BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Provinsi Sumatera Utara memiliki beragam suku yang bertautan sehingga
membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak
Dairi, Mandailing, Nias dan Melayu. Simalungun termasuk salah satu etnik yang
banyak memiliki kebudayaan, secara administratif Simalungun disebut kabupaten
Simalungun provinsi Sumatera Utara. Etnik Simalungun memiliki banyak
kebudayaan yang terdiri dari tari-tarian, seni vokal serta adat atau kebiasaan
lainnya yang berbentuk budaya.
Kata Simalungun sudah dipergunakan orang Belanda dengan nama
Simeloengoen-Landen1 yang meliputi beberapa kerajaan-kerajaan yakni kerajaan
Siantar, kerajaan Tanah Jawa, kerajaan Panei, kerajaan Raya, kerajaan Purba,
kerajaan Silimakuta, dan kerajaan Dolok Silou. Sebelumnya wilayah itu lebih
dikenal dengan nama Batak Timur karena letaknya di sebelah timur Tapanuli,
akan tetapi suku Batak Timur kemudian berganti nama yaitu Simalungun.
Sebelum masuknya Belanda, cukup banyak wilayah yang berpenduduk
Simalungun menaklukan diri (martuan/marpuang) kepenguasaan wilayah lain
seperti Padang, Serdang, Deli, Batubara, Asahan dan Karo. Mereka membaurkan
diri dengan budaya yang ada dan menanggalkan identitasnya sebagai identitas
Simalungun, namun ada juga yang tetap mempertahankan identitas suku
Simalungun termasuk dalam sistem pemerintahan huta2
1Simeloengoen-Landen
artinya Tanah Simalungun
2Huta
artinya kampung
Dalam kebudayaannya, orang Simalungun memiliki karakter yang mudah
pasiatkon diri3 karena kemana pun dia pergi untuk mencari kehidupan, akan
banyak orang yang menerimanya dengan senang hati. Sifat marlajang4
Menurut Harris Hemdy Purba
yang
dimiliki oleh orang Simalungun juga membuatnya menjadi seseorang yang
beretika dalam berpikir dan bertindak. Namun begitu, meskipun orang
Simalungun memiliki sifat perantau dan mudah beradaptasi, tidak membuat
mereka menjadi lupa akan kampung halamannya. Hal ini bisa dilihat dari
sepenggal lagu Inggou Parlajang berikut yang secara khusus diciptakan oleh
Taralamsyah Saragih untuk mengungkapkan perasaan rindunya akan kampung
halamannya, Simalungun :
Tarsunggul au tanoh hatubuhan
Simalungun na loppou jenges simada tunggung
Dolok riris marsikawahan
Talunni pe appar do songon apei na bayu
Taralamsyah Saragih adalah salah seorang bangsawan Simalungun yang
mahir di bidang kesenian dan peduli terhadap kesenian seperti seni vokal, seni tari
serta sejarah Simalungun. Hal itu di karenakan beliau adalah seorang anak raja di
Kerajaan Raya yang memerintah pada saat itu yang mengharuskannya
mempelajari setiap kesenian yang ada.
5
3Pasiatkon diri
artinya beradaptasi
4
Marlajang artinya Merantau 5
Hasil wawancara dangan Harris Hemdy Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang pengajar tari.
, sebelum Taralamsyah pergi merantau,
beliau berdasarkan curahan hati tulangnya (pamannya) yaitu Janer Sinaga dan
Keponakannya, Bill Saragih, yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
Inggou Parlajang adalah lagu yang liriknya bercerita tentang isak tangis
dan keluh kesah seorang perantau yang melukiskan kesukacitaan dan
kedukaannya serta kerinduannya akan kampung halaman serta nada yang sangat
puitis dan padu dengan perjalanan melodi dari lagu tersebut, yang membuat
seorang perantau dapat mengingat dan merindukan kampung halamannya.
Menurut Pak Harris6
1.2Pokok Permasalahan
, lagu Inggou Parlajang tidak harus selalu dinyanyikan oleh
seorang perantau.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun
serta menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS TEKSTUAL
DAN MUSIKAL LAGU INGGOU PARLAJANG KARYA TARALAMSYAH
SARAGIH”
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah
sebagai berikut:
a. Apakah makna tekstual dari lagu Inggou Parlajang
b. Bagaimana struktur melodi Inggou Parlajang
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1Tujuan penelitian
6
1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana
seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui makna lagu Inggou Parlajang
3. Untuk mengetahui struktur melodi lagu Inggou Parlajang
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan
pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Manfaat lain yang dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah dokumentasi mengenai Simalungun di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai proses pengaplikasian atau pengembangan ilmu yang diperoleh
penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi
3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang memiliki keterkaitan dengan
topik judul penelitian
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari
suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang
sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (Koentjaraningrat
2009:85). Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005) konsep
konkret. Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa
konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke empat, kajian atau
analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam
tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Melodi dan teks Inggou
Parlajang yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan
pemahaman makna tentang Inggou Parlajang.
Pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi,
yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung
berupa gagasan, sifat dan warna bunyi (Soeharto. M dalam buku “Kamus Musik”
(1992:86))7
Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari
kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar . Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal
merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu
nada-nada yang harmonis. Inggou Parlajang merupakan sebuah lagu yang penulis
nyatakan sebagai objek kajian Etnomusikologi, karena ada atau terbentuk dari
struktur, bentuk, bunyi-bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau
dikategorikan sebagai nyanyian. Kemudian, Inggou Parlajang juga mengandung
unsur nada, rythem dan harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis
akan membahas yang tertuju pada melodi.
7
memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi keempat 2008:1474). Dari pengertian teks diatas, maka tekstual adalah
sesuatu yang berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan
menganalisa makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.
1.4.2 Teori
Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79),
mengemukakan:
Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.
Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konsep, defenisi, proposisi
yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang
menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi
fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landasan untuk
membahas dan menjawab pokok permasalahan. Untuk menganalisis struktur
melodi Inggou Parlajang penulis menggunakan teori weighted scale8
a. Tangga nada,
yang
dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mendeskripsikan melodi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:15) yaitu:
b. nada dasar (pitch center),
c. wilayah nada,
d. jumlah nada-nada,
8Weighted scale
e. jumlah interval,
f. pola-pola kadensa,
g. formula-formula melodik, dan
h. kontur
Untuk mendukung analisis struktur melodi Inggou Parlajang, penulis
menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi
yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan
pada notasi musik yang dinyatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif.
Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk
penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif
adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang
ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi preskriptif.
Penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Inggou
Parlajang dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Inggou Parlajang.
Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang
berbeda. Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama
oleh setiap pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut
dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan,
fungsi, pengajaran, estetika dan lain-lain.
Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia
adalah pengajarannya yang diwariskan secara oral tradition9
9Oral Tradition
artinya komunikasi yang disampaikan secara lisan.
Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat
menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini
tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui
tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan
istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.
Dalam proses menganalisa struktur teks-teks Inggou Parlajang, penulis
berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture
of The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik
vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan
teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini
disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada
disebut melismatis.
Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan
hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat
membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan
pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).
Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Inggou Parlajang,
penulis menggunakan teori semiotika. Istilah kata semiotika ini berasal dari
bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan Van Zoest (bakar 2006:45-51)
menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang
yang lebih besar. Teori semiotika adalah sebuah teori mengenai lambang yang
Untuk mengetahui fungsi musik dari lagu Inggou Parlajang ini, digunakan
teori Fungsi musik oleh Alan P. Merriam (1964-223) dalam buku Pluralitas
(2004:143-144).
1.5 Metode Penelitian
Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang
digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (Koentjaraningrat
2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis
2006:24).
Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau
memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga
menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data serta
menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari
Taralamsyah Saragih.
1.5.1 Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan oleh penulis. Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan
pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti.
Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu:
1. wawancara berencana (standardized interview) dan
Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah
direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya tak berencana tak mempunyai
suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan
dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian
macam metode wawancara tak berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke
dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode
wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur
juga dapat dibedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1)
wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free
interview). Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan
keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si
peneliti (Mardalis 2006:64).
Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris
Hemdy Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan
berkesenian yang tinggi. Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan
Normasiah adalah guru musik di SMK 11 Medan sekaligus anak kandung dari
Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh
1.5.2 Kerja laboratorium
Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari
wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan
ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi
objek yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara
didengar dan menuliskannya kedalam notasi balok. Selanjutnya, data tersebut
diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui
agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam menulis skripsi. Pengolahan data
ini dilakukan bertahap, karena data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus.
Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan
kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.
1.5.3 Studi kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu
melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang
berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi
kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan
juga untuk melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa
studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan
informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua
(kerja lapangan). Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di
mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan
merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk
mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan
dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan. Penulis juga mengumpulkan
data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs
www.google.com, website Simalungun, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua
data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya
membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
1.6 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Alasan penulis memilih
lokasi penelitian di Medan adalah karena bertepatan dengan tempat tinggal
informan. Informan adalah anak dari Taralamsyah Saragih yaitu Normasiah
Saragih yang beralamat di jl. Marindal I gang. Amarta No. 23 dan juga murid dari
Taralamsyah Saragih yaitu Haris Purba, jl. Ngumban Surbakti gang. Kamboja 20,