• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Diagnosis Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. R. M. Djoelham Kota Binjai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Diagnosis Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. R. M. Djoelham Kota Binjai."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A. (2011). Pola Resitensi Salmonella Enterica Serotype Typhi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSHS Tahun 2006 – 2010. Bandung:Sari Pediatri. Halaman241.

Bahn, M.K., Bahl., Bhartnagar, S. (2005). Typoid and Parathyroid Fever. Lancet: 366,749.

Bumett, C. (2015). Thypoid Fever Information. Salt Lake City: Departement Of Health Bureau of Epidemiology. Halaman 9.

Departemen Kesehatan, RI. (2006). Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Halaman4,7,29.

Departemen Kesehatan, RI. (2009). Pedoman Pemantauan Terapi Obat.

Halaman 6.

Departemen Kesehatan, RI. (2013). Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit Demam Tifoid. Jakarta : Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit. Halaman 3.

Fransiska, M. (2012). Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Bagian Ilmu Kesehatan Pragram Studi Farmasi. Gorontalo: Universitas Gorontalo. Halaman92.

Hadinegoro, SR., Tumbelaka, AR., Satari, HI. (2001). Pengobatan Cefixime Pada Demam Tifoid Anak. Sari Pediatri: 182.

Hadirahardja, M.C dan Setiawan, N. (2008). Evaluasi Penggunaan Sefotaksim Pada Pasien Anak Rawat Inap di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Semarang bulan Oktober-Desember 2005. Yoyakarta: Universitas Gajah Mada. Halaman 78.

Hadisaputro, S. (1990). Beberapa Faktor Yang Memberi Pengaruh Kejadian Pendarahan dan atau Perforasi Usus Pada Demam Tifoid. Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian pada Masyarakat Departemen Pendidikan dan Budaya. Halaman 173.

Hammad, O. (2011). Ceftriaxone Vs Chloramphenicol For Treatment Of Acute Typhoid Fever. Life Science Journal.Halaman 101.

(2)

Ikatan Apoteker Indonesia. (2011). ISO Indonesia. Volume 46. Jakarta: PT. Otsuka Indonesia. Halaman 145-148,176.

Joenoes, N.Z. (2001). ARS Prescribendi Resep Yang Rasional, edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 20-25.

Jawet. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika. Halaman: 43 Katzung, B.G. (2009). Basic and Clinical Pharmacology 4th ed. USA:

McGraw-Hill. Halaman 145.

Lestari, A., Sucipto., dan Rahmayani, L. (2011). Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gysens di Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang: Universitas Andalas. Halaman 55.

Maas, L.T. (2007). Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 11-12.

Mangunatmadja, I., Munasir, Z., Gatot, D. (2003). Pediatric Update. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Halaman 83.

Menteri Kesehatan, RI. (2010). Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 4-6

Menteri Kesehatan, RI. (2011). Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 31-40.

Menteri Kesehatan, RI. (2015). Formularium Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 125-126.

Nurbaningrum, E. (2005). Pola Penggunaan Antibiotika Pada Penderita Rawat Inap Anak Dengan Demam Tifoid di RSU Haji Surabaya Jawa Timur. Skripsi. Surabaya: Universitas Surabaya. Halaman 25.

Noer, H.M.S. (1999). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Halaman103.

Novianti, M.A. (2015). Studi Penggunaan Antibiotik Pada Penderita Penyakit Demam Tifoid Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin. Halaman 51 – 52.

Riyatno, I.P. dan Sutrisna, E. (2011). Cost Effectiviness Analysis Pengobatan Demam Tifoid Anak Menggunakan Sefotaksim dan Kloramfenikol di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Purwokerto: Universitas Jendral Sudirman. Halaman 3.

(3)

Prest, M. (2003). Penggunaan Obat Pada Anak – Anak. Dalam: Farmasi Klinis. Editor: Aslam. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 191-192.

Setiabudy, R. (2007). Pengantar Antimikroba. Dalam: Gunawan, S.G., editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 585-587,700, 702.

Shea, K., Florini,K., and Barlam, T. (2002). When Wonder Drugs Don’t Work: How Antibiotic Resistence Threatens Children, Seniors, and The Medically Vulnerable Evironmental Defence. Washington, DC. Halaman 453.

Sidabutar, S., Satari, H. (2010). Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid Pada Anak: Kloramfenikol Atau Seftriakson?. Sari Pediatri. Volume 11. Halaman 93.

Surahman, E., Mandalas, E., dan Kardinah, E.I. (2008). Evaluasi Penggunaan Sediaan Farmasi Intravena Untuk Penyakit Infeksi Salah Satu Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandung. Majalah Ilmu Kefarmasian. Halaman5,31.

Strom, B.L. dan Kimmel, S.I. (2006). Textbook of Pharmacoepidemiology. London: John Wiley dan Sons Ltd. Halaman 19-20.

Susenas. (2013). Badan Pusat Statistik Dalam Buuletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, Semester 1.Halaman 69.

Susono, R.F., Sudarso., Galistiani, G.F. (2014). Cost Effectiviness Analysis Pengobatan Pasien Demam Tifoid Pediatrik Menggunakan Cefotaxime dan Chloramphenicol di Instalasi Rawat Inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Halaman5.

Tambunan, T., Rundjan, L., Satari, H.I., Widiastuti, E., Somasetia, D.H., Kadim, M. (2012). Formularium Spesialitik Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Halaman 189.

Wattimena, J.R., Sugiarso, Nelly C., Widianto, Mathilda, B., Sukandar, E.Y., Soemardji, Andreanus, A., Setiadi, Anna, R. (1991). Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 16-17.

Zulkoni, A. (2011). Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika. Halaman62-63.

(4)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis peragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kambing kacang memiliki bobot dan persentase jaringan ikat sangat nyata lebih rendah (P<0.01)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketercapaian kriteria bahan ajar yang baik menurut metode 4S TMD (4 Step Teaching Material Development) pada tahap seleksi, pada

Pada minuman rosela berkarbonasi yang disimpan pada refrigerator penurunan niai rata-rata mutu warna lebih kecil dibandingkan dengan yang lain dengan nilai slope -0.030,

Setelah data yang berbentuk nilai biner tersebut diterima oleh mikrokontroller maka data hasil output per frekuensi tersebut akan diletakkan secara berurutan di dalam memori

rumahtangga di Temanggung yang menunjukkan bahwa pengetahuan subjek tentang garam berio- dium pada umumnya tergolong sedang (67,5%), tetapi lebih baik dibandingkan hasil penelitian

Setiap suku bangsa pasti memiliki ciri khas budaya masing-masing yang biasa disebut dengan budaya lokal, begitu juga dengan suku Batak Toba memiliki budaya lokal

Pemisahan hardware independent dan hardware dependent dalam suatu program benar-benar sangat bermanfaat, karena banyak program yang pada prinsipnya sama, tetapi

Dalam hal ini nilai jual Bangunan untuk Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan lebih besar dari nilai jual tertinggi Klasifikasi NJOP Bumi