang umur simpan makanan.

Pada umumnya bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila Puspitasari (2001) :

a. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan.

b. Tidak digunakan untuk menyembunyikan 2.7 Zat Pewarna

Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan menstabilkan warna, menutupi perubahan wana selama proses pengolahan dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan (Syah, 2005).

(33)

2.7.1 Jenis Zat Pewarna

Berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis pewarna yang termasuk dalam golongan tambahan pangan yaitu Hidayat (2006) :

1. Pewarna alami

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi (karetonoid, riboflavin, dan kolabamin), merupakan bumbu atau pemberi rasa ke bahan olahannya. Konsumen sekarang ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk dalam daftar diet mereka. Banyak pewarna olahan yang tadinya menggunakan pewarna sintetik berpindah keperwarna alami.

Pewarna makanan tradisional menggunakan bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau, dan daun jambu atau daun jati untuk warna merah. Pewarna alami ini aman untuk dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaan bahannya yang terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan alami untuk produk misal akan membuat biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil (syah, 2005).

Menurut arief (2007), penggunaan pewarna alami mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain:

(34)

c. Stabilitas pigmen rendah

d. Keseragaman warna kurang baik

e. Spektrum warna tidak seluas seperti pewarna sintetis. Tabel 2.2 Daftar Zat Pewarna Alami

Kelompok Warna Sumber

Leucoantho sianin Tidak berwarna Tanaman

Tannin Tidak berwarna Tanaman

Quinon Kuning, hitam Tanaman

Xanthon Kuning Tanaman

Karotenoid Tanpa kuning merah Tanaman/hewan

Klorofil Hijau, cokelat Tanaman

Heme Merah, cokelat Hewan

Sumber:Tranggono dkk,1989 (dalam Yuliarti, 2007).

2. Pewarna Buatan

Saat ini, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum digunakan sebagai pewarna makanan. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya (Cahyadi, 2009).

(35)

berbahaya terhadap kesehatan seperti Amaran, Auramin, Methanyl Yellow dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan yang ditemukan mengandung

bahan-bahan berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goreng, tahu, kerupuk, es cendol, mie dan manisan (Yuliarti, 2007).

Timbulnya penyalahgunaan bahan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan juga disebabkan karena harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan (Seto, 2001).

Tabel 2.3 Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia

Pewarna

(36)

Tabel 2.4 Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia

Bahan Pewarna Nomor Indeks Warna (C.l.No.) Citrus red No.2 Sumber: Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

2.7.2 Zat Pewarna Kuning

Methanyl Yellow adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air. Methanyl Yellow umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat serta sebagai indikator reaksi netralisasi asam-basa. Methanyl Yellow dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan kulit.

(37)

Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow.

Quinoline pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.

Biksin memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon bixa orelana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarine, minyak jagung. Biksin merupakan pewarna alami yang bisa digunakan untk mewarnai makanan.

2.7.3 Tujuan Penambahan Zat Pewarna

(38)

1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan penyimpanan. 2. Memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang salah warna akan

diasosiasikan dengan kualitas rendah. Jeruk yang matang dipohon misalnya sering disemprotkan pewarna Citrus Red No. 2 untuk memperbaiki warnanya yang hijau burik atau orange kecoklatan.

3. Membuat identitas produk pangan. Identitas es krim strawberi adalah merah. Permen rasa mint akan berwarna hijau muda sementara rasa jeruk akan berwarna hijau yang sedikit tua.

4. Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan. 5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar

matahari selama produk disimpan.

2.7.4 Dampak Negatif Zat Pewarna Terhadap Kesehatan

Penyalahgunaan zat pewarna melebihi ambang batas maksimum atau penggunaan secara ilegal zat pewarna yang dilarang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, seperti timbulnya keracunan akut dan bahkan kematian. Pada tahap keracunan kronis, dapat terjadi gangguan fisiologis tubuh seperti kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker Lee (2005). Menurut Cahyadi (2009), ada hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif pada penggunaan zat pewarna apabila :

(39)

c. Kelompok masyarakat yang luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik.

d. Beberapa masyarakat menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan.

e. Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan.

Berbagai jenis pewarna tekstil yang disalah gunakan sebagai pewarna makanan, yang paling banyak digunakan adalah Rhodamin B dan Metanyl Yellow. Padahal keduanya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang mungkin baru muncul bertahun-tahun setelah kita mengkonsumsinya. Rhodamin B sebenarnya adalah pewarna untuk kertas, tekstil, dan reagensia untuk pengujian antimon, cobalt dan bismut. Zat warna sintetis ini berbentuk serbuk kristal, tidak berbau,

berwarna merah keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi). Penggunaan rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama (kronis) akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan kanker. Bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala

akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B tersebut masuk melalui makanan maka akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan air kencing bewarna merah ataupun merah muda (Yuliarti, 2007).

(40)

mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandung kemih dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan, mual, muntah, sakit perut, diare, panas, dan tekanan darah rendah Cahyadi (2009). Sedangkan Ponceau Sx dapat mengakibatkan kerusakan system urin, kemudian dapat memmicu timbulnya tumor (Yuliarti, 2007).

Selain pewarna buatan yang disebutkan di atas, beberapa jenis pewarna buatan yang juga sering digunakan dan memberikan dampak negatif bagi kesehatan misalnya Ponceau 4R (E124 atau SX Purple) adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi.

Selain itu Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak

negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.

(41)

yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.

2.7.5 Pengendalian Zat Pewarna buatan Terhadap Kesehatan

Penggunaaan zat pewarna pada makanan dan minuman sering kali menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak yang paling sering muncul adalah dari penggunaan bahan pewarna sintetik karena menggunakan bahan kimia hasil olahan industri. Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan bahan pewarna, kita perlu berhati - hati dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pewarna. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan zat pewarna sintetis adalah sebagai berikut :

a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pewarna tidak berlebihan. b. Teliti memilih makanan yang mengandung zat pewarna dengan memeriksa

kemasan, karat atau cacat lainnya.

c. Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Biasanya makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna tekstil.

d. Memilih sendiri zat pewarna yang akan digunakan sebagai bahan makanan e. Menggunakan zat pewarna yang berasal dari alam.

(42)

g. Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.

h. Amati komposisi serta bahan - bahan kimia yang terkandung dalam makanan dengan cara membaca komposisi bahan pada kemasan.

i. Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi telah terdaftar di Departemen Kesehatan atau belum.

j. Biasanya efek mengkonsumsi minuman yang mengandung zat pewarna akan terasa pada jangka waktu tertentu jika di konsumsi secara terus menerus, di sarankan untuk memeriksakan diri ke dokter

(43)

Gambar

Tabel 2.1 Parameter Wajib Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Tabel 2.2 Daftar Zat Pewarna Alami
Tabel 2.3 Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia
Tabel 2.4 Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis pengaruh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turnover terhadap earning per share pada perusahaan property dan

Realitas seperti ini belum mampu dicapai oleh pemerintah Kota Singkawang dan berbagai stakeholder kepariwisataan di kota Singkawang karena lama tinggal turis mancanegara di

Pada hari ini Kamis tanggal lima bulan Juli tahun dua ribu dua belas, melalui website LPSE Kementerian Keuangan ( www.lpse.depkeu.go.id ) telah dilaksanakan acara

Found at middle altitude range, Altostratus clouds possibly bring rain or

[r]

Instrumen penelitian merupakan alat bantu dalam pengumpulan data (Arikunto,2002:126). Dalam penelitian ini yang dipakai sebagai instrumennya adalah angket yang digunakan

kualifikasi da  ko pete

Perubahan yang menyebabkan laki-laki dan perempuan menjadi berbeda dalam kondisi sosial dan budayanya merupakan topik dalam kajian gender.. Dalam memahami gender bukan berarti