• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Kepuasan Pegawai Bagian Keperawatan Di Rumah Sakit Umumdaerah (RSPD) Dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Kepuasan Pegawai Bagian Keperawatan Di Rumah Sakit Umumdaerah (RSPD) Dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era pasar bebas mengakibatkan tingginya persaingan di sektor pelayanan

kesehatan, termasuk rumah sakit. Persaingan tersebut bukan hanya terjadi pada rumah sakit swasta, tetapi juga rumah sakit milik pemerintah (Ilyas, 2004). Bahkan, setelah diberlakukannya Mutual Recognition Arrangement (MRA) pada

tanggal 1 Januari 2010, diramalkan akan terjadi peningkatan persaingan dengan rumah sakit asing karena dampak perjanjian tersebut terjadi kemudahan migrasi

tenaga kesehatan dari satu negara ke negara lain. Oleh karena itu rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan bermutu dan profesional sesuai kebutuhan masyarakat. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah sumber daya

manusia

Pada era globalisasi saat ini, masalah sumber daya manusia masih menjadi

sorotan bagi organisasi untuk dapat tetap bertahan dalam pasar kerja yang semakin kompetitif. Fokus utama manajer dalam meningkatkan efektifitas organisasi adalah perilaku sumber daya manusia (SDM) dalam bekerja. Efektifitas

suatu organisasi dapat dilihat dari interaksi kerja pada tingkat individual, kelompok, dan sistem-sistem organisasi yang menghasilkan output manusia yang

(2)

memiliki komitmen terhadap perusahaan dan juga Organizational Citizenship

Behavior (OCB) (Robbins & Judge, 2008).

Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor yang sangat

penting. Hal ini dikarenakan unsur sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan organisasi. Rumah sakit sebagai institusi yang kompleks dengan produk yang dihasilkan berupa pelayanan membuat kualitas pelayanan di rumah

sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas pemberi pelayanan (Martoyo, 2003).

Saat ini diketahui bahwa permasalahan pokok yang sering timbul dalam

manajemen sumber daya manusia adalah bagaimana mencari cara terbaik untuk mencapai kepuasan kerja pegawai (Ismawan, 2008). Sehingga, permasalahan terkait kepuasan kerja perlu mendapat perhatian dan ditangani secara

sungguh-sungguh. Hal ini sebagai upaya untuk menghindari dampak negatif yang mungkin akan dihadapi rumah sakit akibat permasalahan tersebut (Martoyo, 2003).

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena di

dalam rumah sakit terdapat banyak institusi yang padat karya dengan berbagai sifat, ciri, serta fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medis dan

(3)

Kebutuhan untuk meningkatkan mutu pelayanan di Indonesia dipengaruhi

oleh 3 (tiga) perubahan besar yang memberikan tantangan dan peluang. Perubahan itu adalah Sumber daya yang terbatas, adanya kebijakan desentralisasi dan

berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu (quality awareness). Untuk itulah maka peningkatan sumber daya merupakan salah satu bagian penting mewujudkan pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi harapan masyarakat.

Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia telah berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan golongan masyarakat yang berpendidikan dan yang menguasai informasi semakin bertambah sehingga mereka dapat memilih dan menuntut untuk memperoleh pelayanan kesehatan

yang berkualitas. Oleh karena itu perlu dipelajari perkembangan, masalah serta peluang yang timbul dalam upaya pembangunan kesehatan, salah satunya adalah mutu pelayanan kesehatan (Sabarguna, 2004).

Di dalam dunia pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan kepegawaian masalah komitmen seorang pegawai / karyawan menjadi suatu hal

yang sangat penting karena mempunyai pengaruh pada kinerja karyawan , sementara kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya komitmen organisasional dan kepuasan kerja, hal ini sesuai dengan pendapat

Boeketwetan (1997).

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

(4)

Cardoso (2003) mendefenisikan sebagai suatu keadaan yang sifatnya subjektif

yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh seseorang dari pekerjaanya dibandingkan dengan apa yang

diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak baginya.

Model utama penyebab kepuasan kerja yaitu pemenuhan kebutuhan (need

fullfilment), ketidaksesuaian (discrepancies), pencapaian nilai (value attainment),

keadilan (equity) dan komponen watak/genetik (dispositional/genetic component).

Kepuasan kerja perawat akan muncul apabila memenuhi faktor-faktor tersebut, sedangkan jika hal ini tidak terpenuhi maka akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang akan berdampak pada pekerjaan yang dilakukannya (Wibowo, 2011).

Perawat yang mempunyai kinerja yang baik akan berdampak dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal kepada pasien sehingga akan menimbulkan kepuasan pada pasien dan keluarga yang akan meningkatkan mutu

pelayanan di rumah sakit.

Lingkungan kerja yang positif bagi rumah sakit mampu mempengaruhi,

mendorong dan memberikan motivasi bagi seseorang untuk bekerja secara optimal sesuai dengan profesinya sehingga tercapai kepuasan dalam bekerja. Lingkungan kerja yang positif menurut International Council of Nursing (ICN)

(1983) ditandai oleh 1) inovasi kerangka kebijakan yang berfokus pada rekrutmen dan retensi; 2) strategi pendidikan dan pelatihan berkelanjutan; 3) kompensasi

(5)

(recognition); 5) sarana dan peralatan mencukupi; dan 6) lingkungan kerja yang

aman (Baumann, 2007).

Rumah sakit dihadapkan pada upaya mampu melakukan pengelolaan

terhadap sumber daya manusia yang ada karena sumber daya ini semakin besar peranannya bagi kesuksesan organisasi dan merupakan pelaku dari semua kegiatan dan aktivitas yang nyata. Upaya pengelolaan yang dilakukan rumah sakit

dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman terhadap sumber daya manusia yang ada di rumah sakit yang membentuk nilai, kepercayaan, dan sikap-sikap

individual untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan eksternal dan integrasi terhadap kekuatan internal rumah sakit (Muluk, 1999).

Penelitian yang dilkukan oleh Mayasari (2009) yang berjudul “Analisis

pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap tingkat kepuasan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang tahun 2009” menyatakan ada pengaruh antara kepemimpinan, insentif dan supervisi dengan kepuasan kerja

perawat.

Rumah Sakit Umum Pusat Pemerintah Daerah (RSUPD) dr. Zainoel

Abidin Provinsi Aceh adalah rumah sakit Kelas A Pendidikan dengan kapasitas 342 tempat tidur dan 14 unit pelayanan medis dan 8 unit pelayanan penunjang. Jumlah tenaga keperawatan di RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh pada

tahun 2013 yaitu 499 orang yang tersebar dalam 9 instalasi, jumlah ini masih kurang menurut standar Depkes dimana RS kekurangan tenaga 193 orang, hal ini

(6)

Dilihat dari data indikator Rumah sakit pada bulan September 2013 didapatkan

BOR : 73,07%, (standar Depkes 60-85%), TOI : 2-14 hari (standar Depkes 3-6 hari), LOS : 5-68 hari (standar Depkes 6-9 hari), GDR 4,510 % dan NDR

6,270%).

Berdasarkan laporan tahun 2010 di Bagian SDM RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh, angka turnover karyawan mencapai 50% pada tahun 2012

dimana jumlah pegawai yang masuk sebanyak 64 orang dengan jumlah karyawan keluar sebanyak 32 orang. Hal ini berarti mengindikasikan bahwa kepuasan kerja

karyawan RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh rendah yang mengakibatkan penurunan motivasi kerja pegawai.

Kepuasan kerja yang rendah dapat ditingkatkan dengan berbagai cara,

salah satunya dengan melakukan pemenuhan kebutuhan para pekerja (Milton dalam www.scribd.com, 2009), seperti pemenuhan kebutuhan terhadap pekerjaannya (kejelasan tanggung jawab, beban kerja yang sesuai, dan

sebagainya), pemenuhan kebutuhan terhadap lingkungan kerja mereka (pencahayaan yang cukup, temperatur yang sesuai, kebersihan, fasilitas kerja yang

memadai, dan sebagainya), pemenuhan kebutuhan terhadap remunerasi dan benefit yang sesuai, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, di RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh sendiri belum

pernah dilakukan penelitian mengenai kepuasan kerja pegawai secara umum sehingga belum diketahuinya tingkat kepuasan kerja pegawai RSUPD dr. Zainoel

(7)

Berbagai penelitian terhadap rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang

memperoleh magnet status memperlihatkan hasil yang positif bagi perawat, pasien organisasipelayanan kesehatan. Bagi pasien magnet status mampu

menurunkan angka kematian medik (Aiken, 1994), menurunkan angka kematian AIDS memperpendek length of stay (LOS) meningkatkan kepuasan pasien. Bagi perawat magnet status meningkatkan, menurunkan insiden tertusuk jarum

menurunkan insidensi keluarnya perawat. Sedangkan bagi fasilitas pelayanan kesehatan, magnet status meningkatkan nilai akreditasi menurunkan insidensi

kekurangan dan turnover (Havens, 2001).

Penelitian lain tentang kepuasan kerja, diantaranya 1). Penelitian yang dilakukan oleh Rumiati (2001) tentang analisa hubungan kepuasan kerja karyawan

medis dan komitmen organisasi di RS Dr. Kariadi Semarang tahun 2001, dari empat faktor yang diteliti yaitu kesempatan promosi, gaji, supervisi dan kondisi kerja ternyata mempunyai hubungan positif dengan kepuasan kerja. 2). Penelitian

yang dilakukan oleh Mustikasari (2003) yang berjudul “Faktor intrinsik kerja dan hubungannya dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di unit rawat inap Rumah

Sakit H.Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2003. Dengan jumlah sampel 151 perawat diperoleh hasil bahwa sebagian besar (80,8%) perawat pelaksana di Rumah Sakit H.Marzoeki Mahdi Bogor mengatakan tidak puas bekerja dan hanya 19,2% puas

bekerja. 3). Penelitian yang dilkukan oleh Mayasari (2009) yang berjudul “Analisis pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap tingkat

(8)

menyatakan ada pengaruh antara kepemimpinan, insentif dan supervisi dengan

kepuasan kerja perawat.

Hasil pengkajian mahasiswa residensi tentang kepuasan kerja perawat

pelaksana di empat instalasi rawat inap didapatkan hasil, yaitu : di Instalasi Bedah didapatkan (68%) perawat belum memahami visi dan misi di ruangan, 53% tidak mempunyai kesempatan untuk pengembangan karir, 65% belum mendapatkan

imbalan sesuai dengan beban kerja dan belum adanya format supervisi yang baku diruangan (Mustikasari, 2003). Hasil pengkajian di Instalasi Non Bedah

didapatkan hasil bahwa 82,5% perawat belum mengetahui visi dan misi ruangan, 40,7% perawat tidak mempunyai kesempatan unuk mengembangkan karir, 42,5% perawat mengatakan tidak mendapatkan imbalan sesuai dengan beban kerja dan

belum adanya uraian yang jelas tentang supervisi, belum ada format yang baku dan belum terlaksana suprvisi sesuai dengan jadwal (Herawati, 2006).

Rumah Sakit Umum Pusat Pemerintah Daerah (RSUPD) dr. Zainoel

Abidin Provinsi Aceh adalah rumah sakit Kelas A Pendidikan dengan kapasitas 342 tempat tidur dan 14 unit pelayanan medis dan 8 unit pelayanan penunjang.

Jumlah tenaga keperawatan di RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh pada tahun 2013 yaitu 499 orang yang tersebar dalam 9 instalasi, jumlah ini masih kurang menurut standar Depkes dimana RS kekurangan tenaga 193 orang, hal ini

menyebabkan beban kerja perawat pelaksana di ruangan menjadi meningkat. Dilihat dari data indikator Rumah sakit pada bulan September 2013 didapatkan

(9)

hari), LOS : 5-68 hari (standar Depkes 6-9 hari), GDR 4,51 dan NDR 6,27. Data

ini menunjukan belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, artinya kinerja belum memuaskan untuk pelayanan rumah sakit (Profil RSUPD dr. Zainoel

Abidin Provinsi Aceh 2013).

Berdasarkan laporan tahun 2010 di Bagian SDM RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh, angka turnover karyawan mencapai 50% pada tahun 2012

dimana jumlah pegawai yang masuk sebanyak 64 orang dengan jumlah karyawan keluar sebanyak 32 orang. Hal ini berarti mengindikasikan bahwa kepuasan kerja

karyawan RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh rendah yang mengakibatkan penurunan motivasi kerja pegawai.

Kepuasan kerja yang rendah dapat ditingkatkan dengan berbagai cara,

salah satunya dengan melakukan pemenuhan kebutuhan para pekerja (Mayasari, 2009), seperti pemenuhan kebutuhan terhadap pekerjaannya (kejelasan tanggung jawab, beban kerja yang sesuai, dan sebagainya), pemenuhan kebutuhan terhadap

lingkungan kerja mereka (pencahayaan yang cukup, temperatur yang sesuai, kebersihan, fasilitas kerja yang memadai, dan sebagainya), pemenuhan kebutuhan

terhadap remunerasi dan benefit yang sesuai, dan lain sebagainya.

Kontra produktif dan inefesiensi yang timbul bila pegawai tidak mempunyai motivasi yang tinggi dan kepedulian terhadap visi dan misi rumah

sakit. Dalam jangka pendek, jelas menurunkan tingkat kepuasan konsumen dan dalam waktu jangka panjang tidak hanya menurunkan daya saing, bahkan

(10)

RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh sendiri belum pernah dilakukan

penelitian mengenai kepuasan kerja pegawai secara umum sehingga belum diketahuinya tingkat kepuasan kerja pegawai RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi

Aceh.

Hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2014 terhadap 19 orang pegawai RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh di Instalasi

Non Bedah, 13 orang mengatakan kurang puas bekerja karena beban kerja yang berat sedangkan tenaga masih kurang, hal ini sudah di sampaikan kepada

pimpinan tetapi belum ada penambahan tenaga di ruangan, 3 orang mengatakan belum mendapat kesempatan untuk promosi, dan 3 orang mengatakan kurang puas dengan insentif yang diberikan.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kepuasan pegawai di RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepuasan kerja perawat akan memberi manfaat bagi pelayanan keperawatan yang optimal dan peningkataan kepuasan pasien di rumah

sakit.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang hubungan dengan kepuasan pegawai di RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara variabel yang meliputi kepemimpinan, insentif, kondisi lingkungan kerja, kesempatan promosi dan supervisi terhadap kepuasan pegawai di RSUPD dr. Zainoel Abidin Provinsi

Aceh.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian dapat menjadi masukan untuk pihak manajemen dalam pengelolaan sumber-sumber yang menjadi kepuasan kerja pegawai yang akan mempengaruhi kepuasan pada pasien dan keluarga yang berdampak besar pada

mutu pelayanan pegawai di rumah sakit. 2. Bagi program Studi Pascasarjana

Hasil penelitian untuk menambah kepustakaan tentang penerapan manajemen sumber daya manusia rumah sakit

3. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada

Dari analisis ini dapat diketahui apakah terdapat perbedaan persepsi konsumen baik dari laki- laki atau perempuan, berdasarkan umur, pekerjaan, dan pendapatan per bulan

Ratu Prabu Energi, Tbk yakin bahwa tata kelola Perusahaan merupakan factor penting yang akan memastikan manfaat maksimal bagi Pemegang Saham, kami berupaya untuk menerapkan prinsip

Proses ini dari oily Water Separator ini yang berseri HS dirancang sesuai dengan prinsip dengan pemisahan melalui plat coalescent, dengan cara tersebut maka aliran minyak kotor

Proses ini dari oily Water Separator ini yang berseri HS dirancang sesuai dengan prinsip dengan pemisahan melalui plat coalescent, dengan cara tersebut maka aliran minyak kotor

Ketika liabilitas keuangan saat ini digantikan dengan yang lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi

Proses pembangkitan energi panas uap ini membutuhkan banyak biaya yang cukup besar sehingga dibutuhkan suatu cara yang dapat menghasilkan uap seefisien mungkin untuk