Kepala Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
Halaman:1-62
Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Vol. 7 No. 1 Juni Th. 2013
ISSN: 1978-8746
Jurnal Penelitian Dipterokarpa
adalah media resmi publikasi ilmiah dari Balai Besar Penelitian Dipterokarpa yang
memuat hasil penelitian bidang- bidang Silvikultur, Nilai Hutan, Pengaruh Hutan, Perhutanan Sosial dan Konservasi
Sumberdaya Alam yang terkait dengan ekosistem hutan dipterokarpa. Terbit dua kali dalam setahun, setiap Juni dan
Desember. Terbit pertama kali pada Juni 2007.
Jurnal Penelitian Dipterokarpa is an official scientific publication of the Dipterocarps Research Centre (DiReC)
publishing research findings of Silviculture, Forest Influences, Social Forestry and Natural Resources Conservation
which connected of forest dipterocarps ecosystem. Published two times a year, every June and December. First
published in June 2007.
Penanggung Jawab
Kepala Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
(Responsible person)
(
Director of the DiReC)
Dewan Redaksi
(Editorial Board)
:
Ketua merangkap anggota
Dr. Kade Sidiyasa
(Chairman and member)
(Taksonomi, Balitek KSDA Samboja)
Anggota
(
Member
)
1. Prof. Dr. Wawan Kustiawan (Silvikultur, Fahutan Unmul Samarinda)
2. Prof. Dr. Sipon Muladi (Teknologi Hasil Hutan, Fahutan Unmul Samarinda)
3. Dr. Sukartiningsih (Pemuliaan Tanaman dan Kultur Jaringan, Fahutan Unmul
Samarinda)
4. Dr. Fadjar Pambhudi (Biometrika Hutan, Fahutan Unmul Samarinda)
5. Dr. Djumali Mardji (Hama dan Penyakit Hutan, Fahutan Unmul Samarinda)
6. Dr. Simon Devung (Kehutanan Sosial, Fahutan Unmul Samarinda)
7. Dr. Acep Akbar (Silvikultur, Balai Litbanghut Banjar Baru)
8. Dr. Rizki Maharani (Mikrobiologi dan Biomassa Hutan, B2PD Samarinda)
9. Dr. Tien Wahyuni (Sosial Ekonomi dan Kebijakan, B2PD Samarinda)
Mitra Bestari
(Peer Reviewer)
1. Prof. Dr. Ir. Iskandar Z Siregar, M.For.Sc (Silvikultur, Fahutan IPB)
2. Prof. Dr. Ir. Mustofa Agung Sardjono (Agroforestry & Perhutanan Sosial,
Fahutan Unmul Samarinda)
3. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka (Konservasi, Fahutan Unhas Makassar)
4. Prof. Andry Indrawan (Silvikultur, Fahutan IPB Bogor)
5. Ir. Dwi Tyaningsih Adriyanti, MP (Dendrologi, Fitogeografi dan Arsitektur
Pohon, Fahutan UGM Yogyakarta)
Sekretariat Redaksi (
Editorial Secretariat
):
Ketua merangkap anggota
Kepala Bidang Data, Informasi dan Kerjasama
Chairman and member
(Head of Data, Information and Cooperation)
Anggota
(
Member
)
1. Kepala Seksi Data, Informasi dan Diseminasi.
2. Ir. Selvryda Sanggona.
3. Muhamad Sahri Chair, S. Kom, MT.
4. Maria Anna Raheni, S.Sos.
Isi dari jurnal dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
Citation is permitted with acknowledgement of the source.
Diterbitkan secara teratur satu volume dua nomor setiap tahun oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa.
Published regularly one volume and two number yearly by the Dipterocarp Research Centre.
Alamat (
Address
)
:
Jl. A. Wahab Syahranie No. 68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur.
Telepon (
Phone
)
:
+62-541-206364
Fax (
Fax
)
:
+62-541-742298
Website/Home page
:
http://b2pd.litbang.dephut.go.id
ISSN: 1978-8746
JURNAL PENELITIAN DIPTEROKARPA
Vol. 7 No. 1, Juni 2013
DAFTAR ISI
SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU
HOREA MACROPTERA ssp. SANDAKANENSIS
(Sym.)
ASHTON SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL
P
Mechanical Properties of
ssp.
(Sym.) Ashton Wood
as Raw Material for Furniture
Andrian Fernandes dan Amiril Saridan
MODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER TAJUK DENGAN DIAMETER
SETINGGI DADA PADA TEGAKAN TENGKAWANG TUNGKUL PUTIH (
Shorea
macrophylla
(de Vriese) P.S. Ashton) DAN TUNGKUL MERAH (
Shorea stenoptera
Burck.)
DI SEMBOJA, KABUPATEN SANGGAU
Correlation Model Between Height and Crown Diameter with Diameter at Breast Height on
Tengkawang Tungkul Putih (
(de Vriese) P.S. Ashton) and Tungkul Merah
(
Burck.) Stand in Semboja, Sanggau Regency
Asef K. Hardjana
!
KAJIAN PELAKSANAAN PELELANGAN KAYU MERANTI DI KALIMANTAN TIMUR
Study onThe Implementation of Meranti Wood Auction in East Kalimantan
Catur Budi Wiati
"#!
MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON
DIPTEROCARPUS CONFERTUS V.SLOOTEN
DI WAHAU KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR
Volume Estimation Modelling for
$ % &%v. Slooten in Wahau East Kutai, East
Kalimantan
Abdurachman
# "'(
SIFAT TANAH PADA AREAL APLIKASI TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) DI
PT. INTRACAWOOD, BULUNGAN, KALIMANTAN TIMUR
Soil Properties at
Selective Cutting and Line Planting (SCLP) Application Area in PT.
Intracawood, Bulungan, East Kalimantan
Rini Handayani dan Karmilasanti
P
ERTUMBUHAN KEBUN PANGKASAN JENIS
Shorea leprosula
Miq.
Growth of
* +,-./0.1 -,230/Miq. in Vegetative Multiplication Garden
Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan dan Rini Handayani
4/ 056789:
KEANEKARAGAMAN
FUNGI
MAKRO
PADA
TEGAKAN
BENIH
DIPTEROCARPACEAE DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING DAN TAMAN
NASIONAL SEBANGAU KALIMANTAN TENGAH
The Diversity of Macro Fungy In Forest Seed Stand of Dipterocarpaceae in Tanjung Puting
Nasional Park and Sebangau Nasional Park in Central Kalimantan
Massofian Noor dan Amiril Saridan
J
<=> ?@AB>B @C DC ?>EC ADB =FG?= A?(
Journal of Dipterocarps Research
)
ISSN : 1978-8746
Vol. 7 No. 1, Juni 2013
Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dicopy tanpa ijin dan biaya.
sehingga dapat memberikan data yang cukup mendekati
dari hasil pengukuran yang sebenarnya. Dari hasil
inventarisasi dan identifikasi diketahui bahwa jenis
tengkawang tungkul mendominasi jenis tengkawang di
lokasi penelitian dengan kerapatan tegakan berkisar 63
166 pohon/ha, yang terdiri dari jenis tungkul putih
sebanyak 128 pohon (79,48%), dan tungkul merah
sebanyak 47 pohon (20,52%). Selanjutnya model regresi
hubungan tinggi pohon dengan diameter batang (dbh)
yang dapat terbangun adalah T
tp
= 2,2697 + 1,2711d
-0,0162d
2
(n= 128; R
2
= 0,8177; SE= 2,1271) untuk tungkul
putih, sedangkan model regresi untuk tungkul merah
adalah T
tm
= -0,0803 + 0,9334d - 0,0072d
2
(n= 47; R
2
=
0,8759; SE= 1,3891). Persamaan hubungan diameter tajuk
dengan diameter batang (dbh) tidak berbeda nyata,
sehingga dapat disusun pula model persamaan regresi
untuk tungkul putih yaitu DT
tp
= 0,7174 + 0,4360d
0,0045d
2
(n= 128; R
2
= 0,5172; SE= 1,7739 ) dan tungkul
merah yaitu DT
tm
= 3,3287d
0,2327
(n= 47; R
2
=0,0658; SE=
0,322).
Kata kunci : Diameter tajuk, Tinggi, Diameter batang,
Tengkawang
UDC630*832.3
Andrian Fernandes dan Amiril Saridan (Balai Besar
Penelitian Dipterokarpa)
Sifat Fisik Dan Mekanik Kayu
H I J KL M NM O KJ P Q L KMssp.
H M R S M TM RLR U VU(Sym.) Ashton Sebagai Bahan Baku
Mebel
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 1-6
Adanya perkembangan industri mebel membuka
peluang digunakannya jenis-jenis kayu yang kurang
dikenal. Salah satunya adalah
H I JKL M WM O KJ P Q L KMssp.
U M R S M T MRL R U VU(Sym.) Ashton yang tergolong jenis
meranti merah yang belum diketahui sifat dasarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dasar dan
peluang
penggunaan
kayu
HX WM OKJ P QLKMssp.
U M R S M T MRL R U VU(Sym.) Ashton sebagai bahan baku
mebel.
HXWM OKJ P Q L KMssp.
UM R S M T M RL RU VU(Sym.) Ashton
diambil dari RKT 2012 IUPHHK PT Hutan Sanggam
Labanan Lestari. Sifat dasar yang diuji meliputi berat
jenis kayu dan perubahan dimensi kayu mengikuti
standar DIN-2135 1975, pengujian mekanik kayu
menggunakan standar uji BS 373-1957, dan pengujian
pengetaman kayu mengikuti standar uji ASTM
D-1666-64 1981 yang dimodifikasi oleh Abdurachman dan
Karnasudirdja (1982). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kayu
HX WM OKJ P Q L K Mssp.
UM R S M T M RL RU VU(Sym.)
Ashton tergolong ke dalam berat jenis kelas III,
memiliki kekuatan lengkung statis kelas II, kekuatan
tekan sejajar serat kelas III dan mudah dikerjakan.
Berdasarkan sifat tersebut kayu
HX WM OKJ P Q L K Mssp.
U M R S M T MRL R U VU(Sym.) Ashton dapat digunakan untuk
bahan baku mebel.
Kata kunci :
H I JKL M WM OKJ P Q L K Mssp.
U M RSM TM RLR U VU(Sym.) Ashton, jenis kurang dikenal, mebel, sifat dasar
UDC630*88
Catur Budi Wiati (Balai Besar Penelitian Dipterokarpa).
Kajian Pelaksanaan Pelelangan Kayu Meranti di
Kalimantan Timur
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 19- 28
Kebijakan pelelangan kayu termasuk kayu meranti telah
mengalami beberapa kali perubahan dari SK Menhut No.
319/Kpts-II/1997 direvisi menjadi Permenhut No.
P.02/Menhut-II/2005,
dan
yang
terakhir
menjadi
Permenhut No. P.48/Menhut-II/2006, dengan harapan
dapat mempercepat proses pelelangan kayu. Artikel ini
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelelangan kayu
meranti di Kalimantan Timur sekaligus untuk mengetahui
permasalahan yang ada. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemerintah mendapat pendapatan sekitar Rp 35
milyar pada tahun 2006 dan Rp 17 milyar pada tahun 2007
dari hasil pelelangan kayu termasuk meranti di KPKNL
Samarinda. Nilai ini tidak termasuk nilai lelang
barang-barang bukan kayu seperti kapal motor dan truk. Namun
demikian pelaksanaan pelelangan kayu di Kalimantan
Timur masih tidak berjalan maksimal karena ketiadaan
pendanaan
untuk
melaksanakan
illegal
logging,
terbatasnya jumlah PPNS di institusi kehutanan dan
lemahnya koordinasi antar institusi yang menangani
pelelangan kayu.
Kata kunci : pelelangan kayu, meranti, perubahan
kebijakan, Dinas Kehutanan
UDC630*561.2
Asef K. Hardjana (Balai Besar Penelitian Dipterokarpa)
Model Hubungan Tinggi dan Diameter Tajuk Dengan
Diameter Setinggi Dada pada Tegakan Tengkawang
Tungkul Putih (
HI J KL M NM OKJ P IYZZM(De Vriese) P.S.
Ashton) dan Tungkul Merah (
H I J KL MHQ L RJ P Q LKMBurck.)
Di Semboja, Kabupaten Sanggau.
UDC630*844.41
Massofian Noor
dan Amiril Saridan
(Balai Besar
Penelitian Dipterokarpa).
Keanekaragaman Fungi Makro Pada Tegakan Benih
Dipterocarpaceae di Taman Nasional Tanjung Puting
dan Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah.
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 53-62.
Penelitian keanekaragaman fungi makro dilaksanakan
pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Taman Nasional
Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau Kalteng.
Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan, yaitu bulan
Maret-Desember 2012. Latar belakang flora fungi makro
pada suatu daerah tertentu yang belum pernah diketahui
potensi dan keanekaragaman fungi makro sangat
diperlukan
eksplorasi
dan
tujuan
untuk
mengidentifikasikan jenis dan manfaat fungi makro untuk
kepentingan manusia. Metode yang dipergunakan adalah
metode jalur dengan lebar 20 m (10 m dari kiri dan kanan
dari garis sumbu sepanjang 1000 m) dengan jarak antar
jalur 200 m, pengumpulan fungi makro dilakukan sensus
100%. Identifikasi fungi makro mempergunakan kunci
determinasi. Hasil penelitian yang diperoleh pada tegakan
benih Dipterocarpaceae di Hutan Taman Nasional
Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau diperoleh
rata-rata sebanyak 18 genus 44 jenis dan 335 individu,
yang terdiri dari fungi makro penghancur kayu (71,91%),
penghancur serasah (4,13%), sembion pada jenis
Dipterocarpaceae (10,41%), ramuan obat (0,96%), dan
dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan (9,46 %). Iklim
makro pada kedua lokasi relatif sama. Hasil Uji-t tingkat
keanekaragaman fungi makro dari dua lokasi yang
berbeda menunjukan tidak berbeda nyata, nilai kesamaan
Morisita Horn (CmH) diperoleh 1,31 atau 1 lebih,
menunjukkan bahwa distribusi fungi makro pada kedua
areal penelitian menyebar.
Kata Kunci :
Fungi
Makro,
tegakan
benih
Dipterocarpaceae, Taman Nasional Tanjung Puting,
Taman Nasional Sebangau
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 29-34.
Beberapa persamaan sederhana dianalisis dari pohon
[\ ] ^ _`a bc `] d e bag h_`^ d e
yang datanya diambil di PT
Gunung Gajah Abadi Wahau Kutai Timur, Kalimantan
Timur . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membangun persamaan yang akurat yang dapat dipakai
untuk
penaksiran
volume
pohon
pada
daerah
penelitian.Model
persamaan
yang
dibuat
hanya
berdasarkan satu peubah saja yaitu diameter. Analisis
model dengan satu peubah ini dilanjutkan setelah
dilakukan pengujian hubungan diameter dan tinggi bebas
cabang. Pemilihan model terbaik berdasarkan nilai-nilai,
koefisien determinasi (R
2
), galat baku (Se),simpangan
agregatif (SA) dan simpangan rataan (SR). Hasil analisis
menunjukkan ada hubungan yang erat antara diameter
dan tinggi bebass cabang dengan nilai koefisien korelasi
(r) sebesar 0.85. Adapun persamaan terpilih yang
diusulkan untuk pembuatan tabel volume pohon adalah
V = 0.2758 - 0.0286 d + 0.0014 d
2
.
Kata Kunci : Model estimasi, diameter, persamaan,
[\ ] ^ _`a bc `] d ebagh_`^ d e
, volume pohon
UDC630*114.1
Rini Handayani dan Karmilasanti (Balai Besar Penelitian
Dipterokarpa).
Sifat Tanah Pada Areal Aplikasi Tebang Pilih Tanam
Jalur (TPTJ) Di PT. Intracawood, Bulungan, Kalimantan
Timur.
J. Penel. Dipterokarpa Vol. 7 No. 1, 2013 h; 35-42
Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas
hutan alam bekas tebangan adalah dengan menerapkan
sistem pengelolaan hutan yang berbasis pada kelestarian
hutan dan lingkungan, yaitu sistem Tebang Pilih Tanam
Jalur (TPTJ). Pengusahaan hutan alam yang intensif akan
berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama tanah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap sifat
fisik dan kimia tanah di areal hutan yang menerapkan
sistem TPTJ. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada
3 penggunaan lahan, yaitu jalur antara, jalur tanam dan
jalan sarad. Sampel tanah yang diambil ada 2 jenis, yaitu
sampel tanah utuh untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dan sampel tanah terganggu untuk penetapan sifat-sifat
kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur
tanah pada jalur antara dan jalan sarad cabang yaitu liat,
sedangkan pada jalur tanam yaitu lempung liat berpasir.
Bulk density (BD) pada jalur antara berkisar antara 0,51
sampai 0,66 g/cm
3
, pada jalur tanam berkisar antara 0,65
sampai 0,69 g/cm
3
, sedangkan pada jalan sarad berkisar
antara 0,91 sampai 0,92 g/cm
3
. Pori total tanah pada jalur
antara berkisar antara 74,62 sampai 80,42%, pada jalur
tanam berkisar antara 73,04% sampai 74,71% dan pada
jalan sarad berkisar antara 64,13 % sampai 64,63%. pH
tanah pada ketiga penggunaan lahan adalah sangat
masam. Kandungan hara tertinggi terdapat pada jalur
tanam.
Kata Kunci : TPTJ, penggunaan lahan, sifat fisik tanah,
sifat kimia tanah
UDC630*232.12
Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan dan Rini Handayani
(Balai Besar Penelitian Dipterokarpa)
Pertumbuhan Kebun Pangkasan Jenis
i j a`_c k _] `aed l cMiq.
J
mno pqrsos qt ut povt rus nwxpn rp(
Journal of Dipterocarps Research
)
ISSN : 1978-8746
Vol. 7 No. 1, Juni 2013
Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dicop
ytanpa ijin dan bia
ya.
UDC630*832.3
Andrian Fernandes and Amiril Saridan (Dipterocarps
Research Centre)
opportunities in use of less well known species. One
of them is
z { |}~ } | ~} ssp.
~ (S
ym.) Ashton that classified as red meranti,that not
yet known their nature. The aim of this research was
to determine the nature and the use opportunities of
z } | ~} ssp
~ (S
ym.) Ashton wood
as raw materials for furniture
z }| ~}ssp.
~ (S
ym.) Ashton was taken from RKT
2012
IUPHHK
PT
Hutansanggam
Labanan
Lestari. The nature that tested were wood densit
yand
dimensional changes according to Standard
DIN-Standard 2135 1975, wood mechanical testing
according to Standard BS 373-1957, and testing of
timber planing following the Standard ASTM D-1981
1666-64 that has been modified b
yAbdurachman and
Karnasudirdja (1982). The results showed that
z } | ~} ssp
~ (S
ym.) Ashton wood
is classified into class III densit
y, has a grade II in
static bending strength, compressive strength parallel
to the fiber class III and eas
yto be processed b
yand therefore it will provide sufficient data approaching to
actual measurement results. Inventor
yand identification
results indicated that tengkawang tungkul is the most
dominant tengkawang species in the research area with the
densit
yranging from 63-166 trees/ha, which consists of
tungkul putih a total of 128 trees (79,48%), and tungkul
merah much as 47 trees (20,52%). Furthermore, regression
equation of correlation model between height and stem
diameter (dbh) can be defined as T
tp
= 2,2697 + 1,2711d
-0,0162d
2
(n= 128; R
2
= 0,8177; SE= 2,1271) for tungkul
putih, and for tungkul merah is T
tm
= 0,0803 + 0,9334d
-0,0072d
2
(n= 47; R
2
= 0,8759; SE= 1,3891). Equation on
the correlation between crown diameter and stem diameter
(dbh) was not significantl
ydifferent, so regression
equation models for tungkul putih can be defined as DT
tp
= 0,7174 + 0,4360d
0,0045d
2
(n= 128; R
2
= 0,5172; SE=
1,7739 ) and for tungkul merah is DT
tm
= 3,3287d
0,2327
(n=
47; R
2
=0,0658; SE= 0,322).
Ke
ywords : Crown diameter, Height, Stem diameter,
Tengkawang
UDC630*88
Catur Budi Wiati (Dipterocarps Research Centre).
Stud
yonThe Implementation of Meranti Wood Auction in
East Kalimantan
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 19-28
The polic
yof wood auction including meranti had been
changed man
ytimes from SK Menhut No.
319/Kpts-II/1997 successivel
yto be Permenhut No.
P.02/Menhut-II/2005, and the last Permenhut No. P.48/Menhut-II/2006,
is e
xpected to accelerate the process of wood auction.
This article has an aim to know the implementation of
meranti wood auction in East Kalimantan after the
guideline for the implementation of wood auction has
been changed and at the same time to know its existing
problems. Results of research show that government got
income approximately Rp 35 billion in year 2006 and Rp
17 billion in year 2007 from wood auction including
meranti in KPKNL Samarinda. This value not included
value of goods auction for non wood such as motor ship
and truck. However the implementation of wood auction
in Kalimantan East still does not operate maximally
because of lack of funding to handling illegal logging, the
limited amount of PPNS in forestry institution and weak
of coordination between institutions related to handling
management of wood auction.
Keywords : wood auction, meranti, policy change, forestry
institution
UDC630*561.2
Asef K. Hardjana (Dipterocarps Research Centre)
Correlation Model Between Height and Crown
Diameter with Diameter at Breast Height on
UDC630*844.41
Massofian Noor and Amiril Saridan (Dipterocarps
Research Centre).
The Diversity of Macro Fungy In Forest Seed Stand of
Dipterocarpaceae in Tanjung Puting Nasional Park and
Sebangau Nasional Park in Central Kalimantan
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 h; 53-62
The diversity of macro fungy in forest seed stand of
Dipterocarpaceae in Tanjung Putting Nasional Park and
Sebangau Nasional Park in Central Kalimantan. The
places that we don t know about a potency diversity of
macro fungy that very infortent to exsplorations and the
point for identification and used for humans lives. The
research has done during 10 (ten) months, it s started
from march to December 2012. The method used in this
research was transect method, with 20 m wide, 10 m each
from left and right of 1.000 m axis line, and space
between transect method. lined transect was 200 meter.
Macro fungy collection has been done by 100 % census
method. While Identification of macro fungy has used
key determination. The result from Tanjung Putting
Nasional Park and Sebangau Nasional Park shows there
are 18 genus 44 species with 335 individuals, consisting
of wood decomposer (71,91%), liters decomposer
(4,13%), simbionce of Diptercarpaceae species (10,41%),
edible mushrooms (9,46 %) and for medicine (0,96%).
Macro climate for both area relatively similar. The result
of T- test diversity level of macro fungy in two location
show that there is no significant difference. The score of
Morishita Horn similarity index (CmH) is 1,31 or nore
then 1, indicates that the distribution of macro fungy in
both research location is outspread,.
Keywords :
Diversity, macro fungy,
seed stand of
Dipterocarpaceae
Tanjung
Puting
National
Park,
Sebangau National Park
Simple equations were analyzed for estimating the
volume of
in PT Gunung Gajah
Abadi Wahau East Kutai, East Kalimantan. The
objective of this research was to develop accurate
equations that can be applied to estimate the tree volume
in the research area .These equations were made only
based on one variable,i.e. the diameter.This model
analysis was further continued after examining the
correlation between diameter and clearbole height. The
best model based was chosen based on the following
values, namely: determination coefficient (R
2
), standard
error (SE), aggregatif deviation (SA) and average
deviation (SR). Analysis results showed that there was a
close correlation between diameter and clear height with
(r) value of 0.85. The proposed equation for the tree
volume table is V = 0.2758 - 0.0286 d + 0.0014 d
2
.
Keywords : Estimation model, diameter, equation,
, tree volume
UDC630*114.1
Rini Handayani
and
Karmilasanti (Dipterocarps
Research Centre).
Soil Properties at Selective Cutting and Line Planting
(SCLP) Application Area in PT. Intracawood,
Bulungan, East Kalimantan.
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 35-42
One alternative to improve the productivity of
logged-over forests is to implement a system of forest
management
based
on
sustainability
forest
and
environment, such as Selective Cutting and Line
Planting (SCLP) System. Intensive exploitation of
natural forests will affect the environment, especially the
soil. Therefore, it is necessary to study the physical and
chemical properties of soil in the forest areas that apply
SCLP system. Soil sampling was conducted in three
land use, antara lines, planting lines and skid trails.
There are 2 types of soil sample taken, namely
undisturbed soil samples for determination of soil
physical properties and disturbed soil samples for
determination of soil chemical properties. The results
showed that soil texture of antara lines and skid trails
were clay and planting lines were sandy clay loam.
Bulk density (BD) of antara lines ranged from 0,51 to
0,66 g/cm
3
and planting lines ranged from 0.65 to 0.69
g/cm
3
, whereas the BD of skid trails ranged from 0.91
to 0.92 g/cm
3
. Total soil pore of antara lines ranged from
74,62 to 80,42 %, planting lines ranged from 73.04 to
74,71 % and total pore of skid trails ranged from 64.13
to 64.63%. Soil pH in three land use is very acid. The
highest nutrient was found in plant lines.
Keywords : SCLP, land use, soil physical properties,
soil chemical properties
UDC630*232.12
Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan dan Rini Handayani
(Dipterocarps Research Centre)
Growth of
Miq. in Vegetative
Multiplication Garden.
J. Dipt. Research Vol. 7 No. 1, 2013 p; 43-52
Vegetative Multiplication Graden (VMG) is a stage to
development hedge orchard. The aim of hedge orchard
development is to provide cuttings material,in this study
also to support breeding. Observation on growth of
seedling was conducted to measured
parameters were growth of height and diameter in VMG
of six provenances, namely ITCIKU, Gunung Lumut,
Carita, Gunung Bunga, Sungai Runtin and SBK.
Randomized Blok Design (CRD) was applied,where the
provenancesand mothertrees were used as treatments.
The result show that correlation of height and diameter
growth
between provenances and
mother tree
is
significantly different. Sungai Runtin provenance showed
the highest height growth performance (60.092 cm )while
the highest diameter growth (4.515 mm) is Gunung
Bunga provenance.
Keywords :
, provenance, mother tree,
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol. 7 No.1, Juni 2013: 1-6
ISSN: 1978-8746
¡¢£¤¥¡£ ¡¡ ¦§¨
HOREA MACROPTERA
© ©ª.
SANDAKANENSIS
(
«¬)
® ¯£¥° ± ° ® £° ¡§¤¥ °¥²Physical and Mechanical Properties of
³ ´µ¶·¬·¸µ´ª ¹¶µ ·ssp.
© ·º »·¼·º¶º©½ ©(Sym.) Ashton Wood as Raw Material for Furniture
º » µ ½·º¶µº·º »¶© ¾
)
»·º ¬½µ ½¿·µ ½»·º ¾
)
ÀÁÂ ÃÄÃ ÅÂÆÇÃ ÈÉÆÊ ÆÄ Å ËÅ ÃÊÌÅ Í Ë ÆÈÎ ÏÃ ÈÍ ÃÐÑÃÒÃÈÅ Ê ÓÃ
Ô Ä ÕÖÕ× ÕÑ Øà ٠ÈÃÊÅÆÚ ÎÕ Û ÜÑ ÆÒÍ Ã Ý ÃÐÑà Òà ÈÅ Ê Ó Ã ÞßÆÄÆÍ Î ÊÕàá â ã ä åæ á Û ç Ûã ÐèÃéàá â ãä åê ãæ æ ëÜ ì Òà ÅÄíÃîÕÃ Ê Ó ÈÅÃÊ Õ î ÆÈÊ Ã Ê Ó ÆÇï ð Òà ŠÄÕ ñ Î Ò
ÌÅ Ë ÆÈÅÒÃæÛÉÆò ÈóÃ ÈÅæ áä ç ÐÓ Å È ÆôÅ ÇÅæ äõÆÅæ á ä ç ÐÓÅ Ç Æ Ëó Ý óÅæ ÜõÆÅæ á äç
ABSTRACT
ö÷ ø ù ø
v
øúû ü ýøþt
û ÿ ÿ þr
r
ø þ ùu
stry
øs
û ü üûþ ørtu
s
þu
s
ø ûÿ ú øs w
øúú þ ûw
þs
ü ø øs
One of them is
Ñ Ù Î È ÆÃ ÒÃ ñ ÈÎ Í Ë ÆÈÃssp
ÕÇÃÊ ÓÃ Ï ÃÊ Æ ÊÇÅÇàSym
ÕåAshton that classified as red meranti,that not yet known their nature. The aim of
this research was to determine the nature and the use opportunities of
ÑÕÒà ñÈ ÎÍËÆÈÃssp
ÕÇÃ Ê ÓÃÏ Ã Ê Æ ÊÇÅÇà Ñ ØÒÕ åAshton
wood as raw materials for furniture.
ÑÕ Òà ñ ÈÎ Í Ë ÆÈà ÇÇÍ ÕÇÃÊ Ó ÃÏÃ Ê ÆÊ Ç ÅÇ àÑØÒÕ åAshton was taken from RKT 2012
IUPHHK PT Hutansanggam Labanan Lestari. The nature that tested were wood density and dimensional changes
according to Standard DIN-Standard 2135 1975, wood mechanical testing according to Standard BS 373-1957, and
testing of timber planing following the Standard ASTM D-1981 1666-64 that has been modified by Abdurachman and
Karnasudirdja (1982). The results showed that
ÑÕÒà ñÈ ÎÍËÆÈÃssp.
Ç ÃÊ Ó ÃÏÃÊ ÆÊÇ Å ÇàÑØÒÕ åAshton wood is classified into
class III density, has a grade II in static bending strength, compressive strength parallel to the fiber class III and easy
to be processed by machine. Based on those natures,
ÑÕÒÃ ñ ÈÎ Í Ë ÆÈÃssp
ÕÇÃ Ê ÓÃÏ ÃÊ Æ ÊÇÅÇàÑØÒÕåAshton can be used as
raw material for furniture.
Keywords:
ÑÙ Î ÈÆÃÒà ñÈ ÎÍ Ë ÆÈÃssp
ÕÇÃ Ê ÓÃÏ Ã Ê Æ ÊÇÅÇà Ñ ØÒÕåAshton, leswell known species, furniture, natures
° ¡
ÖÓ Ã Ê ØÃÍÆÈÏ ÆÒò ÃÊðÃ Ê Å Ê Ó óÇ ËÈÅ ÒÆò ÆÄ Ò ÆÒò ó ÏÃ Í ÆÄóÃÊ ðÓ Å ðó ÊÃÏÃÊ Ê ØÃÝÆÊÅÇ ÝÆÊ Å Ç Ï ÃØó ØÃÊð Ï ó ÈÃÊ ðÓ ÅÏ ÆÊà ÄÕÑÃÄ Ã Ù Ç Ã Ëó Ê ØÃÃ Ó ÃÄà Ù
Shorea macroptera
ÇÇÍ Õsandakanensis
àÑ ØÒÕ åÖÇ Ù Ë ÎÊ ØÃÊð Ë ÆÈð ÎÄÎÊ ðÝÆÊÅ ÇÒÆ ÈÃÊ ËÅÒ ÆÈÃÙØÃ Ê ðò ÆÄ ó Ò Ó ÅÏ ÆËà ٠óÅ ÇÅ îÃË ÓÃÇ Ã ÈÊ ØÃÕ ÉÆÊ ÆÄ Å ËÅ Ã Ê Å Ê Å ò ÆÈ Ëó Ýó Ã Ê ó Ê ËóÏ Ò ÆÊ ð ÆËà ٠óÅ ÇÅîÃ Ë Óà ÇÃ È Ó ÃÊ Í ÆÄóÃ Ê ð Í ÆÊ ðð ó ÊÃÃ Ê ÏÃØóS.
macroptera
ÇÇÍ Õsandakanensis
à Ñ ØÒÕ å ÖÇÙ ËÎ Ê Ç Æò ÃðÃÅ ò à ÙÃÊ ò ÃÏó Ò Æò ÆÄ ÕS. macroptera
ÇÇÍ Õsandakanensis
à ÑØÒÕ å ÖÇ Ù Ë Î ÊÓÅ Ã Òò Å ÄÓÃÈÅßæ á äæ É Éßó ËÃÊ ÇÃÊð ðÃÒÃò à ÊÃÊÆÇ Ëà ÈÅ ÕÑÅîà ËÓ ÃÇ Ã ÈØÃÊ ðÓ Å ó ÝÅÒÆ ÄÅ Í ó ËÅò Æ Èà ËÝÆÊÅ Ç Ï ÃØó ÓÃÊ Í ÆÈóò à Ùà ÊÓÅÒ ÆÊÇ Å ÏÃØó Ò ÆÊð ÅÏ ó ËÅ Ç ËÃ Ê Ó Ã ÈÌ Ú æ ä ç âä ë ê âÐÍ ÆÊðó Ý Å ÃÊÒÆ ÏÃÊÅ ÏÏ ÃØó Ò ÆÊ ð ð ó Êà ÏÃÊÇ ËÃÊ Ó Ã È ó ÝÅÂÑç ê ç äë â êÐÓ ÃÊÍÆÊð ó ÝÅ ÃÊÍ ÆÊ ð ÆËà ÒÃÊÏÃØóÒÆÊ ðÅÏó Ë ÅÇËÃÊ ÓÃÈó ÝÅÖÑßõÌ ä Û Û Û Û ãä ëÜ äØÃ Ê ðÓ ÅÒÎ ÓÅîÅÏÃÇ ÅÎ Ä Æ Ù ÖòÓó Èà ñÙ ÒÃÊÓ ÃÊà ÈÊÃÇó Ó Å ÈÓ Ý Ãàä ëÜ æ åÕÃÇ ÅÄÍ ÆÊ ÆÄ Å ËÅà ÊÒÆÊ ó Ê Ý óÏ Ï Ã Êò ÃÙÃÏÃØóS. macroptera
Ç ÇÍ Õsandakanensis
à Ñ ØÒÕ å ÖÇ Ù Ë ÎÊ Ë ÆÈð ÎÄÎÊ ð Ï Æ Ó ÃÄ Ã Ò ò ÆÈÃ Ë ÝÆÊÅ Ç Ï Æ ÄÃÇ Ð Ò ÆÒÅ ÄÅÏÅ Ï ÆÏóÃËÃÊ Ä ÆÊ ð Ïó Ê ðÇ Ëà ËÅ Ç Ï ÆÄ ÃÇ Ð Ï ÆÏ óà ËÃ Ê Ë ÆÏÃÊ Ç ÆÝ Ã Ý ÃÈÇ ÆÈà ËÏ ÆÄ ÃÇ Ó ÃÊÒóÓÃÙÓÅ Ï ÆÈ Ý ÃÏÃÊÕÂÆÈ ÓÃÇ Ã ÈÏ ÃÊÇÅ îà ËË ÆÈÇÆòó ËÏÃØóS. macroptera
Ç ÇÍ Õsandakanensis
à Ñ ØÒÕ å ÖÇ Ù Ë Î ÊÓÃÍ Ã ËÓÅ ðó Êà Ïà ÊóÊ Ë ó Ïò à ÙÃÊò ÃÏ óÒÆò ÆÄ ÕÃËÃÏó Ê ñÅí
Shorea macroptera
Ç ÇÍ Õsandakanensis
à Ñ ØÒÕåÖÇ Ù ËÎ ÊÐÝ ÆÊÅÇÏ ó ÈÃÊ ðÓ ÅÏ Æ ÊÃÄ ÐÒ ÆòÆÄ ÐÇÅîà ËÓÃÇ Ã È ¥£¢ ®§² § £
! "
# $#%&' %( ) #* +# '
& +#' $&, #&' & #
%#-. , #+# / , 0- $, # ,
1 (- 2 -+ 3
4#' '# & $ , 5 6
et al.
77" # % # %#- #* & '#- +' %# , $ & #%#-
indoor
# %#-outdoor
30# %#-
indoor
- ( #%#- $ %# -& , #+ # - # , ', # + &
%#-89:;<=>?
n
?l
@t
@An
B@p
t
?Ak
ro
rp
ACDl
E F;o
EG8u
n
@ HIGJKGLMyang berada di luar ruangan, diantaranya alat
permainan anak, meja, kursi dan aksesoris yang
diletakkan di taman.
Sebagai bahan baku mebel, kayu harus
mudah dikerjakan dengan mesin dan memiliki
permukaan yang halus (Bovea dan Vidal,
2004). Secara lebih detil Dumanau (1982)
menjelaskan bahwa kayu untuk perkakas
(mebel) harus memiliki berat sedang, dimensi
stabil, memiliki corak dekoratif, mudah
dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup,
dilem dan direkat. Berdasarkan beberapa sifat
tersebut, kehalusan permukaan kayu merupakan
sifat terpenting yang harus dimiliki oleh kayu
sebagai bahan baku mebel (Zhong
Ot
PQ.
, 2013).
Secara
umum,
industri
mebel
telah
berkembang untuk memenuhi kebutuhan dalam
dan luar negeri. Boon dan Thiruchelvam (2012)
menyebutkan bahwa mebel berbahan baku kayu
harus dapat dikemas dan didistribusikan ke
konsumen baik di dalam maupun di luar negeri.
Oleh karena itu kayu sebagai bahan baku mebel
diharapkan memiliki berat jenis sedang. Oey
Djoen Seng (1990) membagi berat jenis (BJ)
kayu menjadi lima kelas, yaitu Kelas I (sangat
berat dengan BJ > 0,9), Kelas II (berat dengan
BJ 0,6
0,9), Kelas III (sedang dengan BJ 0,4
0,6), Kelas IV (ringan dengan BJ 0,3
0,4) dan
Kelas V (sangat ringan BJ < 0,3).
Mebel yang baik memiliki kestabilan pada
dimensi dan bentuknya, baik akibat perubahan
kadar air setimbang dalam kayu ataupun akibat
pemberian beban pada mebel (Smardzewski dan
Dziegielewski, 1993). Tabel 1 menunjukkan
pembagian kelas kuat kayu berdasarkan sifat
mekaniknya.
Tabel 1. Pembagian Kelas Kuat Kayu Menurut Oey Djoen Seng (1990).
RP SQ O
1.
TUUVW XYO Z[X\[YPVOP ]] UYV ^ Z[Xo
Oey Djoen Seng (1990)
Kelas kuat I
> 15.000
> 110
> 65,0
Kelas kuat II
11.200-15.000
72,5-110
42,5-65,0
Kelas kuat III
9.000-11.200
50,0-72,5
30,0-42,5
Kelas kuat IV
7.000- 9.000
30,0-50,0
21,5-30,0
Kelas kuat V
< 7.000
< 30,0
< 21,5
Sumber: Oey Djoen Seng (1990).
Selama digunakan, mebel akan mengalami
pembebanan baik dalam waktu yang singkat
maupun dalam waktu yang lama (Atar
Ot
PQ.,
2009).
Shmulsky
dan
Jones
(2011)
menyebutkan bahwa salah satu cara untuk
mengetahui kekuatan kayu
adalah dengan
mengukur kekuatan lengkung statis kayu.
Dalam hal penggunaan kayu, kemungkinan
gaya pelengkungan yang terjadi dapat lebih
besar dari pada gaya lainnya (Desch dan
Dindwoodie, 1981). Shmulsky dan Jones (2011)
menjelaskan bahwa dalam pengujian kekuatan
lengkug statis kayu ada dua parameter yang
diukur, yaitu MOE dan MOR. MOE (
oUVpQu
s
U q rQ PW X ^W^ty
)
adalah
kemampuan
bahan
menahan beban tanpa terjadi perubahan bentuk
yang tetap, sedangkan MOR (
oUVpQu
s
U q spt XpY O) merupakan ukuran kekuatan suatu
bahan saat menerima beban maksimum yang
menyebabkan terjadinya kerusakan.
MOE dan MOR merupakan bagian dari
sifat mekanika kayu yang harus diketahui
sebelum
menggunakan
kayu.
Dengan
diketahuinya sifat fisik dan mekanik kayu
membuka peluang penggunaan berbagai jenis
kayu untuk mebel. Mebel di Indonesia kini
tidak hanya menggunakan bahan baku kayu Jati
saja, namun sudah ada diversifikasi bahan baku
diantaranya kayu karet, mahoni dan kenari
(Anggraini, 2002). Adanya diversifikasi bahan
baku ini membuka peluang digunakannya
jenis-jenis kurang dikenal untuk digunakan sebagai
bahan baku mebel.
Kessler (2000) menyebutkan bahwa
u\UY O Pm
wx
fat Fisik dan Mekanika Kayu
Shorea macroptera
(Andrian Fernandes dan Amiril Saridan)
Jenis-jenis meranti merah yang telah
dikenal antara lain
y z {| }~ z ,
y ~~ }{ ,
y |} ~z ,
y t
,
y |zy
z ~dan telah
diketahui
sifat
serta
kegunaan
kayunya
(Martawijaya
{t
z.
, 2005). Sebagai jenis yang
kurang dikenal kayunya,
y }~ |{} ssp.
{ (Sym.) Ashton belum diketahui
sifat kayunya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sifat fisik dan mekanik serta
peluang penggunaan kayu
y }~ | {} ssp.
{ (Sym.) Ashton sebagai bahan
baku mebel.
y~ } { }~ | {}
ssp.
{ (Sym.) Ashton diambil dari RKT 2012
IUPHHK PT Hutansanggam Labanan Lestari
pada koordinat N : 01
o
54 49,4 , E : 117
o
02
46,1 , K : 117 m. Batang pohon silindris, tinggi
banir 50 cm, lebar banir 60 cm. Diameter
pangkal pohon 52 cm, tinggi bebas cabang 22,8
m, tinggi total 29,3 m, dan diameter tajuk 6 m.
Contoh uji diambil dari bagian pangkal,
tengah dan ujung pohon. Dari tiap bagian dibuat
contoh uji sifat fisik dan mekanik. Untuk setiap
bagian, pengujian sifat fisik kayu terdiri atas 15
contoh uji, mekanik kayu sebanyak 5 contoh uji
dan 4 contoh uji untuk pengetaman. Pengujian
fisik kayu meliputi berat jenis dan perubahan
dimensi kayu. Pengujian mekanik kayu terdiri
atas kekuatan lengkung statis, kekerasan,
kekuatan sejajar serat dan kekuatan tegak lurus
serat. Skema pembuatan contoh uji pada setiap
bagian sesuai dengan Gambar 1.
Pengujian berat jenis kayu dan perubahan
dimensi kayu mengikuti standar Standar
DIN-2135 1975, sedangkan pengujian mekanik kayu
menggunakan standar uji
BS 373-1957.
Pengujian pengetaman kayu mengikuti standar
uji ASTM D-1666-64 1981 yang dimodifikasi
oleh Abdurachman dan Karnasudirdja (1982).
Sumber: diolah dari data primer.
Gambar 1. Pola pengambilan contoh uji
} {
1.
y |z |t
{}
Hasil pengujian terhadap sifat fisik dan
mekanik kayu
y }~ |{} ssp
.
{ (Sym.) Ashton dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa berat jenis
berdasarkan berat kering tanur dan volume
basah kayu
y }~ |{} ssp
.
{ (Sym.) Ashton sebesar 0,57. Berat jenis ini
tergolong ke dalam kelas III atau sedang (Oey
Djoen
Seng,
1990).
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai
penyusutan pada tiga arah. Hal ini, menurut
Panshin (1980),
disebabkan oleh
struktur
dinding sel, orientasi sel serta susunan sel
dalam zone kayu awal dan kayu akhir.
Penyusutan pada arah longitudional mempunyai
nilai terrendah diduga karena adanya sel-sel
yang arahnya longitudional, kecuali sel jari-jari.
Pada sel longitudinal, air yang mudah
keluar adalah air bebas yang terdapat dalam
rongga sel sehingga bentuk kayu tidak banyak
mengalami perubahan. Sedangkan pada arah
tangensial, nilai penyusutan memiliki nilai
tertinggi. Hal ini dikarenakan sel jari-jari yang
A
A
A
A
B
B
B
B
Keterangan:
A
:
bagian yang digunakan untuk contoh
uji berat jenis dan perubahan dimensi
kayu
¡¢£¤¥
n
¥l
¦t
¦§n
¨¦p
t
¥§k
ro
rp
§©ªl
« ¬¡o
«u
n
¦ ®¯°±²³ada pada bidang ini berupa lembaran pita tipis
sehingga air yang mudah keluar adalah air
terikat (Shmulsky dan Jones, 2011).
Perubahan kembang susut atau dimensi
kayu dalam tiga arah tidak sama, ini disebut
anisotropis (Shmulsky dan Jones, 2011). Nilai
rataan anisotropis kayu
µ ¶·¸¹ º»¼½¹·ssp
.
¾· ¿À· Á· ¿½ ¿¾Â ¾(Sym.) Ashton sebesar 1,845.
Nilai anisotropis tersebut menunjukkan bahwa
kemungkinan kayu masih mengalami masa
perkembangan yang dipengaruhi oleh tajuk atau
dikenal sebagai masa
Ãu
v
½ ¿ÂĽ, Dumail dan
Castera (1997) menjelaskan bahwa nilai
anisotropis untuk kayu
Ãu
v
½¿ÂĽbervariasi
antara 1,4 hingga 3. Nilai anisotropis kayu yang
besar menyebabkan deformasi kayu saat
dikeringkan (Shmulsky dan Jones, 2011). Untuk
mengurangi efek perubahan dimensi dapat
dilakukan proses finishing kayu sekaligus untuk
memberikan warna yang sesuai dengan mebel
yang dibuat (Purwanto, 2011).
Tabel 2. Sifat fisik dan mekanik kayu
µÅ¶·¸ ¹ º»¼½ ¹·ssp.
¾ · ¿À· Á· ¿½ ¿¾ ¾(Sym.) Ashton
Æ· ÇÄ ½2.
ÈÉʾ ¸·Ä· ¿À¶½¸ É· ¿Â¸·Äw
ººÀ ºËS. macroptera
¾¾ ».
sandakanensis
(
µy
¶.) A
¾ ɼº¿Sifat kayu
(
Ìo
o
ÍÎro
p
Ïr
ÐÑ Ïs
)
Rata-rata
(
ÒÏÓ Ô)
SD
(
Õ Ö)
Berat jenis (Berdasarkan berat kering tanur dan volume basah)
0,57
0,05
Penyusutan arah Longitudinal (L)
0,89
0,16
Penyusutan arah Tangensial (T)
4,66
1,10
Penyusutan arah Radial (R)
2,52
0,97
Anisotropis (T/R)
1,85
0,73
Kekuatan Lengkung Statis (MOE) (N/mm
2
)
11.288,83
2.161,02
Kekuatan Lengkung Statis (MOR) (N/mm
2
)
72,64
23,85
Kekerasan (N/mm
2
)
93,49
16,64
Kekuatan Tekan Sejajar Serat (N/mm
2
)
39,67
4,11
Kekuatan Tekan Tegak Lurus Serat (N/mm
2
)
11,16
2,37
Bebas cacat pengetaman (%)
96,00
3,92
Sumber: diolah dari data primer.
Berdasarkan kekuatan lengkung statis, baik
MOE maupun MOR, kayu
µ ¶·¸ ¹º»¼½ ¹·ssp
.
¾· ¿À· Á· ¿½ ¿¾Â ¾(Sym.) Ashton tergolong ke
dalam kelas kuat II. Bila ditinjau dari kekuatan
tekan sejajar serat, temasuk ke kelas kuat III.
Beban pada kayu mebel cenderung lebih ringan
bila dibandingkan dengan kayu konstruksi, oleh
karena itu kayu mebel tidak mensyaratkan kelas
kuat I. Berdasarkan SNI. 01-0608-89 tentang
persyaratan kekuatan mekanik kayu untuk
mebel harus memiliki kekuatan lengkung statis
dan kekuatan tekan sejajar serat adalah minimal
kelas III.
Hasil pengujian pengetaman kayu
µ ¶·¸ ¹º»¼½ ¹·ssp
.
¾· ¿À· Á· ¿½ ¿¾Â ¾(Sym.) Ashton
menghasilkan rata-rata bebas cacat sebesar 96%
dengan tipe cacat serat berbulu. Permukaan
yang dihasilkan memiliki kesan raba yang
halus. Fotin
½t
·Ä., (2009) menjelaskan bahwa
kayu mebel harus menghasilkan permukaan
yang halus setelah diketam. Berdasarkan
persentase bebas cacat, kayu
µ ¶·¸ ¹ º»¼ ½¹·ssp
.
¾· ¿À· Á· ¿½ ¿¾Â ¾(Sym.) Ashton tergolong ke
dalam jenis kayu yang mudah dikerjakan
(Martawijaya
½t
·Ä., 2005).
× ØÙ ÚÛÜ×Ý Þßàá â
Kayu
µ.
¶·¸ ¹ º»¼½ ¹·ssp.
¾· ¿À· Á· ¿½ ¿¾Â ¾(Sym.) Ashton tergolong ke dalam berat jenis
kelas III, memiliki kekuatan lengkung statis
kelas II, kekuatan tekan sejajar serat kelas III
dan mudah dikerjakan. Berdasarkan sifat
tersebut kayu
µ ¶·¸¹ º»¼ ½ ¹·ssp.
¾· ¿À· Á· ¿½ ¿¾Â ¾(Sym.) Ashton dapat digunakan untuk bahan
baku mebel.
ãáäåá æÞßÜåá Ú á
Abdurachman, A. J. dan S. Karnasudirdja. 1982. Sifat
Permesinan Kayu-kayu Indonesia. Laporan no. 160.
Balai Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Hal. 23-34.
çè
fat Fisik dan Mekanika Kayu
Shorea macroptera
(Andrian Fernandes dan Amiril Saridan)
Atar, M., A. Ozcifci, M. Altinok dan U. Celikel. 2009.
Determination of Diagonal Compression and
Tension Performances for Case Furniture Corner
Joints Constructed with Wood Biscuits. Material
and Design Journal. Vol.30. Hal.665-670. Elsevier.
Boon, K. dan K. Thiruchelvam. 2012. The Dinamics of
Innovation in Malaysia s Wooden Furniture
Industry : Innovation Actors and Linkages. Forest
Policy and Economics Journal. Vol.14.
Hal.107-118. Elsevier.
Bovea, M. D. dan R. Vidal. 2004. Materials Selection for
Sustainable Product Design : a Case Study of Wood
Based Furniture Eco-design. Material and Design
Journal. Vol.25. Hal.111-116. Elsevier.
Desch, H. E. and Dinwoodie. 1981.
é êëì í î,
ïts
Structure, Properties, and Utoilization,
2
nd
edition.
The Macmillan Press Ltd. London and Baringstone
Dumanau, J. F. 1982. Mengenal Kayu. PT. Gramedia.
Jakarta.
Dumail, J. F. dan P. Castera. 1997. Transverse Shrinkage
in Maritime Pine Juvenile Wood. Wood Science
and Technology Vol.31. Hal.251-264.
Springer-Verlag.
Fotin, A., I. Cismaru, E. A. Salca dan M. Cismaru. 2009.
Influence of the Parameters of the Machining
Regimes Upon the Surface Quality Obtained by
Straight Milling. Por-Ligno Journal. Vol.5. No.4.
Hal.53-63.
Garcia, S. G., C. M. Gasol, R. G. Lozano, M. T. Moreira,
X. Gabarrel, J. R. I Pons dan G. Feijoo. 2011.
Assessing the Global Warming Potential of
Wooden Product from the Furniture Sector to
Improve Their Ecodesign. Science of the Total
Environment Journal. Vol.410. Hal.16-25. Elsevier.
Kessler, P. J. A. 2000. A Field Guide to The Important
Tree Species of The Berau Region. Berau Forest
Management Project, PT Inhutani I. Jakarta.
Martawijaya, A., I. Kartasudjana, S.A. Prawira dan K.
Kadir,. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Oey Djoen Seng, O. D. 1990. Berat Jenis dari Jenis-jenis
Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu
untuk Keperluan Praktek. Pengumuman No.13.
Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
Panshin, A.J., 1980.
Text Book of Wood Technology
volume 1
. Mc Graw Hill Book Company, New
York.
Purwanto, D. 2011. Finishing Kayu Kelapa (Cocos
nucifera L.) Untuk Bahan Interior Ruangan. Jurnal
Riset Industri Hasil Hutan. Vol.3. No.2. Hal.31-36.
Ratnasingam J dan F Ioras. 2005. The Asian Furniture
Industry : The Reality Behind The Statistics. Holz
als Roh-
und Werkstoff. Vol.63. Hal.64-67.
Springer-Verlag.
Smardzewski, J. dan S. Dziegielewski. 1993. Stability of
Cabinet Furniture Backing Boards. Wood Science
and Technology. Vol.28. Hal.35-44.
Springer-Verlag.
Shmulsky, R dan P. D. Jones, 2011, Forest Products and
Wood Science, An Introduction, Sixth Ed., Wiley
Blackwell, Oxford, UK.
e
liti
n
n
ip
te
ro
k
r
p
l
o
u
n
i
!
#
ODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER TAJUK DENGAN DIAMETER
SETINGGI DADA PADA TEGAKAN TENGKAWANG TUNGKUL PUTIH
(
Shorea macrophylla
(de Vriese) P.S. Ashton) DAN TUNGKUL MERAH
(
Shorea stenoptera
Burck.) DI SEMBOJA, KABUPATEN SANGGAU
Correlation Model Between Height and Crown Diameter with Diameter at Breast
Height on Tengkawang Tungkul Putih (
Shorea macrophylla
(de Vriese) P.S. Ashton)
and Tungkul Merah (
Shorea stenoptera
Burck.) Stand in Semboja, Sanggau Regency
Asef K. Hardjana
1)
$
)
Balai Be
%a
&Peneli
'( )n Dip
'* &oka
&pa Sama
&inda
Jl
+A
+W
+S
,ah
&anie No
+- .Sempaja
/Sama
&inda
0Telepon
+(
1 2 3 4)
51 - 6 -3 /Fa
7(
1 2 3 4)
8 355 9 .a
%ef
;ha
&djana@
,ahoo
+co
+id
Di
'*&ima
4.Ok
'<be
&5 1 4 5/di
&e
=i
%i
5 4Mei
51 4 6/di
%e
'>j
>i
5.Mei
5 1 46ABSTRACT
Diameter measurement is a relatively easy job, cheap and can get an accurate size, while the measurement of height
and canopy tree is a relatively difficult and requires a lot of energy. Modeling the correlation between height and
canopy with tree diameter is one of the alternative technic that can make more efficient job to measure the height and
diameter of the canopy, and therefore it will provide sufficient data approaching to actual measurement results.
Inventory and identification results indicated that tengkawang tungkul is the most dominant tengkawang species in the
research area with the density ranging from 63-166 trees/ha, which consists of tungkul putih a total of 128 trees
(79,48%), and tungkul merah much as 47 trees (20,52%). Furthermore, regression equation of correlation model
between height and stem diameter (dbh) can be defined as T
tp
= -2,2697 + 1,2711d - 0,0162d
2
(n= 128; R
2
= 0,8177;
SE= 2,1271) for tungkul putih, and for tungkul merah is T
tm
= -0,0803 + 0,9334d - 0,0072d
2
(n= 47; R
2
= 0,8759; SE=
1,3891). Equation on the correlation between crown diameter and stem diameter (dbh) was not significantly different,
so regression equation models for tungkul putih can be defined as DT
tp
= 0,7174 + 0,4360d
0,0045d
2
(n= 128; R
2
=
0,5172; SE= 1,7739 ) and for tungkul merah is DT
tm
= 3,3287d
0,2327
(n= 47; R
2
=0,0658; SE= 0,322).
Keywords: Crown diameter, Height, Stem diameter, Tengkawang
ABSTRAK
Peng
>k
>&an diame
'* &me
&>pakan peke
&jaan
,ang
&ela
'( ?m
>dah
/m
>&ah dan dapa
'mengha
%ilkan
>k
>&an
,ang ak
>&a
'/ %edangkan peng
>k
>&an
'(nggi dan
')j
>k pohon me
&>pakan peke
&jaan
,ang
&ela
'(f
%>li
'dan memb
>'>hkan ban
,ak
'*naga
+Pen
,>%>nan model h
>
b
>ngan an
')&
a
'(@ggi pohon dan
')j
>
k pohon dengan diame
'* &
pohon me
&>pakan
%alah
%a
'>al
'* &na
'(f
'*kni
%,ang dapa
'meng
>&angi peke
&jaan pihak pengg
>na dalam meng
>k
>&'(@ggi dan diame
'*&')j
>k pohon
/ %ehingga dapa
'membe
&ikan da
'),ang c
>k
>p mendeka
'(da
&i ha
%il peng
>k
>&an
,ang
%ebena
&n
,a
+Da
&i ha
%il in
=en
') &i
%a
%i
dan iden
'(fika
%i dike
')h
>i bah
Aa jeni
%'engka
Aang
'>ngk
>l mendomina
%i jeni
%'*ngka
Aang di loka
%i peneli
'()n dengan
ke
&apa
')n
'*gakan be
&ki
%a
&- 6 4 - -pohon
BCa
/,ang
'* &di
&i da
&i jeni
%'>ngk
>
l p
>'(
h
%eban
,ak
4 5 .pohon (
8 9/ 3 .%)
/dan
'>ngk
>l me
&ah
%eban
,ak
3 8pohon (
51 /2 5%)
+Selanj
>'@,a model
&eg
&e
%i h
>b
>ngan
'(nggi pohon dengan diame
'* &ba
')ng
(dbh)
,ang dapa
''* &bang
>n adalah T
DE
FG5/5- 9 8H4/ 5 8 4 4
d
G1 /1 4 - 5d
I(n
F45. 0R
IF1 /.488 0
SE
F5/4 5 8 4)
>n
'>k
'>ngk
>l
p
>'(C/%edangkan model
&eg
&e
%i
>n
'>k
'>ngk
>l me
&ah adalah T
D J
F G1 / 1 . 16H1 /9 6 63
d
G1 /1 1 8 5d
I(n
F3 8 0R
IF
1/ . 8 2 90
SE
F 4/ 6 . 94)
+Pe
&%amaan h
>b
>ngan diame
'*&')j
>k dengan diame
'* &ba
')ng (dbh)
'(Kak be
&beda n
,a
') / %ehingga dapa
'di
%>%>n p
>la model pe
&%amaan
&eg
&e
%i
>n
'>k
'>ngk
>l p
>'( C ,ai
'>DT
DE
F1 /8 4 8 3 H 1 / 3 6-1
d
1 /11 3 2d
I(n
F 4 5. 0R
IF 1 / 2 4 8 50
SE
F4/8 8 69) dan
'>ngk
>l me
&ah
,ai
'>DT
D J
F6/ 6 5. 8
d
LM IN IO(n
F3 8 0R
IF 1 /1- 2. 0
SE
F1 / 6 55)
+Ka
')k
>
nci
:
Diame
'* &')j
>k
M
u
u
T
D
t
r T
ju
D
D
t
r
t
D
P
T
T
w
Social Forestry Development Project
) pada
¼½¾¿ÀÁÂÃ
n
e
liti
Än
Åip
te
ro
k
Är
Äp
ÆÇl
ÈÉ¿o
È Ê˼u
n
i
ÌÍ ÊÎÏÉÐÊÑwith diameter at breast height (dbh)
ïjklmnopq
n
e
liti
rn
sip
te
ro
k
rr
rp
tul
vwmo
v xyju
n
i
z{ x|}w~x0
10
20
30
40
50
60
70
0
10
20
30
40
50
J
m
la
h
P
o
h
o
n
Kela
Diame
(cm)
T
ngk
l P
inggi dan diame
e
a
pohon (Da
dan
Jhon
)
Selain da
i
gi pe
b
nn
a
ang
lebih baik da
i
engka
ang
gk
me
ah
ba
an dan j
lah pohon
engka
ang
k
p
ih j
a lebih dominan di loka
peneli
ian
Hal ini dapa
e
jadi m
kin ka
ena
pada kondi
a
al penanaman lebih ban
ak
di
anam jeni
engka
ang
k
p
ih
dibandingkan dengan jeni
engka
ang
gk
me
ah
Kondi
ba
an kela
diame
e
ini j
a
dapa
digamba
kan da
i ben
k
a
pe
i
ang
e
aji pada Gamba
Sepe
i
ang
elah
din
a
akan oleh S
ana dan Abd
achman
(
¡¢¢£¤ ¡¢) bah
a kondi
ba
an diame
e
ang men
e
¥i gen
a a
a
onceng me
¥kan
lah
¦i
i da
i h
an
anaman
S
§mbe
¨©diolah da
¨ªda
«a p
¨ªme
¨¬Gamba
K
ba
an diame
e
egakan
engka
ang
k
p
ih (
S. macrophylla
) dan
k
me
ah (
S. stenoptera
) di loka
peneli
ian
Figure 1.
Curve of diameter distribution of tengkawang tungkul putih (
S
mac
oph
lla
) and
tungkul merah (
S
enop
e
a
) in research area
Pada Gamba
e
liha
bah
a k
a
ba
an diame
e
engka
ang
gk
p
ih
ma
h
dapa
dika
akan
men
e
¥i
gen
a
lonceng
nam
bel
bi
dika
akan
no
mal
ang
mp
na
api ma
dalam
kondi
logno
mal
Pada
engka
ang
gk
me
ah k
a
ba
an diame
e
n
a ma
h bel
dapa
dika
akan men
e
¥i gen
a
lonceng
hingga dapa
dika
akan bah
a
ba
an
diame
e
n
a bel
no
mal
Un
i
dalam pengelolaan
lanj
n
a
pe
l
dilak
n
indakan
l
k
aga
dapa
mempe
oleh ha
l
ang mak
mal
baik i
da
i
iap
b
h dan
egene
a
alamn
a
Diha
apkan
kondi
egakan
engka
ang pada a
eal beka
P
o
ek Pengembangan H
an Kema
a
aka
an
ini
ca
a biome
ika ben
k
ki
a
i
ik
p
¦ak dapa
be
ge
e
ke a
ah
ebelah kanan
pada
b
X
ang men
a
akan bah
a ha
l
p
od
ang dipe
oleh menjadi be
®