Setiap perusahaan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk dapat
meningkatkan kinerjanya. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka nilai
perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Kinerja perusahaan merupakan
suatu gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu
yang dapat mencerminkan prestasi manajemen.
Untuk mencapai kinerja perusahaan yang baik, perusahaan perlu
mengelola setiap faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien. Faktor
produksi merupakan sumber daya yang digunakan oleh perusahaan dalam proses
produksi barang dan jasa. Salah satu faktor produksi yang dimiliki oleh
perusahaan yaitu sumber daya manusia. Manusia merupakan faktor produksi
yang sulit untuk dikendalikan dan keinginannya sulit diintegrasikan karena dalam
diri setiap manusia memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda beda.
Salah satu penghambat tercapainya tujuan perusahaan adalah karena
terdapatnya perbedaan kepentingan antara pihak pihak dalam suatu perusahaan,
hal ini disebut dengan teori keagenan. Teori ini menyebutkan adanya
yang merupakan biaya yang terjadi oleh pemegang saham yang mempercayakan
perusahaan kepada manajer perusahaan untuk mengelola perusahaan supaya
dapat memaksimumkan pengembalian. Terjadinya konflik yang disebut
kontrak atau pemegang saham) dan (penerima kontrak dan pengelola dana
prinsipal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Pemegang saham
ingin manajemen meningkatkan nilai perusahaan, akan tetapi manajer memiliki
keinginan sendiri yang sering tidak sesuai dengan tujuan perusahaan.
Para manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai apa yang
sedang terjadi dalam perusahaan daripada orang lain, karena mereka adalah orang
orang yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan perusahaan. Sementara di
pihak lain, para pemegang saham memiliki sedikit insentif untuk bertindak,
karena mereka harus berbagi keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan pihak
lainnya, sementara biayanya harus mereka tanggung sendiri. Hasilnya adalah
kerentanan kronis perusahaan atas terjadinya ketidakkompetenan manajerial,
pencarian keuntungan untuk sendiri, penipuan atau perilaku menyimpang yang
merugikan Semakin sedikit persentase kepemilikan para manajer, semakin
sedikit kecenderungan mereka akan bertindak secara konsisten untuk
memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham dan semakin besar
kebutuhan pengawasan atas aktivitas pihak manajemen bagi para pemegang
saham luar.
Konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajer dan
karyawan perusahaan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan
yang dapat mensejajarkan kepentingan kepentingan tersebut. Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan
manfaat dari keputusan yang diambil dan apabila terjadi kerugian maka ada
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Salah satu prinsip ekonomi yang dimiliki oleh manusia adalah tanggap
terhadap insentif. Demikian pula dalam bekerja, seorang karyawan biasanya akan
lebih produktif apabila mendapatkan insentif lebih dari pekerjaan tambahan yang
ia kerjakan. Karyawan juga termasuk (pihak yang berkepentingan
dalam perusahaan) maka dari itu kebutuhan karyawan harus dipahami agar
kepuasan kerja tercapai dan selanjutnya dapat menumbuhkan komitmen pada
perusahaan. Hal inilah yang ditangkap perusahaan, dimana perusahaan berusaha
agar setiap karyawan mampu memberikan kontribusi terbaiknya kepada
perusahaan melalui pemberian insentif. Salah satu jenis insentif yang dapat
diberikan perusahaan kepada karyawannya adalah dengan memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk memiliki saham perusahaan melalui
. Solusi yang lebih baik untuk memecahkan
masalah agensi adalah dengan memberi suatu paket kompensasi berupa gaji tetap
ditambah bonus kepemilikan perusahaan (saham perusahaan) jika kinerja mereka
bagus (Syahyunan, 2013:5).
Menurut Bapepam (2002) (ESOP)
atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Program Kepemilikan Saham
bagi Karyawan (PKSK) merupakan suatu program yang memungkinkan
partisipasi karyawan untuk memiliki saham perusahaan atau induk perusahaan
tempat mereka bekerja. Melalui ESOP, perusahaan memberikan hak kontraktual
perusahaan pada jangka waktu yang sudah ditentukan, misalnya tiga atau lima
tahun kemudian, dimana harga sahamnya akan sama dengan harga saham ketika
opsi diberikan. Dengan demikian, karyawan dan manajemen yang menerima hak
opsi akan menerima keuntungan apabila harga saham perusahaan naik terus
meningkat dari waktu ke waktu, sehingga ada saham yang diperoleh.
Adanya pemberian penghargaan berupa kepemilikan saham diharapkan menjadi
pemicu timbulnya karyawan terhadap perusahaan, sehingga
tumbuh keinginan untuk meningkatkan produktivitas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Studi Penerapan
ESOP (Bapepam, 2002), bahwa ESOP merupakan suatu strategi yang mampu
membantu perusahaan menjadi lebih kuat, memberi imbalan kepada karyawan
yang pada akhirnya meningkatkan partisipasi pemilik perorangan dalam
perusahaan. Sukirno (2013:352) mengatakan terdapat perkaitan yang erat antara
kenaikan upah para pekerja dengan kenaikan produktivitas mereka. Pengadopsian
ESOP diharapkan dapat menjadi motivasi untuk memacu semangat kerja
karyawan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas mereka.
Semangat kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi kepuasan
kerja dan kepuasan atas berbagai faktor seperti upah, tunjangan, rekan rekan kerja
dan kesempatan mendapatkan promosi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhu
(2013) menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi ESOP memiliki
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak mengadopsi
Konsep mengenai ESOP secara teknikal baru muncul pada tahun 1952
akan tetapi telah digunakan oleh beberapa negara maju sejak tahun 1921 (Ngambi,
2013). Dipelopori oleh Amerika Serikat melalui
(ESOPs), dan dan
kemudian berkembang di negara negara lain. Di Indonesia sendiri praktek opsi
saham ini telah mulai ada sebelum tahun 1998 yang telah diterapkan oleh
beberapa perusahaan , namun semakin berkembang sesudah tahun
1998.
ESOP sedikit menyerupai rencana berbagi keuntungan ( ),
Dimana kedua hal tersebut sama sama bertujuan untuk menumbuhkan
karyawan terhadap perusahaan. Bedanya, dalam ESOP setiap
karyawan memiliki kesempatan untuk memiliki saham di tempat ia bekerja, yang
kemudian dapat dikatakan sebagai pemilik perusahaan. Sementara dalam
pembagian keuntungan ( ) menurut Mathis (2006:472)
mendistribusikan sebagian dari keuntungan organisasional kepada karyawan pada
akhir tahun atau diberikan pada saat pensiun.
ESOP dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain dengan
memberikan saham secara cuma cuma ( ), menjual saham kepada
karyawan ( ), memberikan opsi kepada
karyawan untuk membeli saham perusahaan selama periode tertentu (
), meminta manajer investasi untuk berinvestasi pada saham
perusahaan ( dan hibah dalam bentuk kas
Bentuk ESOP yang diadopsi oleh emiten Indonesia adalah
dimana opsi yang ditawarkan adalah saham atau waran" Bapepam (2002) mengatakan program ESOP oleh emiten atau perusahaan publik di Indonesia
dilakukan dalam bentuk yang sebagian besar sumber sahamnya
berasal dari portepel, bukan dari saham pendiri atau saham atau saham
yang ada di pasar. Emiten di Indonesia memberikan nama yang berbeda beda
untuk menyebutkan program ESOP yang mereka terapkan, seperti ,
Waran Karyawan, , # , dan lain lain.
Bapepam (2002) mengatakan, meskipun penamaan program ini beragam, tetapi
secara substansi bentuk program tersebut semuanya adalah " Sedangkan untuk perusahaan tertutup yang merupakan anak perusahaan dari
perusahaan multinasional menggunakan $ yang menyerupai atau SARs.
Sumber : Laporan Keuangan (Data Diolah)
Dari Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah emiten yang mengadopsi
ESOP di Indonesia belum terlalu banyak, yaitu kurang dari 10% dari keseluruhan
pengadopsian program ESOP kurang populer, hal ini disebabkan karena para
direksi perusahaan melakukan kontrol terhadap pemegang saham dan keluarga
adalah pengendali dominan dalam perusahaan perusahaan terbuka.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui dampak dari pengadopsian
terhadap kinerja perusahaan dan
. Salah satu cara untuk mengukur kinerja dari sebuah perusahaan yang dapat
dilakukan adalah dengan menganalisis kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Kinerja keuangan adalah suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Kinerja keuangan
perusahaan dapat digunakan untuk mengevaluasi setiap kesalahan yang dilakukan
pada periode sebelumnya serta menyusun strategi yang tepat untuk periode yang
akan datang. Hal ini sangat penting dilakukan agar setiap sumber daya yang ada
dapat digunakan secara optimal.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja
keuangan perusahaan. Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Dalam analisis rasio, kemampuan
menghasilkan laba dapat dikaitkan dengan penjualan, aset atau modal. Peneliti
dalam hal ini menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan
tolak ukur keberhasilan manajemen dalam menjalankan suatu usaha. Menurut
Prihadi (2012:164) rasio profitabilitas mendapat tempat tersendiri dalam penilaian
memang untuk memperoleh laba. Syamsuddin (2007:59) menyatakan, perhatian
ditekankan pada profitabilitas, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya,
suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan. Lukviarman
(2012:33) menambahkan rasio ini sangat bermanfaat dalam menilai efektifitas
manajemen perusahaan secara keseluruhan.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah %
# (NPM), ! (ROA) serta ! & (ROE).
Kamaludin dan Indriani (2012:45) mengatakan ukuran yang biasa digunakan
dalam mengukur rasio profitabilitas adalah % # (NPM), ! (ROA) dan ! & (ROE).
Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahi dampak pengadopsian
ESOP terhadap . Agency cost diukur dengan proksi
' (SGA). SGA mengukur biaya keagenan berdasarkan rasio beban operasi terhadap total penjualan. Semakin tinggi rasio ini mencerminkan
bahwa biaya keagenan yang dikeluarkan perusahaaan semakin besar.
Berikut adalah data % # (NPM), ! (ROA),
! & (ROE) dan ' (SGA)
Perusahaan sebelum dan sesudah pengadopsian
%
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, kita dapat melihat bagaimana terdapat
perbedaan yang terjadi pada rasio % # ! dan! & sebelum dan sesudah tahun pengadopsian program ESOP oleh perusahaan. Rasio NPM Pada PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) mengalami
peningkatan dari 2,73% menjadi 7,35%, sementara itu pada Asia Pacific Fibers
Tbk. (POLY) justru mengalami penurunan dari 3,265% menjadi 10,655%. Rasio
ROA pada Surya Citra Media Tbk. (SCMA) mengalami peningkatan dari 4,475%
menjadi 16,58% akan tetapi ROA tampak menurun pada Indika Energy Tbk.
(INDY) dari 6,475% menjadi 0,8%. Begitu pula pada Rasio ROE, dimana satu
tahun sesudah pengadopsian ESOP, ROE perusahaan Media Nusantara Citra Tbk.
(MNCN) menunjukkan peningkatan yang cukup besar, yakni dari 6,42% menjadi
20,31%, berbanding terbalik pada MNC Kapital Indonesia. (BCAP), dimana ROE
perusahaan ini mengalami penurunan dari 14,655% menjadi 0,68%. Sementara
untuk yang diproksikan oleh SGA, terdapat Bank Danamon yang mengalami
peningkatan dari 0,69% menjadi 0,785%, hal tersebut berbanding terbalik dengan Bank
Penelitian mengenai hubungan pengadopsian ESOP dan kinerja
perusahaan sudah beberapa kali dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,
sayangnya penelitian penelitian tersebut seringkali memberikan hasil yang
berbeda satu sama lain dan tidak konsisten dengan teori. Penelitian yang
dilakukan Ngambi and Oloume (2013) menyatakan bahwa ESOP memiliki
pengaruh positif tehadap ! (ROA) akan tetapi tidak dapat ditemukan bukti yang meyakinkan adanya pengaruh ESOP terhadap !
& (ROE). Sementara hasil berbeda ditemukan oleh Chen and Hsu (2008) yang mendapatkan bahwa ESOP justru berpengaruh paling signifikan terhadap
ROE. Septarina (2013) menemukan bahwa rasio NPM, ROA, dan ROE
mengalami penurunan sesudah pengadopsian ESOP oleh perusahaan. Berbeda
dengan Santhi dan Astika (2015) yang menemukan bahwa terdapat perbedaan
pada ROA setelah hibah ESOP. Sementara Poornima et al. (2015) yang
melakukan penelitian pada perusahaan sektor keuangan menunjukkan bahwa tidak
ditemukan adanya perubahan yang signifikan terhadap profitabilitas dan kinerja
secara keseluruhan. Untuk ( , Sinaga (2009) mengatakan tidak terdapat
perbedaan pada ' pada perusahaan dengan
kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial.
Hingga kini belum ada jawaban yang pasti mengenai hubungan antara
ESOP dan kinerja perusahaan, baik itu positif atau negatif, pada kinerja ekonomi
ataupun kinerja keuangan (Ngambi and Oloume, 2013). Belum dapat
mampu menurunkan biaya keagenan dan memberikan dampak yang lebih baik
terhadap kinerja dari suatu perusahaan atau tidak.
Berdasarkan dan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul , - . "
# # " !"
/ (Studi Kasus pada Perusahaan perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia).
% ) " "
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada % # !
, ! & dan ' sebelum dan
sesudah pengadopsian ?
0 .
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan %
# ! ! & dan
' 1
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan peneliti terkait
penerapan (ESOP). Dengan adanya
penelitian ini maka peneliti mampu mengaplikasikan ilmu yang telah
peneliti dapatkan selama belajar di jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.
2. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan serta
informasi mengenai temuan dan bukti empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan mengenai pengadopsian ESOP oleh perusahaan.
3. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi perusahaan
terkait upaya peningkatan kinerja perusahaan melalui
(ESOP). Adanya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, terutama
dalam hal pemberian kompensasi berupa saham terhadap karyawan.
4. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan