• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perundangan perpu0101959

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Perundangan perpu0101959"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

NOMOR 10 TAHUN 1959

TENTANG

PENAMBAHAN BEA BALIK NAMA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berhubung dengan keadaan keuangan Negara dewasa ini

dianggap perlu untuk menaikkan bea balik nama sebagaimana

tercantum dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) dari Ordonansi Bea Balik

Nama 1924 (Staatsblad 1924 No.291) sebagaimana telah diubah dan

ditambah terakhir dengan Staatsblad 1949 No. 48;

b. bahwa karena keadaan yang memaksa perubahan tersebut perlu

segera diatur dengan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang;

Mengingat : pasal 23 ayat (2) juncto pasal 22 ayat (1) Undang-undang Dasar,

Mendengar : Menteri Keuangan;

(2)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2

-MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

TENTANG PENAMBAHAN BEA BALIK NAMA SEBAGAIMANA

TERCANTUM DALAM PASAL 6 AYAT (1) DAN (2) ORDONANSI

BEA BALIK NAMA (STAATSBLAD 1924 NO. 291).

Pasal 1

Pasal 6 ayat (1) dan (2) diubah sebagai berikut :

"(1) Pajak berjumlah 10% dihitung dari jumlah yang ditentukan

berdasarakan pasal 7.

(2) Mengenai pemasukan dalam perseroan atau perkumpulan yang

berkedudukan di Indonesia, yang modalnya seluruhnya atau sebagian

terbagi dalam saham-saham, yang dilakukan sebagai penyetoran atas

saham-saham demikian, maka biaya dikurangi sampai 7 1/2 %"

Pasal 2

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini mulai berlaku pada

hari ditetapkan dan untuk pertama kali dilakukan terhadap pengenaan

bea balik nama tahun 1960.

(3)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

3

-Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini

dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Bogor

pada tanggal 26 September 1959.

Presiden Republik Indonesia,

SOEKARNO.

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 19 September 1959.

Menteri Muda Kehakiman,

SAHARDJO.

(4)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1959

TENTANG

PENAMBAHAN BEA BALIK NAMA.

Sejak tahun 1924 bea balik nama dipungut sebesar 5% dari semua perjanjian

penyerahan harta tak bergerak yang terletak di Indonesia, akata pentatatan kapal dan

sebagainya tercantum dalam pasal 1 Ordonansi Bea Balik Nama. Hingga kini jumlah bea

itu tidak pernah mengalami perubahan.

Berhubung dengan usaha Pemerintah untuk memperbesar penerimaan Negara

dalam menghadapi siatuasi keuangan dewasa ini, maka dianggap sudah sepatnasnya tarip

bea balik nama itu dinaikkan menjadi 10%. Malahan tidak dapat disangkal pula bahwa

kebanyakan orang yang pada waktu ini mampu membeli barang-barang tak bergerak

termasuk golongan orang-orang yang berada. Dengan demikian maka penaikan bea dari

5% menjadi 10% tidak akan menjadi kesulitan.

Penaikan untuk pemasukan dalam perseroan atau perkumpulan, yang modalnya

seluruhnya atau sebagian terbagi dalam saham-saham, dari 2% menjadi 7 1/2% mudah

dimengerti jika dihubungkan dengan pasal 93 yo. 97 Aturan Bea Meterai, dimana untuk

suatu pemasukan sudah dikenakan bea meterai sebesar 2 1/2%.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 1859

Diketahui:

Menteri Muda Kehakiman,

Referensi

Dokumen terkait

Sumbangan Pihak Ketiga adalah pemberian dari orang, badan dan / atau Badan Hukum kepada Pemerintah Kabupaten Madiun secara suka rela dan tidak mengikat berupa uang

Berdasarkan kriteria tingkat kepuasan maka hasil yang didapat adalah untuk dimensi Assurance, Empathy, Responsiveness , dan Website Content menyatakan bahwa mahasiswa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan, sanksi perpajakan dan kondisi lingkungan terhadap

Metode ini digunakan dalam analisis bahaya seismik berdasarkan definisi dari fungsi distribusi probabilitas yang menggunakan ketidakpastian dari skala kejadian

Menurut Ehrenberg dan Smith (2012: 171) pengalokasian waktu untuk bekerja atau waktu luang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu.. Dilihat seseorang yang mengalokasikan

Ayat 1: Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya

Dengan adanya hubungan yang baik dengan pemerintah daerah dan perusahaan konstruksi lokal serta memiliki reputasi yang baik dipasar modal dapat

Menurut Sekaran (2006:61), data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama untuk analisis berikutnya untuk menemukan solusi atau masalah yang diteliti, dalam penelitian