• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012105 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012105 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA-ANAK

DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA

PADA SISWA SEKOLAH DASAR

OLEH

GIA GITA S. TARIGAN 802012105

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gia Gita S. Tarigan

Nim : 802012105

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Satya Wacana hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA-ANAK DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA

PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, Universitas Kristen Satya Wacana berhak menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gia Gita S. Tarigan

Nim : 802012105

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA-ANAK DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA

PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Yang dibimbing oleh:

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA. .

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 4 Januari 2017

Yang memberi pernyataan,

(6)

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA-ANAK DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA

PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh

Gia Gita S. Tarigan 802012105

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 4 Januari 2017 Oleh:

Pembimbing,

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA-ANAK DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA

PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Gia Gita S. Tarigan Heru Astikasari S. Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan komunikasi orang tua-anak dengan

kemandirian belajar matematika pada siswa sekolah dasar. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengambilan data metode angket

atau skala pengukuran psikologi. Partisipan dalam penelitian ini merupakan siswa SD

Kanisius Cungkup Salatiga kelas IV, V, dan VI yang berjumlah 78 siswa. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan skala self-directed learning dan skala dari aspek

komunikasi interpersonal DeVito (1997). Analisis data menggunakan metode korelasi

product moment. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif

signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian belajar

matematika dengan nilai r = 0.468. Artinya semakin tinggi komunikasi interpersonal

orang tua-anak maka akan semakin tinggi kemandirian belajar matematika.

(9)

ii Abstract

The purpose of this study to determine the relationship of academic communication with

the parent-child learning independence mathematics in primary school students. The

method used in this research is quantitative data collection techniques or methods of

measurement scale psychological questionnaires. Participants in this study were

elementary school students Canisius Cungkup Salatiga grades IV, V, and VI, totaling 78

students. The data collection is done by using the scale of self-directed learning and

scale of interpersonal communication aspects of DeVito (1997). Data analysis using

product moment correlation method. The results showed a significant positive

relationship between interpersonal communication parent-child with mathematics

learning independence with the value r = 0.468. This means that the higher the

interpersonal communication parent-child, the higher mathematics learning

independence.

(10)

1

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu kelompok ataupun

individu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pendidikan penting untuk dapat

memajukan bangsa. Melalui pendidikan kita mendapatkan pengetahuan dan

keterampilan guna mengembangkan kemampuan berpikir, keterampilan dan penguasaan

teknologi. Dewasa ini pendidikan masih menjadi hal utama bagi masyarakat untuk

mencapai keberhasilan dalam hidup. Agar tidak tertinggal oleh kemajuan jaman saat ini,

kita membutuhkan pendidikan sebagai acuan dasar bagi kita dalam pemenuhan

kebutuhan. Berdasarkan UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Indonesia memiliki 3 jalur pendidikan yang dapat ditempuh untuk

dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu pendidikan formal, non formal, dan

informal. Sekolah merupakan sarana yang berperan penting bagi proses belajar

mengajar dalam lembaga pendidikan formal. Agar tercapainya tujuan prestasi

pendidikan nasional, dalam hal ini dibutuhkan siswa yang mandiri dalam belajar. Istilah

kemandirian sering juga dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan tugas segala

sesuatu sendiri (Suseno & Irdawati, 2012)

Pada pendidikan tingkat sekolah dasar pelajaran matematika merupakan salah

satu pelajaran yang sampai saat ini tetap memiliki keunggulan dan kemampuan dalam

memecahkan berbagai masalah di bidang ilmu lain. Dengan belajar matematika siswa

dapat memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan penalaran, berfikir

kritis, dan logis. Namun pada kenyataannya kemampuan hasil belajar matematika dari

pendidikan dasar di Indonesia masih relatif rendah. Survei yang sudah dilakukan oleh

Trend Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011 menyatakan bahwa

(11)

2

diperoleh adalah 386 dari nilai tertinggi 613 yang diraih oleh Republik Korea.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti pada bulan September

2016 disekolah dasar dengan salah satu guru sekolah yang bersangkutan, menyatakan

bahwa matematika merupakan pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa karena

siswa dituntut agar dapat secara mandiri mengerjakan tugas matematika yang diberikan

oleh guru. Namun pada kenyataannya siswa masih belum mampu mengerjakan soal

secara mandiri di karena kan kemampuan siswa dalam berhitung dan menghafal rumus

masih kurang. Hal itu terlihat dari hasil nilai yang diperoleh masih dibawah KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal).

Pihak sekolah sudah berupaya dengan meningkatkan minat siswa untuk

memperoleh hasil belajar yang maksimal, tetapi masih banyak siswa yang belum yakin

mengerjakan matematika secara mandiri. Menurut Hoshi (2001) mengatakan

kemandirian belajar adalah siswa dapat bertanggung jawab atas pembuatan keputusan

yang berkaitan dengan proses belajarnya, dan siswa memiliki kemampuan untuk

melakukan keputusan aktivitas tersebut. Oleh sebab itu kemandirian belajar siswa

sangat diperlukan dalam membantu siswa agar tidak bergantung pada orang lain.

Menurut Mujiman (2007) kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta

kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong

oleh motif untuk menguasai suatu kompetensi yang telah dimiliki. Kemandirian belajar

memiliki peranan dalam mengembangkan diri agar siswa aktif dan memiliki inisiatif

untuk belajar sendiri, dapat dilihat dari keseharian siswa disekolah seperti menciptakan

ide baru dan membuat strategi dalam belajar. Kemandirian belajar siswa dibutuhkan

untuk menumbuh kembangkan potensi diri dalam mengerjakan segala sesuatu dengan

(12)

pada keinginan untuk menggunakan ide-ide sendiri, memecahkan masalah, mengambil

risiko dan menggunakan berbagai strategi untuk menghadapi situasi, menghadapi

masalah-masalah yang relevan dengan pengalaman sendiri dalam kegiatan belajar

(Williams, 2003). Jadi siswa yang dengan tingkat kemandirian belajar tinggi akan

berusaha untuk menyelesaikan latihan atau tugas yang diberikan guru. Hal serupa

dengan rendahnya pendidikan di Indonesia diungkapkan oleh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) pada tahun 2011 bahwa

Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada tahun 2010 menjadi peringkat

124 pada tahun 2012 dari 180 negara. Mutadin (2002) menyatakan kemandirian belajar

pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pengasuhan orang tua. Pada

masa praremaja yang dimana anak mengalami peralihan dari masa kanak akhir menuju

remaja awal, orang tua dituntut agar mampu menerapkan pola asuh yang tepat bagi

anaknya sehingga anak dapat menjadi pribadi yang mandiri kedepannya. Dalam hal ini

orang tua yang menjadi pembimbing utama dan memiliki peran penting untuk

melindungi, merawat, membimbing, dan menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal bagi anak mampu berperan aktif. Peran orang tua merupakan gambaran

pada anak tentang sikap orang tua dan anak berinteraksi, berkomunikasi selama

mengadakan kegiatan pengasuhan (Khairuddin, 1997). Oleh sebab itu membangun

komunikasi yang baik orang tua dapat membantu anak mencapai kemandirian

belajarnya terutama dibidang matematika.

DeVito (1997) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal merupakan

pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau

sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung. Oleh sebab itu komunikasi

(13)

4

antar orang tua dan anak dengan efek yang diketahui setelah komunikasi tersebut

terlaksana. Cangara (2005) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal dengan

baik akan menghasilkan umpan balik yang baik pula. Komunikasi interpersonal

diperlukan dalam kehidupan manusia agar dapat mengatur tata krama dan pergaulan

antar sesama manusia pada umumnya, karena dengan melakukan komunikasi

interpersonal dengan baik akan membawa pengaruh langsung pada struktur kehidupan

seseorang. Komunikasi interpersonal dalam keluarga terutama orang tua dan anak

memiliki tujuan yaitu agar dapat mengetahui dunia luar, untuk mengubah sikap dan

perilaku. Komunikasi interpersonal dalam keluarga sangat penting karena dengan

adanya komunikasi interpersonal antar sesama anggota keluarga maka akan tercipta

hubungan yang harmonis dan dapat diketahui apa yang diinginkan dan yang tidak

diinginkan oleh salah satu anggota keluarga (Widjaya dalam Rejeki, 2008).

Abriyoso (2012) menyebutkan penyebab konflik dalam keluarga beragam,

seperti percek-cokan orang tua, perbedaan pendapat dalam anggota keluarga, masalah

ekonomi serta memaksakan kehendak kepada anaknya dengan dalih mendisiplinkan,

serba melarang dengan dalih melindungi. Buruknya komunikasi interpersonal yang

sudah terjalin antara anak dan orang tua dapat memberikan peluang timbulnya konflik

antar anggota keluarga, seperti hubungan orang tua dan anak. Sehingga ini dapat

menyebabkan proses anak dalam belajar dan berkembang dapat terganggu, seperti

halnya anak tidak mampu secara mandiri mengambil keputusan-keputusan. Jaudah

(dalam Ilyas, 2004) mengatakan suasana komunikasi orang tua di rumah mempunyai

peranan penting dalam menentukan kehidupan anak di sekolah maka orang tua perlu

menciptakan komunikasi yang intens dengan anaknya terhadap proses belajar anaknya.

(14)

mampu melalui proses belajar dengan baik, dan harapan untuk anak mendapatkan

prestasi yang memuaskan dapat tercapai. Abriyoso (2012) mengatakan solusi dari

semua konflik adalah komunikasi yang baik, penuh pengertian, saling menghargai, dan

menyayangi, serta saling membahagiakan. Hal ini sejalan dengan DeVito (1997)

karakteristik komunikasi interpersonal yang baik menekankan pada keterbukaan,

empati, sikap mendukung, kesetaraan, dan sikap positif.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Colemen dalam Ilyas, 2004)

menyebutkan bahwa orang tua merupakan faktor paling berpengaruh terhadap perilaku

sosial dan prestasi belajar anak dan status pekerjaan anak di kemudian hari. Hal ini

terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang tua siswa di sekolah

Kanisius Cungkup Salatiga, orang tua dengan kesibukan pekerjaan kesehariannya

menyebabkan berkurangnya komunikasi interpersonal antar orang tua dan anak,

sehingga siswa jarang ditanyakan tentang tugas sekolah atau kegiatan anak selama

disekolah. Siswa jadi jarang belajar atau mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) yang

diberikan guru disekolah. Namun ada beberapa siswa pula yang mengatakan bahwa

mereka tetap mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) yang diberikan guru karena orang tua

yang tetap memperhatikan dan mengingatkan anaknya untuk mengerjakan tugas

sekolah. Patterson & Loeber (dalam Ilyas, 2004) menyebutkan bahwa kebiasaan yang

diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian

orang tua dalam memonitor kegiatan belajar anak baik di rumah maupun di luar rumah,

dapat berdampak buruk bagi pencapaian prestasi belajar siswa. Dari hal tersebut maka

orang tua yang mampu mendidik anak nya dengan kegiatan belajar yang teratur dan

baik, saat anak semakin bertumbuh melewati tahap perkembangannya maka anak

(15)

6

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan

komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian belajar matematika pada

siswa sekolah dasar. Dengan subjek kelas 4,5, dan 6 ditempat yang sudah ditentukan.

Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan pelajaran matematika masih dianggap sulit

oleh siswa, siswa dituntut untuk mandiri mengerjakan tugas matematika. Dalam hal ini

komunikasi orang tua-anak juga berperan agar anak mandiri dalam belajar matematika.

Namun kenyataannya banyak siswa belum mampu mengerjakan soal matematika secara

mandiri karena komunikasi interpersonal orang tua-anak yang kurang. Menurut (Elkind

dan Heuwinkel dalam Santrock, 2007) yaitu pada masa ini anak –anak yang memasuki

praremaja belajar dengan baik bila mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri.

RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal orang tua-anak

dengan kemandirian belajar matematika pada siswa sekolah dasar?

TINJAUAN PUSTAKA Kemandirian Belajar Matematika

Kemandirian belajar merupakan belajar secara mandiri, tidak hanya

menggantungkan diri pada orang lain, siswa juga dituntut untuk memiliki keaktifan dan

inisiatif sendiri dalam belajar. Menurut Garrison (1997) Kemandirian belajar (Self

directed learning) adalah usaha siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri,

(16)

suatu materi dan atau kempetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk

memecahkan masalah yang dijumpainya didunia nyata.

Tahar (2006) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai kesiapan dari individu

yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan

pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan evaluasi hasil

belajar. Menurut Garrison (1997) ada tiga aspek kemandirian belajar, yaitu:

a. Self-management (manajemen diri)

Manajemen diri merupakan masalah pengendalian tugas, termasuk diberlakukan

nya tujuan pembelajaran, pengelolaan dan dukungan sumber belajar.

b. Self-monitoring (pemantauan belajar)

Pemantauan diri merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kognitif dan

proses metokognitif termasuk memantau strategi pembelajaran siswa, serta

kesadaran dan kemampuan siswa untuk berpikir. Ini adalah suatu proses dimana

siswa mengambil tanggung jawab untuk membangun makna pribadi melalui

pengintegrasian ide-ide dan konsep-konsep yang baru dengan pengetahuan

sebelumnya.

c. Motivation (motivasi)

Merupakan suatu dorongan dalam diri untuk membantu dalam memulai suatu

hal dan mempertahankan usaha terhadap pembelajaran dan pencapaian tujuan

kognitif.

Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kemandirian Belajar Matematika

Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Basri (1996)

(17)

8

a. Faktor endogen yang dimaksud ialah semua pengaruh yang bersumber dari

dalam dirinya sendiri. Seperti minat dari dalam diri sendiri, bermacam-macam

sifat dasar dari ayah/ibu mungkin akan didapat di dalam diri seseorang.

b. Faktor eksogen yang dimaksud ialah semua keadaan atau pengaruh yang berasal

dari luar dirinya, yaitu semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar

dirinya, seperti lingkungan masyarakat dan keluarga.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan faktor yang

mempengaruhi kemandirian belajar dalam diri siswa yaitu, berasal dari luar diri siswa,

yaitu faktor keluarga yang mencakup komunikasi interpersonal antar orang tua dan

anak.

Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak

Menurut Cangara (2005) komunikasi adalah bentuk interaksi antara manusia

yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja.

Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tapi juga dalam hal

ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. De Vito (1997) mengatakan bahwa

komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima

oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung.

(Gerbner dalam Yuniarti, 2009) menjelaskan pengertian komunikasi orang tua

dan anak melalui komunikasi interpersonal yaitu proses pengiriman dan penerimaan

pesan antara dua orang atau dari sejumlah orang-orang dalam suatu kelompok dengan

sejumlah efek yang dapat diketahui dengan segera. Dengan demikian komunikasi

(18)

orang tua dan anak dengan efek yang diketahui segera. Menurut Liliweri (2007), bentuk

komunikasi interpersonal orang tua anak:

1. Menciptakan lingkungan yang penuh penghargaan, dan kesempatan untuk

mandiri.

2. Mengembangkan pola komunikasi yang positif.

3. Menyediakan aturan yang konsisten dan batas-batas yang jelas dari setiap

aturan.

4. Menyediakan aktifitas yang mendukung penguasaan anak akan keterampilan

yang harus dikuasainya.

5. Membuat anak mengembangkan perasaan mampu

6. Menekankan pentingnya belajar.

De Vito (1997) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal memiliki beberapa

aspek yang harus diperhatikan oleh para pelaku komunikasi interpersonal, yaitu:

a. Keterbukaan (openess); Penilaian terhadap kualitas keterbukaan dalam

komunikasi dapat di mengerti paling tidak dengan 2 hal yaitu: adanya keinginan

untuk membuka diri dengan setiap orang yang mempunyai maksud berinteraksi

dan adanya keinginan untuk membuka diri dengan orang lain, dapat dipahami

sebagai keinginan untuk menyampaikan informasi yang dimiliki kepada orang

lain.

b. Empati (emphaty); Komunikasi interpersonal memerlukan adanya empati yang

dimiliki para pelakunya. Empati yang terjadi selama komunikasi interpersonal

(19)

10

mengenai perasaannya karena masing-masing pihak berusaha untuk merasakan

apa yang dirasakan orang lain dengan cara yang sama.

c. Dukungan (supportness); Ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan

kepada orang lain. Dukungan yang tidak diucapkan melalui kata-kata bukanlah

merupakan dukungan yang bernilai negatif, tetapi lebih jauh dari itu dapat

mengandung nilai-nilai positif dalam komunikasi.

d. Kepositifan (positiveness); Kepositifan dalam komunikasi interpersonal dapat

dilakukan dengan dua jalan, yaitu berdasarkan sikap positif dan menghargai

orang lain.

e. Kesetaraan (equality); Komunikasi interpersonal dapat berlangsung dengan

efektif apabila suasananya setara. Ini di tunjukkan dengan bagaimana orangtua

dapat menerapkan konsep kesamaan perilaku, kesukaan, sikap, pengalaman

antara orangtua dan anak.

Pentingnya komunikasi interpersonal antara orang tua dan remaja menurut

Wahlross (dalam Yuniarti, 2009) kunci keharmonisan sebuah keluarga adalah terletak

pada komunikasi yang efektif. Permasalahan-permasalahan dalam keluarga yang

destruktif terutama yang menyangkut anak-anak bisa terjadi karena komunikasi yang

tidak efektif. Lestari (1997) menambahkan bahwa melalui komunikasi, orang tua

menyampaikan berbagai nilai, norma, aturan yang ada dalam sosial budaya. Melalui

komunikasi pula orang tua dapat mengenali dan memahami kehidupan anaknya yang

dari sini orang tua akan dapat menentukan langkah yang terbaik dalam mengiringi

(20)

Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak dengan Kemandirian Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar

Matematika merupakan pelajaran yang memiliki keunggulan untuk berbagai

bidang ilmu. Namun kenyataannya tidak semua siswa mampu mendapatkan hasil yang

maksimal pada pelajaran Matematika. Matematika masih menjadi pelajaran yang sulit

dikerjakan oleh banyak siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu siswa dituntut untuk belajar

sendiri agar dapat meningkatkan proses belajar secara produktif untuk mencapai hasil

yang maksimal. Ilahi (2012) mengatakan bahwa sikap mandiri akan membawa anak

didik pada sebuah kesuksesan selama menempuh jenjang pendidikan. Dengan

kemandirian belajar siswa mampu bertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan.

Hal ini bisa terjadi karena siswa memiliki komunikasi yang baik dengan orang tuanya,

dapat terlihat dari siswa yang sering berinteraksi dan menjalin komunikasi yang baik

dengan orang tuanya akan mampu mengungkapkan pendapat tanpa bergantung dengan

orang lain.

Dari komunikasi interpersonal yang saling mendukung dan terjalin harmonis

maka siswa siap untuk mengerjakan soal-soal matematika sendiri. Abriyoso (2012)

menyebutkan pula bahwa penyesuaian anak di sekolah tidak lepas dari peran orang tua

yaitu sikap saling terbuka dalam mendengar dan menerima keluhan anak, dorongan

untuk menghargai pentingnya orang lain, serta menyelaraskan perbedaan pendapat

dalam keluarga dapat meningkatkan motivasi belajar anak di sekolah. Dengan

tercapainya prestasi dengan kemandirian belajar maka siswa dapat dikatakan memiliki

(21)

12

Dalam Hoshi (2001) mengemukakan bahwa kemandirian belajar adalah siswa

dapat bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses

belajarnya, dan siswa memiliki kemampuan untuk melakukan keputusan aktivitas

tersebut. Dengan begitu siswa sekolah dasar yang mampu untuk secara mandiri

mengambil keputusan dalam berbagai aktivitasnya, termasuk dalam belajar pelajaran

matematika dan menyelesaikan tugas matematika, dibutuhkan peran orang tua dalam

membimbing anaknya agar berjalan dengan baik. Seperti pada penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Colemen (dalam Ilyas, 2004) menyebutkan bahwa orang tua

merupakan faktor paling berpengaruh terhadap perilaku sosial dan prestasi belajar anak

dan status pekerjaan anak di kemudian hari.

Saat siswa sekolah dasar yang kurang dalam menjalin komunikasi dengan orang

tuanya maka siswa tersebut sulit untuk mengambil keputusan dalam aktivitasnya dan itu

dapat mempengaruhi kemandirian belajar matematika yang rendah pada diri siswa

tersebut. Abriyoso (2012) mengatakan solusi dari semua konflik adalah komunikasi

yang baik, penuh pengertian, saling menghargai, dan menyayangi, serta saling

membahagiakan. Oleh sebab itu hal ini menjelaskan siswa sekolah dasar dengan

komunikasi interpersonal yang baik pada orang tua dapat membantunya untuk mencapai

apa yang diharapkan. Komunikasi interpersonal dalam keluarga sangat penting karena

dengan adanya komunikasi interpersonal antar sesama anggota keluarga maka akan

tercipta hubungan yang harmonis dan dapat diketahui apa yang diinginkan dan yang

tidak diinginkan oleh salah satu anggota keluarga (Widjaya dalam Rejeki, 2008).

Komunikasi interpersonal orang tua anak yang tinggi akan mampu membantu siswa

(22)

mampu untuk mengambil keputusan, dan menyelesaikannya dalam manjalankan tugas

yang diberikan.

Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada Hubungan

antara komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian belajar matematika

pada siswa sekolah dasar, yang dimunculkan dari:

H0 : Tidak ada hubungan antara komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan

kemandirian belajar matematika pada siswa sekolah dasar.

H1 : Ada hubungan yang positif signifikan antara komunikasi interpersonal orang

tua-anak dengan kemandirian belajar matematika pada siswa sekolah dasar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan

mengukur korelasi antara komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian

belajar matematika pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan di SD

Kanisius Cungkup Salatiga dan pengambilan data dilakukan oleh peneliti pada tanggal

12 November 2016 pukul 07.00-10.00 WIB. Peneliti memulai penyebaran angket pada

kelas 5 SD yang berjumlah 27 siswa dengan kehadiran partisipasi pengisian angket 27

anak. Selanjutnya peneliti menyebarkan angket pada kelas 4 SD yang berjumlah 32

siswa dengan kehadiran partisipasi pengisian angket 30 anak. Berikutnya peneliti

menyebarkan angket pada kelas 6 SD yang berjumlah 22 siswa dengan kehadiran

pengisian angket sebanyak 21 anak. Pada setiap tingkat kelas di SD Kanisius Salatiga

(23)

14

peneliti mendapatkan angket sebanyak 78 angket. Kriteria partisipan dalam penelitian

ini adalah siswa sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 yang berusia 9-11 tahun, berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan. Menurut (Elkind dan Heuwinkel, dalam Santrock,

2007) yaitu pada masa ini anak-anak yang memasuki praremaja belajar dengan baik bila

mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri. Sekolah ini di pertimbangkan untuk

menjadi tempat penelitian dikarenakan banyak siswa yang masih merasa kesulitan

dalam pelajaran matematika secara mandiri dengan orang tua yang kurang dalam

menjalin komunikasi interpersonal pada anak. Hal ini muncul sesuai dengan

permasalahan yang diteliti. Peneliti melakukan observasi dan wawancara terlebih

dahulu. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu

teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua populasi untuk menjadi sampel

(Sugiyono, 2007).

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti terlebih dahulu adalah memohon

surat persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data sesuai dengan kriteria

yang sudah ditetapkan peneliti. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data dengan

metode angket/kuesioner dengan 26 aitem dan 43 aitem, yang dimana peneliti

menyebarkan angket kepada partisipan.

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data informasi, alat ukur yang

digunakan pada penelitian ini adalah skala Self-Directed learning. Skala Self-Directed

learning ini menggunakan aspek-aspek yang disimpulkan oleh Garrison (1997) dengan

26 aitem, yaitu self-management (manajemen diri), self-monitoroing (pemantauan

belajar), motivation (motivasi). Sedangkan untuk mengukur komunikasi interpersonal

orang tua-anak digunakan skala komunikasi interpersonal yang dibuat oleh Yuniarti

(24)

dengan 43 aitem yaitu keterbukaan (openess), empati (emphaty), dukungan

(supportness), kepositifan (positiveness), kesetaraan (equality).

Skala Self-Directed learning dan skala komunikasi interpersonal ini terdiri dari

empat kategori jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat

Tidak Setuju (STS). Angket kemandirian belajar ini terdiri atas item favourable dan

item unfavourable. Pemberian skor untuk item favourable bergerak dari 4 sampai 1

untuk Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Pemberian skor untuk item unfavourable bergerak dari 1 sampai 4 untuk Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah

analisis korelasional dengan menggunakan korelasi product moment dan dibantu dengan

menggunakan program SPSS versi 21.0 for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak

Variabel komunikasi interpersonal memiliki 26 item valid dengan jenjang skor 1

sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi: 26 x 4 = 104

Skor terendah: 26 x 1 = 26

Pembagian interval dilakukan menjadi empat katagori, yaitu sangat rendah, rendah,

tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor

(25)

16

Tabel 1.1

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak No Interval Kategori Mean N Persentase (%)

1. 26 ≤ x < 45.5 Sangat Rendah 0 0%

2. 45.5 ≤ x < 65 Rendah 2 2.57%

3. 65 ≤ x < 84.5 Tinggi 32 41.02%

4. 84.5 ≤ x ≤ 104 Sangat Tinggi 85.10 44 56.41%

Jumlah 78 100%

Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terdapat 44 orang siswa memiliki

komunikasi interpersonal orang tua-anakyang berada pada kategori sangat tinggi dengan

persentase 56.41%. 32 orang siswa memiliki komunikasi interpersonal orang tua-anak

yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 41.02%. dan 2 orang siswa

memiliki komunikasi interpersonal orang tua-anak yang berada pada kategori rendah

dengan persentase 2.57%. Berdasarkan persentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa

yang memiliki komunikasi interpersonal orang tua-anak pada kategori sangat tinggi,

(26)

Kemandirian Belajar Matematika

Variabel kemandirian belajar matematika memiliki 23 item valid dengan jenjang

skor 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi: 23 x 4 = 92

Skor terendah: 23 x 1 = 23

Pembagian interval dilakukan menjadi empat katagori, yaitu sangat rendah, rendah,

tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor

tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya sesuai dengan jumlah kategori.

Tabel 1.2

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kemandirian Belajar Matematika No Interval Kategori Mean N Presentase (%)

1. 23 ≤ x < 40.25 Sangat Rendah 0 0%

2. 40.25 ≤ x < 57.5 Rendah 0 0%

3. 57.5 ≤ x < 74.75 Tinggi 34 43.59%

4. 74.75 ≤ x ≤ 92 Sangat Tinggi 75.07 44 56.41%

(27)

18

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 44 orang siswa yang

memiliki skor kemandirian belajar matematika yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan persentase 56.41% dan 34 orang siswa SD memiliki kemandirian belajar

matematika yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 56.41%.

Uji Asumsi Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample

Kolmogorov-Smirnov test (ks-z) yang dikatakan normal jika p (asym sig (1-tailed)) > 0,05. Hasil uji

normalitas variabel komunikasi interpersonal orang tua-anak menunjukan bahwa nilai

ks-z adalah 0.552 dengan asym sig (1-tailed) 0.921 > 0.05 dan variabel kemandirian

belajar matematika, nilai ks-z adalah 0.854 dengan asym sig (1-tailed) 0.481 > 0.05,

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi data skala komunikasi interpersonal

orang tua-anak dengan kemandirian belajar matematika adalah normal.

Uji Linearitas

Uji linearitas ini menggunakan compare means test for linierity. Berdasarkan

hasil uji linearitas menggunakan program SPSS For MS windows versi 21.0 dapat

diketahui bahwa nilai Fbedasebesar 1.208 (p > 0.05) dengan signifikansi pada Deviation

from Linearity sebesar 0.278. Maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel

komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian belajar matematika

(28)

Uji Korelasi

Tabel 1.3

Hasil Uji Korelasi Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak Dengan Kemandirian Belajar Metematika

Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi Pearson dengan bantuan SPSS versi

21.0 for windows diperoleh koefisien korelasi antara komunikasi interpersonal orang

tua-anak dengan kemandirian belajar matematika sebesar 0.468 dan signifikansi sebesar

0.000 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan

antara komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian belajar

matematika.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson antara komunikasi interpersonal orang

tua-anak dengan kemandirian belajar matematika pada siswa SD Kanisius Salatiga kelas

4, 5, dan 6, didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) = 0.458 dengan sig. =

0.000 (p < 0.05), yang berarti menunjukan bahwa ada hubungan yang positif signifikan,

hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi komunikasi interpersonal orang tua-anak

Correlations

X_KI Y_KB

X_KI

Pearson Correlation 1 .468**

Sig. (1-tailed) .000

N 78 78

Y_KB

Pearson Correlation .468** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 78 78

(29)

20

semakin tinggi pula kemandirian belajar matematika siswa disekolah. Dengan demikian

H0 dalam penelitian ini ditolak dan H1 diterima.

Khairuddin (1997) menyatakan peran orang tua merupakan gambaran pada anak

tentang sikap orang tua dan anak berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan

kegiatan pengasuhan. Dukungan orang tua dengan menjalin komunikasi interpersonal

yang baik bersama anak akan membuat anak semakin mandiri dalam belajar

matematika. Oleh sebab itu dibutuhkan dukungan orang tua dalam membimbing

anaknya agar proses belajar berjalan baik dan anak mampu mencapai prestasi yang

memuaskan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal

orang tua-anak dan kemandirian belajar matematika memiliki hubungan positif dan

signifikan. Ilyas (2004) yang mengatakan pula bahwa partisipasi orang tua dalam

pelaksanaan pendidikan sangat berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dan

menunjukkan semakin tinggi keterlibatan dan kepedulian orang tua terhadap

masalah-masalah pendidikan anak di sekolah, semakin meningkat pula prestasi anaknya dalam

mata pelajaran di sekolah. Dengan begitu siswa mampu secara mandiri melakukan dan

mengambil keputusan dalam tugas-tugas matematika disekolah. Maka semakin tinggi

keterlibatan orang tua dalam membangun komunikasi interpersonal dengan anak maka

kemandirian belajar matematika anak semakin tinggi pula. Komunikasi yang terjalin

antara orang tua dan anak akan membuat anak merasa diberikan kesempatan untuk

menyampaikan ide-ide dan merasa dihargai, oleh karena itu komunikasi interpersonal

orang tua sangat penting dalam membantu anak untuk mencapai kemandirian belajar

matematika. Seperti yang dikemukakan (Colemen dalam Ilyas, 2004) bahwa orang tua

merupakan faktor paling berpengaruh terhadap perilaku sosial dan prestasi belajar anak

(30)

interpersonal orang tua maka anak mampu secara mandiri dalam mencapai prestasi

belajar. Siswa yang kurang membangun komunikasi interpersonal yang baik dengan

orang tuanya, akan sulit mengambil keputusan dalam kegiatan belajarnya sehingga

dapat mempengaruhi kemandirian belajar matematika siswa tersebut.

Dari hasil korelasi antara komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan

kemandirian belajar matematika menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang

signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian belajar

matematika siswa sekolah dasar. Dengan sumbangan efektif komunikasi interpersonal

orang tua-anak terhadap kemandirian belajar matematika sebesar 20.98% sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 79.02%. Komunikasi interpersonal

orang tua-anak bukan hal mutlak yang mempengaruhi kemandirian belajar matematika,

melainkan ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar

matematika tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang positif signifikan antara

komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan kemandirian belajar matematika pada

siswa sekolah dasar. Yang dapat diartikan, semakin tinggi komunikasi interpersonal

orang tua-anak semakin tinggi kemandirian belajar matematika. Dan sumbangan efektif

komunikasi interpersonal orang tua-anak terhadap kemandirian belajar matematika

(31)

22

SARAN Pihak Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran pada pihak sekolah agar

lebih memperhatikan dan memberikan motivasi bagi orang tua siswa untuk menjalin

komunikasi interpersonal yang lebih intens kepada anak-anaknya. Sehingga siswa

mampu membangun kemandirian belajar didalam dirinya yang diharapkan dapat

mencapai prestasi yang membanggakan dan memuaskan baik bagi anak, orang tua dan

juga sekolah.

Orang Tua Siswa

Peneliti memberikan saran, bahwa orang tua diharapkan mampu

mempertahankan dan meningkatkan komunikasi interpersonal dengan anak.

Membangun hubungan yang baik melalui komunikasi interpersonal akan membantu

anak dalam proses kemandirian belajar matematika. Hal tersebut akan mendorong anak

untuk lebih yakin akan dirinya dalam mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya

terutama bagi proses belajarnya dibidang matematika.

Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang tertarik dengan topik yang sama, disarankan untuk dapat

mengkaji dengan jangkauan yang lebih luas, dapat dengan menambah variabel atau

mempertimbangkan variabel yang belum terungkap. Peneliti selanjutnya dapat melihat

faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi topik terkait. Dan dapat lebih

memperjelas variabel komunikasi interpersonal orang tua-anak dengan lebih mengarah

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Abriyoso, J. O. dkk (2012). Hubungan Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga dengan Motivasi Belajar Anak di Sekolah. Diunduh pada 17

Februari 2014, dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=104013&val=1378.

Azwar, S. (2005). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Cangara, H. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Devito, J., A. (1997). Komunikasi antarmanusia. Jakarta: Proffesionals Books.

Garrison, D.R. (1997). Self Directed learning: Toward a Comprehensive model. Adult Education Quarterly

Hasan, B. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya).

Haris, M. (2007). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Mitra Cendekia

Hoshi, M. 2001 Internet Based English Langage Learning by Japanese EFL Learnes.

Diunduh dari http://www?ucagary.ca/-mhoshi/Thesis.htm

Ilahi, M., T. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ilyas. (2004). Pengaruh Komunikasi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa pada MTsN Model Makassar. Diunduh pada 14 November 2014 dari

https://datastudi.files.wordpress.com/2010/09/ilyas.pdf.

Irzan, T. (2006). Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak jauh. Volume 7, Nomor 2, Hal 91-101.

Khairuddin, 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.

Lestari, S. (1997). Menjadi Orang Tua Pun Perlu Belajar. Majalah Ilmiah Kognisi: No 3 Mei 1997 Hal:23

Liliweri, A. (2007). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(33)

24

Rejeki, A., S. (2008). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga dengan Pemahaman Moral pada Remaja. Diunduh pada 3 Maret 2014, dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel _10503179.pdf.

Republik Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suseno, DD. & Irdawati. (2012). Hubungan Antar Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo,

Diunduh dari http.//www.e-journal.akbid-purworejo.ac.id/.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Gambar

Tabel 1.1 Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak
Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kemandirian Belajar MatematikaTabel 1.2
Tabel 1.3

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, dengan berlimpahnya sumber daya alam bukan berarti kita bisa menggunakannya tanpa melakukan

Dalam bidang pendidikan diantaranya adalah penggunaan software Squiggle- M dalam pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematik, terutama dalam

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2007, Masalah Hipertensi di Indonesia, Dirjen Pengendalaian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;2010.. Gauthier B, Edelmann CMJr,

menyelesaikan tesis dengan judul judul “ Hubungan antara Pengetahuan Bahan Ajar dan Motivasi Mengajar dengan Kinerja Mengajar Guru IPS SMP Negeri di Kabupaten

Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur Di

Juni 2012 perihal Penawaran Pekerjaan Penyediaan Makanan dan Minuman Peserta dan Panitia Diklat Kepemimpinan Tingkat IV sebanyak 2 (dua) Angkatan Kabupaten Hulu

Dengan itu penelitian ini meneliti kinerja perbankan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang mampu

Menurut Kaswad dari Bidang Pendidikan Keagamaan Depar- temen Agama Sulawesi Selatan, diharapkan lembaga pendidikan diniyah ke depan mampu melahirkan pendidikan bermutu yakni