• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA EKSKLUSIF INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGOLAHAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA EKSKLUSIF INDONESIA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1984

TENTANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang : a. bahwa dalam r angka pembangunan perikanan nasional, sumber daya alam hayat i di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia mer upakan pot ensi yang member ikan kemungkinan sangat besar unt uk dapat dimanf aat kan secar a langsung dan sekaligus berf ungsi sebagai pendukung sumber daya per ikanan di seluruh perairan Indonesia, sehingga mengingat ar t inya yang sangat pent ing t ersebut , maka pemanfaat an sumber daya alam hayat i di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia per lu diat ur secara t epat , t erarah, dan bij aksana;

b. bahwa ket ent uan-ket ent uan t ent ang Zona Ekonomi Eksklusif yang t elah dit er ima dalam Konvensi Per serikat an Bangsa-Bangsa t ent ang Hukum Laut adalah unt uk melindungi kepent ingan-kepent ingan negara pant ai yang bersangkut an, dan oleh karenanya pemanfaat an yang sebesar -besarnya dari pada sumber daya alam hayat i di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia harus diar ahkan unt uk mengembangkan usaha per ikanan Indonesia;

c. bahwa unt uk mempercepat peningkat an kemampuan usaha per ikanan Indonesia t ersebut , maka sesuai dengan ket ent uan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 t ent ang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dipandang perlu menet apkan pengat urannya dalam Perat uran Pemer int ah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

(2)

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemer int ah ini yang dimaksud dengan :

a. Pengelolaan adalah segala upaya dan kegiat an Pemer int ah unt uk mengarahkan dan mengendalikan pemanf aat an sumber daya alam hayat i di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

b. Konservasi sumber daya alam adalah segala upaya yang ber t uj uan unt uk melindungi dan melest ar ikan sumber daya alam di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

c. Penangkapan ikan adalah kegiat an yang bert uj uan unt uk memper oleh ikan di perairan yang t idak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat at au car a apapun, t ermasuk kegiat an yang menggunakan kapal unt uk memuat , mengangkut , menyimpan, mendinginkan, mengawet kan, at au mengolah ikan;

d. Kapal perikanan adalah kapal at au perahu at au alat apung lainnya yang dipergunakan, unt uk melakukan penangkapan ikan, t er masuk kapal at au perahu at au alat apung lainnya yang dipergunakan unt uk melakukan survey at au eksplorasi perikanan;

e. Jumlah t angkapan yang diper bolehkan adalah banyaknya sumber daya alam hayat i yang boleh dit angkap dengan memperhat ikan pengamanan konservasinya di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

f . Pungut an per ikanan adalah sej umlah uang yang harus dibayar oleh perusahaan perikanan asing yang mendapat izin penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia kepada Pemerint ah Republik Indonesia.

BAB II PEMANFAATAN

Pasal 2

(3)

(2) Dalam rangka pelaksanaan ket ent uan ayat (1), Pemerint ah mengupayakan t ersedianya berbagai kemudahan unt uk meningkat kan kemampuan usaha per ikanan Indonesia.

(3) Dalam rangka meningkat kan kemampuannya unt uk memanfaat kan sumber daya alam hayat i di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, orang at au badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang usaha per ikanan Indonesia dapat mengadakan ker j a sama dengan orang at au badan hukum asing dalam bent uk usaha pat ungan at au bent uk kerj a sama lainnya menurut per at uran per undang-undangan yang berlaku.

Pasal 3

Orang at au badan hukum asing dapat diber i kesempat an unt uk melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sepanj ang orang at au badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang usaha perikanan Indonesia belum dapat sepenuhnya memanf aat kan j umlah t angkapan yang diperbolehkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

BAB III KONSERVASI

Pasal 4

(1) Ment er i Per t anian menet apkan j umlah t angkapan yang diperbolehkan menurut j enis at au kelompok j enis sumber daya alam hayat i di sebagian at au seluruh Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

(2) Penet apan j umlah t angkapan yang diper bolehkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan kepada dat a hasil penelit ian, sur vai, evaluasi dan/ at au hasil kegiat an penangkapan ikan.

Pasal 5

Ment er i Pert anian menet apkan alokasi j umlah unit kapal perikanan dan j enis alat penangkap ikan dari masing-masing kapal dengan memperhat ikan j umlah t angkapan yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).

Pasal 6

(4)

BAB IV PERIZINAN

Pasal 7

Orang at au badan hukum yang melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia harus t er lebih dahulu memperoleh izin dari Pemerint ah Republik Indonesia.

Pasal 8

Pemberian izin kepada orang at au badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang usaha perikanan Indonesia unt uk menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dilaksanakan menurut ket ent uan perat uran per undang-undangan di bidang perikanan yang ber laku bagi usaha per ikanan Indonesia.

Pasal 9

(1) Pemberian izin kepada or ang at au badan hukum asing unt uk menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat diberikan set elah diadakan perset uj uan ant ara Pemerint ah Republik Indonesia dengan Pemer int ah Negara Asing asal or ang at au badan hukum asing yang bersangkut an.

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan apabila kebangsaan kapal perikanan yang dipergunakan sama dengan kebangsaan or ang at au badan hukum asing yang bersangkut an.

Pasal 10

(1) Orang at au badan hukum asing yang akan melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, waj ib t erlebih dahulu mengaj ukan permohonan unt uk memper oleh izin menangkap ikan kepada Ment eri Pert anian at au Pej abat yang dit unj uk olehnya.

(2) Dalam surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilengkapi dengan dat a sebagai ber ikut :

1. Jumlah kapal yang akan digunakan;

2. Nama, alamat dan kebangsaan pemilik kapal; 3. Nama kapal;

4. Nama panggilan kapal;

5. Negara regist rasi, nomor regist rasi, dan bendera kapal; 6. Panj ang kapal;

(5)

10. Nama, alamat , dan kebangsaan nakoda kapal; 11. Jumlah awak kapal;

12. Jenis dan j umlah alat penangkap ikan yang akan dibawa/ digunakan masing-masing kapal;

13. Daerah penangkapan ikan yang diinginkan.

Pasal 11

(1) Izin penangkapan ikan bagi orang at au badan hukum asing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia diberikan dalam bent uk Surat Izin Penangkapan Ikan yang dikeluarkan oleh Ment er i Pert anian at au Pej abat yang dit unj uk olehnya.

(2) Dalam Surat Izin Penangkapan Ikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicant umkan hal-hal sebagai berikut :

1. Nama dan kebangsaan pemilik kapal; 2. Nama kapal;

3. Nama panggilan kapal;

4. Negara regist rasi, nomor regist rasi, dan bendera kapal; 5. Panj ang kapal;

6. Berat kot or kapal; 7. Kekuat an mesin kapal; 8. Daya muat palkah kapal;

9. Nama, alamat , dan kebangsaan nakoda kapal; 10. Jumlah awak kapal;

11. Jenis dan j umlah alat penangkap ikan yang akan dibawa/ digunakan masing-masing kapal;

12. Daerah penangkapan ikan yang dit et apkan; 13. Tanda pengenal yang waj ib dipasang di kapal; 14. Tempat melapor;

15. Ket ent uan mengenai penangkapan ikan yang waj ib dit aat i.

Pasal 12

(1) Surat Izin Penangkapan Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ber laku unt uk 1 (sat u) t ahun.

(6)

Pasal 13

(1) Surat Izin Penangkapan Ikan diber ikan at as nama pemohon unt uk masing-masing kapal per ikanan yang digunakannya.

(2) Surat Izin Penangkapan Ikan yang asli harus selalu ada di kapal per ikanan yang bersangkut an.

(3) Surat Izin Penangkapan Ikan dilarang unt uk dipindaht angankan.

Pasal 14

(1) Orang at au badan hukum asing yang menggunakan kapal per ikanan dan t elah mendapat Surat Izin Penangkapan Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, pada saat akan mulai, selama dan set elah melakukan penangkapan ikan, waj ib melapor kepada Pet ugas yang dit et apkan oleh Ment er i Pert anian at au Pej abat yang dit unj uk olehnya di pelabuhan at au t empat t ert ent u yang t elah dit et apkan dalam Surat Izin Penangkapan Ikan.

(2) Selama melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, set iap kapal per ikanan yang digunakan oleh orang at au badan hukum asing waj ib mener ima pengawas yang dit ugaskan oleh Ment eri Pert anian at au pej abat yang dit unj uk olehnya dan memberikan kesempat an kepada pet ugas lainnya unt uk melakukan pemer iksaan di kapal.

Pasal 15

Orang at au badan hukum asing yang t elah mendapat izin menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia menur ut ket ent uan Perat uran Pemerint ah ini, waj ib menunj uk perusahaan yang berbadan hukum Indonesia yang diset uj ui oleh Ment er i Pert anian at au pej abat yang dit unj uk olehnya unt uk mewakili kepent ingan-kepent ingannya.

Pasal 16

(1) Orang at au badan hukum asing yang mendapat izin menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dikenakan pungut an per ikanan, yang besarnya dan t at a cara pelaksanaannya dit et apkan oleh Ment eri Pert anian dengan perset uj uan Ment eri Keuangan.

(2) Pungut an perikanan t erdiri dar i:

a. pungut an pendaft aran, yang dikenakan kepada set iap kapal perikanan yang akan dimohonkan izin penangkapan ikan;

(7)

c. pungut an penangkapan ikan, yang dikenakan kepada set iap kapal perikanan yang dipergunakan.

(3) Selain pungut an per ikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), kapal perikanan yang ber sangkut an waj ib membayar uang r ambu dan/ at au j asa pelabuhan di t empat melapor menurut per at uran per undang-undangan yang ber laku.

BAB V

KETENTUAN PIDANA DAN PENCABUTAN IZIN

Pasal 17

Barang siapa melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia t anpa memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan menurut ket ent uan Per at uran Pemerint ah ini dipidana menurut ket ent uan Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983.

Pasal 18

Barang siapa mer usak at au memusnahkan barang-bar ang bukt i yang dipergunakan unt uk melakukan t indak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan maksud unt uk menghindarkan t indakan-t indakan penyit aan t erhadap barang-bar ang t ersebut pada wakt u dilakukan pemer iksaan, dipidana dengan pidana menurut ket ent uan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983.

Pasal 19

Kapal perikanan yang digunakan unt uk melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dengan menggunakan alat at au bahan yang t erlarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dikenakan denda set inggi-t ingginya Rp 75.000. 000, - (inggi-t uj uh puluh lima j uinggi-t a rupiah) dan pencabuinggi-t an Surainggi-t Izin Penangkapan lkan.

Pasal 20

(8)

Pasal 21

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 19 adalah kej ahat an.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 adalah pelanggaran.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22

(1) Dalam wakt u selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sej ak ber lakunya Perat ur an Pemer int ah ini, semua kapal perikanan asing yang sebelumnya t elah memper oleh Surat Izin Penangkapan Ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia waj ib memper baharui surat izinnya menurut ket ent uan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

(2) Kapal perikanan asing yang akan memperbaharui surat izinnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sej ak berlakunya Perat uran Pemerint ah ini dikenakan kewaj iban unt uk membayar pungut an perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

BAB VII LAIN-LAIN

Pasal 23

Ment er i Per t anian dengan perset uj uan Ment eri Perhubungan dan Panglima Angkat an Bersenj at a, menet apkan t empat -t empat dan t at a cara melapor kapal-kapal per ikanan asing dan pelalsanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

Pasal 24

(9)

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Perat ur an Pemer int ah ini mulai ber laku pada t anggal diundangkan.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dit et apkan di Jakar t a pada t anggal 29 Juni 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 29 Juni 1984 MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUDHARMONO, S. H.

(10)

PENJELASAN t ent ang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, t elah dit et apkan ber bagai hak berdaulat , yur isdiksi dan hak-hak lain sert a kewaj iban Republik Indonesia t er hadap sumber daya alam yang t erdapat di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Ket ent uan-ket ent uan dalam Undang-Undang t ermaksud masih bersifat sebagai ket ent uan pokok sert a mencakup berbagai j enis sumber daya alam, sehingga memer lukan penj abaran lebih lanj ut dalam perat uran perundang-undangan khususnya unt uk pengat ur an di bidang sumber daya alam hayat i dalam bent uk Perat uran ket ent uan-ket ent uan hukum laut int ernasional yang melandasi Undang-Undang Nomor 5 Tabun 1983 t ersebut , maka sumber daya alam hayat i yang t er dapat di daer ah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah milik Republik Indonesia, walaupun dalam pengelolaannya masih harus memperhat ikan ket ent uan hukum int ernasional, yait u misalnya mengenai kewaj iban-kewaj iban Republik Indonesia unt uk menet apkan j umlah t angkapan yang diperbolehkan (Tot al allowable cat ch). Besarnya kemampuan t angkap dar i usaha- usaha per ikanan Indonesia, langkah-langkah unt uk pelaksanaan konser vasi sert a kesediaan Republik Indonesia unt uk member ikan kesempat an kepada usaha perikanan asing unt uk ikut sert a memanfaat kan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sepanj ang j umlah t angkapan yang diperbolehkan belum sepenuhnya dimanf aat kan oleh usaha per ikanan Indonesia.

2. Dari segi kepent ingan pembangunan nasional, khususnya di sub sekt or perikanan, maka sumber daya alam hayat i di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia memiliki 2 (dua) fungsi pent ing yait u:

a. sebagai pot ensi yang dapat dimanf aat kan secara langsung melalui kegiat an penangkapan ikan; dan

(11)

Sat u dan lain hal berupa:

- adanya kondisi per airan di beberapa lokasi perairan Indonesia yang memungkinkan dapat dilalui oleh beberapa j enis ikan unt uk beruaya dar i/ ke perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

- adanya sif at dari beberapa j enis ikan yang sebagian at au seluruh hidupnya memer lukan kondisi perairan yang berbeda dalam daur hidupnya; dan

- adanya sif at dari beberapa j enis ikan yang sebagian at au seluruh hidupnya memerlukan hidup berdampingan dengan beberapa j enis ikan lainnya yang t erdapat di perairan Indonesia.

Dengan mengingat f ungsinya yang sangat pent ing t ersebut , maka pemanf aat annya perlu diarahkan secar a t epat , t erarah dan bij aksana. Hal ini berkait an pula dengan sif at sumber daya alam hayat i yang t idak t ak t er bat as.

3. Asas yang melandasi rej im hukum Zona Ekonomi Eksklusif yang t elah dikembangkan oleh masyarakat int ernasional adalah unt uk melindungi kepent ingan negara pant ai dari bahaya dihabiskannya sumber alam hayat i di dekat pant ainya oleh kegiat an per ikanan berdasarkan rej im laut bebas. Searah dengan asas t ersebut , maka keadaan yang paling mengunt ungkan bagi negara pant ai ialah apabila j umlah t angkapan yang diper bolehkan dapat sepenuhnya dimanfaat kan oleh usaha per ikanan negar a pant ai yang bersangkut an. Dalam kait an dengan hal-hal di at as sert a mengingat kebut uhan bangsa Indonesia akan prot ein hewani sert a kepent ingan lain dalam hal pemasukan devisa negar a maka dalam rangka mengarahkan agar usaha perikanan Indonesia mampu memanfaat kan seluruh j umlah t angkapan yang diper bolehkan t ersebut . Pemerint ah senant iasa perlu mengupayakan adanya kemudahan-kemudahan.

4. Berkait an dengan prinsip-pr insip rej im hukum Zona Ekonomi Eksklusif t ersebut , sement ara usaha-usaha perikanan Indonesia belum mampu memanfaat kan seluruh j umlah t angkapan yang diperbolehkan, maka sudah sewaj arnya apabila Republik Indonesia mengizinkan usaha perikanan negara lain unt uk ikut sert a memanf aat kan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Izin t ersebut dengan sendirinya hanya diber ikan kepada usaha-usaha per ikanan negara asing yang bersedia memat uhi segala ket ent uan perundang-undangan nasional dan ket ent uan hukum int ernasional yang ber laku.

(12)

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Hur uf a

Penger t ian "pemanf aat an" dalam ket ent uan ayat ini mencakup kegiat an eksplorasi dan eksploit asi.

Hur uf b

Jumlah t angkapan yang diper bolehkan adalah merupakan alih bahasa dar ipada "Tot al allowable cat ch (T.A.C. )" yang t elah dibakukan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 dan unt uk keper luan sehari-har i dapat digunakan singkat an "J. T. B"

Hur uf f diperunt ukkan bagi usaha perikanan Indonesia.

Ayat (2)

Dalam rangka mengembangkan usaha perikanan Indonesia Pemerint ah perlu mengupayakan penyediaan prasarana dalam bent uk pelabuhan-pelabuhan perikanan unt uk memper lancar kegiat an penangkapan ikan sert a penyediaan sar ana yang meliput i kredit permodalan, t enaga t rampil, dan kemudahan-kemudahan lainnya misalnya diizinkan menggunakan kapal pengolah ikan dalam rangka pembent ukan perusahaan int i rakyat .

Ayat (3)

(13)

perundang-undangan yang ber laku.

Pasal 3

Sement ara j umlah t angkapan yang diper bolehkan belum seluruhnya dimanf aat kan oleh orang at au badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang usaha per ikanan Indonesia, Ment eri Pert anian at au Pej abat yang dit unj uk olehnya dapat memberikan kesempat an kepada orang at au badan hukum asing unt uk menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

Dengan memperhat ikan peningkat an kemampuan usaha per ikanan Indonesia maka set iap t ahun Ment eri Pert anian akan mengurangi alokasi unit perikanan asing yang dapat diizinkan.

Pasal 4

Bahwa sumber daya alam hayat i secar a alami mempunyai daya pulih kembali (r enewable) sampai bat as j umlah t ert ent u. Namun demikian, apabila pemanf aat annya t idak dikelola dengan baik akan memungkinkan t erj adinya t ekanan pemanf aat an yang melampaui j umlah t angkapan maksimum lest ari (maximum sust ainableyield) yang dapat mengakibat kan semakin menurunnya per sediaan sumber daya alam hayat i t ersebut dan t idak must ahil bahwa akan t erj adi kepunahan. Hal ini berar t i pula bahwa keseimbangan ekosist em baik di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia maupun di perairan Indonesia akan t erganggu. Oleh karena it u dalam rangka melest ar ikan sumber daya alam hayat i agar supaya dapat dimanf aat kan secar a t erus mener us, perlu dit et apkan j umlah t angkapan yang diper bolehkan (Tot al allowable cat ch) set inggi-t ingginya 90% (sembilan puluh persen) dari j umlah t angkapan maksimum lest ar i.

Pasal 5

Mengingat bahwa set iap kapal perikanan dengan alat penangkap ikan t ert ent u mempunyai kemampuan unt uk menangkap dan menghasilkan sej umlah berat dan j enis ikan t ert ent u sesuai dengan bat as kemampuan penangkapnya sesuai dengan j umlah t angkapan yang diperbolehkan.

Pasal 6

(14)

Pasal 7

Cukup j elas.

Pasal 8

Yang dimaksud dengan perat ur an perundang-undangan di bidang perikanan yang ber laku bagi usaha per ikanan Indonesia, ant ara lain yait u :

- Or donansi Per ikanan Pant ai (St aat sblad Tahun 1927 Nomor 144); - Perat ur an perundang-undangan mengenai penanaman modal; - Perat ur an perundang-undangan mengenai pungut an bagi usaha

perikanan Indonesia.

Pasal 9

Ayat (1)

Ket ent uan ayat ini sej alan dengan ket ent uan Zona Ekonomi Eksklusif yang t ercant um dalam konvensi hukum laut int er nasional yang baru. Adalah waj ar pula apabila di dalam perset uj uan dicant umkan ket ent uan bahwa negara asing yang bersangkut an waj ib menj amin bahwa kapal-kapal perikanannya ment aat i segala ket ent uan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Ayat (2)

Maksud ket ent uan ayat ini di sat u pihak unt uk menghindarkan ikut campurnya pihak ke t iga yang t idak t er ikat dalam perset uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan di lain pihak unt uk mencegah agar pihak yang t elah mengadakan perset uj uan dengan Pemerint ah Republik Indonesia t idak menyalahgunakan haknya.

Pasal 10

Unt uk memudahkan pengaj uan per mohonan memper oleh izin bagi kapal perikanan asing, maka permohonannya dilaksanakan melalui Per wakilan Negaranya.

Pasal 11

Cukup j elas.

Pasal 12

Walaupun perset uj uan ant ar negar a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 mempunyai masa berlaku lebih dar i 1 (sat u) t ahun, namun unt uk masa berlaku Surat Izin Penangkapan Ikan perlu dibat asi unt uk 1 (sat u) t ahun saj a.

(15)

berlakunya harus melalui t at a cara dan syarat -syarat perizinan yang dit et apkan menur ut dan/ at au berdasarkan Perat uran Pemer int ah ini. Dalam hal yang menyangkut ket ent uan Pasal 9, sepanj ang masa berlaku perset uj uan ant ar negara t er maksud masih ber laku, dengan sendirinya t idak per lu disyarat kan lagi.

Pasal 13

Cukup j elas.

Pasal 14

Ayat (1)

Pada saat kapal-kapal perikanan yang dipergunakan oleh pemohon yang t elah mendapat Surat Izin Penangkapan Ikan akan mulai melakukan penangkapan ikan, kepada mereka akan diberikan f ormulir laporan mengenai kegiat an penangkapan ikan, yang harus diisi dengan dat a yang sebenarnya dan diserahkan kembali kepada Pet ugas pada saat kapal per ikanan yang bersangkut an melapor unt uk meninggalkan daer ah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Di samping kewaj ibannya melapor pada saat akan mulai dan set elah melakukan penangkapan ikan t er sebut , maka selama melakukan penangkapan ikan waj ib pula melaporkan posisi dan kegiat annya melalui radio pada wakt u-wakt u t er t ent u kepada at au apabila dimint a oleh Pet ugas yang dit et apkan.

Ayat (2)

Kapal per ikanan yang dipergunakan oleh pemohon waj ib unt uk menyediakan f asilit as kesehat an dan makanan kepada Pengawas dan waj ib pula memberikan uang har ian selama kegiat an penangkapan ikan dilaksanakan dan mengembalikan Pengawas dit empat yang bersangkut an berangkat . Mengenai uang har ian akan dit et apkan oleh Ment er i Pert anian.

Pasal 15

Cukup j elas.

Pasal 16

Cukup j elas.

Pasal 17

Cukup j elas.

Pasal 18

Cukup j elas.

Pasal 19

(16)

Pasal 20

Cukup j elas.

Pasal 21

Cukup j elas.

Pasal 22

Cukupj elas.

Pasal 23

Cukup j elas.

Pasal 24

Cukup j elas.

Pasal 25

Cukup j elas.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah membuktikan dan meneliti bagaimana Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing

***) Very very

Angka kebuntingan pada sapi potong setelah dilakukan sinkronisasi estrus di Kabupaten Pringsewu adalah 69,42% termasuk dalam katagori baik, dengan faktor-faktor

Adapun contoh grafik column yang akan kita pelajari adalah seperti yang tertera dibawah ini. Sebelum membuat suatu grafik, terlebih dahulu harus membuat sebuah tabel. Atau klik

Akan muncul kesan bahwa Goen tidak konsisten, atau serba relatif, tetapi punya sikap yang jelas atas teks, kata, tafsir dan makna, yaitu apa yang disebutnya sebagai “ suluh ”.

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016| DAFTAR TABEL vii TABEL 6.10 SASARAN NAWA CITA DALAM DIMENSI PEMBANGUNAN DI WILAYAH. PULAU

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepuasan kerja, sikap kerja dan komitmen organisasional seorang karyawan dapat meningkatkan kinerja karyawan yang bekerja di dalam

Tuliskan jawaban Anda secara terstruktur dan jelas, berikut dengan kalimat yang menjadi argumen dari jawaban Anda.. Kecurangan dalam ujian akan dikenakan sanksi sesuai dengan