BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumatera Utara memiliki wilayah yang luas terbagidari beberapa daerah yang
dipimpin oleh seorang Gubernur dan terdapat beberapa suku, ras, agama, dan
golongan. Diantara semua itu ada beberapa suku yang bertautan dan saling
melengkapi menjadi suatu etnik, adapun etnik tersebut terdiri dari Batak Toba, Karo,
Mandailing, Simalungun, Pakpak Dairi, Melayu, Pesisir, Sibolga, Nias, inilah sub
etnik yang ada di Sumatera Utara. Etnik Simalungun banyak memiliki kebudayaan
terdiri dari seni vokal, tari-tarian, adat dan kebiasaan yang lainnya yang berbentuk
budaya. Simalungun adalah termasuk salah satu yang banyak memiliki kebudayaan,
secara administratif Simalungun disebut dalam 1 kabupaten Simalungun provinsi
Sumatera Utara.
Dalam kebudayaannya orang Simalungun memiliki sifat perantau
(marlajang), Simalungun mempunyai karakter mudah bearadaptasi (pasia tkon diri)
kemana pun dia pergi melangkah mencari kehidupan sehingga banyak orang yang
menerimanya dengan senang. Kehalusan budi pekerti dan tahu diri membuatnya
bertindak dengan berhati-hati, itulah keadaan Simalungun yang sesuai dengan
Perkataan Simalungun sudah dipergunakan orang belanda dengan nama
Simeloengoen-Landen (tanah simalungun) yang meliputi beberapa kerajaan-kerajaan
yakni kerajaan siantar, kerajaan tanah jawa kerajaan panei kerajaan raya, kerajaan
Purba, kerajaan Silimakuta, dan kerajaan Dolok Silou. Dimana sebelumnya wilayah
itu lebih dikenal dengan nama Batak Timur karena letaknya di sebelah timur Tapanuli
akan tetapi suku Batak Timur kemudian berganti nama yaitu Simalungun. Sebelum
masuknya belanda cukup banyak wilayah yang berpenduduk Simalungun
menaklukan diri (martuan/marpuang) kepenguasaan wilayah lain seperti Padang,
Serdang, Deli, Batubara, Asahan dan Karo. Dan mereka membaurkan diri dengan
budaya yang ada dan menanggalkan identitas nya sebagai identitasnya Simalungun,
namun ada juga yang tetap mempertahankan identitas suku Simalungun nya termasuk
dalam sistem pemerintahan huta (kampung) (Tole, 2003:1).
Simalungun memiliki wilayah yang luas dan subur sehingga Simalungun
dapat disebut daerah agraris. Mata pencaharian orang Simalungun yang tradisional
adalah mar juma yang artinya berladang dengan cara mangimas (menebang hutan
belukar) dan mengolahnya untuk ditanami palawija seperti ubi, padi, jagung, dan
lain-lain. Proses yang dilakukan untuk membuka ladang dan pengolahannya secara
keseluruhan. Di Simalungun peladang disebut dengan par juma , mereka tinggal di
ladang membuat sopou (rumah kecil) seperti rumah panggung sebagai tempat tinggal
sementara untuk melindungi mereka dari binatang buas. Proses perladangan begitu
panjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga dibentuklah kerja
Marsialop ari dibudayakan di Simalungun di setiap desa supaya ada semangat
untuk bekerja bersama. Karena, Simalungun memiliki spesifik dalam hal
kegotong-royongan yang turun-temurun. Istilah marharoan menurut wolfgang claus dari
misigent university marharoan disebut receprock labour bekerja dengan berkelompok
mengerjakan pekerjaan yang besar dengan membentuk kelompok beberapa orang
dewasa.
Pada awalnya,1marsialop ari ini dibentuk oleh karena kebutuhan yaitu secara
psikologis jika seseorang bekerja sendiri diladang tentu ada rasa jenuh ataupun malas,
Apalagi ditengah ladang yang sunyi sepi. Manusia adalah makhluk sosial yang suka
berkelompok dan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika, bekerja berkelompok
seperti marharoan ini tentu menambah gairah semangat dan sukacita dan diiringi
dengan nyanyian. Marsialop ari juga sangat membantu misalnya sepetak ladang
dikerjakan berkelompok tentu selesai dalam satu hari inilah semangat marharoan
yang ada di Simalungun. Nyanyian atau lagu ini tidak termasuk nyanyian folklore
karena adanya pencipta dari lagu ini.
Marsialop Ari merupakan lagu nyanyian vokal karya Taralamsyah Saragih
yang dikenal masyarakat Simalungun. Lagu ini merupakan ungkapan atau ekspresi
dari luapan atau ajakan mereka untuk bekerja, lagu tersebut dinyanyikan pada saat
memulai dan selesai bekerja. Marsialop Ari berasal dari bahasa Simalungun.
Marsialop Ari berarti sekumpulan masyarakat yang bekerja secara gotong royong
1Hasil wawancara dengan Ibu Normasiah Saragih, anak dari Taralamsyah Saragih
membantu satu sama lain. Disinilah mereka bekerja secara bergiliran, sehingga
giliran pergantian hari yang disebut dengan marsialop ari.
Bangsa Indonesia terkenal dengan semangat gotong royong dan hal ini sudah
terjadi dari generasi ke generasi. Dengan adanya semangat gotong royong ini maka
pekerjaan dianggap lebih ringan dan cepat selesai. Hal ini juga terjadi di masyarakat
Simalungun. Oleh karena itu Marsialop Ari sudah dianggap bahagian dari kehidupan
ke gotong royongan dalam bekerja sama. Masyarakat Simalungun tidak lepas dari
budaya nyanyian atau vokal. Sehingga terciptalah lagu Marsialop Ari yang yang
secara khusus diciptakan oleh Taralamsyah Saragih untuk menambah semangat.
Syair sebagai berikut:
Eta marsialop ari ulang be ma tading
Asah parangon hadang ho ma do sangkulhon
Boan ma tajak mu ulang da lupa bajutmu
Olobkon ma tongon na marharoan bolonon
Ganupan ningon dong i juma simalungun on
Olobkon ma tongon na marharoan bolonon
Ganupan ningon dong i juma simalungun on
Taralamsyah Saragih adalah salah seorang bangsawan Simalungun yang
memiliki kepedulian terhadap seni, budaya, dan sejarah Simalungun, beliau juga
seorang yang multi talenta dan mampu memainkan beberapa alat musik, mencipta
ini di kalangan masyarakat Simalungun. Taralamsyah Saragih juga telah banyak
menciptakan lagu Simalungun yang sampai saat ini masih dapat dinikmati di dalam
masyarakat khususnya di kebudayaan Simalungun.
Menurut Harris Purba2 lagu Marsialop Ari ini dinyanyikan atau disajikan saat
sebelum ke ladang sebagai ajakan untuk ikut bekerja, saat memulai, bekerja, dan
mengakhiri pekerjaan lagu ini dinyanyikan juga. Pada zaman itu, lagu ini diiringi
hanya dengan alat musik tiup yaitu suling. Yang membawakan atau menyanyikan
lagu ini adalah sekumpulan orang yang hendak bekerja untuk menambah semangat
dalam beraktifitas mengerjakan pekerjaannya. Lagu ini termasuk lagu hiburan.
Teks atau syair dari lagu Marsialop Ari, sejak diciptakan masih kekal
keberadaannya sampai saat ini. Lagu ini sudah tidak begitu dikenal oleh para
pemuda/pemudi sekarang. Karena disebabkan oleh banyaknya musik modern
sekarang yang begitu berkembang sangat cepat. Namun, menurut informan lagu ini
masih dikenali oleh kalangan yang sudah tua.
Jenis-jenis nyanyian rakyat Simalungun berdasarkan penggolongan yang di
kemukakan Brunvand (dalam Danandjaja 1992 : 145-152) dalam buku
PluralitasMusik Etnik oleh Drs. Setia Dermawan Purba, maka dapat dibagi kedalam 9
bagian:
1. Nyanyian menidurkan anak (lullaby), yakni nyanyian yang mempunyai
lagu dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan
2Hasil wawancara dengan Harris Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang
kata-kata kasih saying sehingga dapat membangkitkan rasa sejahtera, rasa
santai, dan akhir nya kantuk.
2. Nyanyian kerja (working song) yakni nyanyian yang mempunyai irama
dan kata-kata yang berifat menggugah semangat, sehingga dapat
menimbulkan rasa gairah untuk bekerja.
3. Nyanyian permainan (play song) yakni nyanyian yang mempunyai irama
gembira serta kata-kata lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan
bermain.
4. Nyanyian liris sesunguhnya, yakni nyanyian-nyayian yang liriknya
mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang
bersambung (coherent).
5. Nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya, yakni
nyanyian-nyanyian rakyat yang liriknya adalah mengenai cerita-cerita
yang ada dalam kitab injil dan kitab suci lainnya, legenda keagamaan atau
pelajaran-pelajaran keagamaan.
6. Nyanyian nasehat, yakni nyanyian rakyat yang liriknya memberi nasihat
untuk kebaikan.
7. Nyanyian rakyat mengenai pacaran dan pernikahan. Contoh nyanyian ini
di Simalungun adlah tangis-tangis boru laho, taur-taur simbadar,dll.
8. Nyanyian kanak-kanak. Contoh nyanyian ini di Simalungun adalah
marsiarangoi, marsap-sap sere, tapi garo-garo.
9. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative song), yakni cerita
adalah inggou turi-turian yang mengisahkan asal mula pengobatan dan
lain-lain.
Dari kesembilan poin-poin diatas, maka nyanyian yang penulis bahas ini ada
termasuk ke poin ketiga, karena nyanyian ini termasuk nyanyian bekerja, untuk
memangkitkan gairah bekerja. Nyanyian ini juga dapat digolongkan ke dalam fungsi
komunikasi sebagaimana dikemukakan Merriam (1964-223) Pluralitas
(2004:143-144) bahwa lagu vocal dalam hal ini nyanyian rakyat, menyampaikan pesan yang
terkandung dalam teksnya, juga termasuk ke dalam fungsi yang berkaitan dengan
norma-norma social yang dalam teks nyanyian rakyat Simalungun sering
memberikan arti agar norma-norma social dapat terpelihara.
Lagu ini diciptakan pada tahun 50-an dan digunakan untuk mengiringi tari
Haroan Bolon di tahun 60-an dan juga dipertunjukkan di bioskop riang Jl.Simarito
no. 59, Pematang Siantar. Dalam pertunjukkan ini Taralamsyah Saragih yang
mengajarkan dan melatih tari dan vokal secara langsung.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun serta
menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS TEKSTUAL DAN
MUSIKAL LAGU MARSIALOP ARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH
1.2 Pokok Permasalahan
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana struktur melodi Marsialop Ari
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana
seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui makna lagu Marsialop ari.
3. Untuk mengetahui struktur dari lagu Marsialop Ari.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji bagaimana pengertian dan
pemahaman mengenai Marsialop Ari dan melihat makna tekstual lagu mar sialop Ari
sebagai cara untuk menyampaikan rasa atau ungkapan atau ekspresi mereka.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan
pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Manfaat lain yang dapat diperoleh
dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai untuk menambah dokumentasi mengenai Simalungun di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh
penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.
3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu
penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis,
berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (koentjaraningrat 2009:85). Menurut
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005), Konsep merupakan rancangan
ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.Maka, berdasarkan
pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan
tulisan ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008:58), kajian atau
analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan
ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Melodi dan teks Marsialop Ari yang
didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan pemahaman makna tentang
marsialop ari.
Menurut soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” (1992:86) pengertian musik
adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa
melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna
bunyi. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu
ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-nada yang harmonis.
Marsialop Ari merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai objek
bunyi-bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau dikategorikan sebagai
nyanyian. Kemudian, Marsialop Ari juga mengandung unsur nada, rythem dan
harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis akan membahas yang tertuju
pada melodi.
Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab
suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan
pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat
2008:1474). Dari pengertian teks diatas, maka tekstual adalah sesuatu yang berkaitan
dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari
teks atau kata dari lagu tersebut.
1.4.2 Teori
Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa
(KamusBesar Bahasa Indonesia, 2005).Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79),
mengemukakan:
Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.
Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konep, defenisi,
proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang
menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi
fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landansan untuk
Untuk menganalisis struktur melodi marsialop ari penulis menggunakan teori
weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: (1) tangga nada,
(2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada-nada, (5) jumlah
interval, (6) pola-pola kadensa, (7) formula-formula melodik, dan (8) kontur (Malm
dalam terjemahan Takari 1995:15).
Untuk mendukung analisis struktur melodi Marsialop Ari, penulis
menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi
yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada
notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi
preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji
supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi
yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau
detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif.
Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Marsialop
Ari dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Marsialop Ari.
Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda.
Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh setiap
pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa
teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi, pengajaran,
Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia
adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut (oral tradition) (Nettl
1973:3). Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat
menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu
dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang
materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal
dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.
Dalam proses menganalisa struktur teks-teks marsialop ari, penulis
berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture of
The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal
yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya.
Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut
silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut
melismatis.
Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan
antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat
reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata
dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).
Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Marsialop Ar i, penulis
menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik ini berasal dari bahasa Yunani,
semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest (bakar 2006:45-51) menyatakan bahwa
semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar.
1.5 Metode Penelitian
Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan
dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (koentjaraningrat 2009:35).
Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang
dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati
dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24).
Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau
memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga
menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data dan
menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari
Taralamsyah Saragih.
1.5.1 Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan oleh penulis.
Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberapa
macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti.
berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free interview).
Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan
keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).
Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris Hemdy
Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang
tinggi Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan Normasiah adalah guru
musik sekaligus anak kandung dari Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga
mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk
pengembangan penulisan skripsi ini.
1.5.2 Kerja Laboratorium
Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari
wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan
ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objek
yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar dan
menuliskannya kedalam notasi balok.
Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data
menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau
diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan
sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.
1.5.3 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan
studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan
dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan
untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data
-data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting
karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian.
Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan
informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan
penulisan skripsi ini.
Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk
work (kerja laboratorium) dan field work (kerja lapangan). Studi kepustakaan
tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian,
peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja
ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu,
penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.
Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui
penelusuran di situs www.google.com, website Simalungun, blog-blog, dokumen dan
lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi
1.6 Lokasi Penelitan
Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan adalah
anak dari Taralamsyah Saragih yaitu Normasiah Saragih yang ber alamat di jl.
Marindal I gang. Amarta No. 23 dan juga murid dari Taralamsyah Saragih yaitu Haris
Purba, jl. Ngumban Surbakti gang. Kamboja 20, No. 2 Medan. Dan menjadi informan