• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doding Karya Taralamsyah Saragih Analisis Makna Syair dan Struktur Musik Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Doding Karya Taralamsyah Saragih Analisis Makna Syair dan Struktur Musik Chapter III VI"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH

3.1 Biografi

(2)

102

meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya:

a. Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas. b. Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang

tertentu juga bagi orang lain.

(3)

103

e. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut. f. Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam

hidupnya.

g. Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko,atau karena keberuntungan.

h. Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs : (www .infoplease. com/ homework/ wsbiography.html).

3.2 Biografi Taralamsyah Saragih

(4)

104

pemain musik di lingkungan kerajaan. Nama Taralamsyah Saragih dan nama Ibunya tercantum sebagai generasi ke-15, yang berarti Taralamsyah Saragih generasi ke-16. Lalu, naskahnya tersebut diserahkan kepada seorang penulis agar diterbitkan. Dan akhirnya, oleh penulis diterbitkan di percetakan Tapian Raya, dengan biaya sendiri. Dengan judul “Saragih Garingging”. Taralamsyah saragih sangat berharap mendapatkan honor dari penerbitan buku tersebut. Tetapi, hanya sedikit yang Ia dapatkan, karena pengiriman buku tersebut tersendat.

Dalam perjalanan karirnya, musik gendang selanjutnya disebut gondrang sedang mengalami masa puncak kejayaanya. Kerena itu, Taralamsyah Saragih tetap tampil sebagai pemain musik gondrangdalam banyak acara kerajaan. Salah satu guru Taralamsyah Saragih adalah kakak/ abangnya kandungnya sendiri dengan usia 19 tahun lebih tua, yakni Jan Kaduk Saragih. Sayangnya ia meninggal diusia relatif dini yaitu 47 tahun, saat memangku jabatan Raja Raya kerena dieksekusi oleh pasukan revolusioner pada 3 Maret 1946. Hal yang tidak banyak diketahui oleh umum bahwa ada kedekatan kekerabatan antara Taralamsyah Saragih dengan musisi kondang Indonesia yaitu Bill Saragih. Kekerabatan yang dimaksud adalah ayah dari Bill Saragih yaitu Jan Kaduk Saragih.

(5)

105

Pada masa itu, sekolah hanya untuk keturunan dari lingkungan kerajaan. Kesempatan ini membuat Taralamsyah Saragih bebas dari buta huruf, satu hal yang saat itu menjadi ciri khas utama warga.

Taralamsyah Saragih kemudian tidak sekedar menjadi musisi , tetapi juga sekaligus budayawan dan penggarap tari daerah Simalungun yang paling paham seni budaya Simalungun. Hal ini dikarenakan pada masa itu, seluruh keturunan raja juga diajarkan kebudayaan, adat istiadat serta tata kerama oleh pemerintahan Belanda maupun adat istiadat kerajaan setempat. Selain itu seni musik yang mereka pelajari, dengan tujuan bukan hanya sebagai sarana hiburan, tetapi sekaligus merupakan sarana mempertunjukkan simbol-simbol kehidupan.

1926-1930 adalah tahun dimana pembentukan bakat musik Taralamsyah Saragih berlangsung. Diusianya yang ke-8 tahun, Taralamsyah Saragih sudah mulai diajarkan secara rutin musik dengan ‘manggual’. Ini adalah istilah untuk memukulgondrang beserta instrument gong dikombinasikan dengan liukan nada yang dihasilkan oleh bunyi serunai (sarunei). Ini menjadi rutinitas dalam melewati hari-harinya di instana sebagai warga kerajaan.

(6)

106

menciptakan lirik juga tak lepas dari sebuah adat istiadat di kerajaan. Tradisi kerajaan tidak hanya mengajarkan musik dan instrument. Taralamsyah Saragih juga dia ajarkan kosa kata Simalungun Kuno.

Kerajaan memiliki kebiasaan untuk mengekspresikan sesuatu lewat peribahasa, ungkapan serta pantun, termasuk yang disebut ‘umpasa’. Pelajaran tentang ‘umpasa’membuat Taralamsyah Saragih memilik perbendaharaan bahasa dan kata serta kemampuannya berimprovisasi dalam penulisan syair dalam lagu karyanya. Kata-kata dan kalimat-kalimat diacara kerajaan memiliki arti bersastra tinggi dengan bunyi dan makna kalimat yang luhur.

Dari sinilah berkembang pemahaman dan kemampuan Taralamsyah Saragih untuk menorehkan lirik-lirik lagu yang tergolong maju pada zamanya tetapi autentik khas Simalungun. Sampai dewasa ini, lirik lagunya dirasakan meresap dan mempesona.

Taralamsyah Saragih sebagai seorang yang tidak hanya piawai melodi musik, tetapi juga membuatnya sebagai musisi yang dikagumi karena kalimat dalam syair lagunya yang enak didengar. Hingga sampai pada saat ini karya ciptaan beliau sangat sering di gubah ulang sesuai dengan kemajuan zaman, untuk kepentingan estetika maupun ekonomi.

(7)

107

peruntukan yang unik seperti melodi khusus untuk suasana kegembiaraan, suasana pengharapan untuk warna kesedihan.

Taralamsyah Saragih sendiri menuliskan bahwa pada periode 1934-1936 dia telah membuntuk kumpulan seni musik modern. ia beranjak lebih jauh lagi, melakoni drama musikal dengan membentuk tim musik sendiri. Ia sudah seperti pemusik handal diusia belia, yakni pada usia 16 tahun

Pada tahun 1950 adalah periode aman bagi Taralamsyah Saragih selaku keturunan raja raya dari masa revolusioner/pemusnahan untuk kemerdekaan Indonesia. Sembari mempunyai jiwa yang melekat dengan seni, pada tahun 1952 ia hijrah dan menetap di Medan untuk bekerja aktif sebagai pengawai Departemen Keuangan. Atas permintaan Lokananta lewat Radio Republik Indonesia (RRI) ia menjadi wakil utama Simalungun saat perekaman lagu-lagu daerah, khususnya Simalungun . Selama delapan belas tahun (1952-1970), ia membuka dan membina cabang seni Simalungun di Medan

Penguasaannya terhadap sejarah seni dan kebudayaan Simalungun khusunya perlu dihargai dan dikenang meskipun beliau telah lama berpulang yaitu pada 1 maret 1993 di Provinsi Jambi. Pengalaman beliau di bidang seni musik Simalungun antara lain :

(8)

108

1934 – 1936 : Membentuk kumpulan seni musik modern dan sandiwara di Pematang Raya untuk menambah pengalaman.

1937 – 1941 : Membina seni Musik Simalungun di Pematang Siantar dengan hasil membentuk perkumpulan Siantar Hawaian Band, membentuk koor rumah sakit di Pematang Siantar, dan merekam lagu-lagu Simalungun pada piringan hitam Odeon di Medan. selama dua tahun pengungsiannya. Ini setelah Taralamsyah dan keluarganya kembali dari Bukit Tinggi dengan melintasi Samudera Hindia lewat padang menuju Kuta Raja. Dia terancam sebagai ningrat Simalungun di era revolusi sosial dan juga terancam oleh kedatangan kembali Belanda dalam statusnya sebagai pegawai pemerintah

(9)

tari-109

1954 : Mengikuti misi tur kesenian dalam rangka pertukaran Budaya dan Kesenian Indonesia ke Beijing, Tiongkok. Mereka membawakan tarian “Sitalasari” dan “Pamuhunan”. Setahun setelah mengikuti misi kesenian RI pertama ke Tiongkok ini, beliau juga melanjutkan peran sebagai pelatih tari melayu dan tarian daerah lain yang ada di Sumatera Utara. Disamping itu Taralamsyah Saragih mengadakan siaran berkala khusus untuk lagu-lagu Simalungun di RRI Medan.

1959 : Merekam lagu-lagu Simalungun di empat piringan hitam di studio RRI Medan untuk keperluan LOKANANTA, perusahaan dibidang rekaman milik Departemen Penerangan yang bermarkas di Solo. Rekaman ini merupakan kelanjutan dan hasil kinerja buah dari pendirian Orkes Na Laingan bersama Djawalim Saragih dan Saridin Purba pada tahun 1959. Orkes ini khusus untuk musik Simalungun walau sesekali memainkan juga lagu-lagu non Simalungun. Pendirian orkes Na Laingan ini merupakan sambutan atas reaksi pemirsa RRI yang menikmati siaran-siaran lagu Simalungun.

(10)

110

1969 : Turun berperan dalam pendirian Sekolah Menengah Musik yang berdiri pada 25 November 1969 dan kini menjadi SMK N 11 Medan.

1970 : Membawa misi kesenian ke Johor Malaysia ( Mahasiswa USU Medan) dengan membawakan tarian “Makkail” dan “Haroan Bolon”.

1971 : Berangkat untuk berkarya dan menetap di Jambi.

(11)

111

pemerintah, beliau sering berpindah, pernah tinggal di Jakarta, Medan, Pematang Siantar dan terakhir di Jambi , saat di perantauan beliau lebih produktif menciptakan karya seni musik dan tari, hal ini dilakukan sebagai obat atas kerinduan yang mendalam akan kampung halamannya.

Dalam perkawinannya, Taralamsyah Saragih menikah pada saat berusia 26 tahun pada sabtu, 25 November 1944 dengan Siti Manyun br. Siregar. Taralamsyah Saragih memiliki 12 orang anak diantaranya 3 laki-laki dan 9 wanita. Pada tahun 1980 Taralamsyah Saragih menyusun buku berjudul, Musik Gondrang, Struktur dan fungsinya di Simalungun, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Arlin Dietrich Jansen dalam rangka mendapat gelar Doktor diUniversity of WashingtonAmerika.

(12)

112

3.3 Karya Taralamsyah Saragih

(13)

113

21. Simodak Odak ( ciptaan bersama dengan Tuan Jan Kaduk Saragih) 22. Ambit Pori

(14)

114

2. Doding Manduda ( gubahan Ilah tradisional Ilah Losung) 3. Ilah Nasiholan

4. Marsigumbangi

5. Na majetter ( gubahan Ilah tradisional Ilah Bolon)

(15)

115

Menurut Edy Taralamsyah Saragih Garingging, ketika Djaga Depari tak dapat memenuhi sampai delapan lagu untuk produk Lokananta, Ia meminta kepada Taralamsyah Saragih untuk menolong menyelesaikan lagu tersebut dan semua musik Karo tersebut diringi oleh Orkes Nalaingan , Pimpinan Djawalim Saragih. (Saragih 2014: xxi)

Selain menciptkan lagu, Taralamsyah Saragih juga berperan dalam menggarap tari daerah Simalungun khususnya, judul tari ciptaannya antara lain :

(16)

116

mempelajari tari dan musik tradisi Simalungun pada tahun 1926. Antara tahun 1928-1935, ia mempelajari alat-alat musik barat seperti biola, gitar dan lain-lain. Selain menciptkan lagu Simalungun, Taralamsyah Saragih juga mampu mencipta lagu rohani katolik yang lebih banyak menerima kearifan lokal dari pada agama lain. Inggou-nya kental. Nadanya sesuai dengan tema kalender Gereja Katolik seperti hari kamis putih, jumat agung dan paskah.

Taralamsyah Saragih sempat tinggal di USI (Universitas Simalungun), menempati salah satu kamar di lantai 2. Disela-sela kegiatannya menulis, pada malam hari beliau berdendang dengan clarinetnya. Masa itulah Taralamsyah Saragih merampungkan bukunya berisi Sejarah Kerajaan Raya dan Silsilah Raja Raya serta penyebaran keturunan Raja Raya.

Pada pertengahan tahun 1971 Taralamsyah Saragih hijrah ke Jambi atas permintaan Gubernur Provinsi Jambi yang pada saat itu dijabat oleh RM. Noer Admadibrata untuk mempelajari dan mengembangkan kesenian masayarakat Jambi.

(17)

117

dianggap seperti anak sendiri. Sehingga tidak hanya mengajarkan ilmu keseniannya, tetapi juga memberikan bekal hidup bagi diri saya secara pribadi.

Pada tahun 1978 , Gubernur Provinsi Jambi pada maasa itu dijabat oleh Jamaluddin Tambunan, pernah menginstruksikan untuk melaksanakan penelitian dan pencatatan seni musik dan tari daerah Jambi yang langsung dipercayakan pada Taralamsyah Saragih sebagai ketua tim yang beranggotakan: Surya Dharma, Tamjid ,Wijaya OK. Hundrick, Marzuki Liazimdan, dan M. Syafei Ade yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul, “Ensiklopedi Musik dan Tari Jambi”.

Sebelum revolusi sosoial tahun 1946, Taralamsyah Saragih pernah menjelaskan bahwa masih banyak jenis atau ciri khas lagu/musik Simalungun yang dahulu mereka pelajari, namun pada saat revolusi sosial tersebut, sekian banyak peralatan musik Simalungun, catatan agenda, serta peninggalan kerajaan lainya yang kini tidak ditemukan lagi karena turut terbakar di dalam Istana Kerajaan Raya di Simalungun.

(18)

118

3.4 Gambar Buku Lagu Ciptaan Taralamsyah Saragih Jilid Satu

(19)

119

(20)

120

(21)

121

(22)

122

(23)

123

(24)

124

(25)

125

(26)

126

(27)

127

(28)

128

(29)

129

(30)

130

(31)

131

(32)

132

(33)

133

(34)

134

(35)

135

(36)

136

(37)
(38)

138

(39)

139

(40)

140

(41)

141

(42)

142

(43)

143

(44)

144

(45)

145

(46)

146

(47)

147

3.5 Taralamsyah Saaragih dan Orkes Na Laingan

Pada tahun 1960an Presiden pertama Indonesia datang ke Medan, Sumatera Utara dan disusguhi tarian dan nyanyian Simalungun yang dibawakan oleh personel Nalaingan. Tarian yang dibawakan pada waktu itu berjudul “Manduda”. Tarian ini memerankan orang berpasang-pasangan menumbuk padi bersama, sebuah kebiasaan masa lalu di Simalungun. Kelebihan tarian ini ada pada hentakan gerak yang seragam dengan iringan salah satu melodi Simalungun terbaik yang enak didengar.

Karena kecintaan Soekarno pada tarian ini, istana negara pernah menjadi ajang pertunjukan tarian Simalungun. Rasa kagum dan menyukai budaya Simalungun, mereka pernah dipanggil menari di Istana Negara untuk menari di hadapan Soekarno dan tamu negara.

Hal ini tidak terlepas dari torehan orkes Na Laingan, yaitu sebuah grup musik yang didirikan Saridin Purba, Djawalim Saragih dan Taralamsyah di tahun1959. Mereka bertiga masih tergolong masih satu keluarga dilingkungan kerajaan Raya. Taralamsyah jago melodi, syair dan pola gerakan tarian, Djawalim handal di gitar dan tampil sebagai pemimpin orkes. Saridin adalah seorang pegawai negeri dengan fanatisme pada budaya Simalungun.

(48)

148

para personel Na laingan hanya sejumlah Rp.200 /orang. Ini adalah honor saat tampil untuk menghibur Soekarno pada saat datang kemedan.( Saragih 2014:26).

Walaupun masih ada kekerabatan dekat antar tiap personel serta kesibukan pekerjaan yang luar biasa pada saat itu, jadwal latihan menari dan bermusik disusun ketat dengan tujuan membuat orkes ini semakin solit. Usai selesai memunaikan tugas dan kewajiban sebagai pegawai negeri sipil, disore hari mereka mulai berlatih sampai malam hari.

Pada tahun 1961, Na Laingan tampil pada peresmian Gereja HKBP-S di jalan Hang Tuah, Medan, selain itu mereka sering diundang untuk menghibur pegawai PLN pada acara halal bihalal, perkumpulan Tionghoa Perantau di Medan, dan acara-acara pribadi diluar kota seperti Parapat, Bangun Purba, dan Binjai. Orkes Na Laingan memang dikenal sebagai orkes beraliran Simalungun tetapi grup ini juga mampu membawakan aliran musik dan tari dari derah lain seperti Melayu, Karo, dan Batak Toba.

(49)

149

(50)

BAB IV

ANALISIS MAKNA SYAIR LAGU

Dalam menciptakan syair dalam lagu,biasanya Taralamsyah Saragih mengambil pengalaman kehidupan yang ia alami sehari-hari, baik mengenai kisah asmara, kehidupan di keluarga kerajaan, kerja sama antar masyarakat, dan lainya. Untuk menciptakan satu buah syair lagu ada kalanya ia menyisipkan beberapa buah kata khiasan yang perlu pendalaman yang lebih untuk mengetahui makna sebenarnya. Untuk mempermudah mengartikan makna syair lagu karya Taralamsyah Saragih, penulis berusaha keras mengartikan satu persatu kata yang terdapat dalam syair lagu tersebut kedalam bahasa Indonesia dengan menggunakan kamus Simalungun-Indonesia ditambah lagi dengan bantuan narasumber-narasumber yang dapat mempersatukan kalimat-kalimat syair tersebut kedalam bahasa Indonesia sehingga menjadi syair yang dapat dimengerti. Didalam mengartikan makna syair, ada beberapa bahasa yang digunakan hanya sebagai istilah maupun ungkapan yang tidak mempunyai arti yang bertujuan untuk memperindah syair lagu tersebut.

4.1“Marsialop Ari”/Bergotong Royong

(51)
(52)

152

namarharoan bolonon ganupan ningon dong i juma simalungun on

sorailah untuk gotong royong besar ini, semuanya harus ada di ladang Simalungun

2. Patar mangimas hita dapot juma roba tubuh holi da omei,assium,lassina Besok kita membuka ladang baru, menanam padi, timun cabai,

jagul, uttei homa, gadung, kasang rabut homa, olobkon ma tongon jagung, jeruk juga, ubi, kacang yang lebat, bersorak-sorailah namarharoan bolonon ganupan ningon dong i juma simalungun on untuk gotong royong besar ini, semuanya harus ada di ladang Simalungun 3. Patar hita martindah tubuh omei, ratah lobong ma tene riap mangonah

Besok kita menanam padi hijau diladang, mari bersama melubangi dan hodohon loppah on tambulni namartidah on olobkon ma tongon

menugal, masaklah lauk dan sayuran untuk bekal besok, bersorak-sorailah namarharoan bolonon ganupan ningon dong i juma simalungun on

untuk gotong royong besar ini, semuanya harus ada di ladang Simalungun

4.1.1 Makna yang terkandung dalam lagu“marsialop ari”

(53)

153

Taralamsyah Saragih yang pada dulunya masayarakat Simalungun dihampir semua daerah melakukan Marsialop Ari sebagai tanda bahwa masyarakat Simalungun mengutamakan kebersamaan atau sering dikenal dengan istilah Sauhur Sapanriah( wawancara Haris 17 juni 2015).

Pada tahun 1970an lagu ini sering digunakan sebagai salah satu pengiring dalam Sendra Tari yang dipertunjukkan untuk tamu-tamu daerah yang datang ke Sumatera Utara khususnya daerah Simalungun. Sebagai salah satu bentuk kebersamaan mayarakat Simalungun dalam bercocok tanam maupun dalam hal lain. Sebelum ada istilah STM ( Serikat Tolong Menolong) masyarakat Simalungun dalam suatu daerah tempat dibiasakan untuk Saahap atau sehati dan seperasaan dengan seluruh penduduk baik suka maupun duka tampa ada himbauan atau perintah dari pihak keluarga yang bersangkutan tanpa mengharap pamrih. Untuk petunjukkan tugas-tugas dalam pesta atau peristiwa yang lain dikumpulkanlah beberapa orang disuatu tempat atau balai, disinilah pembagian kewajiaban atau tanggung jawab dibagi pada setiap orang, acara ini juga dikenal dengan istilah Tonggo Raja atau berkumpul untuk berdiskusi dalam acara pembagian kewajiban dan tanggung jawab. Hal inilah sebagai salah satu keunikan masyarakat Simalungun ( wawancara badu 2015 16 06)

(54)

154

Setelah melihat dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa daerah Simalungun adalah tempat yang subur, makmur, cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan. Kebutuhan pangan untuk menghidupi masyarakat Simalungun sehari-hari dapat diperoleh dari hasil bercocok tanam sayur, buah, padi dan lain-lain. Tetapi pada kalimat syair jelas disimpulkan untuk memperoleh hasil yang sempurna, masyarakat dituntut harus bergotong royong bekerja diladang.

4.2“Parsirangan”/ Perpisahan

Sukkod ma tikki parsaoran, soluk panorang parmisahan Terhambatlah waktu kebersamaan, waktu untuk perpisahan Hata paulah tap dong simbei ulang sorngot bai paruhuran

Kalau ada perkataan yang salah jangan menjadi dendam didalam hati dan pikiran,

Tading ma ham ulang mahua torkis hissah rossi matua Tingglah engkau, sehat sejahtera sampai hari tua Tading ma ham botou na tading

Tinggalah engkau yang kukasahi

4.2.1 Makna yang terkandung dalam lagu“parsirangan”

(55)

155

sering dikenal dengan judul Gambiri I Topi Pasar yang berarti kemiri ditepi pasar yang sering dinyanyikan saat acara duka cita pada masyarakat Simalungun. Padahal syair atau judul itu tidak pernah diciptakan Taralamsyah saragih. Penambahan syair dalam lagu tersebut hanya ditambahkan oleh orang-orang sebagai pelengkap syair yang bertajuk pantun dan puisi untuk memperindah lagu tersebut.

Syair sekarang yang sering muncul

Ija gambiri i topi pasar, panjomuran ni saputangan Ai anggo misir ma ham patar sedo pala marjabat tangan Tading ma ham/au botou na tading

Misir na ham/au botou na misir

Menurut hasil wawancara dengan sapna (17 juni 2016) lagu ini bermakna perpisahan dengan hati yang iklas yang dilakukan oleh sepasang kekasih. Hal ini dapat dibuktikan dari kata-kata dalam syair “Tading ma ham ulang mahua torkis hissah rossi matua tading ma ham botou na tading” yang berarti Tingglah engkau, sehat sejahtera sampai hari tua tinggalah engkau yang kukasahi.

4.3“Pamuhunan”/ Permisi

1. Poltak ma bittang da botou topat ma tula

(56)

156

Hita boi pajuppah….Suttabi da botou bani hata na silap age parlahou pangabak na hurang tama

Di pertemuan ini kuucapkan maaf yang begitu dalam untuk kata sikap dan perbuatanku yang salah selama ini padamu

Horas-horas hita botou sayur matua, daoh ma bala sai dear ma parutungan

Semoga diberkati, diberi rezeki dan kesehatan sampai akhir hayat, Jauh dari bala, nasib bertambah baik

2. Borit ni in namin botou, soppong marsirang Ternyata terlalu sakit kasih, terlanjur berpisah

Semoga diberkati, diberi rezeki dan kesehatan sampai akhir hayat, Jauh dari bala, nasib bertambah baik

3. Sai jalo ham tongon botou, andon ma demban Terimalah kasih, Selembar sirih ini

(57)

157

Semoga diberkati, diberi rezeki dan kesehatan sampai akhir hayat, Jauh dari bala, nasib bertambah baik

4.3.1 Makna yang terkandung dalam syair lagu“pamuhunan”

Menurut Haris Purba (wawancara 17juni2015) makna yang terkandung didalam lagu ini hampir sama dengan lagu parsirangan, yang menjadi perbedaannya ialah pencipta lagu menekankan waktu perpisahannya. Dapat dikatakan lagu ini penyempurnaan dari lagu parsirangan. Apabila dilihat dari beberapa kalimat dalam syair lagu ini, dimana seorang pria menyampaikan pesan, permohonan maaf, dan permohonan untuk permisi dengan menggunakan selembar daun sirih sebelum mengucapkan maksud dan tujuannya. Makna dan simbol daun sirih dalam suku Simalungun adalah penghormatan yang cukup besar apabila diberikan kepada seseorang.

(58)

158

Menurut hasil wawancara dengan Badu (16 juni2015) makna dalam syair lagu ini adalah permohonan untuk perpisahan karena tidak adanya perjodohan. Disamping itu syair ini menekankan bahwa didalam perpisahan ini jangan ada dendam, kutuk, kemarahan, serta jangan lagi mengingat masa lalu tentang apa yang telah terjadi selama ini walaupun tidak berjodoh pada akhirnya dan harapan yang luar biasa kepada Tuhan agar kelak kiranya selalu diberkati dan diberi kesehatan serta rejeki

4.4“Uhur Marsirahutan”/ Perasaan yang Terikat 1. Pria :Oe pe lo botouwe

Oh kasih dan sayang ku

Wanita :Aha nimu botou, sappang dearni sisei

Apa yang engkau katakan, menegur untuk menyapaku Pria :Ise marga ni inang?

Apa marga ibu ?

(59)

159

Wanita :Surdukkon ham demban bani nasi bapa

Mintalah ijin kepada ayah melalui selembar sirih

4.4.1 Makna yang terkandung dalam lagu“uhur marsirahutan”

(60)

160

sebelum mengungkapkan kata dan kalimat. ( wawancara dengan Haris purba 17 juni 2015)

Menurut hasil wawancara dengan Sapna sitopu 17 juni 2015 kata uhur marsirahutan beramakna hati dan perasaan saling mengikat. Dalam hal ini pemuda dan pemudi berkenalan terlebih dahulu lewat tutur atau silsilah keluarga. Ditengah-tengah masyarakat Simalungun hal ini sering terjadi pada kehidupan muda-mudi dalam mencari teman ataupun jodoh agar tidak ada perkawinan semarga. Setelah bertutur, pria menyampaikan maksud yang serius ingin berhubungan, bukan hanya sekedar teman kepada wanita etapi kejenjang pernikahan.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat yang lain, hasil wawancara penulis dengan badu purba ialah dibait pertama syair lagu ini menekankan bahwa wanita berkata secara jujur apa yang menjadi kekurangannya hal ini bertujuan agar pria tidak menyesal dikemudian hari, tetapi dibait kedua syair lagu ini pria tidak mempersoalkan hal tersebut dan ingin membina hubungan serius dengan wanita itu.

4.5“Poldung Sirotap Padan”/ Perantara Pemutus Hubungan Ro mei ma iluh uhur ma lungun mardingat uttung na ma bilei Bercucuran air mata, hati bersedih mengingat kejadian yang hina itu Naha pe lang piah dorun hutongos do namin tonah

(61)

161

Naha ma au na uman irik homa do roh sukkun natiba adat tanggang runggu Apalah aku, orang datang dan banyak bertanya-tanya, adatpun telah dipersiapkan untuk harinya nanti

Naha ma use ahu torsa hu lajou do mallah namin saud do

Aku sudah siap, tapi yang terjadi malah cobaan ini, harus bagaimanakah aku Nini bapa tong ningon sonin

Ayahpun berkata, memang ini harus dijalani

Poldung sirotap padan hot hinan nahama au na uman

Perantara pemutus hubungan yang kokoh, bagaimanakah aku yang telah cocok dengan wanita itu

Oe pelo logou bolon soppul hon au hiabhon au siou daoh Oh angin kencang bawalah aku terbang ketempat yang tenang Atap ra do pajupah au padan ondi masihol au

Mungkin disana aku dapat berjumpa dengan janji itu, aku rindu

4.5.1 Makna yang terkandung dalam lagu“poldung si rotap padan”

(62)

162

dari syair lagu ini, karena begitu banyaknya orang bertanya tentang kapan akan dilasungkan adat pernikahan yang ternyata janji setia untuk itu musnahlah sudah. Disamping itu sikap pasrah juga tergambar dari makna syair lagu ini, dimana ia berseru kepada angin untuk membawanya kesuatu tempat dengan harapan dapat berjumpa dengan janji setia itu.

Menurut Sapna kata poldung disini adalah makna kiasan yang berarti patahan atau patahkan. Taralamsyah Saragih mencoba menggunakan istilah poldung untuk menggungkapkan atau memperindah syair lagunya. Sebagai contoh kalimatnya : Poldung lobei buluh in jika diartikan menggunakan bahasa Indonesia ialah ‘ Patahkan dahulu bambu’ itu. Seorang yang telah mengikat janji untuk saling setia tetapi pada akhirnya mengingkarinya, dimana segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan matang. Kekecewaan yang begitu mendalam terlukis dalam bait pertama dari syair lagu ini ‘bercucuran air mata, hati bersedih mengingat kejadian yang hina itu. Disamping itu harapan dan seruan hati terlukis dalam bait akhir dalam syair berikut yang mengatakan ‘Oh angin kencang bawalah aku terbang ketempat yang tenang, mungkin disana aku dapat berjumpa dengan janji itu, aku rindu’

(63)

163

begitu mendalam akibat perbuatan poldung tersebut segala sesuatu yang telah direncanakan tidak berjalan dengan semestinya.

4.6“Padan Na So Suhun”/ Janji yang Tak Pernah Terkabul Hu jolom do nuan isini padan da paima ari madear

Telah ku genggam perjanjian kasih sebelum menunggu waktunya tiba Tong ma au alukkon bani tonah sada pe lang na ra marholong bonar Janji ku selalu diingkari, satupun tak ada yang tulus mengasihi Panorang lopus das hatahunan akkula pe lambin roh ma toras Tahun berganti tahun hingga usia pun terus bertambah tua

Ai huja ma au Manunggul padan aha do laba ni halak na bujur takkas Kemanakah aku menuntut janji itu, apalah artinya kesungguhanku selama ini Suratan ou…. Naha ma nikku masuhuthon na mahua

Suratan hidup ini....apa lagi yang hendak ku katakan untuk yang terjadi Rokkap ni badan lang tarayak lang tarjua

Jodoh tidak dapat diraih dan dikejar

4.6.1 Makna yang terkandung dalam lagu“padan na so suhun”

(64)

164

adalah jalan satu-satunya yang ditempuh sebagai langkah mengobati kekecewaan. Pada zaman ini, banyak terjadi perubahan nada dalam lagu ini, sehingga mengakibatkan kurangnya keindahan lagu tersebut.

Menurut Sapna Sitopu lagu ini pertama sekali lagu ini dipopulerkan oleh Hotmaria Br Sitopu, setelah itu Sarudin Saragih, dan yang terakhir Yeyen Marbun, setiap penyanyi dalam menyanyikan lagu ini membawakan cirikhas gaya menyaynyikan masing-masing, mulai dari aliran simalungun dengan inggou khasnya, semi pop sampai ke pop murni.tidak jauh berbeda denga pendapat nara sumber yang lain, pendapat Sapna menyatakan bahwa makna dalam syair lagu tersebut ialah kekecewaan begitu mendalam terhadap suratan hidup karena penderitaan atau kegagalan cinta yang dialami.

4.7“Sitalasari”/ Bunga Sitalasari

1. Sakkot ma rudang sitalasari baya da bai bulang

Terpasanglah hiasan bunga sitalasari di antara tutup kepala Manoh nahinan baya jagiah do tunggung homa

Hiasan peninggalan jaman dahulu, kokoh, indah dan cantik Tarsunggul uhur adat na hinan homa rap ma hita na hop-hop ma

Teringat dan terbayang adat istidiadat terdahulu, mari dijaga dan dipelihara

2. Sitalasari tambarni sihol baya Bunga Sitalasari obatnya rindu

Bani huta hatubuhatta baya mada tuah goran bona

(65)

165

Rap manggari hita homa Mari bersama kita jaga juga

4.7.1 Makna yang terkandung dalam lagu“sitalasari”

Menurut hasil wawancara dengan Haris Purba lagu ini diciptakan oleh Jan kadoek Saragih sekitar pada tahun 1940 dan digubah oleh Taralamsyah Saragih dengan tujuan untuk sebagai nyanyian untuk mengiringi tarian daerah Simalungun yang berjudul Sitalasari. Dari syair lagu ini menyatakan bahwa seorang menghimbau (penyanyi) kepada yang lain (pendengar) untuk melihat bungga sitalasari yang indah sebagai hiasan rambut dan kepala wanita yang menandakan bahwa seindah itulah adat istiadat masyarakat Simalungun, harus dijaga dan dilestarikan.

(66)

166

Oh tembang, padi yang tak terikat akan ku tumbuk Bittang narondang bani andalukkon do

(67)

167

dari lagu daerah masyarakat Simalungun yang sering disebut inggou nahinan. Lagu ni adalah pengalaman pribadi Taralamsyah Saragih sendiri dimana kejadian dalam syair lagu tersebut sering terjadi dikampung halamannya. Makna syair yang terdapat dalam lagu ni ialah nyanyian menumbuk padi, dimana pada saat wanita menumbuk padi dibalai kampung atau desa, maka pada saat inilah kesempatan para pria lajang mendekatkan diri kepada wanita dengan tujuan mempersunting. Balai ini sebagai sarana tempat awal pertemuan pria dan wanita. Pada masa itu tidak diperkenankan seorang pria datang bertamu kerumah seorang wanita untuk tujuan asmara karena aturan adat istiadat yang begitu kuat di tengah-tengah masyarakat Simalungun . Jadi pada kesempatan inilah pertemuan dan percakapan terjadi sehingga menghasilkan sebuah pertalian hubungan.Sewaktu manduda, ada tata cara yang harus ditaati oleh masyarakat Simalungun walaupun tidak wajib hukumnya, antara lain yaitu : yang mengerjakan ialah dua orang wanita dan wadah tempat padi tersebut yang sering desebut dengan lesung harus ditumbuk secara bergantian dan beriirama agar padi yang akan menjadi beras bias layak makan dan tidak berceceran. Untuk merayu sang gadis biasanya pria menggunakan nyanyian puisi dengan bunyi tumbukan padi sebagai rithem dan temponya.

(68)

168

Sang Pencipta karena telah diberikan hasil yang memuaskan, jika waktu ini telah tiba, tetapi segala persiapan belum terpenuhi, sia-sialah upacara ini acara ini sering disebut juga pestaRondang binttang.

Menurut Sapna Sitopu syair lagu ini bermakna ungkapan hati seorang pria terhadap seorang wanita sewaktu menumbuk padi.tak jauh bebrbeda dengan pendapat lainya, disini ditegaskan bahwa makna syair lagu ini juga mengisyaratkan bahwa terang bulan dan bintang yang akan dihadapi mala mini sama indahnya dengan wajah manis wanita sipenumbuk padi tersebut. Sengaja ini diungkapkan oleh kaum pria dengan tujuan wanita tersebut semangat dalam mengerjakan tugasnya serta sebagai tahap awal pendekatan terhadap wanita oleh pria.

4.9“Parsonduk Dua”/ Beristri Dua

Tonggor ma si anu, dua parsonduk ni Lihat si polan itu, dua istrinya

Padua na ma poso, iponi pe lobangon ma homa

Yang kedua masih remaja, giginya pun banyak berlubang Mardalan pe martukkot man. domma matua

Berjalanpun memakai tongkat, Sudah Tua

Martinggil homani, samah parsondukni Sering bertengkar, Sesama istrinya

Riap marsimburuan, lang-lang horja hujuma

(69)

169

Targojok gojok, targojok gojok( suara air nasi yang sedang dimasak)

4.9.1 Makna yang terkandung dalam lagu“parsonduk dua”

(70)

170

Didalam makna syair juga tertulis bahwa istri yang satu dengan yang lain saling cemburu dan sering bertengkar tanpa memperdulikan kesedian pangan yang akan dikomsumsi karena tidak satu pun diantara mereka yang mau diajak bekerja diladang. Targojok-gojokmenggambarkan bunyi air beras yang mendidih didalam wadah atau priuk dan harus segera diaduk agar tidak gosong atau lengket dibagian bawah beras ini. Kerana kegaduhan mereka bunyi targaojok-gojok ini pun tidak terdengar dan akhirnya beras yang akan menjadi nasi tersebut tidak dapat dimakan.

Menurut hasil wawancara dengan Badu Purba lagu ini bermakna seorang pria memperistrikan dua orang wanita, istri yang kedua adalah gadis remaja sementara pria ini adalah seorang pria yang renta, hal ini tergambar dari kata dalam syair tersebut yang menuliskan “gigi berlubang dan berjalan menggunakan tonggkat”. Kegaduhan sering terjadi didalam rumah tangga mereka karena faktor kecemburuan antara istri tua dan muda. Dari syair lagu ini juga beliau menyimpulkan bahwa tema dari lagu ini ada sebuah lagu yang sengaja diciptakan dengan nuansa humor dan sindiran terhadap kaum pria pada masa itu.

(71)

171

terjadi dalam rumah tangga ini karena faktor kecemburuan satu dengan yang lainya yang mengakibatkan kebutuhan pokok untuk dimakan tidak tersedia dengan semestinya.

4.10“Eta Mangalop Boru”/ Ayo Meminang/ Menjemput Gadis

Eta mangalop boru lawei marsitapi onja- onja marsitapi onja-onja Ayo meminang gadis ipar, sambil berpantun ria untuk Sigadis, sambil berpantun ria untuk sigadis

Eta manada eta mada lawei Ayolah-ayolah ipar

Anggo hodong langgei mu tene botou rigatoni bulung birah tene botou Jika ada pelepah keladi, untuk pengganti sobekan daun keladi hutan Anggo holong ateimu tene botou dingaton do magirah tene botou

Kalau ada ibamu oh kasih, setiap hari pasti akan kau ingat, setiap hari pasti akan kau ingat

Dingaton do magirah tene botou Ingat setiap hari oh kekasih

4.10.1 Makna yang terkandung dalam lagu“eta mangalop boru”

(72)

172

penambahan yang sengaja dibuat oleh seniman-seniman muda pada saat itu untuk menambah keindahan dalam lagu tersebut. Narasumber pernah bertanya kepada Taralamsyah Saragih tentang penggubahan isi syair tersebut, tetapi Taralamsyah Saragih menjawab “ ya sudahlah, ngak apa-apa, biar aja situ, biar tambah banyak pencipta lagu diSimalungun”. Mendengar jawaban tersebut narasumber hanya bisa menggeleng kepala saja melihat sikap dari Taralamsyah Saragih seolah acuh. Akibatnya sekarang, syair lagu ini pun terbawa dengan nuansa pantun yang berbeda-beda tergantung keperluan dan tempatnya. Yang penting sesuai dengan isinya dengan bait pertama, karena biasanya pantun direffrein adalah pantun nasehat agar kelak sipria dan wanita sejahtera dalam membina hubungan keluarga.

Contoh :

pala-pala manderes tene botou, ulang mambur gotahni tene botou Pala-pala mambere tene botou, ulang sonai dokahni tene botou. Kalau terlanjur menyadap (karet) oh kasih, jangan berserakan getahnya Kalau niat ingin memberi oh kasih, jangan terlalu lama kasih

Begitu juga menurut hasil wawancara dengan Sapna sitopu mengatakan bahwa makna dari syair lagu ini adalah ajakan kepada kakak (laki-laki) iparnya untuk meminang gadis, lagu ini dapat dikatakan sebagai yel-yel atau maskot dipesta adat pernikahan masyarakat Simalungun karena sering dinyanyikan untuk menyambut mempelai pengantin memasuki wisma ataupun rumah.

(73)

173

(74)

BAB V

ANALISIS STRUKTUR MUSIK

5.1 Pengertian bagian analisis musik

Dalam menganalisis melodi musik 10dodingkarya Taralamsyah Saragih , penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teoriweighted scale.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada (scale); (2) nada dasar (pitch center); (3) wilayah nada (range); (4) jumlah nada(frequency of notes); (5) jumlah interval (prevalent intervals); (6) pola kadensa (cadence patterns); (7) formula melodik (melody formula); dan (8) kontur(contour)(Malm dalam terjemahan Takari 1993: 13).

5.1.1 Tanggga nada

Dalam analisis ini, yang dimaksud tangga nada adalah susunan nada-nada

yang di pakai dalam lagu karya Taralamsyah Saragih. Penulis akan mengurutkan

nada-nada dari nada yang terendah hingga nada yang tertinggi. Tangga nada karya

yang akan dikaji dikategorikan ke dalam jenis tangga nada heptatonik mayor dan

minor yaitu tangga nada yang tersusun dari rangkaian interval penuh dan setengah,

interval tersebut adalah satu laras atau 200 sent dan setengah laras atau 100 sent.

(75)

175

(76)

175

informan. Selanjutnya, data tersebut ditranskripsikan ke dalam notasi barat.

5.1.3 Wilayah Nada (Range)

Wilayah nada adalah jarak antara nada tertinggi dan nada terendah dalam tangga nada.

5.1.4 Jumlah Nada (Frequency of Notes)

Jumlah nada adalah banyaknya nada-nada yang dipakai secara keseluruhan dalam suatu musik baik musik instrumental atau vokal.

5.1.5 Jumlah Interval (Prevalent Intervals)

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari interval naik maupun turun.

5.1.6 Pola Kadensa

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi yang menjadi penutup pada bagian akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut dalam satu frasa.

5.1.7 Formula Melodi

(77)

176

1. Repetitiveadalah bentuk nyanyian dengan melodi pendek yang diulang-ulang. 2. Iterative adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strophic adalah bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting adalah bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progressive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.

5.1.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah nyanyian. Malm membedakan kontur ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut:

1. Ascendingyaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

(78)

177

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.

(79)

178

5.2 Analisis musik lagu “Marsialop Ari

Setelah mengaanalisis struktur lagu Marsialop Ari maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tangga nada

(80)
(81)

180

e. Nada terbesar adalah E dengan nilai 1 ketuk f. Nada terkecil adalah b dan E dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

Frasa C

(82)
(83)

182

5.3 Analisis musik lagu “Parsirangan

Setelah mengaanalisis struktur lagu Parsirangan maka dapat disimpulkan bahwa :

(84)

183

2. Nada dasar C=do

3. Wilayah nada 6 laras = 1200 sent

4. Jumlah Nada e. Nada terbesar adalah G dengan nilai 3 ketuk f. Nada terkecil adalah C’ dengan nilai ¼ ketuk

5. Interval Nada

(85)

184

Kuart Prime 7

Septim Mayor 2

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

Frasa C

7. Formula melodiStrophic

(86)
(87)

186

5.4 Analisis musik lagu“Pamhuhunan”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Pamuhunan maka dapat disimpulkan bahwa :

(88)
(89)

188

f. Nada terkecil adalah D’ dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola kadensa

Frasa A1

Frasa A2

Frasa B1

(90)

189

Frasa B

Frasa C

Frasa D

Susunan Frasa

(91)

190

8. Kontur Ascending, Descending,danPendulous

(92)

191

5.5 Analisis musik lagu“Uhur Marsirahutan”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Uhur Marsirahutan maka dapat disimpulkan bahwa :

(93)

192

2. Nada dasar C=do

3. Wilayah nada 8 ½ laras = 1700 sent

(94)

193

a. Nada awal adalah G b. Nada akhir adalah C

c. Nada terendah dalam komposisi adalah g d. Nada tertinggi dalam komposisi adalah B e. Nada terbesar adalah G dengan nilai 1 ½ ketuk f. Nada terkecil adalah C dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

(95)

194

Frasa A

Frasa B

Frasa C

Susunan Frasa

(96)

195

8. KonturAscending, Descending

(97)

196

(98)

197

2. Nada dasar C=do

3. Wilayah nada

(99)

198 e. Nada terbesar adalah G dengan nilai 3 ketuk f. Nada terkecil adalah C dengan nilai ¼ ketuk

6. Frasa Frasa A

(100)

199

Frasa C

Frasa D

Frasa E

Susunan Frasa

A1–B1–C–A2–B2–C–D–E1–E2

7. Pola Kadensa

(101)

200

Frasa B

Frasa C

Frasa D

(102)

201

8. KonturAscendingdanDescending

(103)

202

5.7 Analisis musik lagu“ Padan Na So Suhun”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Padan Na So Suhun maka dapat disimpulkan bahwa :

(104)

203

Tangga nada yang dipakai dalam proses penciptaan lagu ini mengacu kepada instrumensarunei, sulimatautulila

2. Nada dasar C=do

3. Wilayah nada 8 laras = 1600 sent

(105)

204

c. Nada terendah dalam komposisi adalah g d. Nada tertinggi dalam komposisi adalah B e. Nada terbesar adalah G dengan nilai 4 ketuk f. Nada terkecil adalah F dan E dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

Frasa C

(106)

205

7. Formula melodiStrophic

Frasa A

Frasa B

Frasa C

Frasa D

Susunan Frasa

(107)

206

8. KonturAscending

(108)

207

5.8 Analisis musik lagu“ Sitalasari”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Sitalasari maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tangga nada

Tangga nada yang dipakai dalam proses penciptaan lagu ini mengacu kepada instrumensulimatautulila

2. Nada dasar C = do

(109)

208 e. Nada terbesar adalah E dengan nilai 3 ketuk f. Nada terkecil adalah A dengan nilai ¼ ketuk 6. Pola Kadensa

(110)

209

Frasa B

Frasa C

7. Formula melodiRepetitive

Frasa A

Frasa B

Frasa C

(111)

210

8. Kontur AscendingdanDiscending

(112)

211

5.9 Analisis musik lagu“Doding Manduda”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Manduda maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tangga nada

(113)
(114)

213

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

7. Formula melodiStrophic

Frasa A

Frasa B

Susunan Frasa

(115)

214

8. KonturDescendingdanAscending

(116)

215

5.10 Analisis musik lagu“Parsonduk Dua”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Parsonduk Dua maka dapat disimpulkan bahwa :

(117)

216

Tangga nada yang dipakai dalam proses penciptaan lagu ini mengacu kepada instrumen sulimatautulila

2. Nada dasar C = do

3. Wilayah nada 8 laras = 1600 sent

(118)

217

a. Nada awal adalah G b. Nada akhir adalah G

c. Nada terendah dalam komposisi adalah C d. Nada tertinggi dalam komposisi adalah E’ e. Nada terbesar adalah C dengan nilai 4 ketuk f. Nada terkecil adalah G dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

Frasa C

(119)

218

Frasa E

7. Formula melodiRepetitive

Frasa A

Frasa B

Frasa C

(120)
(121)

220

5.11Analisis musik lagu“Eta Mangalop Boru”

Setelah mengaanalisis struktur laguEta Mangalop Borumaka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tangga nada

(122)

221

3. Wilayah nada 5 laras = 1000 sent

(123)

222

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

Frasa C

Frasa D

7. Formula melodiStrophic

(124)

223

Frasa B

Frasa C

Frasa D

Susunan frasa

A–B1–B2–C1–C2–D

8. KonturPendulous

(125)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan berbagai uraian dari setiap bab pada karya ilmiah ini, akhirnya dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti berikut ini :

1. Syair dalam doding karya Taralamsyah Saragih adalah gambaran kehidupan keseharian peradaban masyarakat Simalungun baik dalam bermasyarakat, asmara, perpisahan, sindiran, pekerjaan, berkesenian/ tarian dan bergotong royong.

2. Dalam membuat karya doding, Taralamsyah Saragih juga menceritakan pengalaman hidup pribadi yang nyata dalam asmara, rumah tangga dan perpisahan.

3. Doding karya Taralamsyah Saragih banyak menggunakan pengulangan nada dengan syair yang berbeda.

4. Dalam syair ciptaannya, Taralamsyah Saragih menggunakan pantun atau yang sering disebutkan “umpasa”.Umpasa” ini sering kali berupa nasihat, sindiran dan perumpamaan.

(126)

225

6. Melodi yang digunakan dalam karya Taralamsyah Saragih cenderung mirip dengan karya Djaga Depari dan Nahum situmorang, sesuai dengan pendapat narasumber Haris Purba, mereka sering berjumpa dimedan tepatnya di RRI, untuk membahas karya-karya seni yang akan mereka buat dan ditampilkan. 7. Beberapa karya Taralamsyah Saragih berpodoman pada instrumen tiup

Simalungun dan mengubahnya kedalam tangga nada barat agar dapat dikenal secara luas

8. Jarak antar melodi atau nada yang digunakan cenderung mengalir melismatis sesuai dengan aksen bahasa Simalungun yang mengalir dan mendayu.

9. Beberapa karya Taralamsyah Saragih menggunakan pola ketukan gondrang ataugualSimalungun

10. Kurangnya arsip daerah setempat untuk mengarsipkan karya-karya Taralamsyah Saragih baik dalam bidang musik maupun tari.

11. Kurangnya eksistensi doding Simalungun di kalangan generasi muda karena kurangnya rasa cinta budaya kepada kekayaan dan warisan nenek moyang kita terutama dibidang nyanyian ( doding ).

6.2 Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah di kemukakan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

(127)

226

kelanjutan yang lebih mendalam. Dengan demikian diharapkan pada peneliti-peneliti berikutnya agar memberikan usaha yang lebih maksimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lengkap untuk mengkaji karya Taralamsyah Saragih baik dalam bidang tari dan musik Simalungun pada khusunya

- Melihat perkembangan musik Simalungun dewasa ini, penulis merasa khawatir dikarenakan banyaknya karya doding Simalungun diciptkan hanya bertujuan kepada tujuan ekonomi saja, tanpa memperhatikan estetika budaya Simalungun yang semakin lama, semakin terkikis akibat modernisasi, baik dalam segi penampilan, tata bahasa yang digunakan, musik, dan lainya

- Diharapkan kepada semua pihak yang terkait agar lebih mensosialisasikan budaya-budaya daerah lewat revitalisasi musik, tari dan drama, perlombaan pengetahuan budaya antar pelajar dengan hadiah yang menarik.

- Diberikannya tempat khusus ditiap daerah untuk seniman-seniman daerah mempublikasikan, menyimpan, dan mempertunjukan karyanya.

Gambar

Gambar 3.1 Taralamsyah SaragihSumber : www.google.co.id
Gambar 3.3 Cover buku lagu Taralamsyah SaragihSumber : arsip Badu Purba
Gambar 3.4 Teks lagu Marsialop AriSumber : arsip Badu Purba
Gambar 3.5 Syair lagu Inggou MariahSumber : arsip Badu Purba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna nilai lagu yang terkandung dalam syair lagu haholongi ma sidoli karya Dompak sinaga, untuk mengetahui nilai lagu yang

Kata kunci : analisis; lagu; makna syair; dan Be Seven Steady. Be Seven Steady adalah grup musik ska yang berasal dari Semarang. Karya lagu-lagunya yang easy listening dengan

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menjelaskan makna kesetiakawanan yang terkandung dalam syair lagu Ebiet G.. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui struktur bentuk musik dan pesan syair lagu peringatan misa arwah di Kerkof Mendut Paroki Santo Petrus Borobudur Kabupaten

[r]

Alat musik yang digunakan dalam musik ansambel melodis adalah alat musik yang dimainkan dengan tujuan menghasilkan rangkaian nada-nada yang merupakan melodi sebuah

3) Ende Tumba/Embas , lagu-lagu yang dinyanyiakan orang muda sebagai iringan untuk tari tumba atau embas, menari sambil membuat lingkaran di halaman kampung (halaman ni huta)

Hasil penelitian ini adalah analisis struktur musik dan makna lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress.. Kata kunci: Analisis struktur musik, Gloomy Sunday dan