• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tekstual dan Musikal Marsialop Ari Karya Taralamsyah Saragih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Tekstual dan Musikal Marsialop Ari Karya Taralamsyah Saragih"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MUSIKAL DAN TEKSTUAL MARSIALOPARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

SKRIPSI SARJANA O

L E H

NAMA : KEZIA ULIMARINA PURBA NIM : 100707010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(2)

ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL MARSIALOP ARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

OLEH :

NAMA: KEZIA ULIMARINA PURBA NIM : 100707010

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs. Setia Dermawan Purba, M. Si. Drs. Fadlin, M.A.

NIP 195608281986011001 NIP 196102201989031003

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni

dalam bidang disiplin Etnomuskologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

(3)

MEDAN 2014

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. ( ) 2. Drs. Heristina Dewi, M.Pd. ( )

(4)

4. Drs. Fadlin, M.A. ( )

5. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si ( )

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,

(5)

ABSTRAK

Marsialop ari merupakan salah satu nyanyian masyarakat Simalungun yang di ciptakan oleh Taralamsyah Saragih. marsialop ari adalah nyanyian ajakan masyarakat untuk bekerja bergotong royong, bercocok tanam.

Dalam penulisan ini, penulis melakukan pendekatan yang bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Sehingga menghasilkan pernyataan dari informan maupun narasumber. Penulis juga menggunakan teori semiotik untuk menganalisa teks serta menggunakan teori weighted scale dalam menganalisa melodi marsialop ari. Penelitian ini bertujuan untuk membahas makna dari teks dan musikal dari marsialop ari.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan anugrah-Nya yang begitu besar yang telah menolong dan menyertai hidup penulis, serta memberi kekuatan dan pengertian dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Tekstual dan Musikal Marsialop Ari Karya

Taralamsyah Saragih”Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang tedapat dalam penulisan atau penyusunan skripsi ini. Dan juga tidak luput dari kebosanan dan jenuh yang penulis rasakan. Namun, dengan adanya dorongan dari orang-orang sekitar penulis maka penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua saya tercinta, ayahanda St. Janesin Purba dan ibunda Rismauli Sihombing. Terimakasih atas cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada saya. Serta motivasi-motivasi yang diberikan dan juga doa yang selalu dipanjatkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Begitu juga segenap jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

(7)

dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu-ilmu, nasehat-nasehat, perhatian, pengalamanyang telah Bapak berikan kepada penulis selama berada di perkuliahan.Kiranya Tuhan selalu memberikan berkat yang melimpah serta kesehatan kepada Bapak. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhomat Bapak Drs. Fadlin, M.A. Sebagai Dosen Pembimbing II yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis sejak memulai perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk perhatian, ilmu, dan kebaikan yang Bapak berikan. Kiranya Tuhan senantiasi melindungi dan melimpahkan berkat untuk Bapak.

Terima kasih juga kepada Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. selaku sekretaris Departemen Etnomusikologi FIB USU, yang telah membantu lancarnya administrasi kuliah saya selama ini, serta ilmu yang diberikan. Begitu juga untuk Ibu Adry Wiyanni Ridwan, S.S., sebagai pegawai adminitrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah membantu semua urusan administratif dan pendekatannya.

(8)

dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis.

Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;Bapak Harris Hemdi Purba, Ibu Normasiah Saragih, Ibu Ance Sinaga, Bapak Urich Damanik. Sungguh pengalaman dan kesempatan yang tak terhingga yang penulis dapat untuk mengetahui Simalungun lebih lagi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada abang terkasih Horisman Maranatha Saragih, S.kom yang sudah memberi semangat dan doa kepada penulis. Begitu juga kepada saudara-saudara saya yang juga menyokong, memberi semangat serta materi dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman seperjuangan: Anna Purba, Deby Gea, Miduk Nadeak, Riska Prisila, Ruth Marbun, Ayu Matondang, Erny Banjarnahor, Yusuf Siregar, Lido Hutagalung, Meilinda Tarigan, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas semangat yang kalian berikan. Semoga kita dapat berhasil semua.

Medan, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... V KATA PENGANTAR ... VII DAFTAR ISI ... X DAFTAR GAMBAR ... XII DAFTAR TABEL ... XIV

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 8

1.3.1 Tujuan ... 8

1.3.2 Manfaat ... 8

1.4 Konsep dan Teori... 9

1.4.1 Konsep ... 9

1.4.2 Teori ... 11

1.5 Metode Penelitian ... 13

1.5.1 Wawancara... 15

1.5.2 Kerja Laboratorium... 15

1.5.3 Studi Kepustakaan ……… 1.6 Lokasi Penelitian ... BAB II: Gambaran Umum Masyarakat Simalungun ... 19

2.1 Suku Simalungun ... 19

2.1.1 Asal-usul Simalungun ... 27

2.2 Sistem kekerabatan ... 30

2.2.1 Struktur Sosial: “Tolu Sahundulan Lima Saodoran”... 31

2.3 Sistem Kepercayaan dan Agama ... 32

2.4 Sistem Mata Pencaharian... 34

2.5 Kesenian Simalungun ... 36

2.5.1 Seni Musik ... 2.5.2 Seni Tari ... 2.5.3 Seni Rupa... 2.6 Bahasa ... 2.7 Filosofi Simalungun ... 2.8 Pengertian Biografi ... 2.9 Biografi Taralamsyah Saragih ... BAB III: Analisis Tekstual Marsialop Ari ... 39

3.1 Bentuk Teks Marsialop Ari ... 39

3.2 Analisis Semiotik Tekstual Marsialop Ari ... 41

BAB IV: Transkripsi dan Analisis Musikal Marsialop Ari ….... 61

4.1 Transkripsi ... 61

(10)

4.2 Analisis Melodi Marsialop Ari ... 63

4.2.1 Tangga Nada ... 63

4.2.2 Nada Dasar (Pitch Center)... 64

4.2.3 Wilayah Nada (Range) ………. 4.2.4 Jumlah Nada (Frequency of notes) ………... 4.2.5 Jumlah Interval (Prevalent Intervals) ………... 4.2.6 Pola Kadensa………. 4.2.7 Formula Melodik ……….. 4.2.8 Kontur ……….. 4.3 Perubahan Penyajian Marsialop Ari... BAB V: PENUTUP ... 112

5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAK

Marsialop ari merupakan salah satu nyanyian masyarakat Simalungun yang di ciptakan oleh Taralamsyah Saragih. marsialop ari adalah nyanyian ajakan masyarakat untuk bekerja bergotong royong, bercocok tanam.

Dalam penulisan ini, penulis melakukan pendekatan yang bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Sehingga menghasilkan pernyataan dari informan maupun narasumber. Penulis juga menggunakan teori semiotik untuk menganalisa teks serta menggunakan teori weighted scale dalam menganalisa melodi marsialop ari. Penelitian ini bertujuan untuk membahas makna dari teks dan musikal dari marsialop ari.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumatera Utara memiliki wilayah yang luas terbagidari beberapa daerah yang dipimpin oleh seorang Gubernur dan terdapat beberapa suku, ras, agama, dan golongan. Diantara semua itu ada beberapa suku yang bertautan dan saling melengkapi menjadi suatu etnik, adapun etnik tersebut terdiri dari Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak Dairi, Melayu, Pesisir, Sibolga, Nias, inilah sub etnik yang ada di Sumatera Utara. Etnik Simalungun banyak memiliki kebudayaan terdiri dari seni vokal, tari-tarian, adat dan kebiasaan yang lainnya yang berbentuk budaya. Simalungun adalah termasuk salah satu yang banyak memiliki kebudayaan, secara administratif Simalungun disebut dalam 1 kabupaten Simalungun provinsi Sumatera Utara.

(15)

Perkataan Simalungun sudah dipergunakan orang belanda dengan nama Simeloengoen-Landen (tanah simalungun) yang meliputi beberapa kerajaan-kerajaan yakni kerajaan siantar, kerajaan tanah jawa kerajaan panei kerajaan raya, kerajaan Purba, kerajaan Silimakuta, dan kerajaan Dolok Silou. Dimana sebelumnya wilayah itu lebih dikenal dengan nama Batak Timur karena letaknya di sebelah timur Tapanuli akan tetapi suku Batak Timur kemudian berganti nama yaitu Simalungun. Sebelum masuknya belanda cukup banyak wilayah yang berpenduduk Simalungun menaklukan diri (martuan/marpuang) kepenguasaan wilayah lain seperti Padang, Serdang, Deli, Batubara, Asahan dan Karo. Dan mereka membaurkan diri dengan budaya yang ada dan menanggalkan identitas nya sebagai identitasnya Simalungun, namun ada juga yang tetap mempertahankan identitas suku Simalungun nya termasuk dalam sistem pemerintahan huta (kampung) (Tole, 2003:1).

(16)

Marsialop ari dibudayakan di Simalungun di setiap desa supaya ada semangat untuk bekerja bersama. Karena, Simalungun memiliki spesifik dalam hal kegotong-royongan yang turun-temurun. Istilah marharoan menurut wolfgang claus dari misigent university marharoan disebut receprock labour bekerja dengan berkelompok mengerjakan pekerjaan yang besar dengan membentuk kelompok beberapa orang dewasa.

Pada awalnya,1marsialop ari ini dibentuk oleh karena kebutuhan yaitu secara psikologis jika seseorang bekerja sendiri diladang tentu ada rasa jenuh ataupun malas, Apalagi ditengah ladang yang sunyi sepi. Manusia adalah makhluk sosial yang suka berkelompok dan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika, bekerja berkelompok seperti marharoan ini tentu menambah gairah semangat dan sukacita dan diiringi dengan nyanyian. Marsialop ari juga sangat membantu misalnya sepetak ladang dikerjakan berkelompok tentu selesai dalam satu hari inilah semangat marharoan yang ada di Simalungun. Nyanyian atau lagu ini tidak termasuk nyanyian folklore karena adanya pencipta dari lagu ini.

Marsialop Ari merupakan lagu nyanyian vokal karya Taralamsyah Saragih yang dikenal masyarakat Simalungun. Lagu ini merupakan ungkapan atau ekspresi dari luapan atau ajakan mereka untuk bekerja, lagu tersebut dinyanyikan pada saat memulai dan selesai bekerja. Marsialop Ari berasal dari bahasa Simalungun. Marsialop Ari berarti sekumpulan masyarakat yang bekerja secara gotong royong

1

(17)

membantu satu sama lain. Disinilah mereka bekerja secara bergiliran, sehingga giliran pergantian hari yang disebut dengan marsialop ari.

Bangsa Indonesia terkenal dengan semangat gotong royong dan hal ini sudah terjadi dari generasi ke generasi. Dengan adanya semangat gotong royong ini maka pekerjaan dianggap lebih ringan dan cepat selesai. Hal ini juga terjadi di masyarakat Simalungun. Oleh karena itu Marsialop Ari sudah dianggap bahagian dari kehidupan ke gotong royongan dalam bekerja sama. Masyarakat Simalungun tidak lepas dari budaya nyanyian atau vokal. Sehingga terciptalah lagu Marsialop Ari yang yang secara khusus diciptakan oleh Taralamsyah Saragih untuk menambah semangat. Syair sebagai berikut:

Eta marsialop ari ulang be ma tading

Asah parangon hadang ho ma do sangkulhon Boan ma tajak mu ulang da lupa bajutmu Olobkon ma tongon na marharoan bolonon

Ganupan ningon dong i juma simalungun on

Olobkon ma tongon na marharoan bolonon

Ganupan ningon dong i juma simalungun on

(18)

ini di kalangan masyarakat Simalungun. Taralamsyah Saragih juga telah banyak menciptakan lagu Simalungun yang sampai saat ini masih dapat dinikmati di dalam masyarakat khususnya di kebudayaan Simalungun.

Menurut Harris Purba2 lagu Marsialop Ari ini dinyanyikan atau disajikan saat sebelum ke ladang sebagai ajakan untuk ikut bekerja, saat memulai, bekerja, dan mengakhiri pekerjaan lagu ini dinyanyikan juga. Pada zaman itu, lagu ini diiringi hanya dengan alat musik tiup yaitu suling. Yang membawakan atau menyanyikan lagu ini adalah sekumpulan orang yang hendak bekerja untuk menambah semangat dalam beraktifitas mengerjakan pekerjaannya. Lagu ini termasuk lagu hiburan.

Teks atau syair dari lagu Marsialop Ari, sejak diciptakan masih kekal keberadaannya sampai saat ini. Lagu ini sudah tidak begitu dikenal oleh para pemuda/pemudi sekarang. Karena disebabkan oleh banyaknya musik modern sekarang yang begitu berkembang sangat cepat. Namun, menurut informan lagu ini masih dikenali oleh kalangan yang sudah tua.

Jenis-jenis nyanyian rakyat Simalungun berdasarkan penggolongan yang di kemukakan Brunvand (dalam Danandjaja 1992 : 145-152) dalam buku PluralitasMusik Etnik oleh Drs. Setia Dermawan Purba, maka dapat dibagi kedalam 9 bagian:

1. Nyanyian menidurkan anak (lullaby), yakni nyanyian yang mempunyai lagu dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan

2

(19)

kata-kata kasih saying sehingga dapat membangkitkan rasa sejahtera, rasa santai, dan akhir nya kantuk.

2. Nyanyian kerja (working song) yakni nyanyian yang mempunyai irama dan kata-kata yang berifat menggugah semangat, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja.

3. Nyanyian permainan (play song) yakni nyanyian yang mempunyai irama gembira serta kata-kata lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain.

4. Nyanyian liris sesunguhnya, yakni nyanyian-nyayian yang liriknya mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung (coherent).

5. Nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya, yakni nyanyian-nyanyian rakyat yang liriknya adalah mengenai cerita-cerita yang ada dalam kitab injil dan kitab suci lainnya, legenda keagamaan atau pelajaran-pelajaran keagamaan.

6. Nyanyian nasehat, yakni nyanyian rakyat yang liriknya memberi nasihat untuk kebaikan.

7. Nyanyian rakyat mengenai pacaran dan pernikahan. Contoh nyanyian ini di Simalungun adlah tangis-tangis boru laho, taur-taur simbadar,dll. 8. Nyanyian kanak-kanak. Contoh nyanyian ini di Simalungun adalah

marsiarangoi, marsap-sap sere, tapi garo-garo.

(20)

adalah inggou turi-turian yang mengisahkan asal mula pengobatan dan lain-lain.

Dari kesembilan poin-poin diatas, maka nyanyian yang penulis bahas ini ada termasuk ke poin ketiga, karena nyanyian ini termasuk nyanyian bekerja, untuk memangkitkan gairah bekerja. Nyanyian ini juga dapat digolongkan ke dalam fungsi komunikasi sebagaimana dikemukakan Merriam (1964-223) Pluralitas (2004:143-144) bahwa lagu vocal dalam hal ini nyanyian rakyat, menyampaikan pesan yang terkandung dalam teksnya, juga termasuk ke dalam fungsi yang berkaitan dengan norma-norma social yang dalam teks nyanyian rakyat Simalungun sering memberikan arti agar norma-norma social dapat terpelihara.

Lagu ini diciptakan pada tahun 50-an dan digunakan untuk mengiringi tari Haroan Bolon di tahun 60-an dan juga dipertunjukkan di bioskop riang Jl.Simarito no. 59, Pematang Siantar. Dalam pertunjukkan ini Taralamsyah Saragih yang mengajarkan dan melatih tari dan vokal secara langsung.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun serta menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU MARSIALOP ARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

(21)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui makna lagu Marsialop ari. 3. Untuk mengetahui struktur dari lagu Marsialop Ari.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji bagaimana pengertian dan pemahaman mengenai Marsialop Ari dan melihat makna tekstual lagu marsialop Ari sebagai cara untuk menyampaikan rasa atau ungkapan atau ekspresi mereka.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Manfaat lain yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai untuk menambah dokumentasi mengenai Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

(22)

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (koentjaraningrat 2009:85). Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005), Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008:58), kajian atau analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Melodi dan teks Marsialop Ari yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan pemahaman makna tentang marsialop ari.

Menurut soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” (1992:86) pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-nada yang harmonis.

(23)

bunyi-bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau dikategorikan sebagai nyanyian. Kemudian, Marsialop Ari juga mengandung unsur nada, rythem dan harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis akan membahas yang tertuju pada melodi.

Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:1474). Dari pengertian teks diatas, maka tekstual adalah sesuatu yang berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa (KamusBesar Bahasa Indonesia, 2005).Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79), mengemukakan:

Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.

(24)

Untuk menganalisis struktur melodi marsialop ari penulis menggunakan teori weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada-nada, (5) jumlah interval, (6) pola-pola kadensa, (7) formula-formula melodik, dan (8) kontur (Malm dalam terjemahan Takari 1995:15).

Untuk mendukung analisis struktur melodi Marsialop Ari, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif. Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Marsialop Ari dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Marsialop Ari.

(25)

Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut (oral tradition) (Nettl 1973:3). Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.

Dalam proses menganalisa struktur teks-teks marsialop ari, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture of The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatis.

Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).

(26)

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (koentjaraningrat 2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24).

Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data dan menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari Taralamsyah Saragih.

1.5.1 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh penulis.

Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti.

(27)

berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free interview).

Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).

Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris Hemdy Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang tinggi Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan Normasiah adalah guru musik sekaligus anak kandung dari Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objek yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar dan menuliskannya kedalam notasi balok.

(28)

menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.

1.5.3 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data -data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk work (kerja laboratorium) dan field work (kerja lapangan). Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.

(29)

1.6 Lokasi Penelitan

(30)

BAB II

BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH

2.1 Suku Simalungun

Batak Simalungun adalah salah sub Suku Bangsa Batak yang berada

di provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari

daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu,

Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga-marga (nama keluarga) tersebut

menjadi 4 marga besar di Simalungun.

Simalungun dalam bahasa Simalungun memiliki kata dasar "lungun" yang memiliki makna "sunyi". Nama itu diberikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya "Si Balungu" dari legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya Batak Timur karena bertempat di sebelah timur mereka.

2.1.1 Asal-usul suku Simalungun

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi

sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari

luar Indonesia.

(31)

1. Gelombang pertama (Simalungun Proto ), diperkirakan datang dari Nagore

(India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik. 2. Gelombang kedua (Simalungun Deutero), datang dari suku-suku di

sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.

Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah

Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja -raja

besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara. Kemudian mereka

didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran danau Toba dan Samosir.

(32)

Budaya “Mangikir Ipon” di Simalungun masih ditemukan pada saat kedatangan orang Jawa ke Simalungun. Oleh sebab itu dulu orang Simalungun

menyebut orang Jawa dengan sebutan “si bontar ipon (si gigi putih) karena gigi nya

putih atau tidak hitam sebagaimana gigi orang Simalungun (Orang Simalungun 2004: 23-25).

Pustaha Parpandanan Na Bolag (pustaka Simalungun kuno) mengisahkan

bahwa Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan

tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka)

hingga ke Toba. Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya

meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau. Kini, di Kabupaten Simalungun sendiri, akibat derasnya imigrasi, suku Simalungun hanya

menjadi mayoritas di daerah Simalungun atas.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Simalungun#Kepercayaan).

2.2 Sistem kekerabatan

Sistem kekerabatan ialah hubungan kekeluargaan daripada individu-individu.

Kekerabatan timbyl akibat dua hal, yaitu hubungan darah (consaigunal) dan akibat

adanya perkawinan (konjugnal). Oleh karena itu kekerabatan (kinship) menyangkut

jauh dekat hubungannya seseorang (individu) dan antara seorang dengan sekelompok

orang (keluaraga/kerabat) demikian pula sebaliknya.

Untuk menentukan bagaimana jauh dekatnya seseorang diadakan kekerabatan

menurut adat istiadat (budaya) Simalungun, criteria yang digunakan ialah menurut

garis keturunan pihak laki-laki (ayah) dan pertalian darah akibat perkawinan (dari

(33)

keturunan ayah. Hal ini karena etnis Simalungun penganut paham kebapakan

(patrilinear discent) bahwa keturunan laki-laki, diman marga ayah sangat dominan.

Walaupun demikian dalam menentukan kekerabatan (partuturan) juga dianut oleh

paham keibuan (bilibneal discent) karena keluarga ibu/istri menduduki posisi yang

sangat penting yaitu sebagai tempat untuk meminta berkat (tuah/pasu-pasu). Maka

terdapat hubungan kekerabatan yang erat antara kelompok ayah/suami dengan

kelompok ibu/istri dan begitu juga sebaliknya (Purba 1997:4).

Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu

partuturan di Simalungun adalah “hasusuran” (tempat asal nenek moyang) dan

tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal

ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga

ni ham?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)?"

Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog,

Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih). Hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-raja Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang

(34)

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

- Tutur manorus (langsung) : Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri

- Tutur holmouan (kelompok) : Melalui tutur holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun.

- Tutur natipak (kehormatan) : Tutur natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

2.2.1 Struktur Sosial : “Tolu Sahundulan Lima Saodoran”

Masyarakat Simalungun dalam ikatan sosialnya terhisab ke dalam organisasi social yang disebut Tolu Sahundulan Lima Saodoran yang mengikat orang Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun. Adapun Tolu Sahundulan itu terdiri dari: Tondong, Sanina, Boru, dan Boru ni Boru (Anak Boru Mintori).

(35)

hubungan yang lebih erat yang semakin memperkokoh hubungan kekerabatan di antara raja-raja Simalungun.

2.3 Sistem Kepercayaan dan Agama

Masyarakat Batak Simalungun pada umumnya telah dipengaruhi oleh

beberapa agama, seperti agam Kristen Protestan, Katholik, Islam dan yang masuk ke

daerah Batak sejak permulaan abad XIX (Purba 1996:40).

Sebelum masuknya Misionaris Agama Kristen dari RMG pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam sedangkan Simalungun Barat menganut animisme. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan Sang Budha yang menunggangi Gajah (Budha).

(36)

Pemahaman akan dewa-dewa ini tercermin dalam keyakinan orang Simalungun yang harus hormat kepada makhluk dan benda-benda tertentu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Pada zamannya orang Simalungun banyak yang menyembah batu besar, pohon besar, sungai besar dan lain-lain.

Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.

2.4 Sistem Mata Pencaharian

(37)

Menurut Guru Jason Saragih, orang Simalungun di hilir (jahe-jahei) juga sudah ada yang berdagang hasil hutan dari Simalungun ke Padang Badagei di dekat pesisir timur bahkan sampai ke Penang di Semenanjung Malaka. Pedagang Aceh, Bugis, Asahan, dan Cina datang dari Bandar Khalipah melayari Sungai Padang ke hulu. Mereka membawa barang-barang dagangan kain, bedil, mesiu, timah, pinggan,pasu, pahar, dondang, garengseng, kuali bahkan candu (opium). Hal ini dibuktikan dengan dipakainya banyak mata uang asing dalam transaksi dagang di Simalungun. (Tole 2003:19-20)

2.5 Kesenian Simalungun

Kesenian merupakan salah satu hasil yang diwarisi secara turun temurun. Begitu juga halnya pada masyarakat Simalungun, kesenian merupakan bagian yang sangata penting dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Simalungun. Beberapa kesenian yang terdapat dalam kebudayaan Simalungun antara lain: seni musik, seni tari, seni rupa.

2.5.1 Seni Musik

Di masyarakat Simalungun seni musik terbagi dalam 2 bagian yaitu music vocal (inggou) dan musik instrument (gual).

1. Dalam musik vokal (inggou), jenis nyanyian Simalungun terbagi atas 2 yaitu ilah (nyanyian bersama) dan nyanyian solo (doding).

(38)

pada acara hiburan seperti acara rondang bittang, di nyanyikan sambil menortor. Nyanyian ilah disajikan tanpa iringan musik, sebagai pengatur tempo biasa adalah dengan bertepuk tangan.

b. Doding adalah nanyian solo yang dilakukan oleh seseorang apabila ia sendirian. Doding dapat di nyanyikan dengan iringan musik seperti sulim, husapi, sarunei, dan lainnya.

2. Musik instrument (gual) Simalungun dapat dibagi 2, yaitu: Alat musik yang dimainkan dalam bentuk ensambel dan Alat musik yang dipergunakan dalam permainan tunggal (solo instrument). Alat music yang dimainkan dengan ensambel dapat dibagi 2 yaitu alat music yang terdapat pada ensambel Gondrang Sipitu-pitu dan ensambel gonrang sidua-dua. Alat music yang ada dalam ensambel gondrang sipitu-pitu adalah sarunei bolon, ogung, tujuh buah gondrang sipitu-pitu, mongmongan, dan sitalasayak. Sedangkan alat music ensambel gondrang sidua-dua adalah mongmongan dan ogung. Alat music dalam permainan tunggal seperti arbab, hasapi, sulim, dan sordam.

2.5.2 Seni Tari

(39)

memainkan pedang tersebut dan sambil mengikuti irama musik. Tor-tor turahan yang bersifat tari gotong –royong yang dilakukan sewaktu menarik sebuah balok besar dari hutan, dimana kayu tersebut akan dipergunakan menjadi bahan losung untukbahan membangun rumah. Tor-tor yang bersifat hiburan atau pertunjukkan yaitu: tor-tor muda-mudi, tor-tor pencak, dan tor-tor hiburan lainnya seperti tor-tor balang sahua, tor-tor-tor-tor rondang bittang dan lainnya.

2.5.3` Seni Rupa

Seni rupa pada masyarakat Simalungun terbagi atas 4 yaitu pahat, gorga, ukir-ukiran, dan arsitektur (bangunan). Pahat biasanya terdapat pada batu, topeng-topeng. Gorga termasuk ke dalam lukisan yang condong kepada corak warna yaitu: warna hitam, putih, merah dan lain-lain. hal ini pada panggorga dimasa lampau dapat menempatkan warna pada suatu benda, sehingga kelihatan indah. Sedangkan arsitektur adalah mengenai bangunan-bangunan di Simalungun yaitu pinarmusah, pinarhobou dan lainnya.

2.6 Bahasa

Bahasa ialah sistem perlambangan manusia yang lisan maupun yang tulisan

untuk berkomunikasi satu dengan yang lain (koentjaraningrat 1986:39).

Masyarakat Simalungun umumnya menggunakan bahasa Simalungun sebagai

bahasa sehari-hari. Hal ini dapat kita lihat baik dalam acara religi (agama) di gereja,

(40)

Bahasa Simalungun terdiri dari beberapa ragam yang dapat dilihat dalam

sastra lisan Simalungun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Dep. P

dan K) adapun ragam bahas Simalungun tersebut ialah:

1. Ragam bahasa Simalungun sehari-hari yang disebut lapung ni hata yaitu

bahasa yang dipakai sesame atau bahasa yang sifatny umum. Contoh: kata

ham (tuan, kamu, anda) dipakai kepada orang yang lebih dihormati atau yang

lebih tua. Kata ho (engkau) dipakai secara umum atau sebaya. Kata

hamma/nasiam (dalam bentuk jamak) dipakai dalam kebiasaan umum.

2. Dalam bahasa Simalungun yang halus yang disebut guruni hata yaitu bahasa

yang dipakai untuk mengucapkan sesuatu dengan nama lain yang dianggap

lebih halus. Misalnya kata babah (mulut) bahasa halusnya pamangan. Kata

ulu (kepala) bahasa halusnya simanjujung. Kata mata (mata) kata halusnya

panonggor dan lain-lain.

3. Ragam bahsa Simalungun kasar yang disebut sait ni hata yaitu bahasa yang

dipakai pada saat-saat tertentu seperti pada saat seseorang marah, atau untuk

menyakiti hati orang lain. Misalnha kata babah (mulut) bahasa kasarnya

tursik/lossot.

4. Ragam bahasa yang digunakan oleh para guru/datu yaitu berupa bahasa

rahasia atau sandi yang sukar dimengerti oleh kebanyakan orang seperti kata

bilangan berikut ini yang dipergunakan pada waktu membaca mantra-mantra.

Contoh : sada, sada oi sada lamba-lamba oi langitberarti “satu”. Dua, dua oi

(41)

Jika dilihat dari ragam bahasa diatas, maka bahasa Simalungun yang masih

sering dipergunakan pada saat sekarang ini adalah bahas biasa dan bahasa halus,

namun pada saat seseorang marah ia secara sepontan sering mempergunakan bahasa

yang sifatnya kasar (Purba :6-37).

2.7Filosofi Simalungun

Ada suatu pemahaman orang yang sangat kental pada keyakinan leluhur orang

Simalungun bahwa Naibata itu mahakuasa, maha adil, dan maha benar. Manusia

juga dituntut untuk bersikap benar segala sesuatu harus di dasarkan kepada hal

yang benar. Inilah perinsip dasal filosofi “Habonaron Do Bona” pada orang

Simalungun.

Falsafah Habonaron Do Bona merupakan filosofi hidup bagi orang

Simalungun. Habonaron Do Bona arti harfiahnya adalah “Kebenaran adalah

dasar segalam sesuatu” artinya mereka menganut aliran pemikiran dan

kepercayaan bahwa segala sesuatu harus dilandasi oleh kebenaran, sehingga enak

bagi semua pihak. Merka dituntut senantiasa harus menjaga kejujurannya

(kebenaran) di hadapan sesame manusia. Filosofi Habonaron Do Bona tercatat

pertama kali kurang lebih abad XV dalam pustaka Simalungun “Pustaka

Parmungmung Bandar Syah Kuda”. Dalam pustaka ini dijelaskan asal-usul

seloka “Habonaron Do Bona”. Para orangtua juga selalu menanamkan prinsip

hidup “Habonaron Do Bona”, kepada anak cucunya harus bijaksana dalam

bergaul di tengah masyarakat.

Bagi orang Simalungun ada falsafah yang mengatakan “totik mansiatkon diri,

(42)

kepada halayak umum. Sehingga hidup selalu menyenangkan bagi orang lain. hal

inilah yang menjadikan orang Simalungun lebih banyak beradaptasi

(menyesuaikan diri) disbanding dengan suku lainnya. Ini juga yang membuat

orang Simalungun sering melepaskan identitasnya, hanya unutk menyesuaikan

dirinya dengan orang sekitarnya. (Sortaman saragih 2008:144)

2.8 Pengertian Biografi

(43)

atau tokoh-tokoh terkenal saja. Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.

(44)

(h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs : (www.infoplease.com/homework/wsbiography.html).

2.9 Biografi

[image:44.612.216.413.447.666.2]

Taralamsyah Saragih adalah seorang bangsawan Simalungun yang memiliki kepedulian terhadap seni, budaya dan sejarah Simalungun. Penguasaannya terhadap sejarah seni dan kebudayaan Simalungun khusunya perlu dihargai dan dikenang meskipun beliau telah lam berpulang.

Gambar 2.1

(45)

Dalam catatan yang dibuat oleh putra tertuanya, Eddy Taralamsyah Saragih,beliau pernah menjadi duta budaya Indonesia dalam tour misi kesenian dalam pertukaran budaya Indonesia ke RRC(Beijing) tahun 1954 di mana beliau mementaskan tarian Sitalasari dan Pamuhunan. Ketika menjadi dosen Sejarah di Universitas Sumatera Utara (1968 –1970), bersama mahasiswa USU, beliau mengikuti tour Misi Kesenian Indonesia ke Johor Malaysia pada 1970 dan mementaskan tarian Makkail dan Haroan Bolon.

Sebagai pegawai pemerintah, nampaknya beliau berpindah-pindah, pernah tinggal di Jakarta, Medan, Pematang Siantar dan terakhir di Jambi , sungguh proses kreatif (penciptaan) bukanlah sesuatu yang mudah. Boleh jadi, justru di rantau beliau lebih produktif karena kerinduan yang mendalam akan kampung halamannya.

Beberapa aktivitas berkesenian yang digeluti Taralamsyah Saragih diantaranya:

 menjadi pemimpin kelompok musik Siantar Hawaiian Band di Pematang Siantar.

 Pernah rekaman yang menghasilkan 6 piringan hitam (ODEON), berisikan lagu-lagu daerah Simalungun dan Karo.

 Mendirikan dan memimpin orkes keroncong di Pematang Siantar (1936-1941).

 Menjadi pemimpin musik pada kelompok musik Siantar Geki (1942-1946).

(46)

 Mendirikan Kesenian Simalungun di Medan pada tahun 1952.

Untuk menunjukkan kecintaannya kepada Simalungun, beliaujuga mengadakan siaran berkala lagu-lagu daerah Simalungun di RRI Medan. Pada tahun 1959 ia membentuk Orkes Na Laingan untuk musik Simalungun dan merekam 2 piringan hitam di Lokananta yang berisi lagu-lagu Simalungun dan Karo. Beliau juga melatih rombongan Sabang-Merauke untuk tari Haroan Bolon pada pembukaan Ganefo di Jakarta. Pernah diperbantukan dalam pembinaan kesenian, diantaranya membantu pembinaan kesenian Simalungun di Lubuk Pakam dan Pematang Siantar.

Ia bukan hanya milik orang Simalungun, kiprahnya di pentas seni Nasional ditunjukkan dengan keterlibatannya membantu pembentukan Sekolah Musik Indonesia di Medan. Membantu menyusun tari-tari Melayu seperti Kuala Deli, Mainang, Tanjung Katung, dan lain-lain (1952-1953).

Setahun setelah mengikuti misi kesenian RI yang pertama keluar negeri pada tahun 1954, ia melatih tari Melayu dan tari-tari daerah Sumatera Utara di Medan. Diperbantukan kepada pemerintah daerah Jambi oleh Pangkowilhan Sumatera Utara untuk membina kesenian setempat. Melatih dan membawa kesenian daerah Jambi pada pembukaan Jakarta Fair (1972).

Dua kali membawa rombongan kesenian Jambi ke Jakarta, untuk Festival Kesenian Mahasiswa se-Indonesia dan untuk pameran Visuil Pembangunan Indonesia (1973). Membawa rombongan kesenian Jambi ke Singapura (1974) dan ke Jakarta untuk pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (1975).\

(47)

lain-lain. Bahkan beliau memulai karir nya dengan meneliti seni musik dan tarian daerah Jambi yang diterbitkan menjadi sebuah buku (1978) yang masih berupa manuscript dengan judul “Ensiklopedia Musik dan Tarian daerah Jambi”

Pada catatan yang sama, beliau menciptakan 14 tarian Simalungun dan 36 buah lagu Simalungun. Lahir sebagai keturunan ningrat Raja Raya di lingkungan Rumah Bolon (Istana) di Pamatang Raya Simalungun. Mulai mempelajari tari dan musik tradisi Simalungun pada tahun 1926. Antara tahun 1928-1935, ia mempelajari alat-alat musik barat seperti biola, gitar dan lain-lain.

Taralamsyah Saragih lahir di Pematang Raya, Simalungun pada tanggal 18 Agustus 1918, dari keluarga keturunan Raja Simalungun. Sejak kecil Taralamsyah Saragih telah menunjukkan bakat seni yang dimilikinya, terutama di bidang seni musik dan seni tari.

Ia menyelesaikan pendidikan formal di Holandse Inlandse School (HIS). Sebagai komponis, karya-karyanya beranjak dari tradisi etnik Simalungun dan Melayu hal itu dapat telihat dari karakter melodi dan penggunaan teks bahasa daerah yang khas Simalungun. Di usia yang relatif muda pada tahun 1936 hingga tahun 1941.

(48)

Sejak itu, Taralamsyah Saragih sempat tinggal di USI (Universitas Simalungun), menempati salah satu kamar di lantai 2. Disela-sela kegiatannya menulis, pada malam hari beliau berdendang dengan clarinetnya. Masa itulah Taralamsyah Saragih merampungkan bukunya berisi Sejarah Kerajaan Raya dan Silsilah Raja Raya serta penyebaran keturunan Raja Raya.

Nama Taralamsyah Saragih dan nama Ibunya tercantum sebagai generasi ke-15, yang berarti Taralamsyah Saragih generasi ke-16. Lalu, naskahnya tersebut diserahkan kepada seorang penulis agar diterbitkan. Dan akhirnya, oleh penulis diterbitkan di percetakan Tapian Raya, dengan biaya sendiri. Judulnya “Saragih Garingging”. Taralamsyah saragih sangat berharap mendapatkan honor dari penerbitan buku tersebut. Tetapi, hanya sedikit yg Ia dapatkan, karena pengiriman buku tersebut tersendat.

Pada pertengahan tahun 1971 Taralamsyah Saragih hijrah ke Jambi atas permintaan Gubernur Provinsi Jambi yang pada saat itu dijabat oleh RM. Noer Admadibrata untuk mempelajari dan mengembangkan kesenian masayarakat Jambi.

Website Taman Budaya Jambi menulis, kehadiran Taralamsyah Saragih sejak tahun 1971 telah menambah kasanah bagi perkembangan dunia kesenian Jambi. Menurut Tamjid Wijaya (Komponis Jambi), salah seorang sahabat dan murid terdekatnya (Majalah Sauhur, edisi agustus 2009) mengatakan, Taralamsyah Saragih dapat diumpamakan sebagai ‘besi berani’ yang mengumpulkan dan menyatukan

(49)

murid-muridnya, mereka semua dianggap seperti anak sendiri. Sehingga tidak hanya mengajarkan ilmu keseniannya, tetapi juga memberikan bekal hidup bagi diri saya secara pribadi.

Pada tahun 1978 , Gubernur Provinsi Jambi pada maasa itu dijabat oleh Jamaluddin Tambunan, pernah menginstruksikan untuk melaksanakan penelitian dan pencatatan seni musik dan tari daerah Jambi yang langsung dipercayakan pada Taralamsyah Saragih sebagai ketua tim yang beranggotakan:

 Surya Dharma

 Tamjid Wijaya

 OK. Hundrick

 Marzuki Liazimdan dan M. Syafei Ade

Yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul, “Ensiklopedi

Musik dan Tari Jambi”.

Saat sebelum revolusi sosoial tahun1946, Taralamsyah Saragih pernah menjelaskan bahwa masih banyak jenis atau ciri khas lagu/musik Simalungun yang dahulu mereka pelajari, namun pada saat revolusi sosial tersebut, sekian banyak peralatan musik Simalungun yang kini tidak ditemukan lagi karena turut terbakar di dalam Istana Kerajaan Raya di Simalungun.

(50)

Manduda (1957), . Demikian halnya, dengan seni musik, Taralamsyah Saragih banyak menggubah serta menciptakan lagu-lagu rakyat simalungun, dimana hasil gubahan dan ciptaannya tersebut ditulis secara manual dengan tulisan tangan.Sebut saja:

 Lagu Eta Mangalop Boru lawei,

 Parmaluan,

 Hiranan,

 Inggou Paralajang,

 Tarluda,

 Parsonduk Dua,

 Padan Naso Suhun,

 Tading Maetek,

 Pamuhunan,

 Paima Na So Saud,

 Sihala Sitarontom,

 Sanggulung Balunbalun,

 Ririd Panonggor,

 Marsialop Ari,

 Mungutni Namatua,

 Pindah-Pindah,

 Inggou Mariah,

 Uhur Marsirahutan,

(51)

 Bujur Jehan,

 Simodak-odak (ciptaan bersama dengan Tuan Jan Kaduk Saragih), serta yang lainnya.

Ada juga beberapa lagu tradisi Simalungun yang ia di gubah kembali, seperti:

 Parsirangan,

 Doding Manduda (ilah tradisi dari ilah i losung),

 Ilah Nasiholan(gubah bersama Jan Kaduk Saragih),

 Marsigumbangi dan

[image:51.612.151.476.350.608.2]

 Ilah Bolon (Na Majetter) (ilah tradisi dari ilah bolon).

Gambar 2.2

(52)

Dalam perkawinannya, Taralamsyah Saragih menikah saat berusia 26 tahun pada sabtu, 25 November 1944 dengan Siti Manyun br. Siregar. Taralamsyah Saragih memiliki 12 orang anak diantaranya 3 laki-laki dan 9 wanita. Pada tahun 1980 Taralamsyah Saragih menyusun buku berjudul, Musik Gondrang, Struktur dan fungsinya di Simalungun, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Arlin Dietrich Jansen dalam rangka mendapat gelar Doktor di University of Washington Amerika.

(53)

BAB III

ANALISIS TEKSTUAL MARSIALOP ARI

3.1 Bentuk Teks Marsialop Ari

Marsialop Ari salah satu pertunjukan kultural Suku Simalungun yang mengandung unsur-unsur musikal. Selain itu, marsialop ari juga mengandung teks yang menjadikannya fungsional dalam kebudayaan Simalungun, khususnya dalam tarian Haroan Bolon teks dari marsialop ari dengan gerakan tarian sangat padu.

Teks marsialop ari berupa kalimat ajakan dan peringatan. Teks marsialop ari disampaikan dengan menggunakan kata-kata berupa kata-kata ungkapan yang memiliki makna. Marsialop ari ini dibawakan atau dinyanyikan secara beramai-ramai oleh para pekerja yang mengerjakan ladang.

Teks marsialop ari juga digolongkan sebagai teks yang bersifat melismatik. Melismatik berarti satu suku kata dapat dinyanyikan dengan beberapa nada. Dalam teks marsialop ari ditemukan berbagai suku kata yang diciptakan penyaji dan dinyanyikan dengan beberapa nada.

(54)

3.2 Analisis Semiotik Tekstual Marsialop Ari

Menganalisis teks marsialop ari berarti penulis mencari tahu dan menemukan makna-makna dari teks marsialop ari tersebut. Dengan makna-makna tersebut, Alan P. Merriam mengemukakan bahwa musik juga mempengaruhi bahasa di mana keperluan musikal meminta perubahan dalam bentuk-bentuk percakapan yang normal. Ciri-ciri bahasa dalam lagu adalah jenis terjemahan yang istimewa yang mana kadang kala memerlukan pengetahuan bahasa yang istimewa pula (1964:188). Bagaimana kata dan nada ini tercipta, karena oleh Taralamsyah Saragih melihat bagaimana perilaku dari masyarakat pada zaman itu.

Teks marsialop ari diambil penulis untuk dianalisis. Berikut ini, penulis akan menjabarkan liriknya dan artinya dalam bahasa Indonesia. Artinya ini diterjemahkan oleh narasumber penulis yaitu Harris Hemdy purba.

1. Lirik Eta marsialop ari ulang be matadi

Asah parang on hadang homa do sangkul on Boan ma tajak mu ulang da lupa bajut mu Ayo bergotong royong, jangan ada yang berhenti Asah parang ini, jinjing juga cangkul ini

Bawalah juga tajak mu (sejenis pisau kecil), jangan lupa bawa bajut (seperti tempat sirih)

(55)

Semua harus ikut di ladang Simalungun ini

2. Lirik Patar mangimas hita, dapot juma roba Tubuh holi da, omei, assimun, lassina

Jagul, uttei homa, gadung, hasang rabut homa

Besok kita membabat(membuka hutan), dapat tanah/ladang subur

Nanti tumbuh padi, timun, cabai Jagung, jeruk, ubi, kacang yang subur

Reff Olobkon ma tongon na marharoan bolon on Ganupan ningon dong i juma Simalungun on Mari beramai-ramai yang bergotong-royong ini Semua harus ikut di ladang Simalungun ini

3. Lirik Patar hita martidah, tubuh omei, ratah Lobong ma tene, riap mangonah hitabei Hodohon loppah on, tambulni na martidah on

Besok kita menanam padi di darat, supaya tumbuh padi yang hijau

Lobangi terlebih dahulu, masukkan bibit padi di dalam lobang tanah dengan bersama

(56)

Reff Olobkon ma tongon na marharoan bolon on Ganupan ningon dong i juma Simalungun on Mari beramai-ramai yang bergotong-royong ini Semua harus ikut di ladang Simalungun ini

4. Lirik Patar hita mandogei, gok ma holi omei

Hobon domma dong, gogoh manduda mando tong Sayop ma lohei roh, anggo marhorja rap gogoh Besok kita memijak biji padi, penuh lah nanti padi kita Lumbung padi sudah ada, kuat menumbuk padi

Tidak ada kelaparan, kalau kita bersama-sama kuat bekerja

Reff Olobkon ma tongon na marharoan bolon on Ganupan ningon dong i juma Simalungun on Mari beramai-ramai yang bergotong-royong ini Semua harus ikut di ladang Simalungun ini

Teks marsialop ari merupakan ajakan dan himbauan untuk bergotong royong. Secara umum, marsialop ari ini dinyanyikan untuk mengiringi tarian haroan bolon dan dapat disajikan seorang penyanyi atau lebih. Setiap awal teks marsialop ari memiliki teks-teks yang berbeda-beda dan mempunyai arti masing-masing.

(57)

dinyanyikan. Arti kalimat ini dalam bahasa Indonesia adalah Mari beramai-ramai yang bergotong-royong ini, Semua harus ikut di ladang Simalungun ini

Teks ini disajikan dengan menggunakan melodi yang terdiri dari delapan unsur seperti tangga nada, wilayah nada, nada dasar, formula melodi, interval, nada, dan kontur. Seluruh teks marsialop ari tersebut disajikan dengan penuh semangat.

Berikut ini, penulis menguraikan makna teks marsialop ari. Lirik pertama: Eta marsialop ari ulang be matadi, Asah parang on hadang homa do sangkul on, Boan ma tajak mu ulang da lupa bajut mu.

Arti kosa kata3: - Et : Ayo, mari - Ari : Hari - Ulang : Jangan - Matadi : Tinggal

- Hadang : Jinjing, angkat - Homa : Juga

- Sangkul : Cangkul - Boan : Bawa

- Tajak : Alat bertani seperti pisau (serbaguna)

- Bajut : Berupa tempat seperti tempat sirih. Bisa juga untuk tempat uang, barang-barang berharga dll.

Arti kalimat ini dalam bahasa Indonesia yaitu: Ayo bergotong royong, jangan ada yang berhenti, Asah parang ini, jinjing juga cangkul ini, Bawalah juga tajak mu (sejenis pisau kecil), jangan lupa bawa bajut (seperti tempat sirih). Lirik ini

3

(58)

berisi tentang mengajak masyarakat untuk bekerja dan himbauan untuk membawa peralatan untuk bekerja diladang. Dalam lagu ini syair kesepakatan dalam dalam jiwa gotong-royong untuk bekerjasama dan sama-sama bekerja untuk memberikan hasil yang baik dan khas di Simalungun. Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi dengan sesamanya. Ada yang semarga, sekampung, dan lain-lain. marsialop ari merupakan lambang dari jiwa yang saling bertoleransi, untuk berpartisipasi bekerja. Untuk pergi ke ladang tiap orang wajib membawa parang yang pada umumnya banyak gunanya. Misalnya sitatas namur (membuka jalan bila ada sesuatu yang menghalangi untuk lewat) maka parang diayunkan untuk membantu. Akan tetapi bisa juga lambang kegagahan pria. Karena zaman dahulu pria diwajibkan untuk menjaga diri berupa parang. Seiring dengan membawa parang mereka juga membawa cangkul dan alat bekerja lainnya untuk marbabou (membersihkan) rumput dan sebagainya. Demikian juga tajak sejenis celurit dipakai untuk membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar padi-padi. Cara bekerja mereka jongkok karena alat nya seperti pisau yang bisa menjangkau celah-celah tanaman padi.

Selanjutnya, lirik kedua berbunyi sebagai berikut: Patar mangimas hita, dapot juma roba, Tubuh holi da, omei, assimun, lassina, Jagul, uttei homa, gadung, hasang rabut homa.

- Patar : Esok

- Mangimas : Membuka Hutan - Hita : Kita

- Dapot : Dapat

(59)

- Tubuh : Tumbuh - Holi : nanti, akan - Omei : Padi - Assimun : Timun - Lassina : Cabai - Jagul : Jagung - Uttei : Jeruk - Gadung : Ubi - Hasang : Kacang - Rabut : Subur

Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut: Besok kita membuka hutan, dapat tanah/ladang subur, Nanti tumbuh padi, timun, cabai, Jagung, jeruk, ubi, kacang yang subur. Lirik ini berisikan perintah untuk bekerja dan juga harapan supaya apa yang mereka tanam dapat tumbuh subur. Jiwa yang penuh semangat, mengalahkan segalanya. Membuka hutan4 belukar yang belum pernah dijalani oleh manusia sangat dibutuhkan motivasi. Disinilah di mulai pertanian yang baru yang sangat panjang prosesnya mulai dari memotong (mangimas) sampai menanam padi. Disini, terbukti bila bekerja dengan marharoan (bergotong-royong) mendatangkan hasil dan kerja yang baik. Bagi masyarakat Simalungun yang makanan pokoknya adalah padi sangat berharga. Padi adalah lambang kehidupan. Ladang juga lambang status sosial di masyarakat diSimalungun pada zaman itu. Misal parjuma bolag (tanah yang luas) maka ia disebut sangap (berhasil).

4

(60)

Berikutnya, lirik ketiga yakni Patar hita martidah, tubuh omei ratah, Lobong ma tene, riap mangonah hitabei, Hodohon loppah on, tambulni na martidah on.

- Martidah : Menanam - Omei ratah : Padi Subur - Lobong : Lubang - Riap : Bersama

- Mangonah : Memasukkan padi ke lubang. - Hita bei : Bersama

- Hodohon : Menanak (nasi) - Loppah : Sayur

- Tambul : Makanan

(61)

Selanjutnya, lirik terakhir berbunyi sebagai berikut: Patar hita mandogei, gok ma holi omei, Hobon domma dong, gogoh manduda mando tong, Sayop ma lohei roh, anggo marhorja rap gogoh.

- Mandogei : Memijak - Gok : banyak - Hobon : Lumbung - Domma : Sudah - Dong : ada

- Gogoh : kuat, bersemangat - Manduda : Menumbuk

- Lohei : Lapar - Marhorja : Bekerja - Rap : Sama

- Anggo : Kalau, Apabila

(62)

ladang mereka. Pada umumnya lumbung (hobon) di tempatkan di samping rumah, lumbung tersebut berbentuk 4 segi, lalu atas nya dibuat ijuk sebagai penutup lumbung agar padi tidak basah atau lembab. Syair memberi semangat yang kuat untuk giat bekerja diladang itulah tujuan dan motivasi dari pencipta lagu ini. Menurut Harris purba5 ada yang mati karena kelaparan maka ia di bursik kon (dihina) oleh masyarakat karena malas bekerja. Menurut buku “Orang Simalungun” salah satu sikap dari orang Simalungun adalah Apatis yang berarti adalah sikap yang kurang bersemangat dalam sesuatu hal.

Lagu ini juga bukan hanya untuk ajakan untuk bergotong royong, akantetapi bisa lebih daripada itu. Ada relasi hubungan antara sukacita untuk mendapatkan kesuksesan.

Hubungan6 tari dengan lagu marsialop ari adalah oleh pencipta, diharapkan orang Simalungun benar-benar begotong-royong untuk membuka lahan pertanian. Ia menjadikan lagu ini dan dimasukkan kedalam tarian untuk menambah kebudayaan. Gerakan dalam tari Haroan Bolon menunjukkan bagaimana bait demi bait lagu di peragakan, misalnya gerakan mangimas dalam lagu maka penari juga mangimas. Maka di tarian itu juga menunjukkan apa yang di ceritakan di lagu tersebut. Maka penulis akan melampirkan beberapa foto dibawah ini:

5

Hasil wawancara dari narasumber Bapak Harris Purba. 6

(63)
[image:63.612.145.523.65.278.2]

Gambar 3.1

Documentasi Penulis, 2014

Mereka bersikap hendak akan pergi untuk membuka ladang, dengan tangan di atas menggambarkan mereka menjinjing cangkul.

Documentasi Penulis, 2014

(64)
[image:64.612.144.522.170.647.2]

untuk membuka ladang baru. tangan mereka seperti menyeka rumput dengan pisau dan mencangkul. Supaya dapat di tanami padi-padi dan lainnya.

Gambar 3.2 Gerakan Menyabit Documentasi Penulis, 2014

Document Penulis, 2014

[image:64.612.147.518.404.648.2]
(65)
[image:65.612.146.518.182.647.2]

dengan posisi tubuh miring, lalu mereka mengangkat kaki mereka. Lalu wanita dengan gerakan yang sama dengan pria bersama-sama bekerja mencangkul, agar pekerjaan pun segera selesai.

Gambar 3.3 Gerakan Menanam Document Penulis, 2014

Document penulis, 2014

(66)
[image:66.612.143.522.135.620.2]

para wanita dengan gerakan tangan mereka memegang sebuah kayu untuk menlobang.

Gambar 3.4 Gerakan Memijak Padi Document Penulis, 2014

Document Penulis, 2014

(67)
[image:67.612.156.509.148.381.2]

mereka lalu berpegangan tangan sebagai estetika, untuk memperindah sebuah gerakan dalam tari.

Gambar 3.5 Bersukacita Document Penulis, 2014

Untuk yang terakhir tarian ini menunjukkan kebahagian dan sukacita mereka atas panen mereka. Mereka meloncat dengan kaki mereka maju mundur ke depan bergantian.

(68)

BAB IV

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS MUSIKAL MARSIALOP ARI

4.1 Transkripsi

Menurut ilmu Etnomusikologi, transkripsi merupakan proses penulisan bunyi-bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke dalam bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Untuk melakukan transkripsi melodi marsialop ari, penulis memilih notasi deskriptif yang dikemukakan oleh Charles Seeger. Notasi deskriptif adalah notasi yang ditujukan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Dalam bab 4 ini, penulis akan memilih menganilisis dan mentranskripsikan marsialop ari. Hasil transkripsi dan analisis dikerjakan menggunakan notasi barat. Penulis membuat hasil transkripsi dari hasil penelitian dengan narasumber dan merekam suara seorang penyanyi.

4.1.1 Simbol Dalam Notasi

Simbol-simbol yang digunakan dalam notasi transkripsi marsialop ari merupakan simbol-simbol dalam notasi Barat. Berikut ini, beberapa simbol yang digunakan dalam hasil transkripsi marsialop ari.

(69)

2. : merupakan birama 2/4 dalam kunci C.

3. : merupakan 2 buah nada not 1/8 yang digabung menjadi 1 not yang bernilai 1 ketuk. 4. : merupakan 1 buah not 1/8 dengan titik bernilai

½ dan 1 buah not 1/16 yang bernilai 1 ketuk.

5. : merupakan 2 buah not 1/16 dengan tanda slur dan 1 buah not 1/8 yang digabung menjadi 1 not yang bernilai 1 ketuk.

6. : merupakan 3 buah not 1/16 yang digabung menjadi 1 not yang bernilai 1 ketuk.

7. : merupakan 2 buah not 1/16 dengan tanda slur yang menjadi 1 not bernilai 1 ketuk.

8. : merupakan 2 buah not 1/8 yang digabung menjadi 1 not yang bernilai 1 ketuk dengan tanda kress di depannya yang berarti nada dinaikkan 1/2 laras dari sebelumnya.

9. : merupakan 1 buah not ¼ yang bernilai 1 ketuk.

(70)

10. : merupakan 1 buah not 1/8 yang bernilai ½ ketuk.

11. : merupakan 1 buah not 1/16

12. : merupakan 1 buah tanda istirahat bernilai ½ ketuk.

13. : merupakan 1 buah tanda istirahat bernilai 1/16 ketuk.

(71)

4.2 Analisis Melodi Marsialop Ari

(72)

4.2.1 Tangga Nada (Scale)

Dalam analisis ini, yang dimaksud tangga nada adalah susunana nada-nada yang di pakai dalam marsialop ari. Penulis akan mengurutkan nada-nada dari nada yang terendah hingga nada yang tertinggi. Tangga nada marsialop ari dikategorikan ke dalam jenis tangga nada heptatonik yaitu tangga nada yang tersusun dari rangkaian interval penuh dan setengah, interval tersebut adalah satu laras atau 200 sent dan setengah laras atau 100 sent. Menurut narasu

Gambar

Gambar 2.1 Tuan Taralamsyah Saragih
Gambar 2.2
Gambar 3.1 Documentasi Penulis, 2014
Gambar 3.2 Gerakan Menyabit
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh. staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik

Ngumban

Saat sebelum revolusi sosoial tahun1946, Taralamsyah Saragih pernah menjelaskan bahwa masih banyak jenis atau ciri khas lagu/musik Simalungun yang dahulu mereka

Kajian Tekstual Dan Musical Doding Ni Paragat Pada Masyarakat Simalungun Di Kelurahan Girsang I Kecamatan Girang Sipangan Bolon – Simalungun.. Medan: Fakultas

Dalam bidang musik, Taralamsyah Saragih juga banyak menggubah musik baik dalam segi syair maupun nada yang diambil dari lagu-lagu daerah Simalungun (volklor).. Selain menguasai

Pardede, Boho, Koor DI Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) : Analisis Sejarah, Fungsi,dan Struktur Musik,Tesis, Medan,Universitas Sumatera Utara,

pada upacara Pahila Parkas Dihara dalam pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji yang dilantunkan secara musikal atau yang mengandung kombinasi nada, ritem dan dinamika