• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doding Karya Taralamsyah Saragih Analisis Makna Syair dan Struktur Musik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Doding Karya Taralamsyah Saragih Analisis Makna Syair dan Struktur Musik"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan salah satu ciri utamanya ialah dialek bahasa yang panjang dan mendayu serta dalam menyanyikan lagu menggunakan improvisai ‘free

(2)

Salah satu mengapa Suku Simalungun termasuk kedalam golongan suku batak antara lain karena adanya 3 kemiripan budaya antara lain (1). Susunan genealogis dengan pembagian atas marga yaitu yang patrilinear (mengikuti garis bapak) dan eksogam (kawin diluar marga); (2). Agama suku yang terdiri dari pemujaan nenek moyang dan penyembahan roh-roh; (3). Pengaruh kebudayaan India yang terlihat dalam aksara Batak.

Sama halnya dengan suku lain, suku Simalungun mempunyai kebudayaan dan kesenian terutama dibidang seni musik. Musik pada setiap etnis di Indonesia merupakan sarana yang digunakan untuk menyalurkan berbagai bentuk ekspresi dari pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang hidup. Melaui peran inilah musik berfungsi untuk mengasah kepekaan artistik dan kreatifitas masyarakat tersebut. Seni musik erat kaitannya dengan estetika keindahan dan dapat melahirkan rasa nyaman, senang, dan kepuasan bagi seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni adalah aktivitas masyarakat atau manusia yang melahirkan keindahan pada umumnya.

Mayarakat Simalungun memiliki dua jenis musik yaitu instrumental dan nyanyian atau sering disebut dengan ‘doding’. Beberapa instrument yang dimiliki suku Simalungun anatara lain ole-ole, sordam, saligung, suling, sarune buluh, ogung, dan tengtung. Pada masyarakat Simalungun juga terdapat dua buah ansambel musik yakni ansambelgondrang sipitu-pitudangondrang sidua-dua

(3)

cita ‘pusok ni uhur’ disamping itu juga ansambel musik Simalungun ini dulunya sering digunakan untuk kepentingan ritual kepercayaan yang dianut. Dalam kegunaanya kedua ansambel ini juga dapat digunakan untuk mengiringi tarian ‘ tor-tor, manortor’ dalam upacara menyambut tamu undangan yang dihormati seperti ‘tondong’ maka suhut atau yang mempunyai hajatan menari menyambut kedatangan tamu yang dikenal dengan nama tarian tersebut dengan ‘tor-tor sombah’ selain itu juga tor-tor huda-huda sitajur, atau ,toping-toping’ digunakan untuk acara duka cita yang berfungsi untuk menghibur keluarga agar tidak larut dalam kesedihan.

Dalam kebudayaan musikal masyarakat Simalungun, selain dalam bentuk ensambel dan non-ensambel terdapat juga juga musik vocal/lagu atau ‘doding’ yang dalam penyajianya tidak terlepas dari kesusastaraan Simalungun. Nyanyian Simalungun banyak mengadopsi dari pengalaman hidup sehari-hari seperti bergotong royong, percintaan, perpisahan, dan lain-lain. Banyak lagu rakyat yang merupakan warisan leluhur Simalungun yang perlu dilestarikan yaitu taur-taur, ilah, doding-doding. Urdo-urdo, tihtah, tangis-tangis, manalunda,/ mangmang.

(4)

Di dalam eranya hanya Taralamsyah Saragih satu-satunya orang Simalungun yang menciptakan banyak karya tari maupun musik khas Simalungun bahkan sampai kedapur rekaman yang bernama Lokananta. Hal ini di karenakan pada masa kecilnya dia hidup didalam kerajaan raya yang mewajibkan seluruh pewaris kerajaan belajar sastra dan seni Simalungun.

Di dalam musik kemampuan Taralamsyah Saragih menciptakan ‘doding’ juga tidak lepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Salah satu kelebihan dari ciptaan Taralamsyah Saragih yaitu dalam penggunaan syair disetiap lagunya selalu menggunakan bahasa yang bernilai sastra tinggi (wawancara dengan Sapna Sitopu Juni:2015) dan menggunakan istilah-istilah pribahasa khas Simalungun “umpasa”. Memang tidak semua karya Taralamsyah menggunakan “umpasa”, ada beberapa karya yang arti dan makna syairnya sesuai dengan yang tertulis. Didalam karya Taralamsyah Saragih juga terdapat penggubahan syair yang diadopsi dari lagu rakyat Simalungun. Untuk itu sengaja penulis menganalasis makna syair dan struktur musik hanya 10 karya dari sekian banyak karya Taralamsyah Saragih dengan alasan :

1. Melodi karya Taralamsyah Saragih sudah dikenal oleh masyarakat Simalungun pada umumnya

(5)

3. Dari beberapa karya Taralamsyah Saragih, penulis menemukan persamaan dengan melodi dengan lagu rakyat Simalungun setelah melakukan wawancara dengan narasumber.

4. Syair yang digunakan dalam karya Taralamsyah saragih menggunakan istilah-istilah yang jarang didengar masyarakat simalungun di era sekarang

5. Pola melodi yang digunakan Taralamsyah Saragih menggunakan tangga nada barat dan tidak meninggalkan nada-nada khas Simalungun yang diadopsi dari istrumen tiup simalungun

Dengan melihat beberapa alasan diatas, penulis memilih 10 karya Taralamsyah Saragih untuk dikaji. Karya yang akan dikaji berjudul :

1. Marsialop Ari

2. Parsirangan

3. Pamuhunan

4. Uhur Marsirahutan

5. Poldung Sirotap Padan

6. Padan Na So Suhun

7. Sitalasari

8. Doding Manduda

9. Parsonduk Dua

10. Eta Mangalop Boru

Melihat beberapa hal diatas disini penulis hanya menuliskan tentang

(6)

sudah tidak diketahui siapa pencipta terkhusus lagu rakyat yang digubah oleh beliau. Banyak sekali kemungkinan yang akan terbuka dalam penulisan karya Taralamsyah Saragih yang diadopsi dari lagu rakyat Simalungun itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian karya ilmiah yang berjudul Doding karya Taralamsyah Saragih akan penulis akan menggali lebih dalam lagi tentang lagu Simalungun yang hamper sudah tidak terdengar lagi keberadaanya. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya fasilitas penyimpanan arsip dan dokumen pihak yang terkait mengenai lagu daerah warisan budaya. Didalam rumusan masalah, maka ada beberapa pertanyaan yang diangkat sebagai berikut :

1. Bagaimanakah makna syair doding yang terdapat di dalam karya Taralamsyah Saragih ditinjau dari kajian semiotik, semantik dan pragmatik

2. Bagaimanakah struktur musik dalam doding dibeberapa karya Taralamsyah Saragih

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis makna syair yang terdapat dibeberapadodingkarya Taralamsyah Saragih

(7)

1.3.2 Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pembaca dan khususnya mayarakat Simalungun yang ingin mengetahui lebih dalam tentang warisan budaya Simalungun dibidang musik dan lagu. Selain itu adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Memberikan kontribusi yang bersifat positif tentang budaya Simalungun secara garis besar

2. Memberikan kontribusi tentang lagu daerah simalungun serta penggunaan dan fungsinya

3. Memberikan pemahaman yang lebih tentang lagu daerah Simalungun.

4. Memberikan pemahaman yang lebih tentang Taralamsyah Saragih serta lagu ciptaanya.

5. Untuk memperoleh Gelar Magister Seni di Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

1.4 Konsep dan Teori yang Digunakan

1.4.1 Konsep

(8)

kongkret (Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005:588).

Selain itu konsep juga merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian. Bila masalahnya serta kerangka teoritisnya sudah jelas, maka mudah diketahui pula mengenai gejala-gejala yang merupakan pusat perhatian. Defenisi konsep itu terdiri secara singkat berarti kelompok fakta atau gejala (Koentjaraningrat 1981:32) seperti yang dikatakan oleh R.Merton bahwa konsep adalah defenisi apa yang perlu diamati. Konsep menentukan variable-variabel mana yang kita inginkan, menentukan adanya hubungan empiris (ibid:1981:32).

Tradisi lisan dalam semua kesenian,pertunjukan atau permainan yang menggunakan tuturan atau disertai ucapan lisan dan konfensi budaya mayarakat (Sibarani, 2000). Selanjutnya disebutkan bahwa jika suatu kesenian, pertunjukan atau permainan tidak menggunakan atau tidak disertai tuturan atau ucapan lisan, maka itu tidak termasuk tradisi lisan. Sebaliknya, jika suatu cerita tidak lagi ditradisikan (dipertunjukkan atau dibiasakan dihadapan masyarakat pendukungnya) maka tidak lagi termasuk ke dalam tradisi lisan meskipun itu dahulu termasuk tradisi lisan, dan meskipun itu pada suatu saat potensinya menjadi tradisi lisan.

(9)

merupakan perangkat pengetahuan dan pembelajaran tentang budaya masa lalu dan fakta kehidupan manusia. Tradisi lisan juga menjadi sumber kekuatan. Selain itu juga tradisi lisan adalah sumber asli pembelajaran dan oleh karena itu memungkinkan pengembangan nilai-nilai sehingga menjadi penghubung keberadaanya. Tardisi lisan juga merupakan ekspresi gaya hidup yang tidak tertulis (unlettered) yang dapat digunakan untuk merekontruksikan kehidupan masyarakat saat ini. Doding Simalungun adalah salah satu jenis tradisi lisan masyarakat Simalungun berbentuk syair-syair yang biasa dituturkan dalam berbagai peristiwa sosial budaya dikalangan masyarakat Simalungun. Hal ini sejalan dengan pendapat Hammerle (1999:25) bahwa doding Simalungun telah berakar dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam menganilsis makna syair, penulis mengkaji gaya bahasa dan melihat makna-makna yang terkandung didalamnya. Konsep makna yang penulis maksudkan hanya tertuju pada syair doding Simalungun karya Taralamsyah Saragih dan dinyanyikan masyarakat pada saat itu.

(10)

Setiap masyarakat memiliki musik dan memerlukan musik. Musik adalah prilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa yang disebut dengan musik dan setiap anggota masyarakatnya disebut musikal. Akan tetapi bukanlah genreseni dan unsur kebudayaan yang berdiri sendiri. Musik dan lagu memiliki pengaruh yang kuat, musik merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya. Musik dan nyanyian merupakan suatu budaya yang mencerminkan aspek sosial masyarakat dimana musik itu hidup, tumbuh, dan berkembang, musik dan lagu secara signifikan dapat merubah sebuah situasi karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam system sosial sehingga musik dan lagu mempunyai fungsi yang sangat luas. Misalnya, musik diadakan untuk menghibur, untuk upacara yang bersifat ritual, hiburan, pernikahan, dan lain-lain.

Untuk mengamati suatu genre seni tentu saja tidak dapat dilepaskan dari keberadaan masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini Malinowski, seorang tokoh antropologi dalam bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya sekedar hubungan praktis tetapi bersifat integrative, dalam arti mempunyai fungsi hubungan dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan kompleksitasnya (Malenowski 1987: 165-171)

(11)

doa, ritual, yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan seremonial menunjukkan situasi musik dan nyanyian dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” memperhatikan pada sebab yang ditimbulkan oleh pemakainya, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang dilayaninya.

Dalam rangka tujuan penelitian ini, akan dikemukakan satu rumusan yang dipilih khusus. Musik adalah peristiwa getaran, merupakan hasil interaksi getaran dari waktu yang keluar dari satu atau lebih sumber getar dengan penggabungan beberapa unsur dan teratur untuk mengungkapkan ide. Didalam bunyi sudah terkandung jenis atau warna (timbre) dan waktu (durasi) yaitu interaksi dari nilai waktu yang terkandung oleh bunyi maupun bukan bunyi yang sering disebut ritme.

1.4.2 Teori yang digunakan

1.4.2.1 Teori semiotik

Untuk mengkaji makna yang terkandung di dalam ‘doding’ Simalungun karya Taralamsyah Saragih, penulis menggunakan teori semiotik. Menurut

(12)

gagasan semiotika sebagai sebuah modus interdisiplin ilmu, dengan berbagai contoh fenomena yang berbeda dengan berbagai studi lapangan , baru muncul kepermukaan pada awal abad ke-20, ketika munculnya karja-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce.

Dalam karya awal Peirce di lapangan semiotik ini, ia memusatkan perhatian kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefenisikan tanda sebagai sesuatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain. Salah satu sumbangan Peirce yang besar bagi semiotika adalah dalam menginterprestasikan bahasa sebagai sistem lambang, terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan.: (1)

(13)

dalam usaha untuk memahami bagaimana diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotika adalah Ferdinand de Sausurre oleh ahli bahasa dari Swiss dan Charles sanders Pierce, seorang filosif dari Amerika Serikat. Sausurre melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah gambaran bunyi (sound image) atau signifier yang berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri.

1.4.2.2 Teori semantik dan makna

Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna. Selain itu semantik juga dapat diartikan sebagai studi tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Bentuk lain dari semantik mencakup semantik bahasa pemrograman, logika formal, dan semiotika.

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.

(14)

(Perancis: signifie, Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis:

signifiant,Inggris:Signifier). Yang diartikan (signifie,signified)sebenarnya tidak lain pada konsep atau makna dari suatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan

(signifiant, signifier)adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada suatu referen yang merupakan unsur luar bahasa (ekstralingual).

Dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda linguistik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan satuan bermakna (Hari Murti , 1982 : 98 dalam Chaer 2007).Istilah lain yang lazim sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dapat terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (Hari Murti , 1982 : 76 dalam Chaer 2007) adalah istilah dalam bidang gramatikal. Perlu dipahami bahwa tidak semua kata atau leksem itu mempunyai acuan konkret di dunia nyata. Misalnya leksem seperti agama, cinta, kebudayaan, dan keadilan tidak dapat ditampilkan referensinya secara konkret.

(15)

Dalam hal semantik bahasa tidak mempengaruhi tentang makna kata, karena semua bahasa berisi hanya satu set kata yang terbatas. Jadi makna kata dapat diberikan dalam suatu daftar yang terbatas. Ullman (1972) berpendapat,´Apabila seseorang memikirkan maksud suatu perkataan, sekaligus memikirkan rujukannya atau sebaliknya. Hubungan antara dua hal antara maksud dengan perkataan itulah lahir makna, oleh karena itu walaupun rujukan tetap, akan tetapi makna dan perkataan dapat berbeda.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. Maksud pembicara;

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).

Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

(16)

memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

1.4.2.3 Aspek-aspek makna

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :

1. Pengertian (sense)

Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.

2. Nilai rasa (feeling)

Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.

3. Nada (tone)

(17)

pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.

4. Maksud (intention)

Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.

Aspek-aspek makna tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.

1.4.2.2.2.1 Makna Emotif

(18)

menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.

1.4.2.2.2 Makna Konotatif

Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.

1.4.2.2.3 Makna Kognitif

(19)

1.4.2.2.4 Makna Referensial

Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.

Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.

1.4.2.2.5 Makna Piktorikal

(20)

1.4.2.2.6 Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalanya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna makan

seperti itu adalah makna denotatif

1.4.2.2.7 Makna leksikal

Makna lesikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘ sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’; pinsil bermakna leksikal ‘ sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang’; dan air bermakna leksikal ‘ sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari’. Jadi, dengan adanya contoh di atas dapat dikatakan juga bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya. Makna leksikal juga merupakan makna yang ada dalam kamus karena kamus-kamus dasar biasanya hanya memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata yang dijelaskannya.

(21)

(1983; 9) berkata, “………sebuah kamus merupakan contoh yang tepat dari semantik leksikal: makna tiap-tiap kata diuraikan di situ” (Mansoer Pateda, R, 2002: 119).

1.4.2.2.8 Makna Gramatikal

Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ber-dengan dasarbaju melahirkan makna gramatikal ‘ mengenakan atau memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘ mengendarai kuda’; dengan dasarrekreasi melahirkan makna gramatikal ‘ melakukan rekreasi’. Contoh lain, proses komposisi dasar sate

dengan dasar ayam melahirkan makna gramatikal ‘bahan’; dengan dasar madura melahirkan makna gramatikal ‘ asal’; dengan dasar lontong

melahirkan makna gramatikal ‘ bercampur’; dan dengan kata Pak Kumis

melahirkan makna gramatikal ‘buatan’. Sintaksisasi kata-kata adik, menendang,

dan bola menjadi kalimat adik menendang bola melahirkan makna gramatikal;

adik bermakna ‘pelaku’, menendang bermakna ‘aktif’, dan bola bermakna ‘sasaran’.

1.4.2.2.9 Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Contoh makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut:

(22)

3. Nomor teleponnya ada padakepalasurat itu.

4.Kepalapaku dankepalajarum tidak sama bentuknya.

1.4.2.4 Teori pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Ilmu ini mempelajari bagaimana penyampaian makna tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik (tata bahasa, leksikon, dll) dari pembicara dan pendengar, tapi juga dari konteks penuturan, pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam pembicaraan, maksud tersirat dari pembicara.

Makna dalam kajian pragmatik merupakan suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic relation) atau hubungan tiga arah, yaitu bentuk, makna, dan konteks. Makna dalam pragmatik diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa.

(23)

Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

1.4.2.5 Teori biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani“bios” yang memiliki arti hidup dan “graphien” yang berarti tulis (sumber www.google.com). Biografi merupakan sebuah tulisan yang membahas tentang kehidupan seseorang. Secara sederhana, biografi dapat di artikan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi sendiri dapat berbentuk hanya beberapa baris kalimat saja, namun biografi tersebut dapat lebih dari 1 buku.

Biografi singkat hanya menjelaskan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang serta peran pentingnya. Biografi panjang meliputi informasi-informasi yang bersifat penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail serta dituliskan dengan gaya cerita yang baik.

(24)

perilaku dalam hidupnya. Biografi dapat bercerita mengenai kehidupan seorang tokoh penting atau terkenal maupun tidak terkenal. Biografi seringkali bercerita mengenai tokoh sejarah, namun tak jarang juga mengenai orang yang masih hidup. Banyak biografi sekarang ini yang ditulis secara kronologis.

Biografi membutuhkan bahan-bahan utama serta bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda, misalnya buku harian, surat-surat, kliping koran, dan sebagainya. Bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku referensi, sejarah yang memaparkan peranan orang dalam biografi tersebut dan sebagainya. Biografi adalah suatu kisah atau keterangan dari perjalanan kehidupan seseorang yang bersumber pada subjek rekaan atau kisah nyata.

1.4.2.6 Teori etnomusikologi

Alan P. Marriam dalam buku the antropologi of musik menggunakan teori Etnomusikologi yang menyatakan bahwa musik as sound,musik knowlegde, musik behavior. Selanjutnya Merriam berpendapat bahwa musik adalah bunyi, sebagai suatu ekspresi. Apabila ingin memahami musik secara lebih dalam maka diperlukan usaha menganalisa bagaimana pengelolaan elemen-elemen, bunyi, musikal, serta bagaimana interaksinya. Sehingga menghasilkan suatu atmosfir khususmusik as knowledge.

(25)

memproduksi bunyi. Musik dapat eksis karena kendali dan perilaku manusia, dan beberapa jenis perilaku terlibat didalamnya, salah satu diantaranya adalah “perilaku fisik” yang ditunjukkan oleh sikap dan postur tubuh serta penggunaan otot-otot dalam memainkan instrumen kemudian menegangkan pita suara dan otot-otot diafragma waktu bernyanyi.

Perihal konseptual, proses pembentukan ide, (ideation), atau perilaku

cultural, menyangkut konsep-konsep perihal musik yang harus diterjemahkan kedalam perilaku fisik guna memproduksi bunyi. Konsep Merriam menunjukkan bahwa ada jiwa dan nilai yang mendasari musik, yang artinya musik tersebut juga tercermin dalam perilaku dari komunitas dan budayanya. Dalam hal ini tercermin dalam perilaku penciptaan lagu-lagu. Oleh sebab itu, berarti sistem yang diterapkan atau yang terjadi dalam musik tersebut dipengaruhi oleh perilaku serta corak hidup dari penciptanya.

Pada bagian lain, Merriam juga menjelaskan bahwa Etnomusikologi merupakan studi musik dalam kebudayaan, ia juga mengemukakan pendapat

Mantle Hoot yang menyatakan bahwa Etnomusikologi adalah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai tujuan penyelidikan seni musik fenomena fisik, psikologis, estetik, dan kultural.

(26)

teks dengan konteksnya. Kita harus menganalisis teks dalam rangka menganalisis konteks.

Mantle Hoot juga mengemukakan bahwa studi ini diarahkan untuk mengerti tentang musik yang dipelajari dari segi struktur musik dan juga untuk memahami musik dalam konteks masyarakatnya. Teori ini kiranya cocok dipakai dan dikolaborasikan dalam teori musik dalam rangka menemukan struktur musik adalah bunyi. Teori ini perlu juga untuk mengetahui fungsi dalam hubungan musik dengan perilaku manusia termasuk didalamnya soal memahami makna, peran serta kegunaan.

1.4.2.7 Teori analisis musik

Dalam hal ini, penulis juga akan memperhatikan struktur musik yang ditawarkan oleh Wiliam P.Malm, yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian yang mengatakan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi adalah : (1) Scale (Tangga nada) ; (2) Picth Center (Nada pusat), recting tone (nada singgahan yang dianggap penting; (3) Range (wilayah nada); (4) Jumlah nada-nada (frekuensi pemakaian nada); (5) Penggunaan Interval; (6) Pola Kadensa; (7) Formula Melodi; (8) Melodic contour (Grafik/ kontur melodi)

(27)

dan menerengkan fungsi serta konteks dari masing-masing nada. Selanjutnya pola ritim yang sering diulang sebaiknya dicatat.

Untuk mendeskripsikan bentuk, harus berhadapan dengan dua masalah pokok, yakni (1) Mengidentifikasikan unsur-unsur musik yang dijadikan dasar merupakan tema dari sebuah komposisi; (2) Mengidentifikasikan sambungan-sambungan yang menunjukkan bagian-bagian, frase-frase dan motif-motif didalam sebuah komposisi.

Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik di atas diperlukan suatu transkripsi. Pengertian dari transkripsi oleh Bruno Netll adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi symbol visual. Dalam hal notasi musik penulis mengacu pada tulisan.

Charles Seeger dalam Netll, yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut: pertama adalah notasi Preskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan bahwa notasi musik ini merupakan suatu alat untuk membantu mengingat. Kedua adalah notasi Deskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

(28)

1.5 PengertianDodingdan Syair Lagu

1.5.1 Pengertiandoding

Kata doding adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Simalungun yang berarti “nyanyi atau nyanyian” (Saragih 1989:58). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nyanyi atau nyanyian berarti “(1) hasil menyanyi; yang dinyanyikan; lagu; (2) komponen musik pendek yg terdiri atas lirik dan lagu;.

1.5.2 Pengertian syair lagu

Didalam kamus musik mengemukakan syair adalah teks atau kata-kata lagu (Soeharto 1992:131), dengan kata lain suatu komponis puisi yang sering dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna maupuntujuan dari sebuah komposisi musik, karena syair merupakan inti dari sebuah lagu. Selain itu syair atau teks adalah kata-kata yang asli dibuat sipengarang lagu (Badudu 1996: 1455). Pendapat lain juga mengemukakan bahwa syair adalah kata-kata yang keluar dari gati mulut serta diurapi oleh lidah (Migdolf 2002:52). Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi musik melalaui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu. Atas dasar itu , penulis melakukan analisis yaitu makna syair secara detail yang dalam hal ini berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya bahasa yang dipergunakan dalam doding tersebut. Selain itu bahasa syair yang digunakan adalah bahasa Simalungun, dalam hal ini penulis berusaha mengartikan kata demi kata kedalam bahasa Indonesia lalu dapat diketahui maksud dan makna doding

(29)

1.6 Metode Penelitian

Metode adalah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat : 1985), metode dalam hal ini berkaitan dengan sisi teknis, bagaimana peneliti melakukan penelitian. Metode penelitian adalah langkah-langkah pengumpulan dan mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal dan dapat dipercaya. Dalam kamus besar bahasa indonesia (1998:581), metode penelitian diartikan sebagai cara mencari kebenaran dan azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif. Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Metode pendekatan kualitatif terbagi menjadi dua yaitu interaktif dan non-interaktif. Interaktif harus menjelaskan tentang etnografi, fenomenologis, studi kasus, teori dasar dan studi krisis. Sedangkan non-interaktif harus menjelaskan tentang analisis konsep dan analisis sejarah (Sukmadinata 2008).

(30)

bagian sehingga memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan .

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek atau bahan yang dapat memberikan informasi mengenai tujuan penelitian. Sumber data yang diperoleh bersifat tertulis maupun lisan. Data tertulis meliputi buku, majalah, laporan penelitian, kamus, serta jurnal. Data yang bersifat lisan meliputi, wawancara dengan beberapa narasumber yang repserentatif dibidang seni budaya maupun

doding Simalungun. Untuk itu penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang keakuratan informasi yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan antara lain Setia Dermawan Purba, Badu Purba, Aris Purba, Sapna Sitopu.

1.6.1 Prosedur pengumpulan data

Lof Land mengatakan dalam penelitian kualitatif ini penulis harus mengumpulkan data dengan menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Dalam rekaman data terdapat dua dimensi yaitu

(31)

1.6.1.1 Observasi

Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya. Observasi yang dilakukan merupakan observasi sederhana yang tidak mempunyai pertanyaan-pertanyaan reset. Observasi sederhana digunakan pada penelitianexploratory(kualitatif) yang belum diketahui dengan jelas variabel-variabel yang akan digunakan. Pentingnya melakukan observasi ini adalah untuk melihat langsung pertunjukan dan kemudian melakukan wawancara. Selepas itu, penulis akan menganalisisnya dan melakukan penafsiran-penafsiran kultural berdasarkan ilmu dan pengalaman yang penulis peroleh selama ini.

1.6.1.2 Wawancara

Wawancara merupakan komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden. Wawancara (interview) pada penelitian ini menggunakan wawancara personal yaitu wawancara yang dilakukan dengan cara tatap muka langsung dengan responden . Baik yang berada di Pematang Siantar, Medan maupun yang di Lubuk Pakam.. Wawancara dilakukan kepada seniman, budayawan, dan pengamat seni Simalungun, yang mengetahui tentang doding

(32)

doding, serta arti dan makna yang terdapat didalam karya beliau yang akan dianalisis lebih dalam.

1.6.1.3 Analisis data

Analisis data menurut Patton adalah mengatur urutan data, mengorganisasi-kannya kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Taylor mendefenisikan, analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa (ide), seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesa itu. Maka dari pendapat diatas penulis menggunakan teori tersebut dengan menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, yaitu data yang berkumpul yang terdiri dari catatan lapangan dan komentar penelitian gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.

(33)

Pekerjaan penulis dalam menganalisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya. Pengorganisasiannya dan pengelolaan data dilakukan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansi. Analisis data dilakukan penulis dalam suatu proses-proses, berarti pelaksanaannya sudah mulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan.

Setelah melakukan langkah ini penulis menganalisis hasil wawancara dan hasil analisis awal dari teks dan struktur musik dari sampel lagu yang dipilih guna membuat analisis akhir yang kemudian menghasilkan satu kesimpulan.

1.6.1.4 Tahap-tahap penelitian

Bogdan mengatakan 3 tahap penelitian yakni : 1. Pra lapangan

2. Kegiatan lapangan 3. Analisa intensif

Sesuai dengan teori Bogdan maka, sebelum penulis terjun kelapangan penelitian ada tahap-tahap yang penulis lakukan yakni :

1. Tahap pra lapangan

(34)

a. Menyusun rancangan kualitatif, paling tidak latar belakang masalah dan pelaksanaan penelitian, kajian pustaka dan lain-lain.

b. Memiliki lapangan penelitian, Bogdan menyatakan bahwa pemilihan lapangan itu harus ditentukan dulu sebelum peneliti terjun ke lokasi.

c. Mengurus perizinan, penelitian harus mengurus izin dari siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian.

d. Menjejaki dan menilai keadaan lapangan. Tahap ini merupakan tahap bagaimana penelitian masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya. Jadi tahap ini haruslah penulis berorientasi kelapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan. Penjajakan dan penilaian lapangan penulis lakukan terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui melalui dari orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian penulis. Sebelum menjajaki lapangan terlebih dahulu penulis mempunyai gambaran umum tentang geografi, sejarah, pendidikan, mata pencaharian, yang membantu penulis dalam penjajakan.

e. Memiliki dan memanfaatkan informan. Informan adalah orang dalam pada latar penelitian, yang berfungsi sebagai informan yang memberi informasi bagi penulis tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

(35)

melalui orang yang dikenal atau jalur lainnya. Hal-hal yang juga perlu disiapkan oleh peneliti misalnya alat tulis, kertas, buku catatan, alat perekam, video, dan kamera foto. Yang paling penting lagi adalah rancangan biaya penelitian. Dan pada tahap analisis data perlengkapan yang dibutuhkan antara lainkalkulator, computer, mapdan lain sebagainya.

g. Persoalan etika penelitian. Ciri utama penelitian kualitatif adalah orang sebagai alat yang mengumpulkan data. Dalam pengamatan berperan serta wawancara-wawancara pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Seluruh metode ini menyangkut hubungan penelitian dengan orang yang dijadikan informan. Maka dalam hubungan ini akan timbul persoalan etika dalam penelitian, apabila penelitian tidak dihormati, memahami dan menghargai informannya.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan terdiri dari 3 bagian yang harus peneliti laksanakan :

1. Memahami Latar Penelitian.

Dalam memahami latar penelitian ada hal-hal yang perlu dilakukan:

(36)

b. Penampilan, penampilan yang dimaksud adalah penampilan penelitian iru sendiri harus disesusikan dengan kebiasaan ada, tata cara dan kultur latar penelitian.

c. Pengenalan hubungan penelitian di lapangan, memanfaatkan pengamatan pada tahap ini, maka hendaknya penulis menjaga hubungan akrab antara subjek dan penelitian dapat dibina.

d. Jumlah waktu studi, penulis harus berpegang pada tujuan, masalah dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Waktu studi tidak boleh berkepanjangan karena akan menambah biaya penelitian bagi penulis.

2. Memasuki Lapangan.

a. Keakraban hubungan, sikap penelitian hendaknya pasif, hubungan yang perlu dibina tidak ada dinding pemisah diantara peneliti dan subjek yang sudah ditentukan.

b. Mempelajari bahasa, jika peneliti berasal dari larat yang lain, peneliti harus mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berada pada latar penelitian .

c. Peran penelitian, sewaktu ada pada penelitian, peneliti akan terjun kedalamnya dan akan ikut berperan serta didalamnya.

3. Berperan Serta Mengumpulkan Data

(37)

a. Pengarahan batas studi, pada waktu menyusun usul penelitian, batas studi telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian.

b. Mencatat data, penulis menggunakan catatan lapangan (field notes) yang merupakan catatan hasil pengamatan. Wawancara atau menjelaskan kejadian tertentu.

1.7 Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan , yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang menelaah literatur-literatur tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni secara umum dan pembahasan lagu simalungun secara khusus. Tujuan yang kedua adalah untuk menghindari penelitian yang tumpang tindih.

Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang dilakukan menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ada kajian yang mendalam mengeanai lagu Simalungun ciptaan Taralamsyah Saragih, terlebih yang menganalisis makna teks dan struktur lagu.

(38)

1. Buku Semiotik karya Paul Cobley dan Litza Janz. Buku ini sangat membantu penulis karena dalam pengartian syair didalam lagu banyak menggunakan istilah–istilah yang hanya bias di bahas dalam buku ini

2. Kamus Simalungun-Indonesia karya ST. JE . Saragih. Buku ini sangat membantu penulis dalam mengetahui terjemahan bahasa simalungun ke bahasa Indonesia.

3. Buku Estetika karya Sony Kartika. Buku ini sangat membantu penulis untuk mengetahui keindahan yang terdapat dalam syair lagu.

4. Buku Estetika sebuah pengatar karya A.A.M. Djelantik. Buku ini sangat membantu penulis untuk mengetahui keindahan yang terdapat dalam syair lagu.

5. Buku Taralamsyah Saragih jejak sepi seorang komponis legendaris oleh

Simon Saragih. Buku ini sangat membantu penulis untuk mengetahui segala kepribadian Taramlasyah Saragih semasa hidupnya

6. Buku Gondrang simalungun oleh Arlin Dietrich Jansen. Buku ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis karena buku ini berisi semua tengtang musik daerah Simalungun.

(39)

8. Buku Sejarah Etnis Simalungun oleh DR.Budi Agustono dkk. Buku ini berisi tentang sejarah simalungun. Sangat membantu penulis dalam pembutan karya ilmiah ini

9. Buku Peradaban Simalungun oleh Juandaha Raya Purba Dasuha dkk. Sangat membantu penulis karena Buku ini berisi tentang peradaban suku Simalungun.

10. Buku Uppasaa dan Uppama Simalungun oleh Dr. Salmon Sinaga. Buku ini sangat membantu penulis karena berisi tentang arti dan makna pribahasa Simalungun.

11. BukuSeni Ukir Relief Motif Dan Rumah Adat Tradisional Simalungun. Buku ini sangat membantu penulis karena isi dalam buku ini tentang makna seni didalam suku Simalungun.

12. Buku Kerjaan Siantar Dari Pulou Holang Kekota Pematang Siantar oleh Juandaha Raya Purba Dasuha. Membantu penulis dalam pembuatan karya ilmiah karena berisi tentang sejarah kerajaan simalungun yang berda di daerah simalungun khususnya siantar.

13.Kamus Musik oleh Pono Banoe. Sangat membantu penulis karena berisi tentang arti dari istilah-istilah musik.

(40)

15. Kumpulan Majalah Bulanan Ambilan Pakon Barita oleh GKPS. Majalah ini terdapat didalamnya beberapa buah artikel tentang mengupas jauh lebih dalam suku Simalungun.

16. Internet, dll

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam Bab I, penulis akan membahas pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pokok masalah dan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, konsep, teori dan metode penelitian.

Bab II membahas tentang sejarah Simalungun dan Budayanya, Unsur yang terkandung dalam doding Simalungun, alat-alat musik yang dipakai untuk berseni, Biographi singkat Taralamsyah Saragih.

Bab III membahas arti dan makna syair yang terdapat dalam 10 doding

karya Taralamsyah Saragih

Bab IV membahas struktur musik seperti tempo lagu, kontur melodi, tangga nada, progesi akord, harmoni dll

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik

(8) kontur: ascending, descending, conjuct, dan static. Berdasarkan struktur diatas, nada-nada marsialop ari bersumber dari nada- nada yang terdapat di sarunei bolon

Pengamatan yang dilakukan merupakan langkah analisa terhadap struktur kalimat, motif, frase dan bagian/periode yang terdapat dalam karya musik Panca Indra komposer

Jadi berdasarkan definisi semantik di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa semantik adalah sebuah cabang ilmu dalam linguistik yang mempelajari tentang makna dari

mengandung nilai musikal yang tinggi dan memiliki keunikan yang khas. Lagu dangdut memiliki struktur bentuk musik yang terdiri dari bentuk lagu, motif, frase, kalimat dan

Kata semantik merupakan istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau dengan kata lain, bidang studi dalam

Medan leksikal dikatakan sebagai sekumpulan leksem yang memiliki komponen arti bersama sebagai pembentuk satuan medan serta membedakan dari medan yang lain dan

Secara semantik sinonim didefinisikan sebagai ungkapan dapat berupa kata, frase, atau kalimat yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain Verhaar dalam Chaer 2002, 82..