• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Andaliman dengan Batang Kecombrang dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu Bubuk Sambal Andaliman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Andaliman dengan Batang Kecombrang dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu Bubuk Sambal Andaliman"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Sambal

Sambal merupakan makanan pendamping yang menjadi bagian dan budaya makan yang dikenal bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Sambal dapat dihidangkan bersamaan dengan makanan lain sebagai penyedap rasa. Tiap daerah memiliki resep sambal yang berbeda beda yang sering ditambahkan dengan tanaman khas setempat yang dikenal di daerah tersebut. Sambal sering ditambahkan dengan bahan pangan yang terkenal pada suatu daerah tertentu. Hal inilah yang membuat sambal memiliki cita rasa yang khas pada setiap daerahnya (Tim Dapur Demedia, 2008).

Penambahan sambal sebagai makanan pendamping mampu mengundang selera makan dan mengurangi rasa hambar pada makanan. Sambal merupakan produk yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat karena mampu mendampingi hampir semua jenis makanan olahan. Tingkat konsumsi sambal yang tinggi membuat konsumen ingin mengkonsumsinya dalam bentuk yang praktis. Hal ini membuat sambal sering dijadikan sebagai peluang bisnis dalam bentuk sambal instan (Sutomo, 2014).

(2)

rempah rempah berdasarkan mutu bumbu atau bubuk rempah menurut SNI 01-3709-1995 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Mutu bumbu rempah

Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Keadaan :

(3)

Beragam komponen aktif terkandung dalam rempah rempah dan memegang peranan yang penting. Rempah rempah secara alami mengandung zat antioksidan, antikapang, antibakteri, dan antibiotik yang berfungsi sebagai pengawet pada pembuatan bumbu. Senyawa pengawet yang terkandung dalam rempah juga mampu mencegah kerusakan makanan dari serangan mikroba pembusuk (Hambali, dkk., 2005b).

Bumbu instan atau bumbu jadi merupakan campuran beberapa rempah rempah dengan komposisi tertentu yang dapat ditambahakan pada olahan pangan. Bumbu jadi berdasarkan betuknya terbagi menjadi dua, yaitu bumbu basah dan bumbu kering. Sambal digolongkan kedalam salah satu bumbu basah (Tarwotjo, 1998). Bumbu instan pada umumnya berbentuk pasta atau basah dengan kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroba atau pertumbuhan kapang yang mengurangi kadar awetnya (Hambali, dkk., 2005a).

Pembuatan bumbu instan dari rempah rempah meliputi tahap pengecilan ukuran, pemblansingan, pengeringan, dan pemanasan. Kondisi pengolahan bumbu instan yang paling penting adalah untuk menghindari zat zat penting dan segar hilang, menurunkan kadar air, dan ada tidaknya kotoran dalam produk sehingga produk tidak mengalami penyimpangan, warna, aroma, dan rasa (Hambali, dkk., 2005a).

Komposisi Sambal

(4)

dengan rasa asam getir dan aromanya yang khas (Sutomo, 2014). Rasa yang asam tidak hanya berasal dari penambahan jeruk nipis, tetapi juga penambahan batang kecombrang (rias sebutan untuk daerah Sumatera Utara).

Sambal andaliman merupakan sambal yang terkenal bagi orang Batak. Sambal ini sering digunakan pada upacara adat atau dikonsumsi sehari hari. Bahan bahan yang dipakai dalam pembuatan sambal ini adalah 27,78% cabai merah keriting, 5,56% cabai rawit, 11,11% bawang merah, 5,56% bawang putih, 11,11% kemiri, andaliman, batang kecombrang, 6% jeruk nipis, 4% garam, dan 5,56% gula. Penambahan andaliman memberikan rasa dan aroma yang khas (Sutomo, 2014).

Cabai

Cabai (Capsicum annum L) merupakan suatu bahan pangan yang digolongkan kedalam jenis buah. Cabai sering diolah menjadi makanan olahan atau makan pendamping yang mampu menambah selera makan. Buah cabai sering dikenal sebagai bahan penyedap dan pelengkap menu masakan khas Indonesia (Nawangsih, dkk., 2001).

Biji cabai mengandung zat kapsaisin yang menghasilkan rasa pedas. Cabai kering mampu memperpanjang masa simpan. Pengeringan dapat dilakukan pada suhu 60 oC selama 10-25 jam. Pengeringan dilakukan hingga kadar airnya berkurang menjadi 5-8%. Penurunan kadar air yang tepat pada cabai ditandai dengan dapat dipatahkannya cabai yang telah dikeringkan.

(5)

Pengeringan dapat dilakukan dengan pengeringan matahari atau menggunakan alat seperti oven (Suyanti, 2007).

Zat kapsaisin mengandung zat ekspektoran yang dapat meredakan batuk, mengencerkan lendir, dan meringankan penyakit asma. Rasa pedas yang dihasilkan cabai juga mampu melancarkan peredaran darah, mencegah flu dan demam, mengurangi rasa pegal dan rematik. Selain zat kapsaisin, cabai juga mengandung alkaloid, fosfor (P), vitamin C, kasium, besi (Fe), flavonoid dan minyak esensial (Suyanti, 2007). Kandungan gizi cabai dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi cabai keriting dalam 100 g bahan

(6)

peternakan. Cabai rawit juga mampu menyembuhkan sakit tenggorokan (Nawangsih, dkk., 2001).

Cabai rawit dikenal dengan rasanya yang lebih pedas jika dibandingkan dengan cabai merah keriting. Cabai ini memiliki warna yang bervariasi seperti merah, kuning, dan orange. Panjang buahnya berukuran 2,0-3,5 cm dengan diameter 0,4-0,7 cm (Nawangsih, dkk., 2001).

Bawang Merah

Bawang merah juga sering ditambahkan hampir pada semua makanan olahan yang berfungsi sebagai penyedap masakan (Manalu, 2009). Bawang merah memberikan flavor dan rasa yang khas. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa sulfur. Sulfur merupakan senyawa non asam amino yang digolongkan dalam senyawa volatil yang memberikan aroma yang khas. Bawang merah juga berfungsi sebagai antimikroba dan menurunkan kolesterol dalam tubuh (NPCS Board of Consultans & Engineers, 2015). Kandungan gizi pada bawang merah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan gizi bawang merah dalam 100 g bahan

(7)

Bawang Putih

Penambahan bawang putih (Allium sativum) pada olahan bahan pangan memberikan aroma yang khas. Bawang putih juga berfungsi sebagai antimikroba. Senyawa allicin memberikan aroma yang khas pada bawang putih, dan memiliki daya antibakteri yang kuat (Ayustaningwarno, dkk., 2015). Kandungan gizi pada bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan gizi bawang putih dalam 100 g bahan

Kandungan Jumlah

Kemiri berbentuk biji yang berukuran kecil. Kemiri merupakan bumbu dapur yang bijinya berwarna putih kekuningan. Selain dijadikan bumbu masak, kemiri juga sering diambil minyaknya karena mengandung 60% minyak (Istriyani, 2011). Biji kemiri mengandung minyak kuning, berlemak dan mengeluarkan bau yang harum. Biji kemiri juga mengandung kimia seperti asam palmitat, asam stearat, asam miristat, dan asam lemak (Redaksi Agromedia, 2008).

(8)

sehingga dapat bermanfaat sebagai antioksidan, obat diare, sariawan, obat sakit kepala, dan desentri. Daging biji kemiri mentah mengadung toksin berupa senyawa toxalbulamin. Hal ini menyebabkan daging biji kemiri harus dimasak terlebih dahulu untuk menurunkan kadar toksinnya dengan cara digongseng dengan suhu 90 oC (Ong, 2008).

Daging buah kemiri sering ditambahkan pada bumbu masakan pada jumlah yang kecil. Penambahan kemiri pada pengolahan bumbu dapat membentuk kekentalan karena kandungan minyak kemiri yang tinggi. Daging kemiri yang digongseng dapat mengeluarkan aroma yang harum dan khas kandungan minyaknya (Wong, 2000). Penambahan kemiri merupakan tahap terakhir saat penghalusan bumbu. Hal ini dikarenakan kandungan minyak kemiri membuat bumbu menjadi lebih lengket dan sulit untuk dihaluskan (Tarwotjo, 1998). Kandungan gizi buah kemiri dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan gizi per 100 g daging biji kemiri

(9)

bunga jeruk nipis dapat dipakai untuk mengobati beberapa penyakit seperti batuk, demam, kepala pusing, menurunkan berat badan, dan sakit tenggorokan (Hariana, 2013).

Jeruk nipis juga sering ditambahkan pada olahan bahan pangan seperti pada sambal. Penambahan jeruk nipis berupa perasan yang memberikan rasa asam dan segar pada olahan bahan pangan. Jeruk nipis mengandung senyawa asam dominan berupa asam askorbat. (Sutomo, 2014). Penambahan asam pada pengolahan bumbu merupakan tahap akhir setelah penghalusan semua bumbu. Hal ini dikarenakan kandungan asam askorbat jeruk nipis dapat menggumpalkan minyak atau lemak yang terkandung secara alami pada rempah rempah yang dihaluskan. Penggumpalan lemak dapat mengakibatkan bumbu sulit untuk dihaluskan (Tarwotjo, 1998).

Penambahan asam askorbat pada pengolahan bahan pangan menjadi tepung berperan dalam melindungi bahan dari proses pencoklatan dan kadar total fenol terlarut. Pemberian asam askorbat dengan konsentrasi 2% dapat memberikan pengaruh pada penampakan warna tepung dan melindungi bahan dari proses pencoklatan (Estiasih, dkk., 2015).

(10)

Tabel 6. Kandungan gizi jeruk nipis dalam 100 g bahan

Kandungan gizi Jumlah

Air (g) 88,3

Lemak (g) 0,3

Protein (g) 1

Karbohidrat (g) 11

Kalsium (mg) 33

Fosfor (g) 18

Zat besi (mg) 0,6 Vitamin A (IU) 50

Vitamin C (mg) 29,1 Energi (kj) 30

Sumber : USDA, 2014

Andaliman

Tanaman andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) merupakan tanaman yang dapat di temukan di daerah Tapanuli, dapat dilihat pada Gambar 1. Tanaman ini sering digunakan sebagai bumbu tambahan pada masakan orang Batak. Andaliman memberikan pengaruh flavor yang unik yaitu aroma lembut seperti jeruk dengan rasa yang menggigit sehingga menghasilkan rasa getir (kelu pada lidah). Buah andaliman berukuran kecil dan butirannya seperti merica. Buah andaliman yang matang berwarna merah sedangkan buah andaliman yang kering akan berwarna hitam, yang dapat dilihat pada Gambar 2. Andaliman dikenal dengan aromanya yang khas dan rasanya yang getir (Hidayah, 2015).

(11)

Gambar 2. Buah andaliman (Detik, 2015)

Rasa getir yang dihasilkan andaliman dapat merangsang produksi air liur. Hal ini disebabkan oleh senyawa terpenoid dan

2-methylpropyl-dodecatetraenamide yang disebut Sanshool (Wijaya, 2000). Andaliman juga

digolongkan kedalam bumbu yang bentuknya seperti merica. Andaliman sering digunakan pada penambahan masakan olahan atau dalam pembuatan sambal sambalan (Pranata dan Narit, 2008).

Andaliman memiliki aroma khas yang berasal dari senyawa citronellal yang memeberikan karakter sitrus yang kuat dan limonene yang memberikan aroma kulit jeruk yang manis (Wijaya, dkk., 2002). Aroma andaliman mudah menguap pada saat pengeringan. Pencampuran andaliman dengan menggunakan pati atau pektin dapat melapisi andaliman sehingga aromanya tidak mudah menguap atau rusak pada saat pengeringan. Pemberian pati atau pektin sebesar 3% mampu melapisi andaliman sehingga aroma khas andaliman tetap terjaga (Sormin, 2007).

(12)

Tabel 7. Kandungan gizi andaliman dalam 100 g bahan

Kandungan gizi Jumlah

Energi (kal) 99

Protein (g) 4,6

Lemak (g) 1

Karbohidrat (g) 18

Kalsium (mg) 383 Fosfor (mg) 107

Zat besi (mg) 2,9

Vitamin B1 (mg) 3

Vitamin C (mg) 21

Sumber : USDA, 2014

Kecombrang

Nama lain kecombrang, kincuang (Minangkabau), Siantan (Malaya). Batang, daun, bunga tanaman kecombrang memiliki ciri-ciri berwarna kemerahan. Tanaman ini ketika masih muda memiliki rimpang yang tebal berwana krem, kemerah-jambuan yang dapat dilihat pada Gambar 3. Seluruh bagian tanaman ini seperti akar, daun, bunga, batang dan buahnya mengandung antioksidan alami seperti fenol, polifenol, flavonoid, turunan asam sinamat, tokoferol, dan asam organik. Jika tanaman ini sudah tua, maka batangnya mirip jahe (Pristiadi, 2012).

Bagian tangkai atau batang muda tanaman kecombrang dapat dicampur kedalam masakan dan memberikan rasa asam dan kesan yang segar. Batang kecombrang (Gambar 4) juga sering ditambahkan dalam pembuatan sambal sambalan dengan cara diiris halus (Pranata dan Narit, 2008). Kandungan gizi kecombrang dalam 100 g dapat dilihat pada Tabel 8.

(13)

Gambar 4. Batang kecombrang (Ernitaize, 2015)

Batang kecombrang juga mengandung tannin, saponin, fenolik, flavonoid, steroid, dan glikosida, asam palmitat, dodekanol, miristil palmitat, desil asetat, asam asetat dan turunannya. Hal ini membuat kecombrang berpotensi sebagai antioksidan dan antimikroba (Susilowati, dkk., 2011). Kandungan asam asetat pada kecombrang mempengaruhi flavor produk yang ditambahkan dengan rasa dan aroma asam yang khas. Asam asetat memberikan rasa dan aroma asam yang khas (Estiasih, dkk., 2015).

Tabel 8. Kandungan gizi tanaman kecombrang dalam 100 g bahan

Kandungan Jumlah

Energi (kkal) 7 Karbohidrat (g) 1,5 Serat pangan (g) 1,2 Lemak (g) 0,1 Protein (g) 0,4

Air (g) 97

Vitamin A (µg) 1 Kalsium (mg) 11 Iron (mg) 0,3 Magnesium (mg) 7 Fosfor (mg) 18 Potassium (mg) 350 Zinc (mg) 0,3

Sumber : Nutrion Facts, 2015

Minyak Goreng

(14)

Minyak goreng juga sering digunakan sebagai penghantar panas pada saat penggorengan. Penambahan minyak goreng juga bertujuan untuk menambah cita rasa dan kesedapan suatu masakan (Winarno, dkk., 1980).

Garam

Garam dapur terbentuk dari dua senyawa yaitu klorida dan natrium. Penggunaan garam dalam pengolahan pangan memberikan pengaruh rasa asin pada produk. Garam juga dapat menghentikan reaksi autolisis dan membunuh mikroba. Garam akan menyerap kandungan air dalam makanan sehingga mikroba sulit untuk tumbuh didalamnya (Ayustaningwarno, dkk., 2015).

Gula

Gula pasir merupakan hasil kristalisasi ekstrak tebu. Gula pasir mengandung sukrosa yang memberikan rasa manis pada penambahan olahan pangan. Gula juga dapat berfungsi sebagai pengawet, dengan penambahan 60% dari bahan. Penambahan gula dapat membentuk lingkungan yang tidak dapat ditumbuhi oleh mikroba. Penambahan gula dapat dijadikan pengawet dengan kombinasi perlakuan pengeringan, pembekuan, penyimpanan suhu rendah, penambahan kimia seperti SO2 dan asam benzoat (Ayustaningwarno, dkk., 2015).

Maizena

(15)

tekstur bumbu instan agar produk tidak mudah menggumpal ketika menyerap uap air saat penyimpanan (Estiasih, dkk., 2015). Penambahan tepung maizena juga berperan sebagai penstabil dan pengemulsi. Penambahan sebesar 5% tepung maizena mampu mempertahankan rendemen bumbu kering sebesar 16,35% (Hambali,2005a).

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil merupakan senyawa radikal bebas yang dapat berikatan dengan senyawa lain yang memberikan atom H+ . Ikatan ini dapat digunakan pada pengujian aktivitas antioksidan dalam bentuk ekstrak. Adanya elektron yang tidak berpasangan membuat DPPH mampu menyerap dengan kuat pada 517 nm. Adanya radikal bebas membuat elektronnya menjadi berpasangan dan menurunkan absorbansi menurut stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron yang diambil. Adanya kandungan antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (Dehpour, dkk., 2009).

DPPH sering digunakan dalam pengujian antioksidan karena merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk pengujian antioksidan. Pengujian antioksidan dapat dilihat dari pengukuran parameter konsentrasi yang ekuivalen dengan 50% efek aktivitas antioksidan (IC50) (Edhisambada, 2011). Tingkat kekuatan antioksidan suatu senyawa menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC50 (Armala , 2009) dan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat kekuatan antioksidan

Intensitas Nilai IC 50

Sangat kuat (µg/mL) < 50 Kuat (µg/mL) 50-100 Sedang (µg/mL) 101-150

(16)

Tahap Pembuatan Bubuk Sambal Andaliman Sortasi

Pemilihan bahan baku rempah rempah yang akan dikeringkan harus merupakan cabai yang matang penuh, berwarna merah tidak cacat. Jika menggunakan cabai merah yang belum matang maka akan menghasilkan produk berwarna keputih-putihan dan bila cabai mulai membusuk menghasilkan produk yang berwarna kehitam-hitaman. Sortasi cabai dilakukan dengan pemisahan cabai dengan tangkai dan kotoran kotoran yang menempel (Suyanti, 2007).

Andaliman yang digunakan dalam pembuatan bubuk sambal adalah andaliman dengan keadaan segar dengan buah andaliman yang berwarna hijau kemerahan karena memiliki tingkat kegetiran yang masih tinggi (Sormin, 2007). Batang kecombrang yang digunakan merupakan batang muda tanaman kecombrang. Hal ini dikarenakan batang muda memiliki tekstur yang lunak dan serat batang yang lebih rendah jika dibandingkan dengan batang yang sudah tua, sehingga mudah untuk dihaluskan (Serunih, 2012).

Blansing

(17)

mematikan mikroba awal pada bahan pangan. Blansing dapat dilakukan pada suhu 82-93 oC selama 3-5 menit (Winarno, 1980).

Penghancuran dan pencampuran

Bahan pangan yang akan dikeringkan terlebih dahulu dilakukan pengecilan ukuran agar meningkatkan luas permukaan bahan sehingga mempercepat proses pengeluaran air. Proses pengeringan rempah sebaiknya dilakukan pembelahan atau pengecilan ukuran agar waktu pengeringan lebih singkat dan warna produk menjadi lebih baik atau menarik (Suyanti, 2007).

Pencampuran berbagai rempah dalam pembuatan bumbu berperan dalam pembentukan keseimbangan flavor pada produk pangan. Pencampuran dan penghalusan sebelum dilakukan pemasakan dan pengeringan membuat bumbu terhomogenisasi. Kandungan senyawa pembentuk flavor tiap bahan pecah ketika penghalusan dan bercampur dengan merata dan membentuk flavor yang menarik dan kuat yang mempengaruhi mutu bumbu instan. Rempah rempah memiliki variasi komponen kimiawi yang kompleks sehingga mempengaruhi rasa, warna, aroma dan tekstur (Aeni, 2010).

Pengeringan

(18)

Untuk mempercepat pengeringan rempah sebaiknya rempah rempah dibelah sehingga rempah rempah menjadi lebih cepat kering (Hambali, dkk., 2005a). Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan dengan menurunkan aktivitas air dalam suatu bahan pangan sehingga mikroorganisme tidak dapat melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan (Winarno, dkk., 1980).

Penggilingan dan pengayakan

Rempah rempah yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan alat penepungan atau blender, kemudian dilakukan pengayakan. Pengayakan merupakan upaya untuk menghasilkan butiran butiran yang seragam, halus dan merata dengan ukuran tertentu (Suyanti, 2007).

Pengemasan

Kemasan sebagai pengemas makanan harus memiliki keunggulan yaitu mengikuti bentuk pangan yang dikemas (flesibel), berbobot ringan, tidak mudah pecah, mudah diberi label, dapat diproduksi secara masal, dan harga relatif terjangkau (BPOM RI, 2009). Kemasan plastik klip (PE) merupakan bahan kemasan yang bersifat kedap udara. Hal ini mampu mencegah senyawa antioksidan dan vitamin C yang sering ditemukan pada rempah rempah menjadi rusak (Youngson, 2005).

Penelitian Sebelumnya

(19)

upaya penyimpanan suhu 25 oC atau lebih rendah. Upaya ini dapat menjaga aroma.

Hasil penelitian Suyanti (2007) dinyatakan bahwa cabai rawit dapat dikeringkan pada suhu 60 oC selama 20-25 jam. Jika pengeringan dilakukan diatas suhu 60 oC, maka senyawa kapsaisin dalam cabai rawit dapat rusak. Pengeringan dengan suhu yang tinggi juga dapat merusak aroma bubuk cabai yang dibentuk.

Astuti (2008), menyatakan bahwa pengeringan bawang merah mampu menurunkan kadar airnya dan dapat dilakukan pada suhu 50-60 oC. Pengeringan ini dilakukan untuk menurunkan kadar air dibawah 14%. Pengeringan dengan menggunakan suhu tinggi dapat merusak flavor bawang merah dan menghasilkan warna kecoklatan pada bawang merah. Hasil penelitian Ririen (2012), dinyatakan bahwa untuk memperpanjang masa simpan bawang putih dapat dilakukan pengeringan. Pengeringan bawang putih dapat dilakukan pada suhu 60 oC selama 27 jam.

Hasil penelitian Napitupulu (2014), menyatakan bahwa pengeringan andaliman dilakukan untuk memperpanjang masa simpan dengan cara penurunan kadar air hingga 13% atau dapat dipatahkan. Pengeringan buah andaliman dapat dilakukan pada suhu 50-70 oC dengan penambahan pati atau pektin untuk melapisi andaliman dan menjaga flavor yang terkandung. Pengeringan diatas suhu tersebut dapat mengakibatkan penurunan nilai antioksidan.

(20)

Gambar

Tabel 1. Mutu bumbu rempah
Tabel 2. Kandungan gizi cabai keriting dalam 100 g bahan
Tabel 3. Kandungan gizi bawang merah  dalam 100 g bahan
Tabel 4. Kandungan gizi bawang putih dalam 100 g bahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahap implementasi sistem merupakan tahap lanjutan dari tahap perancangan sistem, dimana semua perancangan yang telah dibuat baik berupa perancangan diagram sistem maupun

JUDUL : JAMUR TIRAM PENCEGAH OSTEOPOROSIS MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 05

Pada taraf Signifikan 5% berada pada penolakan Ho dan akibatnya Ha diterima , atau dengan kata lain iklim organisasi dilihat dari ketaatan pegawai pada

SASARAN DAN LOKASI KEGIATAN PRIORITAS PADA PROGRAM PRIORITAS PERCEPATAN PEMBANGUNAN PAPUA PRIORITAS NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH. No Kegiatan

JUDUL : PERNIKAHAN USIA ANAK RENTAN KANKER SERVIKS. MEDIA : MINGGU PAGI TANGGAL : 22

Menurut Wikipedia, adalah teks deskriptif yaitu: &#34;satu proses pengolahan data kaedah menjadi sesuatu yang bisa diekspresikan dengan jelas dan tepat dengan tujuan yang

Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian yang berjudul “Penilaian Faktor Risiko Karies Menurut AAPD Anak Usia dibawah 2 Tahun di Kecamatan Medan Selayang

Seperti yang dilakukan SMPN 9 Kota Ambon dengan 99% perserta didiknya beragama Kristen/ Katolik dan SMPN 4 Salahutu Liang Maluku Tengah dengan peserta didik beragama 100% Islam yang