• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBERDAYA INFORMASI ELEKTRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUMBERDAYA INFORMASI ELEKTRONIK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEDIAAN SUMBERDAYA INFORMASI

ELEKTRONIK : UPAYA PUSTAKAWAN

DALAM MENGEMBANGKAN LAYANAN

KONTEN OPEN ACCESS DI PERPUSTAKAAN

OLEH :

MURNIATY, S.SOS.

NIP: 196904102001122001

PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN USU

2015

(2)

i

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access Di Perpustakaan

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat

dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyediaan

Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan

Konten Open Access Di Perpustakaan” ini dengan baik.

Tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana upaya pustakawan sebagai penyedia

informasi di perpustakaan, dalam mengembangkan layanan konten open access melalui

penyediaan sumberdaya informasi elektronik pada layanan digital perpustakaannya.

Makalah ini disusun sebagai bahan bacaan bagi masyarakat yang tertarik pada

bidang ilmu perpustakaan, khususnya yang ingin menambah wawasan tentang penyediaan

sumberdaya informasi elektronik di perpustakaan. Semoga apa yang penulis sajikan

memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada umumnya, terutama bagi para

pustakawan/pengelola perpustakaan di tanah air. Akhir kata, tiada gading yang tak retak,

tiada manusia yang sempurna. Mohon maaf atas kekurangan yang mungkin ada.

Wassalam Penulis

(3)

ii

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access Di Perpustakaan

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

1. Pendahuluan ... 1

2. Alasan Perpustakaan Menyediakan Sumberdaya Informasi Elektronik ... 2

3. Apakah itu Sumberdaya Informasi Elektronik?... 3

4. Apakah Itu “Open Access” ?... 6

5. Perkembangan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan-Perpustakaan di Indonesia... 6

6. Permasalahan Yang Dihadapi ... 8

7. Kontribusi Pustakawan ... 9

8. Penutup ... 11

(4)

1

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

PENYEDIAAN SUMBERDAYA INFORMASI ELEKTRONIK : UPAYA PUSTAKAWAN

DALAM MENGEMBANGKAN LAYANAN KONTEN

OPEN ACCESS DI PERPUSTAKAAN

Oleh : Murniaty, S.Sos.

1. Pendahuluan

Perpustakaan seyogyanya adalah sebuah repositori informasi dengan tujuan

pendirian untuk memenuhi kebutuhan informasi setiap orang atau penggunanya.

Penerapan sistem teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan perpustakaan untuk

mengembangkan dan meningkatkan pelayanannya melalui penyediaan sumberdaya

informasi elektronik pada layanan digital perpustakaan. Penyediaan sumberdaya informasi

elektronik pada layanan digital perpustakaan hanya dapat dimungkinkan apabila

perpustakaan menerapkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi dalam sistem

pengelolaan informasinya.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada dunia perpustakaan saat ini

mulai mengambil alih peran dan fungsi “tradisional” dari perpustakaan. Pada bidang layanan

teknis misalnya, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi, pustakawan saat

ini dimungkinkan untuk melakukan proses seleksi dan akuisisi koleksi melalui akses online,

melanggan database jurnal online, melakukan kegiatan inventarisasi koleksi juga dengan

sistem yang terintegrasi dengan bidang lain secara online. Pada bidang pengolahan,

pustakawan dapat melakukan kegiatan copy cataloguing, input/entri katalog pada metadata

OPAC/SIPUS untuk kemudahan akses sistem temu kembali informasi, upload e-book, upload

e-journal dan upload konten repositori institusi untuk perpustakaan kelembagaan dan

perguruan tinggi. Pada bidang pelayanan pengguna, ada kegiatan penelusuran katalog

online, penelusuran informasi referensi maya, penelusuran e-book dan e-journal,

penelusuran repository institusi pada website perpustakaan kelembagaan dan perguruan

tinggi, sirkulasi online yang terintegrasi dengan bidang-bidang lain (misalnya peminjaman,

pengembalian, keanggotaan, ataupun terintegrasi dengan perpustakaan-perpustakaan

(5)

2

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

fungsinya agar dapat mengikuti arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

tersebut, demikian juga dengan pustakawannya.

Sekarang ini fenomena umum menunjukkan kecendrungan pengguna perpustakaan

untuk menggunakan sumberdaya informasi, baik yang bersifat ilmiah maupun yang non

ilmiah semakin meluas. Berbagai perpustakaan merespon fenomena ini dengan

menyediakan sumberdaya informasi elektronik dalam pelayanan digital perpustakaannya.

Sejumlah perpustakaan Perguruan Tinggi misalnya, mulai melakukan digitalisasi informasi

yaitu dengan cara mendigitalisasi koleksi karya ilmiah yang dimilikinya dan membuatnya

tersedia untuk diakses secara online melalui internet. Sedangkan jenis perpustakaan lainnya

sudah mulai melanggan database jurnal elektronik (e-journal), melanggan koleksi buku

elektronik (e-book), ataupun men-download koleksi tersebut pada situs-situs yang open

access (OA).

Penyediaan sumberdaya informasi elektronik pada sebuah perpustakaan membuka

peluang bagi seorang pustakawan untuk dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan layanan konten OA pada perpustakaannya. Tulisan ini akan membahas

mengenai jenis sumberdaya informasi elektronik apa saja yang dapat disediakan oleh

pustakawan dalam konten OA koleksi perpustakaan digitalnya dan upaya seperti apa yang

dapat diberikan oleh seorang pustakawan dalam mengembangkan layanan konten OA pada

perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.

2. Alasan Perpustakaan Menyediakan Sumberdaya Informasi Elektronik

Fenomena umum yang menunjukkan kecendrungan pengguna perpustakaan untuk

menggunakan sumberdaya informasi elektronik, baik yang bersifat ilmiah maupun yang non

ilmiah, merupakan alasan utama yang dapat dijadikan acuan mengapa perpustakaan perlu

menyediakan sumberdaya informasi elektronik dalam mengembangkan layanan konten OA.

Pada perpustakaan tradisional, pengadaan bahan pustaka sebagai sumber informasi

terbatas pada bahan pustaka yang mempunyai wujud atau bentuk secara fisik berupa bahan

pustaka tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, peta, atlas, jurnal tercetak, koleksi

audio visual, mikrofilm, dan lain-lain. Pada era digital seperti sekarang ini, bahan pustaka

yang dibeli dan dilanggan tidak terbatas pada bahan pustaka tercetak saja, tapi juga bahan

(6)

3

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

(e-journal) dan koleksi buku elektronik (e-book). Secara fisik perpustakaan tidak memiliki

koleksinya, tetapi perpustakaan memiliki akses ke koleksi tersebut jika perpustakaan

melanggannya. Untuk menghadapi semakin gencarnya serbuan sumberdaya informasi

elektronik, perpustakaan tidak hanya dituntut untuk memberikan layanan pada pengguna

dengan informasi yang tepat (right information for the right users), tetapi faktor kecepatan

waktu dalam layanan informasi juga lebih dituntut. Pada akhirnya, sekarang ini persepsi

masyarakat menuntut perpustakaan tidak hanya menjadi pusat sumber informasi tetapi

menjadi right information, right users and right now. Oleh karena itu disamping

menyediakan bahan pustaka tercetak, penyediaan sumberdaya informasi elektronik pada

koleksi perpustakaan saat ini menjadi pilihan yang tepat.

3. Apakah itu Sumberdaya Informasi Elektronik?

Surachman dalam artikelnya (2014: 3) mengatakan: “Sumberdaya informasi

elektronik merupakan tulang punggung perpustakaan dalam menghadirkan lingkungan dan

atmosfer digital bagi para penggunya. Keberadaan digital natives yang semakin

mendominasi pengguna perpustakaan saat ini semakin mendorong perpustakaan untuk

dapat menyediakan berbagai sumberdaya informasi elektronik di perpustakaan”.

Secara prinsip semua sumberdaya informasi yang menjadi koleksi perpustakaan

yang dapat diakses secara elektronik (online) dapat digolongkan ke dalam bentuk

sumberdaya informasi elektronik. Jenis-jenis sumberdaya informasi elektronik di

perpustakaan menurut pedoman IFLA (dalam Surachman, 2014: 3) terdiri dari :

1. Buku elektronik: biasa dikenal dengan sebutan e-books. Buku elektronik, ada yang terbit

berupa versi elektroniknya saja ada juga berupa versi tercetak tetapi diterbitkan juga versi elektroniknya. Buku elektronik biasanya ditawarkan baik dalam bentuk satuan maupun paket atau basis data dari penerbit. Saat ini banyak penerbit yang sudah memfokuskan pada penerbitan buku dalam versi elektronik. Akses terhadap buku elektronik ini bisa berupa mengunduh file secara utuh (biasanya berbentuk PDF) maupun ‘membaca’ bagian per bagian. Contoh dari sumber informasi elektronik ini adalah EBRARY, Ebscohost Books, Wiley E-Book, dan Springer E-Book.

2. Jurnal elektronik: biasa dikenal dengan sebutan e-journals. Jurnal disini merupakan jurnal

yang diterbitkan khusus dalam bentuk elektronik maupun jurnal tercetak yang kemudian diterbitkan juga versi elektroniknya.

4. Basis data naskah lengkap (agregasi): secara umum dikenal sebagai aggregated database.

Sumber informasi elektronik berbentuk basis data lengkap agregasi ini biasanya

(7)

e-4

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

proceeding, e-paper, dll) dalam satu wadah, yang diperoleh dari satu atau lebih penerbit atau penyedia konten elektronik. PROQUEST & EBSCO adalah salah satu contoh bentuk database agregasi.

5. Basis data indeks dan abstrak: selain berbentuk naskah lengkap, beberapa sumber

informasi elektronik juga ditampilkan hanya dalam bentuk indeks atau abstrak saja. Beberapa penyedia basis data menyediakan informasi atau sumber informasi hanya berupa abstrak atau indeks saja, namun dilengkapi dengan analisis terhadap dokumen yang ada misalnya analisis sitiran. Sebagai contoh model sumber informasi elektronik ini adalah produk SCOPUS dan Proquest Abstract.

6. Basis data referensi (biografi, kamus, direktori, ensiklopedi, dsbnya): merupakan satu

bentuk sumberdaya informasi elektronik yang menampilkan semua informasi yang berupa koleksi referensi, seperti biografi, kamus, direktori, ensiklopedi dan sejenisnya. Salah satu contoh dari sumber informasi elektronik jenis ini adalah ENCYCLOPEDIA AMERICANA Online.

7. Basis data statistik dan angka: merupakan sumberdaya informasi elektronik yang

menyediakan berbagai data berupa data statistik dan angka. Biasanya berupa data-data perusahaan, data perekonomian dan data statistik lainnya. Contoh dari sumber informasi ini adalah OSIRIS, CEIC Data, BPS Database, IMF Statistics, dan World Bank Databases.

8. Gambar Elektronik: merupakan sumberdaya informasi elektronik yang menyediakan

berbagai gambar. Saat ini sudah banyak media yang menyediakan gambar elektronik baik yang berbayar ataupun tidak. Google Images, Flickr, Instagram, IStockPhoto, Shutter Stock dan sejenisnya adalah contoh dari sumberdaya informasi gambar elektronik ini.

9. Sumber informasi audio/visual elektronik: merupakan sumberdaya informasi elektronik

dalam bentuk audio visual seperti film, musik, dokumenter, dan sejenisnya. Contoh dari sumber informasi elektronik bentuk ini adalah Alexander Street Press, IMDB, Youtube , dan iTunes.

(Surachman, 2014: 3)

10. Menurut penulis sumberdaya informasi elektronik yang tidak kalah pentingnya saat ini

adalah berupa penyediaan koleksi repositori pada Perpustakaan Perguruan Tinggi dan

Kelembagaan, yaitu berupa karya tulis ilmiah atau hasil-hasil penelitian yang terhimpun

dalam grey literature dan merupakan lokal konten yang di publish oleh Perpustakaan

Perguruan Tinggi dan Kelembagaan pada website perpustakaan, sehingga dapat diakses

secara online. Jenisnya antara lain skripsi, tesis, disertasi, karya ilmiah dosen, hasil-hasil

penelitian, prosiding hasil seminar, lokakarya, hasil pertemuan ilmiah, pidato

pengukuhan, pidato rektor, arsip-arsip elektronik, dan lain-lain.

(8)

5

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

e-proceeding, dan lain-lain, dimana jenis dan ragamnya saat ini sudah banyak ditemukan

pada situs-situs online di internet.

Berbagai jenis sumberdaya informasi elektronik seperti di atas sangat perlu

disediakan di perpustakaan, untuk mengantisipasi kebutuhan pengguna yang semakin

beragam di era digital seperti sekarang ini. Pemanfaatan dan akses terhadap sumberdaya

informasi elektronik jauh lebih luas jika dibandingkan dengan bahan tercetak. Sumberdaya

informasi elektronik dapat digunakan oleh banyak pengguna (multi user) dalam waktu yang

bersamaan dan dapat dimanfaatkan dengan akses jarak jauh (remote access) tanpa harus

datang ke perpustakaan.

Pola pengembangan sumberdaya informasi elektronik untuk perpustakaan adalah

dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi elektronik yang bersifat free access dan

OA. Perpustakaan melalui pustakawan atau staf perpustakaan dapat mulai mengumpulkan

tautan-tautan ke sumberdaya informasi elektronik gratis dan terbuka untuk kemudian

menyediakannya agar dapat diakses oleh penggunanya. Beberapa penerbit terkenal selain

menyediakan akses ke sumber berbayar juga menyediakan ke sumber gratis atau terbuka.

Saat ini banyak sumberdaya informasi elektronik baik berupa jurnal elektronik, buku

elektronik maupun bentuk lainnya yang dapat dimanfaatkan secara gratis dan terbuka oleh

semua orang. Perpustakaan hanya perlu melakukan organisasi atau pengelolaan terhadap

sumber-sumber ini sehingga dapat terseleksi dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Sumberdaya informasi elektronik seperti Directory Open Access Journal (DOAJ), Wiley Open

Access, Springer Open Access, Youtube, dan sejenisnya adalah salah satu contoh dari adanya

sumberdaya informasi elektronik berjenis free access dan open access. Kemampuan

pengelola perpustakaan dalam memutuskan pola pengembangan koleksi atau sumberdaya

informasi elektroniknya menjadi penting bagi upaya membangun lingkungan digital atau

perpustakaan digital. P e r p u s t a k a a n p e r l u m e m b u a t s a t u k e b i j a k a n u m u m

m e n g e n a i p e n g e l o l a a n d a n kebijakan seleksi pengembangan sumberdaya

informasi elektroniknya. Hal ini penting agar pengembangan sumberdaya informasi

elektronik yang dilakukan oleh perpustakaan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan

(9)

6

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

4. Apakah Itu “Open Access” ?

Open Access (OA) merupakan satu istilah yang semakin booming saat ini. Meskipun

OA bukan merupakan topik yang baru tetapi OA masih menjadi bahasan-bahasan yang

cukup hangat bagi para pustakawan dan masih menjadi trending topic dalam acara-acara

seminar yang diselenggarakan oleh perpustakaan-perpustakaan di Indonesia akhir-akhir ini.

OA sebenarnya merupakan sebuah terobosan baru untuk mendapatkan

informasi/literatur secara gratis melalui media internet. Orang tidak perlu mengikuti

pendidikan formal ataupun membeli informasi/literatur dengan biaya yang mahal untuk

mendapatkan sebuah informasi/literatur. Mereka hanya perlu membuka internet dan

kemudian mereka akan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan melalui akses gratis

yang tersedia di internet. Sebagaimana Pendit (2008) secara jelas mengatakan:

OA adalah ketersediaan artikel-artikel secara cuma-cuma di internet, agar memungkinkan

semua orang membaca, mengambil, menyalin, menyebarkan, mencetak, menelusur, atau membuat kaitan dengan artikel-artikel tersebut secara sepenuhnya, menjelajahinya untuk membuat indeks, menyalurkannya sebagai data masukan ke perangkat lunak, atau menggunakannya untuk berbagai keperluan yang tidak melanggar hukum, tanpa harus menghadapi hambatan finansial, legal, ataupun teknis selain hambatan-hambatan yang tidak dapat dilepaskan dari kemampuan mengakses internet itu sendiri”.

Jadi, fenomena OA memungkinkan setiap orang untuk dapat mengakses

informasi/literatur berkualitas secara gratis, bebas hambatan dan menggunakannya untuk

berbagai keperluan yang legal, tidak melanggar hak cipta dan hukum serta tanpa harus

terbebani secara finansial. Semakin banyak literatur ilmiah yang diterbitkan dengan prinsip

OA, semakin cepat masyarakat dunia akan menikmati keuntungan dari OA dan akan

memberi manfaat lebih besar bagi umat manusia di dunia.

5. Perkembangan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan-Perpustakaan di Indonesia

Perkembangan layanan konten OA di Perpustakaan-perpustakaan di Indonesia

tentunya sejalan dengan perkembangan gerakan OA di Indonesia. Bagaimana

perkembangan gerakan OA di Indonesia? A. Ridwan Siregar (Siregar, 2012: 1) dalam sebuah

makalah seminarnya mengatakan:

(10)

7

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

berkembang dibandingkan di negara maju. Harga jurnal berlangganan misalnya terasa sangat mahal bagi negara berkembang karena perbedaan daya beli. OA dapat berarti pemerataan akses antara negara maju dengan negara berkembang. Kedua, literatur OA dari negara berkembang yang sebelumnya kurang dikenal akan mendunia dan membuka peluang untuk berkolaborasi”.

Dapat dikatakan bahwa selama ini negara-negara berkembang, termasuk Indonesia

mempunyai masalah dalam mengakses hasil-hasil penelitian internasional, karena

kebanyakan perpustakaan tidak memiliki dana yang cukup untuk melanggan jurnal-jurnal

ilmiah yang cenderung semakin tinggi harganya. Dengan berkembangnya repository

kelembagaan dan jurnal-jurnal OA, akan memberikan jalan keluar terhadap masalah yang

ada.

Bagi dunia perpustakaan di Indonesia, OA mempunyai dampak tersendiri terhadap

perpustakaan. Ketersediaan sumberdaya informasi elektronik, terutama untuk

literatur-literatur ilmiah di situs-situs OA secara gratis tentunya sangat membantu perpustakaan yang

sungguh-sungguh ingin mengembangkan layanan konten OA yang bermutu dengan

ketersediaan dana yang sangat terbatas. Selain itu penyediaan e-book dan e-journal secara

berlangganan juga akan sangat membantu pengguna perpustakaan untuk dapat mengakses

informasi yang up-todate setiap saat.

Bagi Perpustakaan Kelembagaan dan Perguruan Tinggi di Indonesia, fenomena OA

bahkan memunculkan optimisme baru bagi kalangan pustakawan yang ingin

mengelola/menyimpan sumberdaya informasi elektronik kelembagaan. Gerakan OA

menjadi akar bagi kemunculan Institusional Repository (IR), dimana IR dapat dijadikan

sarana bagi lembaga-lembaga penelitian serta perguruan tinggi untuk menyebarluaskan

hasil-hasil penelitian dan karya-karya akademisi dari lingkungan mereka. Dengan demikian

literatur-literatur ilmiah yang dipublish secara OA dari negara Indonesia yang sebelumnya

kurang dikenal akan mendunia dan membuka peluang untuk berkolaborasi.

Secara umum, jika layanan konten OA terus dikembangkan di

perpustakaan-perpustakaan negara berkembang seperti di Indonesia, maka peluang masyarakat untuk

dapat mengakses sumberdaya informasi elektronik ilmiah akan semakin besar. Dengan

demikian masyarakat akan dapat mengakses artikel-artikel ilmiah hasil penelitian dari para

(11)

8

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

6. Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan layanankonten OAdi Indonesia

sangat beragam alasannya. Mengadopsi pendapat dari Al Muhdil Karim (2015) beberapa

alasan yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan kurang berkembangnya layanan konten

OA di Indonesia antara lain :

1. Masih banyak perpustakaan di Indonesia yang belum memiliki konsep perpustakaan

digital dalam mengembangkan layanannya. Faktor penyebabnya antara lain karena

keterbatasan dana operasional, keterbatasan sumber daya manusia dan juga masih

rendahnya minat pustakawan untuk menguasai teknologi informasi, sehingga hal ini

menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan layanan OA di Indonesia.

2. Aspek pertumbuhan informasi juga nampaknya belum menjadi perhatian yang serius

bagi masyarakat Indonesia. Perlu dipahami bahwa setiap hari, setiap jam, setiap menit,

bahkan setiap detik sekalipun informasi terus tumbuh dan berkembang, sehingga

fenomena ini akan mengakibatkan para pencari informasi selalu ingin tahu akan

perkembangan informasi terbaru yang sesuai dengan bidang minatnya, terutama

informasi yang berbentuk elektronik karena lebih mudah menemukannya dibanding

informasi tercetak. Salah satu cara mereka untuk mengetahui informasi terbaru tersebut

adalah dengan melihat informasi yang tersedia secara OA pada situs-situs free access di

internet.

3. Pengadaan sumberdaya informasi elektronik menjadi permasalahan tersendiri bagi

perpustakaan yang pada umumnya adalah perpustakaan kecil di Indonesia. Harga

database jurnal berlangganan terasa sangat mahal bagi perpustakaan-perpustakaan di

Indonesia karena adanya perbedaan daya beli bagi setiap perpustakaan. Sistem

langganan berupa hak akses dalam waktu tertentu belum begitu populer di

perpustakaan kecil yang ingin bertransformasi menjadi perpustakaan digital. Disini tugas

pustakawan menjadi bertambah dengan skill yang harus ditingkatkan.

4. Sikap pustakawan Indonesia dalam mengembangkan konten OA juga terlihat seperti

sikap menunggu bola. Pustakawan cenderung malas melakukan browsing dan

(12)

9

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

e-book yang free access, kemudian menghimpunnya pada database perpustakaan.

Kondisi ini sewajarnya menjadi perhatian serius dalam pengembangan konten layanan

OA pada sebuah perpustakan.

5. Belum adanya kebijakan dan aturan-aturan hukum yang jelas dari pemerintah yang dapat

dijadikan sebagai payung hukum bagi pustakawan dalam mengembangkan layanan

konten OA di Indonesia, sehingga dalam bekerja pustakawan masih takut akan dampak

hukum yang dapat ditimbulkan dalam publikasi layanan konten OA. Karena tidak semua

penulis atau peneliti yang bersedia karyanya dipublikasikan dalam repository informasi

(repository institusi). Mungkin hal ini berkaitan dengan kerahasiaan tulisan atau hasil

penelitian, pembayaran royalti, takut terjadinya plagiarisme, dan lain-lain. Hal ini

mengakibatkan lambannya pustakawan dalam mengembangkan layanan konten OA pada

perpustakaan digitalnya. Sebagai contoh, dalam kasus di perpustakaan perguruan tinggi

terkait pembukaan akses ke dalam naskah lengkap (full text) terhadap karya akhir

mahasiswa seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Perpustakaan sering dihadapkan pada

ketidakjelasan peran dalam kewenangan membuka akses ke sumberdaya informasi

elektronik yang dimiliki. Hal ini menyebabkan perpustakaan tidak dapat

menampilkan atau cenderung membatasi akses ke sumberdaya informasi elektronik

kepada penggunanya.

6. Kurangnya pemahaman pustakawan dan pengguna perpustakaan tentang “Common

Creative” yang dapat dijadikan dasar kebijakan sebagai pilihan lisensi untuk melakukan

publikasi, distribusi, penggunaan, dan penggunaan kembali sebuah karya atau tulisan.

7. Kontribusi Pustakawan

Berbagai permasalahan yang menjadi kendala kurang berkembangnya layanan

konten OA di Indonesia seperti yang telah disebutkan di atas hendaknya menjadi cambuk

bagi pustakawan untuk dapat mengatasinya. Pustakawan sebagai pengelola informasi perlu

mengetahui dan mengikuti perkembangan terbaru mengenai berbagai hal yang terkait

dengan isu gerakan OA. Perkembangan gerakan OA hendaknya menjadi angin segar bagi

pustakawan untuk lebih maju dan lebih profesional dalam mengelola sumberdaya informasi

(13)

10

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Era OA membuka peluang bagi pustakawan untuk dapat mewujudkan kiprahnya

secara lebih nyata dalam memberikan layanan informasi kepada pengguna secara lebih luas

lagi. Terkait dengan gerakan OA maka sikap pustakawan diharapkan juga pro OA. Artinya,

pustakawan sebagai penyedia sumberdaya informasi di perpustakaan harus senantiasa pro

aktif untuk menyediakan dan mengembangkan konten OA pada sumberdaya informasi

elektronik yang dimilikinya. Adanya konten OA pasti akan mengubah cara pengguna dalam

menelusur informasi yang dibutuhkannya yaitu secara online.

Beberapa kontribusi yang dapat diberikan oleh pustakawan dalam pengembangan

layanan konten OA di perpustakaan misalnya:

1) Melakukan re-organisasi perpustakaan.

Organisasi perpustakaan harus dapat mengakomodir semua kegiatan-kegiatan yang

mendukung pengembangan layanan konten OA. Jika perpustakaan sebelumnya sudah

memiliki 3 bagian penting dalam struktur organisasinya yaitu: 1) Bagian Pengadaan

Koleksi, 2) Bagian Pengolahan Koleksi, dan 3) Bagian Pelayanan Informasi, maka untuk

pengembangan konten OA perlu ditambah yaitu 4) Bagian Pengembangan Sumberdaya

Informasi Elektronik, 5) Bagian Manajemen Sumberdaya Informasi Elekronik yang

tugasnya antara lain melakukan perencanaan, pengadaan, pengolahan, pengawasan,

evaluasi hingga pemeliharaan sumberdaya informasi elektronik.

2) Melakukan pengembangan sistem teknologi informasi.

Pengembangan konten OA mengharuskan perpustakaan memiliki sistem teknologi

informasi yang canggih, handal, aman dan mampu menampung semua aktivitas yang

diperlukan, baik oleh pustakawan (seperti pembuatan report) maupun oleh pengguna

perpustakaan (seperti melakukan penelusuran informasi sesuai dengan kebutuhannya).

Oleh karena itu sistem teknologi informasi perpustakaan harus dapat bertransformasi

dari yang sebelumnya hanya digital ke web-based, karena konten OA sepenuhnya hanya

dapat ditelusur secara online (web).

3) Mengkaji peran penting Open Access Librarian

Keberadaan Open Access Librarian sama pentingnya dengan infrastruktur teknologi

(14)

11

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

sebagai konten OA tidak akan ada artinya apabila tidak ada pustakawan yang proaktif

dalam melakukan sosialisasi, advokasi, dan promosi, untuk meningkatkan keterpakaian

konten OA serta pemanfaatannya secara baik dan benar. Zuntriana (2013: 76) dalam

tulisannya mengatakan: “Pada perpustakaan perguruan tinggi peran penting OA Librarian

ini akan lebih nyata lagi yaitu bagaimana OA Librarian mampu mengenalkan fungsi

repositori pada sivitas akademika, mengajarkan literasi informasi, serta ikut serta dalam

upaya pencegahan plagiarisme”.

Lebih lanjut Zuntriana mengatakan (2013: 78): “tugas seorang OA Librarian adalah

mengenalkan dan mengadvokasi OA kepada sivitas akademika. Kuncinya adalah dengan

membangun academic liaisonship dengan para dosen dan mahasiswa. Academic

liaisonship bisa diartikan dengan hubungan dan kerjasama terkait dengan proses

perkuliahan dan kegiatan mahasiswa serta dosen. Dalam prakteknya OA Librarian

berperan untuk meyakinkan para dosen dan mahasiswa agar bersedia berkontribusi dalam repository institusi”.

4) Melakukan perubahan pola kerja pustakawan.

Pada perpustakaan konvensional, pola kerja pustakawan pada umumnya adalah bertatap

muka atau berinteraksi secara langsung dengan pengguna, bersikap menunggu pengguna

yang hadir secara fisik ke perpustakaan sesuai dengan jam buka pelayanan perpustakaan.

Pada perpustakaan digital atau berkonsep web-based, pola kerja pustakawan yang

konvensional harus dirubah. Semua pekerjaan dikendalikan oleh pengendali otomatis.

Cara melakukan pekerjaan juga mengalami perkembangan seperti melakukan negosiasi

dengan vendor-vendor e-resources, menangani pengadaan, melakukan pengolahan,

pengawasan, evaluasi, hingga pekerjaan melakukan evaluasi secara terus menerus

terhadap pemanfaatan sumberdaya informasi elektronik oleh pengguna.

8. Penutup

Sekarang bukan jamannya lagi mencari-cari buku dari katalog kusam di

perpustakaan. Kemajuan Teknologi Informasi (TI) di bidang perpustakaan telah banyak

digunakan untuk memudahkan para pengguna perpustakaan menemukan buku favoritnya.

Dengan hanya mengetik judul buku atau nama pengarang pada layar komputer, informasi

mengenai posisi serta keberadaan buku yang kita cari pun akan segera tersaji di layar

(15)

12

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

dicari pada layar komputer, akan ditemukan ribuan tulisan dari berbagai belahan dunia dan

dapat diakses secara terbuka dan gratis.

Penyediaan sumberdaya informasi elektronik sangat diperlukan sebagai pelengkap

bagi sumberdaya informasi cetak yang dimiliki oleh perpustakaan. Idealnya, setiap

perpustakaan dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk mendukung

pengelolaan sumberdaya informasi elektronik, sehingga pengguna dapat menikmati

berbagai kemudahan dan kenyamanan dalam proses temu kembali informasi yang

dibutuhkannya.

Secara umum, jika penyediaan sumberdaya informasi elektronik sebagai upaya

dalam mengembangkan layanan konten OA terus dikembangkan di

perpustakaan-perpustakaan negara berkembang seperti di Indonesia, maka peluang masyarakat untuk

dapat mengakses sumberdaya informasi elektronik ilmiah akan semakin besar. Dengan

demikian masyarakat akan dapat mengakses artikel-artikel ilmiah hasil penelitian dari para

ilmuwan secara gratis.

Untuk meningkatkan nilainya, perpustakaan harus dapat memfasilitasi dan

berpartisipasi aktif dalam membuka akses bagi pengguna ke berbagai sumberdaya informasi

elektronik yang terbuka dan gratis yang ada di seluruh dunia. Selain itu peran aktif

pustakawan sangat diperlukan dalam upaya melakukan melakukan sosialisasi, advokasi, dan

promosi mengenai konten OA agar dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar. Dengan

demikian pustakawan dapat mendukung keberhasilan gerakan OA di dunia, khususnya di

(16)

13

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Daftar Referensi

1. Karim, Al Muhdil. 2015. Perpustakaan Digital Serta Perannya Dalam Masyarakat

Informasi Serta Isu Isu yang Terkait di Indonesia.

Sumber :Akses tanggal : 19 Maret 2015.

2. Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital Dari A Sampai Z. Jakarta: Karyakarsa

Mandiri.

3. Siregar, A. Ridwan. 2012. Open Access dan Perkembangannya di Indonesia. Makalah

seminar. Medan: Universitas Sumatera Utara.

4. Surachman, Arif. 2015. Pengembangan E-Resources: Salah Satu Upaya Membangun

Perpustakaan Digital.

Sumber :

5. Zuntriana, Ari. 2013. Open Access Librarian: Mengkaji Peran Aktif Pustakawan Perguruan

Tinggi Dalam Gerakan Open Access. Dalam buku Perpustakaan Indonesia Menghadapi

Referensi

Dokumen terkait

Di daerah ini ada jenis bintang laut yang mendominasi yaitu spesies Protoreaster nodosus, jenis ini di perairan pantai desa Mokupa dikategorikan sangat melimpah,

a) Pendidikan D3 Kebidanan. b) Diutamakan yang sudah berpengalaman sesuai bidang kompetensinya dibuktikan dengan foto copy Surat Izin Praktek (SIP) / Surat Izin Kerja (SIK)/

Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori dan aplikasi dalam praktik..

diri, ada juga dinilai dari sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diria. Pengetahuan pemenuhan perawatan diri bagi lansia merupakan

PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS IX..

Berdasarkan percobaan dan diskusi yang telah kamu lakukan, apa yang dapat kamu simpulkan?.. Pada percobaan sifat kelembaman suatu benda, kamu menemukan fakta bahwa gelas

Berdasarkan uraian di atas bahwa yang dimaksud strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan masyarakat termaksud pedagang pakaian dengan cara memaksimalkan

Out-of- class Language Learning Activities and Students’ Achievement (A Case Study of Indonesian Students in a Senior High School, Bandung, Indonesia)..