• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Metode

Metode adalah cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswi, bukan dibuat oleh siswi. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2010).

Menurut Van Deb Ban dan Hawkins yang dikuti oleh Lucie (2005), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada tiga, yaitu:

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

(2)

pendekatan kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu, memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya.

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompokyang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula padabesarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Metode berdasarkan pendekatan massa

(3)

yang termasuk dalam metode ini antara lain rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar, dan sebagainya.

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu yang relative cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat (Harahap, 2007).

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan adalah :

1. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2. Metode Diskusi Kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3. Metode Curah Pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evalusi atas pendapat-pendapat yang telah dikemukakan.

(4)

5. Metode Bermain Peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6. Metode Demonstrasi, adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7. Metode Simposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2–5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8. Metode Seminar, adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

2.1.2 Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam pengunaan metode pengajaran lain, seperti Tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya (Nurlaili, 2009).

(5)

Sofa (2008) mengemukakan beberapa alasan pemilihan metode ceramah dalam suatu pembelajaran atau pendidikan kesehatan antara lain :

1. Kalau pengajar/penyuluh akan menyampaikan informasi atau pendapat dan tidak terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud. 2. Kalau pengajar/penyuluh harus menyampaikan informasi kepada pembelajar yang

besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehinggametode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.

3. Kalau pengajar/penyuluh adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.

Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan karena memiliki keunggulan-keunggulan antara lain :

1. Cepat untuk menyampaikan informasi

2. Informasi yang disampaikan bisa massive pada sasaran yang cukup besar

3. Sangat cocok digunakan oleh pengajar yang bukan berasal dari kalangan kelompok sasaran (dosen tamu) (Djamarah, 2010).

Pengorganisasian kelas yang sederhana juga merupakan salah satu keunggulan pada metode ceramah. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas jika dibandingkan dengan metode-metode yang lain dimana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, harus merubah posisi kelas dan sebagainya (Sofa, 2008).

(6)

1. Komunikasi satu arah sehingga sasaran menjadi pasif untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat.

2. Pada metode ceramah tidak dapat diidentifikasi kebutuhan per individu. 3. Sasaran tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif. 4. Sasaran mudah menjadi bosan jika waktu terlalu lama.

Metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : a) Guru mudah menguasai kelas, b) dapat diikuti siswa dalam jumlah besar, c) Mudah memperisapkan dan melaksanakannya, d) hemat biaya, waktu dan peralatan. Sementara itu, ada juga kelemahan metode ceramah, yaitu a) keberhasilan siswa sulit diukur, b) perhatian dan motivasi siswa sulit dijaga, c) peran serta menjadi rendah dan guru seringkali ngelantur, akibatnya materi inti sering tidak sampai kepada siswa (Oviyanti, 2009).

Langkah-langkah dalam melaksanakan pendidikan kesehatan/ pemebelajaran dengan menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

1) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)

2) Menyusun urutan penyajian materi untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sudah ditetapkan

3) Merumuskan materi ceramah secara garis besar

(7)

b. Pelaksanaan

1) Menjelaskan kepada sasaran tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang ingin dicapai sesudah pelajaran berakhir

2) Menjelaskan kepada siswa pelaksanaan metode ceramah bervariasi, misalnya : ceramah yang disertai dengan tanya jawab

3) Membagikan materi ceramah kepada siswa 4) Menyajikan materi ceramah

5) Tanya jawab

6) Merangkum materi yang telah disampaikan (Djamarah, 2010) 2.1.3 Metode Diskusi

Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Taniredja, 2011).

Ada beberapa tehnik yang digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain : 1. Diskusi Kelompok: dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan,

(8)

pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi tetap berjalan hidup dan tidak ada dominasi diantara para peserta diskusi. 2. Curah pendapat (Brain Storming) : merupakan modifikasi diskusi kelompok yang

dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan selanjutnya ditulis dalam pliphcard/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat dan tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3. Bola salju (Snow Balling) tiap orang di bagi pasangan pasangan ( sepasang 2 orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah setelah kurang lebih 5 menit tiap 2 pasang bergabung jadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian setiap 2 pasang yang beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya maka terbentuklah diskusi seluruh kelas.

(9)

Beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi sebagai berikut: a. Kelebihan metode diskusi

1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.

2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

Kelebihan metode diskusi menurut Ruminiati (2008) antara lain: a) memperluas wawasan siswa, b) dapat merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide dalam memecahkan masalah, c) dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, d) membutuhkan partisipasi siswa menjadi lebih aktif. Kelemahan metode diskusi antara lain yaitu a) tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar, b) peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, c) dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara, dan d) biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi adalah sebagai berikut:

a. Persiapan

(10)

3) Merumuskan masalah yang akan didiskusikan 4) Menentukan waktu dan pengaturan kelompok diskusi b. Pelaksanaan

1) Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota) 2) Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)

3) Membagi-bagi tugas, dan memberikan pengarahan diskusi 4) Memberikan ransangan dan membantu siswa untuk berpartisipasi 5) Mencatat ide dan saran-saran yang penting

6) Kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam diskusi antar kelompok

7) Hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru/fasilitator dalam bentuk lisan/tertulis (Nurlaili, 2009).

Metode diskusi kelompok dapat membantu untuk mencapai 3 tujuan pembelajaran yaitu:

1. Meningkatkan keikutsertaan dan kegiatan siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyarakan pendapatnya.

2. Membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka.

3. Membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi.

(11)

pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki serta mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa (Suparlan, 2007).

Menurut Roestiyah (2006) jenis-jenis diskusi ada beberapa macam yaitu:

a. Whole-group, suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak

lebih dari 15 (lima belas) orang.

b. Buzz-group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8 (delapan) kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar.

c. Panel, pada panel dimana satu kelompok kecil (antara 3 sampai 6 orang) mendiskusikan suatu subyek tertentu mereka duduk dalam susunan semi lingkaran dihadapakan pada satu kelompok besar peserta lainnya.

(12)

membahas hal-hal yang aktual, dan memberi kesempatan pada pendengarnya untuk berpartisipasi aktif.

e. Caologium, adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau beberapa orang narasumber, yang berpendapat, menjawab pertanyaanpertanyaan, tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dalam bentuk wawancara dengan narasumber tentang pendapatnya mengenai suatu masalah, kemudian mengundang pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar.

f. Informal-Debate, dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi dua tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang. Kedua tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan dengan tidak menggunakan banyak peraturan, sehingga jalannya perdebatan lebih bebas. g. Fish Bowl, dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan satu atau tiga

narasumber pendapat, mereka duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan tiga kursi kosong menghadap kelompok. Kemudian moderator memberikan pengantar singkat dan diikuti dengan meminta kepada peserta dengan sukarela dari kelompok besar, untuk menduduki kursi yang kosong yang ada didepan mereka.

Dari berbagai jenis diskusi kelompok diatas tidak semuanya akan digunakan. Dalam penelitian ini jenis diskusi kelompok yang digunakan adalah diskusi Whole-group, suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari

(13)

2.2 Perilaku

Perilaku sehat terwujud melalui penerapan budaya sehat melalui pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, dan perilaku sehat dianggap suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dan terpuaskan. Oleh karena itu, diperlukan suatu wadah atau lembaga di masyarakat, agar kebiasaan dan kebutuhan yang bersifat individual menjadi kebiasaan kelompok, dan pada akhirnya menjadi budaya masyarakat (Maulana, 2009).

Menurut Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni : Kognitif (Cognitive), Afektif (Affective), dan Psikomotorik (Psychomotorik). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil (Mubarak, 2012).

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori Skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

(14)

2. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observeable behaviour”.

Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan

rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

(15)

tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan (Mubarak, 2012).

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1). Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2). Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus. 3). Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial ,orang yang telah mencoba perilaku baru. 5). Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan dan Dewi, 2011). 2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

(16)

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersehut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

(17)

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau rnenggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).

2.3.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh atau asal pengetahuan dapat digolongkan menjadi: a. Konvensional/tradisional atau disebut dengan cara non ilmiah

Cara-cara konvensional/tradisional ini digunakan orang pada saat sebelum ditemukannya suatu metode ilmiah atau metode penemu ilmu pengetahuan secara sistematik dengan berdasarkan ilmu logika. Penemuan pengetahuan secara konvensional/tradisional ini meliputi berbagai hal, yakni:

1) Pengalaman pribadi (Auto experience)

Pepatah lama mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Ini tidak dapat disangkal akan kebenarannya. Berbagai pengalaman seseorang tentang suatu hal, akan menjadi sangat berguna bagi orang lain.

2) Belajar dan kesalahan (Trial and error)

(18)

3) Kekuasaan (Authority)

Tradisi atau kebiasaan ini sebagian menjadi suatu budaya daerah, akan tetapi sebagian lagi menjadi suatu ilmu yang diyakini kebenarannya, walaupun tanpa fakta empiris, dan mengujinya dengan penalaran dan logika.

b. Melalui pikiran (To mind)

Dengan semakin maju dan berkembangnya peradaban dan kebudayaan umat manusia, maka cara berfikinya pun mulai sedikit demi sedikit mengalami perubahan dan kemajuan.

c. Melalui jalur ilmiah

Dengan cara yang lebih modem dilakukan untuk memperoleh suatu pengetahuan, ternyata akan lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara-cara semacam ini kemudian dikenal dengan istilah metode penelitian ilmiah atau diperpendek metodologi penelitian (research methology) (Imron, 2010).

2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan dapat diuraikan berikut ini :

a. Umur

(19)

b. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya. Jenjang pendidikan ibu hamil dikelompokkan atas jenjang pendidikan tidak sekolah/SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sehari-harinya dan sebagai imbalannya mendapatkan upah atau tidak. Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

d. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2010).

2.4 Sikap

2.4.1 Pengertian Sikap

(20)

bertindak, dan bukan merupakan pelakanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek .

Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) (Notoatmodjo, 2010).

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2.4.2 Tingkatan Sikap

Sikap mempunyai berbagai tingkatan yakni: 1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

2. Merespon (Responding)

(21)

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu “benar” atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudarnya, dan sebagainya), untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Azwar (2011) faktor-faktor yang memengaruhi sikap yaitu: a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

(22)

dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

2.5 Remaja

Menurut World Health Organization (WHO) membedakan remaja menjadi remaja awal (10- 14 tahun) dan remaja akhir (15-20 tahun). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth) dalam rangka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional (Sarwono, 2011).

(23)

perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi (Kusmiran, 2011).

Ciri-ciri perkembangan masa remaja dibagi atas 3 tahap, yaitu: 1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun), ciri khasnya adalah:

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b) Tampak dan ingin merasa bebas

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak).

2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya adalah : a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

b) Ada keinginan ingin berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c) Timbul rasa cinta yang mendalam

d) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya adalah :

a) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif b) Mengungkapkan kebebasan diri

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d) Dapat mewujudkan perasaan cinta

(24)

2.6 Menstruasi

Setelah menginjak usia remaja, seorang wanita pasti mengalami menstruasi. Keluarnya cairan seperti darah pada daerah khusus (vagina) akibat pembusukan indung telur yang tidak dibuahi oleh sel sperma pria. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Darah menstruasi terutama merupakan darah arteri dengan hanya 25% darah berasala dari vena. Darah ini mengandung sisa jaringan, prostaglandin, dan fibrinolisin dalam jumlah yang relatif besar dari jaringan endometrium. Lama menstruasi biasanya terjadi 3-7 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah dapat sesingkat 1 hari atau selama 8 hari. Jumlah darah yang keluar secara normal dapat berkisar 30- 40 ml/ hari. Jumlah darah yang keluar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ketebalan endometrium, pengobatan, penyakit yang mempengaruhi mekanisme pembekuan (Manuaba, 2008).

(25)

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200,000 hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi. Ketika sel telur tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma pria, maka sel telur tersebut akan dilepaskan yang disebut dengan menstruasi. Adapun fase-fase menstruasi adalah sebagai berikut:

a) Fase menstruasi

Merupakan suatu fase yang terjadi jika ovum yang telah dilepaskan tidak dibuahi yang skibatnya korpus luteum berinvolusi sehingga estrogen dan progesteron akan menurun drastis. Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hal ini mengakibatkan dilepaskannya vasokonstriktor prostaglandin sebagai mediator inflamasi. Kemudian jaringan dekuamasi, darah di dalam kavum uteri, ditambah efek kontraksi sehingga semuanya akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya semua isi uterus. Fase ini belangsung 3-5 hari.

b) Fase regenerasi (pasca menstruasi)

(26)

epitel endometrium, fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.

c) Fase ploriferasi

Fase ini terjadi sebelum ovulasi dan bertujuan untuk mempertebal endometrium. Pengaruh estrogen yang disekresi oleh ovarium, mengakibatkan sel-sel stroma dan sel-sel epitel berproliferasi dengan capat sehingga sel stroma bertambah banyak dan akan ditemui banyak pembuluh darah di dalamnya, kelenjar juga bertambah banyak. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi.

d) Fase ploriferasi

Fase ini terjadi sebelum ovulasi dan bertujuan untuk mempertebal endometrium. Pengaruh estrogen yang disekresi oleh ovarium, mengakibatkan sel-sel stroma dan sel-sel epitel berproliferasi dengan capat sehingga sel stroma bertambah banyak dan akan ditemui banyak pembuluh darah di dalamnya, kelenjar juga bertambah banyak. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi.

(27)

terjadi kurang dari 28 hari dari periode menstruasi terakhir. Jumlah darah yang keluar juga bervariasi dan berkisar dari sedikit sampai relatif banyak (Manuaba,2008).

2.7 Dismenorea

1. Pengertian

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Dismenorea atau yang disebut juga algomenore, berarti haid yang sukar. Dalam pkaktiknya diartikan sebagai nyeri pada saat menstruasi atau menstruasi yang berkaitan dengan nyeri seperti kejang/ kolik dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam. Lebih rinci, dismenorea atau nyeri haid adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala, mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri sposmadik pada sisi medial paha. Pada keadaan yang berat disertai gejala dan tanda, mulai dari mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, sampai pingsan (Simanjuntak, 2008).

Menurut Andira (2010), dismenorea adalah gangguan fisik yang berupa nyeri atau kram perut. Gangguan ini biasanya terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan terasa selama 24-36 jam.

2. Klasifikasi

(28)

a. Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang di jumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin (sekelompok persenyawaan mirip hormon kuat yang terdiri dari asam lemak esensi dan mempengaruhi pembuluh). Prostaglandin merangsang otot uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah biasa digunakan untuk menginduksi aborsi atau kelahiran yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction (penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan Dismenorea berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama haid.

Kadar prostaglandin yang meningkat ditentukan dicairan endometrium perempuan dengan Dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid. Peningkatan prostaglandin diendometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan

(29)

atau dalam waktu yang lama, d) merokok, e) riwayat keluarga terkena penyakit dan f) kegemukan. Gejala-gejala dismenorea primer a) malaise (rasa tidak enak badan), b) fatigue (lelah), c) nausea (mual) dan vomiting (muntah), d) diare, e) nyeri pumggung bawah dan f) sakit kepala.

Beberapa faktor yang memegang peranan penting sebagai penyebab terjadinya Dismenorea primer antara lain:

1) Faktor kejiwaan

Para remaja yang secara emosional tidak stabil, dan apabila tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi mudah timbul dismenorea. Dismenorea primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenorea (Laila, 2011).

2) Faktor konstitusi

Faktor konstitusi erat hubungannya dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya keluhan Dismenorea primer, karena faktor ini menurunkan ketahanan seseorang terhadap rasa nyeri. Faktor ini seperti:

a) Anemia

(30)

pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.

b) Penyakit menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migraine.

Faktor yang menurunkan ketahanan terhadap nyeri, seperti : anemia, penyakit menahun dan sebagainya yang dapat memengaruhi kejadian dismenorea.

1) Faktor Endokrin atau Hormon

(31)

2) Faktor alergi

Faktor ini merupakan teori yang dikemukakan setelah dilakukan penelitian tentang adanya hubungan antara Dismenorea dan migraine atau asma. Melalui penelitian tersebut, diduga bahwa penyebab alergi ini adalah karena adanya toksin haid (Laila, 2011).

c) Faktor pengetahuan

Dismenorea yang timbul pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang dismenorea. Terlebih jika mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak dini. Mereka yang memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja putri. Akhirnya kecemasan melanda mereka dan mengakibatkan penurunan terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri haid menjadi lebih berat. Penanganan yang kurang tepat membuat remaja putri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasinya

b. Dismenorea sekunder

(32)

endometriosis, aenomiosis, iud, penyakit radang panggul, kanker endometrium dan kista ovarium. Gejala Dismenorea sekunder, yaitu dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama, dismenorea dimulai setelah usia 25 tahun, terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaa fisik, nyeri yang tidak berkurang dengan terapi NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drug), rasa nyeri sat berhubungan seks dan infertilitas (Laila, 2011).

3. Pencegahan dan pengobatan dismenorea

Pencegahan dan pengobatan dismenorea dapat dilakukan antara lain: hindari stress, pola makan yang teratur dengan asupan gizi mencakup 4 sehat 5 sempurna, saat menjelang haid, hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, istirahat yang cukup, olahraga secara teratur, selama haid, jangan melakukan olahraga berat atau bekerja berlebihan, dan hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi, maupun coklat.

Pengobatan dismenorea menurut, antara lain : a) Obat analgesik

Obat analgesik diberikan sebagai terapi simtomatik. Obat analgesic yang diberikan misalnya kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Selain itu yang beredar dipasaran, seperti novalgin, ponstan, acetaminophen.

b) Melakukan terapi hormonal

(33)

c) Obat Nonsteoroid anti prostaglandin

Dengan pemakaian obat ini, 70% perempuan yang merasa sakit saat menstruasi dapat disembuhkan atau banyak mengalami perbaikan yang dirasa. Sebaiknya, pengobatan ini diberikan dimulai 1 sampai 3 sebelum menstruasi. Obat steroid yang termasuk disini adalah ibuprofen, dan naproksen (Laila, 2011).

Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga dapat dikurangi dengan istirahat yang cukup, antara lain:

a) Mengompres dengan suhu yang panas

Pengompresan bisa dengan menggunakan kompres handuk, atau botol berisi air panas (hangat) tepat pada bagian yang terasa kram (bisa perut atau pinggang bagian belakang). Suhu panas dapat meminimalkan ketegangan otot. Setelah otot rileks, rasa nyeri pun akan berlangsung hilang.

b) Berolahraga secara teratur

Berolahraga teratur tidak hanya mengurangi stress yang biasanya timbul saat PMS dan menstruasi, tetapi juga bisa meningkatkan produksi endorphin otak dan penawar sakit alami tubuh.

c) Melakukan pemijatan

(34)

4. Dampak dismenorea

Adapun dampak yang diakibatkan dismenorea ialah sebagai berikut. a) Gangguan aktifitas

Presentasi wanita dismenoreaaa yang menghabiskan waktunya untuk istirahat jauh lebih tinggi dibanding yang tidak yaitu sebesar 30,4% disbanding 3,1%. Terganggu kehidupan sehari-harinya 88,2% vs 52,1%. Serta tidak masuk sekolah akibat dismenorea primer minimal sehari sebesar 31,1% vs 11,5%.

b) Menurunnya kualitas hidup

Permasalahan dismenorea berdampak pada penurunan kualitas hidup akibat tidak masuk sekolah maupun bekerja (Polat et al, 2009). Namun, disisi lain menurunnya kualitas hidup akibat dismenorea berdampak pada profesionalitas kerja dan peforma akademik.

c) Kerugian ekonomi

Studi yang dilakukan di United States menunjukkan sekitar 10% wanita yang mengalami dismenorea tidak bisa melanjutkan pekerjaannya akibat rasa sakitnya dan setiap tahunnya terjadi kerugian ekonomi akibat hilangnya 600 juta jam kerja dengan kerugian sekitar 2 miliar US dollar.

d) Infertilitas

(35)

serta gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada dismenoreaaa primer jika tidak ditangani.

e) Depresi

Pada wanita yang dismenorea setengah kali mengalami depresi daripada mereka yang tidak mengalami dismenorea. Resiko 1.39 kali lebih tinggi dalam mengalami depresi dan rasa cemas pada wanita dismenorea (Laila, 2011).

Derajat nyeri dismenorea ditinjau dari berat ringanya rasa nyeri dibagi menjadi tiga yaitu: setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:

1) Dismenorea ringan

Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksankan aktifitas sehari-hari.

2) Dismenorea sedang

Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri dan kondisi penderita masih dapat beraktivitas.

3) Dismenorea berat

Dismenorea berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.

(36)

2) mandi dengan air hangat, 3) istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan, 4) mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah, 5) menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi dan 6) meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber makanan yang mengandung vitamin B6 (Laila, 2011).

1. Tanda dan gejala

Rasa nyeri ini dapat disebabkan karena kontraksi otot perut yang terjadi secara terus menerus saat mengeluarkan darah.Kontraksi yang sangat sering ini menyebabkan otot menegang. Ketegangan otot tidak hanya terjadi pada otot perut yang terdapat dibagian punggung bawah, pinggang, panggul, dan paha hingga betis (Asrinah, 2011).

(37)

Gejala Dismenorea yaitu gejala nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai, sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan pinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut (Asrinah, 2011).

2.8 Landasan Teori

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga remaja tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan reproduksinya. Metode penyuluhan kesehatan berupa metode diskusi dan metode ceramah merupakan metode yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan untuk mengukur pengetahuan seseorang. Metode diskusi dan metode ceramah akan efektif dalam meningkatkan pengetahuan jika cara penyampaian dilakukan dengan benar. Perbedaan ke dua metode ini dilihat dari cara penyampaian informasi, namun keduanya sama-sama memiliki kelebihan yang dapat menambah pengetahuan seseorang (Setyaningrum, 2012). Pemberian metode ceramah dan diskusi ini diharapkan remaja lebih memahami dan mengerti tentang dismenorea.

(38)

(Stimulus-Organisme-Response). Proses perubahan perilaku berdasarkan teori ini digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Landasan Teori

Teori SOR (Skiner, 1938)

Berdasarkan Teori S-O-R , kegiatan penyuluhan tentang dismenorea berupa ceramah dan diskusi adalah merupakan suatu rangsangan (stimulus) yang diberikan pada remaja yang dapat dilakukan dengan berbagai metode atau teknik yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang dismenorea remaja, dan dapat mengubah perilaku remaja menjadi lebih baik dalam kesehatan reproduksinya.

2.9 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti mengenai pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea. Untuk mengetahui ada tidaknnya pengaruh pengetahuan dan sikap siswi maka sebelum dilakukan

STIMULUS ORGANISME RESPON TERBUKA:

Praktik/ Tindakan RESPON TERTUTUP

(39)

intervensi dengan metode ceramah dan metode diskusi (pre-test) dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan intervensi (post test) setelah 7 hari.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Metode ceramah

dan diskusi Pengetahuan dan

sikap siswi tentang dismenorea

(pre-test)

Pengetahuan dan sikap siswi tentang

Gambar

Gambar 2.1 Landasan Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Paket Hemat 2 terdiri dari Modul SD, SMP, Skill Count SD dan SMP, English Skill, Administrasi v.4 dengan Logo Aqila Course, Biaya bagi hasil sebesar Rp 1.000,- per siswa

Dinas Pendidikan Provinsi bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan SMP dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam proses pemang- gilan dan keikutsertaan pemenang OSN SMP

Semen Portland Tipe III memberikan kuat tekan awal yang tinggi. Penggunaan Tipe III ini jika cetakan akan segera dibuka untuk.. penggunaan berikutnya atau kekuatan yang diperlukan

To estimate potential economic loss due to tidal inundation, it is needed a comprehensive study with more specific data about the impact of climate change phenomenon and

Dalam percobaan ini didapatkan hasil bahwa penggunaan Abu Batu semakin besar akan menurunkan mutu dari batu bata beton ringan ini semakin turun hal bisa terjadi dikarenakan Abu

Tsunami estimation based on variation of run-up elevation can be calculated by using spatial modeling and SIG through Kriging Interpolation technique. 2006, Review of Tsunami Hazard

Dengan digunakannya Balanced Scorecard sebagai alat penerjemah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi, perencanaan strategik menghasilkan

Guna Memenuhl Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studl Pada Program Diploma III Fakultas Ekonoml.. UNIVERSiTAS SUMATERA